Nama : Isnaini Rahmawati Kelas : SPB E NPM : 150510160007 Resume Modul 6. SPB “Agroekologi dan Perkembangan Sistem Leisa” Pada suatu ekosistem akan terus mengalami perubahan bersamaan dengan berlangsungnya proses seleksi alam. Agroekologi adalah gabungan dari uunsur-unsur baik dari ilmu pertanian konvensional maupun ekologi. Terdapat 3 prinsip untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana prinsip agroekologi bisa diterapkan dalam menciptakan sistem LEISA : a. Relung ekologi bagi keanekaragaman fungsional Suatu konsep utama dalam ekologi adalah peran suatu organisme dalam ekosistem serta sumber daya kehidupan yang menentukan kesempatannya untuk bertahan hidup dan pengaruhnya terhadap komponen lain. Suatu agroekosistem yang ditempati oleh beragam jenis spesies dengan kata lain dengan suatu tingkat keanekaragaman yang tinggi cenderung lebih stabil daripada yang ditempati oleh hanya satu spesies (seperti budidaya monokultur). Serta dengan keragaman yang tinggi dapat memperbaiki produktivitas dengan input rendah. b. Saling melengkapi dalam agroekosistem Terdapat komponen-komponen dalam sistem pertanian yang saling melengkapi dan melaksanakan fungsi yang berbeda, misalnya komponen-komponen tersebut mengeksploitasi: Beragam kedalaman tanah Beragam kualitas lahan Unsur hara pada tingkat yang Biomassa yang tidak secara berbeda langsung bermanfaat bagi manusia Beragam intensitas cahaya Beragam jenis dan periode kerja Beragam tingkat kelembaban udara Beragam kebutuhan rumah tangga Beragam tingkat kelembaban tanah Pasar-pasar yang berbeda c. Sinergi di dalam agroekosistem Komponen-komponen sistem pertanian berinteraksi secara sinergis sehingga komponen tersebut meningkatkan kondisi bagi komponen lain, misalnya : Menciptakan iklim mikro yang Memproduksi biomassa tumbuhan cocok bagi komponen lain atau limbah sebagai makanan untuk Menghasilkan senyawa kimia tumbuhan atau hewan lain untuk mendorong komponen yang Memproduksi pelapis tanah atau diinginkan atau menekan struktural akar untuk meningkatkan komponen yang berbahaya konservasi air dan tanah Menurunkan populasi hama Mengusahakan sistem akar yang Pengendalian gulma dalam untuk meningkatkan daur Memproduksi tanaman obat-obatan ulang air dan unsur hara yang telah Memproduksi dan memobilisasi merembes atau yang tidak berada unsur hara dalam jangkauan tanaman
Meningkatkan
kondisi
pertumbuhan bagi komponen lain
Dengan memanfaatkan keanekaragaman sampai pada tingkat yang maksimal menjadikan system pertanian terpadu dan kompleks, sehingga hanya menggunakan input yang ada secara optimal. Tantangannya adalah menemukan kombinasi tanaman, hewan, dan input yang mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal. I. Wawasan Agroekosistem Kekayaan, Kendala, Dan Penanganannya Tabel Kriteria dan faktor penciri dalam perwilayahan agro ekosistem secara praktis Tipe lahan/agroekosistem praktis Simbol Penciri Utama 1. Lahan sawah (Irrigated lowland)
beririgasi IR
2. Lahan sawah tadah (Rainfed lowland)
hujan
Potensi air irigasi > 5 bulan Ketersediaan air tidak tergantung kepada curah hujan Elevasi < 700 mdpl
Potensi irigasi < 5 bulan Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan Elevasi < 700 mdpl
3. Lahan kering beriklim basah (dryland-wet climate) KB
Curah hujan < 2000 mm/th Masa bertanam < 6 bulan Elevasi < 700 mdpl
4. Lahan kering beriklim kering KK (dryland-dry climate)
Curah hujan < 2000 mm/th Masa bertanam < 6 bulan Elevasi < 700 mdpl
Elevasi > 700 mdpl
Ada lapisan bahan organik Terpengaruh pasang surutnya permukaan air sungai dan laut Potensi sulfat masam
5. Lahan dataran altitude area)
tinggi
TH
(high DT
6. Rawa lebak dan pasang surut RP (swampy/tidal areas)
Menurut ADB (2000) pertanian berbasis ekologi atau ecological farming (disingkat ecofarming) harus bersifat broad base, dalam arti: Memperhatikan ekosistem dalam skala mikro dan makro Memberi prioritas kepada ekosistem yang merupakan konsentrasi penduduk miskin
II.
Agroekosistem Yang Merangsang Ekosistem Alami
Jika tanaman dan hewandalam suatu ekosistem alami yang mempunyai sedikit atau tidak sama sekali manfaat bagi pertanian akan digantikan dengan yang serupa tapi lebih bermanfaat. Ciri-ciri ekosistem alami bisa dipakai sebagai basis rancangan system pertanian berkelanjutan, misalnya system agroforestry. Dalam rancangan agroforestri, ekosistem alami digabungkan dengan kebutuhan usaha tani, hasil gabungan ini akan meningkatkan keanekaragaman spesies tanaman dengan ciri tajuk dan perakaran yang berbeda, dapat meningkatkan sumberdaya yang tersedia datas dan dibawah permukaan tanah dan bisa dimanfaatkan secara lebih efisien. Ciri ekosistem alami yaitu menyimpan unsur hara dalam jumlah besar dalam jaringan hidup, termasuk dalam sistem pertanian, namun sistem ini dapat terus berfungsi hanya jika hilangnya unsur hara terdaur ulang dan / atau digantikan secara memadai. III.
Pengembangan Sistem Leisa
Dalam pengembangannya, Sistem LEISA memiliki hambatan yang dapat membatasi peluang. Sehingga perlu dalam penyusunan strategi dalam menuju sistem pertanian berbasis LEISA dan mengetahui peluang yang ada. Terdapat peluang dan tantangan yang tergantung pada faktor lahan, tenaga kerja, uang, dan sumber daya yang semakin langka. Berikut penjelasan rincinya : 1. Menghadapi Hambatan Lahan Dewasa ini, peningkatan populasi penduduk berakibat pada penggunaan lahan yang semakin diprioritaskan sebagai tempat tinggal. Sehingga hal tersebut menjadi permasalahan dalam ketersediaan lahan bagi pertanian karena terdapat alih fungsi lahan yang berasal dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian atau komersil. Dengan fenomena tersebut Penggunaan sistem pertanian dilakukan dengan cara intensifikasi yang mengoptimalkan penggunaan lahan. Dalam sistem pertanian berbasis LEISA, tidak ada panduan teknis untuk mengintensifkan penggunaan lahan dalam kondisi input luar rendah, tetapi terdapat teknik teknik yang diterapkan dalam mengutamakan pelestarian tanah dan air secara terpadu. Maka dari itu hal yang perlu dilakukan adalah dengan memanfaatkan seoptimal mungkin lahan yang tersedia dan tetap menjaga kesuburan lahan tersebut agar tidak terjadi degradasi tanah. 2. Menghadapi Hambatan Tenaga Kerja Usaha tani seringkali bersaing dengan sumber pendapatan yang lebih menarik dan lebih besar, sehingga usaha tani sering kali kalah bersaing dalam penyerapan tenaga kerja. Di dalam LEIA, intensifikasi bergantung kepada energi manusia dan hewan, karena energi yang berasal dari bahan bakar minyak langka dan tidak terjangkau. Pilihan lain untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja adalah dengan mekanisme berdasar pada peralatan yang dioperasikan dengan tangan atau tenaga hewan. 3. Meningkatkan sumber daya melalui penggunaan Input Luar
Input luar seperti tambahan unsur hara, pestisida, teknologi pengairan akan sangat diperlukan dalam penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan. Input luar ini memiliki peran dalam meningkatkan keseluruhan hasil lahan pertanian, dan meningkatkan produktivitas lahan. Terpenting adalah penerapan dan penggunaannya yang efektif dan efisien. Namun sama halnya dengan kebutuhan input luar yang sangat tinggi, akan lebih bijaksana jika pembelian input luar diimbangi dengan proses daur ulang sampah organik dan kembali ke sistem pertanian dengan meningkatkan efisiensi penggunaan input dari dalam. 4. Strategi Transisi Menuju LEISA Transisi merupakan proses perubahan dari suatu sistem usaha tani konvensional atau tradisional yang tidak seimbang ke sistem usaha tani yang seimbang secara ekonomis, ekologis dan sosial (LEISA). Karena memulihkan keseimbangan ekologi memerlukan waktu bertahun-tahun, khususnya ketika melibatkan pohon-pohon yang sedang tumbuh dan hewanhewan biakan, suatu proses transisi, daya dukung petani untuk menyesuaikan dengan perubahan ini akan sangat penting untuk keberhasilan transisi. Secara keseluruhan, proses transisi dilakukan dengan sadar dan disesuaikan segala kontennya agar menciptakan pertanian yang seimbang dan berkelanjutan. Penentuan strategi dalam melakukan transisi harus dilakukan secermat mungkin dengan mempertimbangkan banyak hal. Pada dasarnya strategi transisi akan tergantung pada ecozone (kering/lembah, dataran rendah/dataran tinggi, status sosial ekonomi, dan tingkat teknologi yang tersedia. Penentuan strategi transisi harus dilakukan melalui tahapan diskusi dengan keluarga petani, karena setiap sistem pertanian akan memiliki keunikan tersendiri dari pelaku pertanian tersebut. Terlebih lagi adalah para petani ini yang paling mengetahui kondisi nyata dan keunggulan dari pertanian yang mereka telah usahakan.