ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN HIV/AIDS DI DESA TANGGUNG KECAMATAN PADANG TUGAS BU R’OISAH S.,KM.M.Kes
OLEH : SRI LESTARI 14201.09.1716
KELAS ALIH JENJANG PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO Tahun Akademi 2019 1
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN 1. HIV Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007). Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase 2
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masingmasing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006). HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006). 2. AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005). AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009). Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia. Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).
3
B. ETIOLOGI Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005). C. MANIFESTASI KLINIS Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): 1. Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati 2. Gejala minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f.
Limfadenopati generalisata 4
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita h. Retinitis virus Sitomegalo Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase. 1. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. 2. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. 3. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Gejala Minor Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya. 1. Fase akut Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual,
muntah,
diare,
meningitis,
ensefalitis,
periferal
neuropati,
myelopathy,
mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon
5
sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri. 2. Fase asimptomatik Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah. 3. Fase simptomatik Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. D. PATOFISIOLOGI Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
6
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSA Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010). Menurut
University of
California
San Francisco (2011), ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi. Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003) Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (MacCann, 2008).
7
Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus, manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010). F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan: a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC). b. Non–nucleoside
Reverse
Transcriptase
Inhibitors
(NNRTI's)
memperlambat
reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva). c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan. 2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah: 8
a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC) b. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari. c. Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman. d. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak 9
tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005). e. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritik B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang masalah tersebut diatas penulis mengambil inisiatif untuk menyusun laporan komprehensif ini dengan mengambil judul ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.S
DENGAN HIV/AIDS DI DESA TANGGUNG KECAMATAN PADANG.
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam melakukan asuhan keperawatan Pada pasien HIV/AID 2. Tujuan Khusus Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.S DENGAN HIV /AIDS DI DESA
TANGGUNG
KECAMATAN PADANG.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi peneliti Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan perawatan klien HIV /AIDS untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien mengenai HIV./AIDS
10
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK KLINIKPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
Nama Mahasiswa : SRI LESTARI
Tempat Praktik : Puskesmas Padang
NIM
Tgl. Praktik
: 14201.09.17167
: 21-3 - 2019
PENGKAJIAN A.Biodata
Tanggal/ jam MRS
: 21 -3 -2019
Ruang
: Puskesmas Padang
No. Register
: 09.03.190
Diagnosa Medis
:HIV/AIDS
Tgl/ jam pengkajian
:21 -3 -2019
1.IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn.S
Suami/ istri/ orangtua
Umur
: 46 TH
Nama
: Ny.J
Jenis kelamin
: Laki
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Tanggung
Suku/ bangsa
: Jawa
Bahasa
: Jawa/Indonesia
Penanggung jawab
Pendidikan
: SMP
Nama
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Status
: Kawin
alamat
: Tanngung
: Ny.J : Tanggung
11
B.Anamnesa Pra Assessment 1. Keluhan utama
Klien mengatakan badan terasa lemas
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien kadang diare ,demam dan badan lemas ± 1 bulan, serta gatal di seluruh tubuh. sejak sakit BB turun 10 kg. Dan rutin ambil obat ARV di di rumah sakit umum . 3. Riwayat penyakit dahulu
Klien sering MRS ,dan mendapat pengobatan TBC di puskesmas Padang . Sebelumnya klien tidak pernah menderita hipertensi,DM, dan keluhan yang sering muncul yaitu demam dan diare.. 4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular. Genogram
a. Genogram : TIGA GENERASI
b. Type Keluarga : 12
a) Jenis type keluarga : Keluarga Inti Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : TN.S mendapat pengobatan HIV Di RSU dr Haryoto lumajang dan menjalani pengobatan TB Paru.
C.Pengkajian Pola Aktifitas Sehari-hari/Activity Daily Live (ADL) 1.Nutrisi dan cairan a.Pola makan
Diit khusus saat ini : ada/ tidak ada
Saring/ cair
lunak
Tinggi kalori
Tinggi protein
Rendah garam
Bubur kasar Rendah protein Rendah lemak
Nasi biasa Jumlah kalori / hari :
Cara makan
Per oral (biasa) :3 X / hari Per sonde : - cc / hari. Diberikan : - X / hari Total parental nutrisi, berupa :- .cc / hari Makanan pantangan : tidak ada
Nafsu makan saat ini : Kurang karena terasa mual
Frekuensi makan 3 X/ hari. Porsi yang dihabiskan 10 sendok
Keluhan / masalah
makan saat ini :
Mual Muntah - X/ hari, jumlah - cc, ket: Sakit dimulut Lain lain, sebutkan. Deskripsi singkat mengenai keluhan yang dirasakan : Klien mengalami gangguan pada saat makan karena perutnya mual.
Riwayat makan sebelum sakit :
Nafsu makan Frekuensi
:Cukup : 3 x/hr
Jenis makanan
: Tidak ada pantangan 13
Utama
: Gizi harus cukup dan terpenuhi
Kudapan/ makanan ringan
:Buah,sayur
Jumlah kalori yang dikonsumsi per hari Makanan pantangan Riwayat alergi makanan
:
Kebiasaan makan diluar
: Tidak
: Tidak ada : Tidak ada
b.Pola minum
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Jenis minuman
Air putih
Air putih
Jumlah minum/ hari
8 gelas /hari
8 gelas /hari
Keluhan/ masalah Minum Minum minuman Beralkohol
Tidak ada masalah
Terasa mual
Tidak
Tidak
Masalah yang ditemukan : Klien mengalami gangguan pada saat minum karena perutnya mual. 2.Eliminasi a. ELIMINASI URI
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
Frekuensi BAK/ hari 3x/hr
SAAT SAKIT 3x/hr
Jumlah Urine/ hari Warna Urine
kuning
Merah
Bau
Tidak ada bau
Bau oobat
Masalah BAK saat ini :
Tidak ada masalah
Pancaran kencing tidak lancer (menetes)
Nyeri saat kencing
Perasaan tidak puas setelah kencing
Sering kencing
Retensi urine
Kencing darah
Terpasang kateter menetap
Kencing nanah
cystotomi
Ngompol
Lain lain, sebutkan……………………………..
Deskripsi singkat mengenai keluhan yang dirasakan 14
Klien tidak mengalami gangguan pada saat BAK
b.ELIMINASI ALVI
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Frekuensi BAB
1 x/hr
1 x/hr
Warna
kuning
kuning
Konsistensi
Lembek
cair
Bau
menyengat
menyengat
Masalah BAB saat ini :
Tidak ada masalah
Inkontinensia alvi
Feses campur darah
Colostomy
Melena
Penggunaan obat obat pencahar
Konstipasi
Lain lain, sebutkan …………………………….
Deskripsi singkat mengenai keluhan yang dirasakan Tidak ada keluhan saat buang air besar. Masalah yang ditemukan : Tidak ada keluhan saat buang air besar.
3.Istirahat
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Jml jam tidur siang
2 jam
2 jam
Jml jam tidur malam
8 jam
10 jam
Alat pengantar tidur
-
-
Obat yg digunakan
-
Obat FDC,ARV
Perasaan waktu bangun
Tidak ada keluhan
Badan terasa lemas
Lingkungan tempat tidur yang disukai : Lingkungan yang tenang Gangguan tidur yang pernah dialami :
Jenis
: tidur siang 1 jam 15
Lama
Upaya untuk mengatasi :
: 1 jam
Gangguan tidur yang dialami saat ini
Jenis
Sulit jatuh tidur
Tidak merasa bugar setelah bangun
Sulit tidur lama
Lain lain, sebutkan :
Terbangun dini
Deskripsi lengkap tentang gangguan tidur yang sedang dialami : Tidur yang cukup
Masalah yang ditemukan : 4.Aktifitas dan Personal Higiene a.Pola aktivitas di rumah
Jenis : Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena badannya terasa lemas
Keluhan yang pernah dirasakan dalam menjalankan aktivitas rutin : Saat melakukan aktivitas badannya terasa sakit semua dan terasa lemas
Upaya untuk mengatasi : Klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Penggunaan waktu senggang : Pada waktu senggang klien banyak melakukan aktivita di rumah.
5.Kognitif dan Sensori Dibayang bayangi tentang penyakit yang dialaminya karena badannya terasa lemas , jantungnya berdebar- debar dan pusing. Stressor jangka panjang : klien takut akan penyakitnya semakin hari tambah berat, dan selalu dibayangi dengan kematian
Masalah yang ditemukan : Klien mengatakan sangat cemas terhadap keadaan yang di alami saat ini
16
6.Pola hubungan peran Tn.S sebagai kepala rumah tangga yang mengatur segala Sesuatu di rumah dan sebagai ujung tombak mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan , Selama sakit Tn S. tidak bisa berkerja sehingga yang berperan mencari nafkah adalah .Ny S.selain sebagai ibu rumah tangga sebagai pencari nafkah . Masalah yang ditemukan : Klienn tidak bisa bekerja dengan maksimal hanya membantu amelakukan aktivitas ringan 7. Pola fungsi seksual – seksualitas TN.S . jarang melakukan hubungan seksual karena takut istrinya tertular penyakitnnya.Dan istrrinya sudah menerima suaminya dengan keadaan seperti itu Masalah yang ditemukan : Tidak ada masalah 8.
Pola mekanisme koping Sudah ada strategi yang efektif yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah keluarga. Tn.S selalu rutin untuk minum obat ARV dan obat TBC di puskesmas
Masalah yang ditemukan : Tidak ada masalah 9.Pola nilai dan kepercayaan Keluarga Tn.S selalu berusaha menepati shalat 5 waktu
Masalah yang ditemukan : Tidak ada masalah D.Pemeriksaan Fisik Head To Toe 1.Pemeriksaan Umum (TTV Dasar) a. GCS
:E 4/V 5/M 6
b. Kesadaran
:Composmetis
c. Tekanan Darah
: 130/80 mmhg
d. Nadi
: 88x/mnt
e. Suhu
: 36 c
f.
: 24 x/mnt
RR
2.Pemeriksaan Kepala (Lingkari salah satu sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada klien): 17
Inspeksi a. Bentuk Kepala
: Bulat/ Lonjong/ Benjol)
b. Ukuran Kepala
: (normocephali / makrocephali/ microcephali)
c. Kondisi Kepala
: (Simetris/ Tidak)
d. Kulit Kepala
: (Ada Luka/ Tidak), (Bersih/ Kotor), (Berbau/ Tidak), (Ada Ketombe/ Tidak) Lainnya......
e. Rambut
:
1) Penyebaran/ Pertumbuhan Rambut
: Rata/Tidak
2) Keadaan Rambut
: Rontok, Pecah-Pecah, Kusam
3) Warna Rambut
: Hitam/ Merah/ Beruban/ Menggunakan Cat Rambut
4) Bau Rambut
f.
: Berbau/ Tidak
Wajah 1) Warna Kulit Wajah
: Pucat/ Kemerahan/ Kebiruan
2) Struktur Wajah
: Simetris/ Tidak
3) Sembab
: Ada/ Tidak
Palpasi a. Ubun-Ubun
: Datar/ Cekung/ Cembung
b. Benjolan
: Ada/ Tidak
3.Pemeriksaan Mata Inspeksi dan Palpasi a. Kesimetrisan
: Simetris/ tidak
b. Protesa mata
: Ya/tidak
c. Palpebra: 1) Edema
: Ada/ Tidak
2) Lesi
: Ada/ Tidak
3) Benjolan
: Ada/ Tidak
4) Ptosis 5) Bulu Mata d. Konjungtiva
: Ada/ Tidak : Rontok/ Tidak, Kotor/ Bersih : Pucat/ Merah/ Hiperemis, Edema/ Tidak 18
e. Sclera f.
: Putih/ Kuning
Pupil: 1) Refleks Cahaya : Baik/ Tidak 2) Respon
: Misis/ Midreasis
3) Ukuran
: Isokor/ Anisokor
g. Kornea dan Iris 1) Peradangan
: Ada/ Tidak
2) Gerakan Bola Mata
: Normal/ Tidak
h. Tes Ketajaman Penglihatan a. Visus Kanan
:-
b. Visus Kiri
:-
i.
Tekanan Bola Mata (Tonometer)
j.
Luas Lapang Pandang
k. Penggunaan alat bantu
:-
: Normal/ Abnormal :-
4.Pemeriksaan Hidung Inspeksi a. Os Nasal & Septum Nasal : Deviasi/ Normal b. Orifisium Nasal
: (Ada Sekret/ Tidak Ada), (Ada Sumbatan/ Tidak Ada)
c. Selaput Lendir
: Kering/ Lembab/ Basah (Hipersekresi), (Ada Perdarahan/ Tidak Ada)
d. Tes Penciuman
: Normal/ Abnormal
e. Pernapasan Cuping Hidung : Ada/ Tidak Palpasi a.Nasal
: (Bengkak/ Tidak),(Nyeri/ Tidak), (Krepitasi/ Tidak)
5.Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan Palpasi a. Bentuk Telinga
: Simetris/ Tidak
b. Ukuran Telinga
: Lebar/ Sedang/ Kecil
c. Kelenturan Daun Telinga
: Lentur/tidak
d. Os Mastoid
: (Hiperemis/ Normal), (Nyeri/ Tidak), (Benjolan/ Tidak)
19
Inspeksi a. Lubang Telinga
: (Ada Serumen/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak), (Ada Perdarahan/ Tidak), (Membran Timpani Utuh/ Pecah)
b. Tes Pendengaran 1)Rinne
: Normal/ Abnormal
s+/-,d
+/-
2)Weber lateralisasi sd 3)Swabach memanjang memendek
6.Pemeriksaan Mulut dan Faring Inspeksi a. Bibir
: (Cyanosis/ Tidak), (Kering/ Basah), (Ada Luka/ Tidak), (Ada Labioschiziz/ Tidak)
b. Gusi dan Gigi
: (Normal/ Tidak), (Ada Sisa Makanan/ Tidak), (Ada Caries Gigi/Tidak. Jika ada caries, uraikan secara rinci ukuran dan mulai kapan terjadinya)……………………………………… Ada Karang Gigi/ Tidak (Jika ada, uraikan banyaknya dan lokasinya) ……………………………………………………, Ada Perdarahan/ Tidak (Jika ada, jelaskan sumber perdarahan dan banyaknya) ………………………………………………, Ada Abses/ Tidak (Jika ada, uraikan sejak kapan, apa penyebabnya dan lokasinya) ……………………………………
c. Lidah 1) Warna : Merah/ Putih, lainnya…………… 2) Hygiene d. Orofaring
: (Kotor (Ada Bercak Putih/ Tidak)
: (Ada Bau Napas/ Tidak), ( Ada Peradangan/ Tidak), (Ada palatoschiziz/ Tidak), (Ada Luka/ Tidak), (Uvula
Simetris/
Asimetris), (Ada Peradangan Tonsil/ Tidak), (Ada Pembesaran Tonsil/ Tidak), (Selaput Lendir Kering/ Basah), (Ada Perubahan Suara/ Tidak), (Ada Dahak/ Tidak), (Ada Benda Asing/ Tidak) e. Tes Perasa : Normal/ Abnormal
20
7.Pemeriksaan Leher Inspeksi dan Palpasi a. Posisi trachea
: Deviasi/ Tidak
b. Kelenjar Thyroid
: Ada Pembesaran/ Tidak
c. Kelenjar Limfe
: Ada Pembesaran/ Tidak
d. Vena Jugularis
: Ada bendungan/ Tidak
e. Denyut Carotis
: Adekuat/ Inadekuat
8.Pemeriksaan Integumen dan Kuku Inspeksi dan Palpasi a.
Warna Kulit
: Putih/ Hitam/ Cokelat, Kuning Langsat, Kuning Sawo Matang, lainnya......................
b.
Hygiene Kulit
: Bersih/ Kotor
c.
Hygiene Kuku
: Bersih/ Kotor
d.
Akral
: Hangat/ Dingin/ Panas
e.
Kelembaban
: Lembab/ Kering/ Basah
f.
Tekstur Kulit
: Halus/ Kasar
g.
Turgor
: < 2 detik/ > 2 detik
h.
Kuku
: Ada Clubbing of Finger/ Tidak Ada
i.
Warna kuku
: Merah muda/ sianosis/ pucat
j.
Capillary Refill Time : < 2 detik/ > 2 detik
k.
Kelainan Pada Kulit (sebutkan jika ada) : -
9.Pemeriksaan Payudara dan Ketiak Inspeksi a. Pembengkakan
: Ada/ Tidak
b. Kesimestrisan
: Simetris/tidak
c. Warna Payudaran & Aerola Mammae
: Normal/ Hiperpigmentasi
d. Retraksi Payudaran & Putting
: Ada/ Tidak
e. Lesi
: Ada/ Tidak
f.
: Ada/ Tidak
Pembengkakan Kelenjar Limfe di Aksila
Palpasi a.Benjolan b.Nyeri
: Ada/ Tidak, lokasi:............................................... : Ada/ Tidak, lokasi:................................................
21
c.Secret yang Keluar
: Ada/ Tidak, Jenisnya: ..........................................
10.Pemeriksaan Thoraks Pemeriksaan Paru Inspeksi a.Bentuk thoraks
: Normal Chest/ Pigeon Chest/ Funnel Chest/ Barrel Chets, Simetris/ Asimetris
b.Pola Napas
: Reguler/ Irreguler
c.Retraksi Intercostae
: Ada/ Tidak
d.Retraksi Suprasternal
: Ada/ Tidak
e.Tanda-Tanda Dyspneu
: Ada/ Tidak (Jika ada, sebutkan………………………………..)
f.Batuk
: Produktif/ Kering/ Whooping/ Tidak Ada
Palpasi a.Fokal fremitus
: (Tulis hasilnya) ……………………..
Perkusi a.Suara perkusi
: (Tulis hasilnya) ……………………………
Auskultasi a.Suara Auskultasi
: (Tulis hasilnya) ……………………………
Pemeriksaan Jantung Inspeksi dan Palpasi Prekordium: Ictus Cordis:terlihat/tidak Perkusi a. Batas Jantung
: (Tulis hasilnya) …………………………
b. Kesimpulan ukuran jantung : Auskultasi
: (Tulis hasilnya) …………………………
a.S1 dan SII
: tunggal/ganda
b.S III dan S IV
: ada/tidak
11.Pemeriksaan Abdomen Inspeksi 22
a.Bentuk Abdomen
: Flat/ Cekung/ Cembung
b.Benjolan/ Massa
: Ada Benjolan/ Tidak (Jika ada, uraikan tentang bentuk dan lokasinya) …………………………………………
c.Spider nervi
: Ada/ Tidak Ada
Auskultasi a.Bising Usus 1)Frekuensi per menit 2)Kualitas
: ………………… : Adekuat/ Inadekuat
Palpasi a.Nyeri
: Ada/ Tidak Ada
b.Benjolan
: Ada/ Tidak Ada
c.Turgor Kulit
: ............................
d.Palpasi Hepar
:
1)Hasil
: Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan ukuran, karakteristik permukaan dan pinggir hepar, konsistensi, adakah nyeri tekan) ................................................................................................................ .............................................................................................. Kesimpulan
: Hepatomegali/ Tidak
e. Palpasi Lien: 1) Hasil : Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan ukuran menurut garis Schuffner) ........................................................................ 2) Kesimpulan f.
: Splenomegali/ Tidak
Palpasi Acites 1) Hasil : Ada/ Tidak Ada
g. Palpasi Ginjal 1) Hasil : Teraba/ Tidak Teraba (jika teraba, uraikan karakteristiknya) …………………………………………………………………… 2) Kesimpulan
: Pembesaran Ginjal/ Tidak
Perkusi a. Bunyi Perkusi
: Timpani/ Hipertimpani/ Dullness/ Pekak 23
b. Perkusi Acites
: Ada (Shifting Dullness)/ Tidak Ada Acites
c. Perkusi ginjal
: nyeri/tidak
12.Pemeriksaan Kelamin dan Sekitar Klien Laki-LakiInspeksi a. Distribusi rambut Pubis
: Merata/ Tidak Merata
b. Hygiene Mons Pubis
: Bersih/ Kotor
c. Kulit Penis dan Skrotum
: (Ada Lecet/ Tidak), (Ada Pembengkakan/ Tidak,
Ada),
(Benjolan/
Tidak),
(phimosis/
tidak),
(paraphimosis/ tidak) d. Meatus Urethra
: (berlubang/ Tidak), (Ada Sekresi Cairan/ Tidak) (hipospadia/epispadia/norma), (jika ada, sebutkan jenisnya ............................)
14.Pemeriksaan Muskuloskeletal Inspeksi a. Bentuk Vertebrae
: Normal/ Skoliosis/ Lordosis/ Kifosis/ Kifoskoliosis
b. Kesimetrisan Tulang
: Simetris/ Asimetris
c. Pergerakan Otot Tidak Disadari
: Ada/ tidak
d. ROM
: Aktif/ pasif
e. Simetrisitas Otot
: (Bandingkan kanan dan kiri, tuliskan hasilnya) ………………………………………………..
Palpasi a. Edema Ekstremitas
: Ada/ Tidak (lokasi jika ada)
b. Kategori Edema (jika ada) : (Tulis hasilnya) ………………………… c. Kekuatan Otot
:
24
Lumajang, 21-3-20169 Pemeriksa,
SRI LESTARI
25
ANALISA DATA N o
1.
Data
Etiologi
Masalah
DS.
kurang
Ketidakseimbang
Klien
asupan
an nutrisi kurang
mengatak
makanan.
dari
kebutuhan
tubuh
an nafsu makan menurun DO. Kesadaran
2..
:Composmetis
Tekanan Darah mmhg
: 130/80
Nadi
: 88x/mnt
Suhu
: 36 c
RR
: 24 x/mnt
DS. Klien
mengatakan
badannya
Intolerans i aktivitas
Hambatan mobilitas fisik
terasa lemas
DO. Kesadaran
:Composmetis
Tekanan Darah mmhg
: 130/80
Nadi
: 88x/mnt
Suhu
: 36 c
RR
: 24 x/mnt
DS 3.
Klien
Kurang mengatakan
bahwa
paparan
tangan kanan terasa lemah dan
sumber
Potensial cemas
26
lemas Klien
informasi mengatakan
dadanya
.
berdebar –debar. DO Kesadaran
:Composmetis
Tekanan Darah mmhg
: 130/80
Nadi
: 88x/mnt
Suhu
: 36 c
RR
: 24 x/mnt
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN NO
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan.
2.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Intoleransi aktivitas
3.
Potensial cemas berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
28
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA NOC DAN INDIKATOR DITEGAKKAN / URAIAN AKTIVITAS DAN TTD TANGGAL SERTA SKOR AWAL DAN SKOR KODE RENCANA TINDAKAN (NIC) TARGET PERAWAT DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Monitor kalori dan 21/03/2019 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi: kurang dari selama 1x24 jam, diharapkan pasien kebutuhan
tubuh Tujuan : untuk meningkatkan nutrisi.
berhubungan dengan
KH : keseimbangan nutrisi penting untuk
kurang mempertahankan intake dan output dalam
asupan makanan.
batas normal.
asupan makanan. 2. Tawarkan
makanan
ringan dan padat gizi. 3. Lakukan
atau
bantu
pasien terkait dengan perawatan
mulut
sebelum makan. 4. Monitor kecenderungan terjadinya dan
penurunan
kenaikan
berat
badan. 2.
21/03/2019
Hambatan mobilitas fisik
Indikator
berhubungan dengan Intoleransi
NOC hal 582-583
aktivitas
1.Kemampuan dalam melakukan aktivitas hidup harian
NIC HAL 554 Peningkatan Latihan( NIC HAL 338) 1.Gali hambatan untuk
2.Kekuatan tubuuh bagian atas
melakukan akifitas
3.frekuensi nadi ketika bernafas
2.Dukung ungkapan perasan mengenal latihan atau kebutuhan untuk melakukan aktifitas
NOC hal 328-329 4. mengidentifikasi hambatan dalam program latihan 5.Melakukan olahhraga secara teratur 6.memantau perkembangan 7.menentukan tujuan jangka pendek yang raelistis
3.Dukung inndividu untuk memulai atau melanjutkan latihan 4.Libatkan keluarga yang member perawatan dalam merencanakan dan meningktkan program latihan
Terapi aktifitas (NIC HAL 431) 1. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas yang biasa di lakukan (misalnya bekerja) Dorong aktivitas kreatif yang cepat 2..Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yag di inginkan 3.Dorong keterlibatan dalam aktivittas kelompok
maupuun terapi jika memang di perlukan 4.Bantu klien untuk menjadwalkan waktu – waktu spesifik terkait dengan aktiivitas harian
Potensial cemas
3. 21/03/2019
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
Indikator
NIC hal 498
NOC hal 572
Pengurangan kecemasan (NIC hal 319)
1.perasaan gelisah 2.masalah perilaku 3.peningkatan tekanan darah 4.pusing 5.perubahan pada pola makan NOC hal 574 6.tidak nyaman selama menghadapi social 7.tidak nyaman dalam perubahan rutin
1.Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan 2.Dorong aktifitas yang tidak komprehensif secara tepat 3.Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 4.Kaji untuk verbal dan non verbal kecemasan Terapi relaksasi (NIC hal 446) 1.Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata tertutup
2.Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien 3. Aintisipasi kebutuhan penggunaan relaksasi 4.Evaluasi dan dokumentasi respon terhadap terapi relaksasi
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEGAKKAN /KODE DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI (PERBANDINGAN SKOR AKHIR TERHADAP SKOR AWAL DAN SKOR TARGET)
NAMA DAN TTD PERAWAT
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN Nama Pasien : No. RM : Dx. Medis : NO
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ANALISIS
PLANING
IMPLEMENTASI
EVALUASI
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN Nama Pasien : No. RM : Dx. Medis : Pengkajian Fokus
Rumusan Diagnosa Keperawatan
Intervensi NOC
NIC
Implementasi
Evaluasi
26