PENGGUNAAN DEFIBRILATOR Nomor Dokumen :
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Disiapkan Oleh : Nama Jabatan
Halaman 1/2
UK.01.01/I.1.3/.........../2018 Disetujui Oleh : dr. Mardianto, SpPD-KEMD
Ditetapkan Oleh : Direktur Utama
Direktur Medik dan Keperawatan
Tanda Tangan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGERTIAN
No. Revisi : 1
Tanggal terbit : 2018
dr. Bambang Prabowo, M.Kes Nip.196007071988021001 Unit Kerja:
:
Defibrillator adalah alat yang digunakan untuk memberikante
rapi energi list rik dengan dosis tertentu ke jantung pa sienmelalui el ectroda (pedal ) yang ditemp atkan di permukaan
dinding dada pasien. Sedangkan defibrillasi adalah tindakanpeng obatan definit if untuk kead aan yang me
ngancamkehi dupan pada aritmia jantung yaitu ventrikel fibrilasi (VF)dan ventr ikel takikardi (VT) pulseles
s. ni merup akandepolari! es massa kriti s dari otot jan tung" mengak hiriaritmia" da n memungkin kan irama sin us normal unt
ukberfungsi kembali dengan alat pacu jantung alami tubuh darisinoatrial (S#) node jantung.
TUJUAN
:
KEBIJAKAN
:
PROSEDUR
:
Agar pasien yang masuk ke Intensive Care Unit adalah yang benar – benar memerlukan perawatan intensif dan masih diharapkan dapat kembali ke sedia kala (sembuh kembali) 1. Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik No. UK.01.01/I.1/01/2015 Tentang Kebijakan Pelayanan Di RSUP H. Adam Malik. 2. Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik No: UK.01.01/I.1/03/2015 Tentang Kontinuitas Pelayanan Di RSUP H. Adam Malik. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1778/XII/2010 tentang Perawatan Intensive Care di Rumah Sakit. 1. DPJP di ruangan rawat inap/IGD menilai apakah pasien dalam keadaan kritis antara lain: a. Penurunan kesadaran (GCS <8) b. Adanya tanda sepsis berat (MODS, dsb) c. Gangguan asam basa atau elektrolit yang sulit teratasi di ruangan d. Dijumpai tanda gawat nafas oleh berbagai sebab antara lain: - Laju nafas ≥ 36 kali/menit atau ≤10 kali /menit - Penggunaan otot nafas tambahan yang berlebihan - Saturasi oksigen < 80 % dengan O2 10L/i e. Gangguan irama jantung f. Acute Coronary Syndrome 2. DPJP ruangan rawat inap/IGD melakukan konsultasi ke DPJP Anestesi (Intensivist) 3. DPJP Anestesi menilai kembali keadaan pasien dan membuat mortality score (APACE Score) dengan hasil: - Mortality rate ≥ 70 % tidak layak rawat ICU - Mortality rate 50 – 70% borderline/dipertimbangkan rawat ICU - Mortality rate ≤50% layak rawat ICU 4. DPJP Anestesi bersama DPJP ruangan rawat inap/IGD memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang hasil APACE Score, bila tidak layak rawat akan dirawat di ruangan rawat inap biasa dan bila layak rawat maka akan dijelaskan semua tindakan yang mungkin akan dilakukan di ICU. 5. Keluarga memberikan tanda tangan bahwa sudah mengerti edukasi yang diberikan. 6. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang ICU ada pasien yang akan masuk ICU.
KRITERIA MASUK ICU NomorDokumen :
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
No. Dokumen Unit : -
No. Revisi : 1
Halaman 2/2
7. Bila tempat tersedia perawat ICU mempersiapkan tempat tidur, alat bantu nafas dan alat lain yang diperlukan dan bila sudah siap, menghubungi kembali perawat ruangan rawat inap/IGD. 8. Pasien dapat ditransfer ke ICU bila hemodinamik stabil (tidak ada perubahan 30% dari nilai normal) dengan didampingi oleh dokter dan perawat yang terlatih.
UNIT TERKAIT
:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Instalasi Gawat Darurat Instalasi Rawat Inap Instalasi Bedah Pusat Tim Transplantasi Organ Tim Advokasi Transplantasi Organ Komite Etik dan Hukum