Spm2.docx

  • Uploaded by: Rijal
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Spm2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,918
  • Pages: 13
PENGENDALIAN MANAJEMEN Makalah Pengantar Manajemen

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Iqbal Maulana Anggi Isma Nurmala Muzdalifah Mudaim Sri Gintiyani Soffa Syahidah Jerry Valentinta G Citra Delima Destiar Ramadhantie

Disusun Oleh : 16104005 (AET) 16105003 (AGB) 16105016 (AGB) 16105018 (AGB) 16105021 (AGB) 16105029 (AGB) 16105031 (AGB) 16105031 (AGB) Dosen Pengampu : Yocky Pramudya A, M.M

Program Studi Agribisnis Fakultas Bioindustri Universitas Trilogi 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengendalikan adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk mengajak orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang akan dikendalikan. Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar manusia. Responsi manusianya terhadap langkah-langkah pengendalian merupakan kunci dari sebuah pertimbangan. Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong hubungan yang baik diantara para anggota. Pengendalian harus merupakan kegiatan positif dan

membantu. Manajer-manajer yang efektif akan menggunakan usaha pengendalian untuk membantu mereka yang memerlukannya dan menentukan jenis kebutuhan mereka. Pengendalian membantu mengidentifikasikan masalah-masalah manajemen. Usaha-usaha untuk mgengidentifikasikan masalah-masalah merupakan tantangan bagi para manajer. Seorang manajer akan menyadari suatu masalah apabila terjadi penyimpangan dari sasaran yang ingin dicapai. Seringkali terjadi bahwa ada lebih dari satu penyimpangan yang berhubungan dengan suatu masalah dan menjadi tugas manajer yang bersangkutan untuk membatasi penyimpangan tersebut dan menentukan relevansi masing-masing. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian pengendalian manajemen? b. Bagaimana proses pengendalian manajemen tersebut? c. Mengapa harus adanya alat ukur kinerja dalam proses pengendalian? 1.3 Tujuan dan Manfaat a. Dapat menjelaskan tentang pengertian manajemen b. Dapat mengerti proses pengendalian didalam manajemen c. Dapat memahami adanya alat ukur kinerja dalam proses pengendalian

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengendalian Manajemen Pengendalian adalah proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengkoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Dasar pengendalian dapat dilihat dari fungsi pengawasan. Fungsi ini diperlukan untuk menjamin terlaksananya berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dengan memahami pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen akan memberikan kejelasan bahwa pengawasan diperlukan terutama untuk menjawab pertanyaan apakah kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan dalam organisasi sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dan apabila terdapat penyimpangan perlulah selanjutnya diadakan perbaikan atau Corrective, dan kesemuanya ini akan juga menjadi umpan balik bagi perencanaan selanjutnya. Ada tiga tipe pendekatan perancangan pengendalian, yakni : 1) Pengendalian Pasar Adalah Pendekatan pengendalian yang menekankan penggunaan mekanisme pasar ekternal untuk mendapatkan standard yang digunakan dalam sistem pengendalian. 2) Pengendalian Birokratis Adalah sebuah pendekatan terhadap rancangan sistem pengendalian yang menekankan wewenang organisasi dan mengandalkan peraturan-peraturan administrasi, prosedur, kebijakan, pembakuan kegiatan, dan mekanisme administratif lain untuk menjamin agar karyawan menampilkan perilaku yang sesuai dan memenuhi pedoman-pedoman kerja.

3) Pengendalian Klan (kelompok) Adalah suatu pendekatan terhadap perancangan sistem-sistem pengendalian dimana perilakuperilaku karyawan diatur dengan nilai-nilai bersama, norma-norma dan tradisi serta upacara/seremonial organisasi tersebut Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian berperan untuk mendeteksi deviasi atau kelemahan yang perbaikan terhadapnya menjadi umpan balik dari suatu kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Hal-hal yang dicakup dalam fungsi pengawasan adalah menciptakan standar atau kriteria, membandingkan hasil monitoring dengan standar, melakukan perbaikan atas deviasi atau penyimpangan, merevisi dan menyesuaikan metode pengendalian sebagai respon atas hasil pengendalian dan perubahan kondisi, serta mengkomunikasikan dan penyesuaian tersebut ke seluruh proses manajemen. Adapun fungsi pengendalian yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan 2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi 3. Komunikasi informasi 4. Pengambilan keputusan 5. Memotivasi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi 6. Pengendalian 7. Penilaian kinerja. 8. Meningkatkan akuntabilitas 9. Merangsang kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. 10. Melindungi aset organisasi. 11. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien. Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat berupa: 1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program. 2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugastugasnya. 3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien. 4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Untuk memberikan ruang regular untuk superviesees untuk merenungkan isi dan pekerjaan mereka 6. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan seseorang 7. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan 8. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja tidak ditinggalkan tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi saja. 9. Untuk menjadi pro-aktif bukan re-aktif 10. Untuk memastikan kualitas pekerjaan Tujuan Pengendalian Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya suatu sistem yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan organisasi. untuk membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih dahulu dalam bisnis apa organisasi akan berusaha. Jabawan atas pertanyaan tersebut merupakan misi organisasi dengan demikian misi organisasi merupakan the chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya. Diharapkan dengan dilaksanakannnya struktur sistem manajemen akan tercipta visi dan misi organisasi perusahaan kemudian mengimplementasikannya. Permasalahan yang timbul dalam implementasi struktur sistem pengendalian manajemen yang dapat diidentifikasikan sekarang ini adalah terletak pada kelemahan struktur dan kelemahan proses. Sistem pengendalian manajemen tidak dapat mewujudkan tujuan sistem kemungkinan karena strukturnya tidak pas dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan, dapat juga terjadi tujuan sistem pengendalian manajemen tidak tercapai karena proses sistem pengendalian manajemennya lemah. Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan unsur-unsur manajemen efektif dan efisien. Permasalahan struktur sistem pengendalian manajemen penting untuk dikaji karena memberikan harapan yaitu kemampuan bagi manajemen perusahaan untuk memetakan secara komprehensif lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh organisasi perusahaan di masa depan, melakukan perubahan dengan cepat peta perjalanan tersebut sesuai dengan tuntutan perubahan yang diperkirakan akan terjadi dan melipatgandakan kinerja perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan, sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang luar biasa besarnya untuk senantiasa melakukan perubahan yang diperlukan Tujuan pengendalian antara lain sebagai berikut: 1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana. 2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan. 3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya. 4. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi 5. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. 6. Memajukan efisiensi dalam operasi.

7. Meningkatkan akuntabilitas. 8. Merangsang kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. 2.2 Proses Pengendalian Manajemen Siswanto, (2005:147) menyatakan bahwa untuk merealisasikan tujuan, manajer Organisasi bisnis maupun Organisasi bisnis maupun organisasi umum perlu melalui tahapan. Tahapan yang dimaksud meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian. Pada setiap fungsi manajer harus pula melalui fase-fase tertentu yang menjurus pada tujuan setiap fase tertentu. Demikian halnya dengan pengendalian, untuk mempermudah terelisasinya tujuan atas aktivitas tersebut dilalui tahapan pelaksanaanya. Pada umumnya dalam organisasi, proses pengendalian yang ditempuh oleh manajer meliputi: 1. Menetapkan Hasil Yang Diinginkan (Define Desired Result) Manajer harus menetapkan hasil yang ingin dicapai sespesifik mungkin. Karena tujuan yang dirumuskan terlalu umum akan menibulkan kekaburan. Penerapan tujuan seperti meningkatkan produktivitas, menaikkan harga produk, dan meningkatkan pelayanan pelanggan terlihat kabur. Terdapat tiga alasan mengapa harus tujuan ditetapkan secara jelas dan memuat standar pencapaian tujuan. Pertama adalah bahwa sering kali tujuan terlalu bersifat umum sehingga sulit untuk dinilai pada saat implementasi dilakukan. Misalnya untuk bagian pemasaran, perusahaan memiliki tujuan untuk “meningkatkan penjualan”. Tujuan ini jelas namun sangat sulit untuk diukur, sehingga jika dilakukan evaluasi apakah tujuan peningkatan ini tercapai atau tidak menjadi mudah untuk dinilai. Salah satu tugas yang penting dari manajer yang akan merancang aktivitas pengendalian adalah menentukan sejumlah indikator yang terandal untuk setiap tujuan nya. Indikat peringatan awal yang dapat membantu manajer dalam mengestiasi apakah tujuan yang ingin dicapai dapaat terwujut atau tidak menurut Newman meliputi hal-hal berikut yaitu: a) Pengukuran Masukan (input measurement) Suatu perubahan dalam masukan kunci akan memberikan isu kepada manajer bahwa ia perlu mengadakan perubahan terhadap rencananya atau mengambil beberapa tindakan perbaikan. b) Hasil Tahap Awal (Result ofearly step) Apabila hasi tahap awal ternyata lebih baik daripada yang diharapkan atau sebaliknya, munkin perlu dilakukan penilaian kembali dan tindakan yang tepat dapatdiambil. c) Gejala (Symptoms) Gejala adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil akhir tapi tidak langsung mempengharu hasi tersebut. d) Perubahan dalam Kondisi yang Diasumsikan (Changes in assumed Conditions) Estimasi awal yang didasarkan atas anggapan a bahwa kondisi yang normal akan berlaku. Suatu perubahan yang tidak diharapkan , seperti pengembangan produk baru oleh pesaing atau kekurangan bahan baku, akan menunjukkan perlunya untuk mengevaluasi kembali taktik dan tujuan organisasi. 2. Menentukan Standar atas Prediktor dan Hasil

a) b) 3.

4.

1)

2) 3)

Siswanto, (2005:148) untuk menentuan standar atas prediktor dan hasil akhir merupakan suatu bagian penting dalam desain proses pengendalian. Tanpa tolak ukur, manajer barang kali bereaksi terhadap penyimpangan yang tidak berarti atau gagal memberikan reaksi terhadap penyimpangan yang signifikan. Suatu standar memiliki dua tujuan pokok yaitu : Untuk memotivasi agar para karyawan dapat berprestasi tinggi Berfungsi sebagai patokan yang akan dibandingkan Menentukan Jaringan Informasi dan Umpan balik (establish the information and feedback Network) Tahap ini adalah menentukan sarana untuk mengumpulkan informasi mengenai prediktor dan sarana untuk membandingkan prediktor dengan standar. Suatu jaringan komunikasi akan berfungsi secara efektif manakala arus komunikasi tidak saja keatas tetapi juga ke bawah kepada pihak yang harus mengambil tindakan perbaikan. Demikian pula, jaringan komunikasi mesti efektif untuk mengumpan balik informasi yang relevan kepada personaia, kunci pada waktunya agar mereka dengan informasi tersebut dapat mengambil tindakan yang diperlukan. Untuk mencegah agar manajer tidak tengelam dalam komunikasi mengenai kemajuan atas berbagai permasalahan, seringkali komunikasi pengendalian ini didasarkan atas prinsip manajemen berdasarkan pengecualian. Dalam perinsip manajemen berdasarkan pengecualian, manajer pengendalian sebaiknya diberi tahu mengenai kemajuan suatu operasi hanya apabila suatu penyimpangan yang signifikan dari rencana atas standar. Manajer dapat berkonsentrasi secara penuh pada situasi permasalahan tersebut. Menilai informasi dan Pengendalian tindakan perbaikan (evaluation information and take corrective Action) Di dalam setiap bagian atau divisi perlu ada orang anggota manajemen yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan koreksi-koreksi terhadap pekerjaan-pekerjaan di dalam lingkunganya. Tugas tersebut melekat pada tanggung jawabnya secara pribadi sehingga ia akan melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut dengan baik dan menghasilkan tindakan-tindakan perbaikan. Tahap ini menyangkut perbandingan prediktor dengan standar, penetapan mengenai tindakan apa (apabila ada) yang perlu diambil, dan kemudian mengambil tindakan tersebut. Seorang Manajer harus mempunyai berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilakukan dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses kontrol atau pengawasan. Caracara pengendalian atau pengawasan ini dilakukan sebagai berikut: Pengawasan langsung Pengawasan yang dilakukan sendiri oleh manajer. Sisi kelemahanya adalah mengurangi insiatif bawahan karena selalu merasa diawasi oleh atasan. Dalam hubungan ini mutlak perlu untuk mengingat bahwa terdapat tuntutan kewajiban yaitu perolehan hak. Para pekerja/ bawahan harus mempunyai keyakinan penuh bahwa apabila mereka menunaikan kewajiban dengan baik. Siagian, (1995:195). Pengawasan tidak langsung Pengawasan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Pengawasan berdasarkan pengecualian

5. a.

b.

c.

d.

6.

a.

a. b. c. d. e. f. g. h.

Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasilatau standar yang diharapkan. Malayu, S.P.Hasibuan, (2006:245-246). Langkah-Langkah dalam Proses Pengendalian Mockler (1984) membagi pengendalian dalam 4 langkah yaitu : Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi dari standar dapat diketahui lebih dahulu. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali. Mengambil Tindakan Korektif Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan. Sifat dan Waktu Pengendalian Malayu, S.P.Hasibuan, (2006:245-246). Menyatakan bahwa sifat dan waktu pengendalian atau kontrol/pengendalian dibedakan atas : Pengendalian Pra tindakan Pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventif control ini dilakukan dengan cara : Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan Membuat peraturanan pedoman pelaksanaanpekerjaan itu Menjelaskan cara pelaksanaan pekerjaan itu Mengorganisasi segala macam kebutuhan Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap individu karyawan Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan Preventif control ini adalah pengendalian yang terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.

b. Pengendalian Setelah kesalahan (Repressive control) Pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya,dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan masalah ,sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive control ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Membandingkan antara rencana dan ghasil b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikanya c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaanya,jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana f. Jika perlu menigkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training atau education. g. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera diperbaiki. h. Pengendalian berkala, adalaah pengendalian yang dilakukan secara berkala. Misalnya per minggu,perbulan,atau pertahun i. Pengendalian Mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau pengaturan dilaksanakan dengan baik atau tidak. j. Pengamatan melekat adalah pengendalian yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada, dan sesudah. 7. Karakteristik Pengendalian yang Efektif Seperti yang telah dibahas terdahulu bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang ditentukan dengan tepat. Dengan demikian, pengendalian yang efektif adalah pengendalian yang tepat sesuai dengan proses yang harus dilalui tampa menyimpang dari sistem yang dianut sehingga tahapanya menjadi benar. Siswanto, (2005:149) pengendalian sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem yang memiliki karakteristik tertentu. Secara umum pengendalian yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1) Akurat (accurate) Informasi atau kinerja harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang tidak tepat,menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan atau bahkan menimbukan masalah baru. 2) Tepat Waktu (Timely) Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan. 3) Objektif dan Komprehensif Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakanya.Maka objektif suatu pengendalian makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang diterima,demikian pula sebaliknya. Sistem informasi yang susah dipahami akan mengakibatkan hal yang tidak perlu dan kebingungan diantara para karyawan. 4) Dipusatkan pada tempat pengendalian strategis

Sistem Pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar ,atauyang akan mengakibatkan kerugian yang paling besar . Selain itu ,sistem pengendalian strategi sebaiknya dipusatkan pada tempat di mana tindakan perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mungkin. 5) Secara ekonomi realistic Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna. Usaha meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan. 6) Secara organisasi Realistik Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi. Misalnya individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja yang harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain itu, semua standar untuk kinerja harus realistik . Perbedaan status disini juga harus dihargai 7) Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi Informasi pengendalian perlu untuk koordinasikan dengan arus pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh organisasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk menerimanya. 8) Fleksibel Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru. 9) Preskriptif dan operasional Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasikan tindakan perbaikan apa yang perlu diambil stelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan. 10) Diterima Para anggota Organisasi Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktifitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan. perlu diperhatikan bahwa standar yang ditetapkan harus diterima oleh para anggota organisasi sebagai bagian integral dan hasil dari pekerjaan mereka . Demikian pula bahwa sistem pengendalian harus konsisten dengan kultur organisasi yang bersangkutan. Karena apabila hal ini terjadi sebaliknya,sistem pengendaian tidak akan efektif sebagaimana diharapkan. 8. Proses Pengendalian dalam Manajemen Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer mempengaruhi anggotanya untuk melaksanakan strategi organisasi. 2.3 Alat Ukur Kinerja

1. 2. 3.

a. b.

1) 2)

3)

Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (James Whittaker, 1993) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Adapun tujuan umum pengukuran kinerja adalah : untuk menentukan kontribusi suatu bagian dari perusahaan terhadap organisasi secara keseluruhan. memberikan dasar untuk mengevaluasi kinerja masing-masing manajer. memotivasi para manajer untuk mengoperasikan divisinya secara konsisten sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan. Untuk itu sistem pengukuran kinerja harus memenuhi tuntutan sebagai berikut: Sistem tersebut harus mencerminkan pemahaman organisasi yaitu sistem pengukuran kinerja harus memonitor kinerja organisasi dan menggiring kinerja dalam tujuan utama organisasi. Sistem pengukuran kinerja harus mengukur aspek kritis yang penting atau perbedaanperbedaan dari kinerja organisasi untuk mencapai tujuan utama. Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut: Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan; Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal;

4) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (deduction of waste); 5) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi; 6) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut. Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan dapat kita ketahui dibagi menjadi dua, yaitu: a) Tujuan evaluasi Seorang manajer menilai kinerja dari masalalu seorang karyawan dengan menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam keputusan-keputusan promosi. demosi, terminasi dan kompensasi. b) Tujuan pengembangan Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan dimasa yang akan datang. Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja karyawan adalah: sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prilaku dan kinerja anggota organisasi atau perusahaan. Manfaat penilaian kinerja karyawan Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Dan bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen sumber daya manusia secara efektif. Kriteria sistem pengukuran kinerja 1. Mempunyai keterkaitan yang strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran kinerja dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis jika sistem pengukurann kinerjanya menggambarkan atau berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi. 2. Validitas (validity). Suatu pengukuran kilnerja dikatakan valod apabila hanya mengukur dan menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan. 3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja yang digunakan. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja adalah dengan membandingkan dua penilai yang menilai kinerja seorang pegawai. 4. Akseptabilitas (acceptability). Berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.

5. Spesifisitas (specificity). Marupakan batasan-batasan di mana pengukuran kinerja yang diharapkan disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mencapai kinerja tersebut. Spesifisitas berkaitan dengan tujuan strategis dan tujuan pengembangan manajemen kinerja. Tiga kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan dari sistem pengukuran kinerja yaitu : 1) keterkaitan 2) perbaikan terus-menerus 3) pengawasan proses. Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan elemen pokok suatu pengukuran kinerja antara lain: 1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. 2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. 3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. 4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengendalian adalah proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengkoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Proses pengendalian yang ditempuh oleh manajer meliputi: 1. Menetapkan Hasil Yang Diinginkan (Define Desired Result) 2. Menentukan Standar atas Prediktor dan Hasil 3. Menentukan Jaringan Informasi dan Umpan balik (establish the information and feedback Network) 4. Menilai informasi dan Pengendalian tindakan perbaikan (evaluation information and take corrective Action) 5. Langkah-Langkah dalam Proses Pengendalian 6. Sifat dan Waktu Pengendalian 7. Karakteristik Pengendalian yang Efektif Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA Adair, John. 1994. Menjadi Pemimpin yang Efektif. Gramedia. Jakarta. Benge, J.Benge. 1994. Pokok-Pokok Manajmen Modern. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Etzioni, Amitai Etzioni. 1985. Penerjamah Suryatim. Modern Organization.Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. G.T., Terry.1997. Prnciples Of Manajement. Alumni. Bandung. Malayu,S.P.Hasibuan.2006. Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. Prawirosentono, Suryadi. 2009. Manajemen Operasi. Bumi Aksara. Jakarta. P. Siagian, Sondang. 1998. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara. Jakarta. Rivai, Veithzal. Dkk. 2010. Education Manajemen. RajaGrafindo, Persada. Jakarta. Siagian,1995. Teknik Menumbuhkan Dan Memelihara Perilaku Organisasi. Toko Gunung Agung. Jakarta. Siswanto,2005. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. Sofyandi, Herman.2003. Perilaku Organisasi. Graha Ilmu. Yogyakarta Stoner, James A.F dkk, 2003. Manajemen. Indeks. Jakarta. Sumarsan, Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen. Indeks. Jakarta. Sutrisno, Edi. 2010. Budaya Organisasi. Kencana. Jakarta. Syamsi, Ibnu.1994. Pokok-pokok Organisasi & Manajemen. Rinika Cipta. Jakarta. Syafri Harahap, Sofyan. 1996. Manajemen Kontemporer. RajaGrafindo Persada. Jakarta Tisnawati, Ernie Sule dan Kurniawan Saefullah, 2006. Pengantar Manajemen. Kencana. Jakarta. Terri, George.1993. Prinsip-Prinsip Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. Winardi. 2007. Teori Organisasi dan pengorganisasian. RajaGrafindo Persad

More Documents from "Rijal"