Sp Travel Med Ocha.docx

  • Uploaded by: Ochaa Gayathri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sp Travel Med Ocha.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,166
  • Pages: 5
2.3 Faktor Pengaruh Kesehatan Mental pada Traveller 2.3.1 Akomodasi dan Tempat Tinggal Dalam sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di kota Derbyshire, Inggris, yang mana responden diminta untuk menilai pentingnya terhadap transportasi umum yang baik sehubungan dengan kesehatan mental mereka sendiri. Dalam kaitannya dengan Transportasi Lokal, 83% responden menyatakan bahwa transportasi umum yang baik adalah sangat penting bagi kesehatan mental mereka. Persentase ini sangat menarik apabila dipertimbangkan dengan betapa rendahnya profil kesehatan mental yang diterima di dunia transportasi terutama yang berkaitan dengan aksesibilitas. (1) Akomodasi yang buruk dan lingkungan yang buruk mempengaruhi kesehatan mental traveller dan hal ini merupakan masalah utama, seperti rendahnya standard pelayanan dan fasilitas.(2) Di Donegal, 50% traveller yang tinggal di lokasi tertentu menyatakan bahwa situasi akomodasi menyebabkan mereka menjadi stres, dengan dilaporkan bahwa lebih banyak traveller yang tinggal di lokasi tersebut mengalami depresi dibandingkan mereka yang tinggal dirumah.(3) Selain itu standar tempat tinggal juga memunculkan beberapa masalah, seperti salah satunya dapat memutuskan wisatawan dari jaringan keluarga besar mereka sehingga menyebabkan isolasi sosial yang dapat menyebabkan depresi. Terdapat juga kekhawatiran bahwa tinggal jauh dari keluarga dan bergaul dengan orang-orang yang menetap di sekitar tempat tinggal para wisatawan dapat meningkatkan penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. (4) 2.3.2 Diskriminasi Terhadap Traveller Traveller mengalami diskriminasi dan rasisme yang terjadi secara merata. Pada sebuah survei yang dilakukan mengenai proporsi pada traveler yang merasa pernah mengalami diskriminasi berdasarkan beberapa area kehidupan ( contoh : tempat kerja, sekolah, tempat umum, akses pelayanan kesehatan) dilaporkan bahwa mereka merasa didiskriminasikan di semua bidang kehidupan dengan proporsi yang tinggi. Tingkat terendah (42%) dilaporkan untuk proporsi diskriminasi saat masuk ke dalam tim olahraga, sementara di atas 7 dari 10 (71%) merasa didiskriminasikan di jalanan / di tempat umum, mengenai pelayanan di sebuah toko / pub (72%) dan mendapatkan akomodasi (76%). Saat

mengakses layanan perawatan kesehatan, lebih dari setengahnya mengalami diskriminasi, dengan 1 dari 8 (13%) telah mengalami hal tersebut sebanyak 4 kali atau lebih. (5) Diskriminasi yang dirasakan dapat menjadi sumber stres utama pada traveller, sehingga mempengaruhi kesehatan mental mereka, yang menyebabkan beberapa gangguan kejiwaan seperti depresi, kegelisahan dan bunuh diri. Selain itu, perasaan paranoid dan rasa pengunduran diri dan fatalisme juga menjadi catatan. (6) 2.3.3 Dukungan sosial atau modal sosial Dukungan sosial sebagai salah satu faktor penting dalam wisatawan melakukan kunjungannya ke beberapa tempat. Dikatakan bahwa orang tua menjadi sumber dukungan sosial paling tinggi yang memberikan banyak dukungan sekitar 46% (laki-laki 42%, perempuan 50%), diikuti oleh kerabat dekat lainnya (28%), anak-anak (28%), dan pasangan (27%).7 Mempercayai orang lain merupakan aspek penting dari modal sosial. Hanya 1 dari 4 (27%) Wisatawan setuju atau sangat setuju dengan pernyataan bahwa kebanyakan orang dapat dipercaya, sementara proporsi terbesar tetap tidak pasti. Wisatawan remaja lebih memiliki jaringan persahabatan yang lebih luar selain dari orang tua. Semakuan kuat dan besarnya dukungan sosial dan modal sosial yang dimiliki wisatawan maka perjalanan kunjungan wisatawan menjadi lebih menyenangkan dengan beban yang lebih ringan sehingga para wisatawan dapat terhindar dari resiko mengalami stress ataupun depresi.7 2.3.1 Penggunaan dan Penyalahgunaan Zat 1. Alkohol Konsumsi alkohol pada traveler cukup mempengaruhi kesehatan traveler ketika melakukan perjalanan. Dikatakan bahwa wisatawan wanita angka konsumsi alkohol lebih kecil dibandingkan wisatawan laki-laki. Diantara para wisatawan yang mengkonsumsi alkohol, dinyatakan bahwa 66% wisatawan laki-laki dan 39% wisatawan perempuan mengkonsumsi alkohol.1 Konsumsi alkohol dikaitkan pada beberapa permasalahan seperti permasalahan sosial, terutama masalah kesehatan seperti masalah mental (depresi).8

2. Obat-obat terlarang Penggunaan obat-obatan terlarang dikalangan para wisatawan cukup rendah. Secara umum penggunaan obat terlarang dikalangan wisatawan lebih rendah dari populasi yang telah menetap namun angka penggunaannya pun meningkat. Penggunaan obat terlarang (terutama kokain, ekstasi, dan mariyuana) sudah meningkat seiring arus globalisasi.7 Penyalahgunaan obat-obatan telah dikaitkan dengan perilaku antisocial, stress, konflik masyarakat dan parasuicide (terkait dengan ketidakmampuan untuk membayar hutang akan penggunaan obat terlarang).9 Wisatawan dengan gaya hidup yang nomaden, dan ketakutan untuk membeli obat dari orang-orang yang menetap di daerah wisata tersebut sehingga prinsip kehati-hatian sangat diterapkan. Karena hal tersebut pengguna dan pengedar obat terlarang tidak terlalu terlihat dipermukaan sehingga sulit untuk dikendalikan dan ditangani.10 3. Obat Resep Penyalahgunaan dan ketergantungan pada obat resep muncul sebagai masalah yang umum terutama bagi wisatawan perempuan. Tingkat penggunaan obat penenang dan antidepresi dikatakan cukup tinggi. Ada beberapa permasalahan mengenai resep pengobatan untuk obat yang dibawa oleh para wisatawan seperti resep dalam jangka waktu lama, pengulangan resep tanpa melihat kondisi wisatawan. Terlebih lagi para wisatawan biasanya mendapatkan obat resep lebih dari satu dokter, melakukan sharing obat dengan sesame wisatawan, mengganti dosis harian. Ketergantungan dan resiko keracunan (jika digabungkan dengan obat lain), pengobatan yang berlebihan dapat menyebabkan masalah pada keselamatan wisatawan.7

2.3.2 Orientasi Seksual Orientasi seksual pada wisatawan sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Dikatakan bahwa wisatawan dengan resiko menjadi lesbian, gay dan biseksual (LGB) mengalami kesehatan mental yang lebih buruk daripada orang dengan heteroseksual pada populasi umum. Diantara para wisatawan, mereka yang memilikiorientasi seksual yang

buruk sulit untuk terbuka pada populasi umum untuk menunjukkan perbedaan orientasi mereka. Perbedaan wisatawan pria dan wanita yang memiliki kelainan orientasi seksual yaitu wisatawan pria dengan kelainan orientasi seksual cenderung bisa menjalani hidup normal dan sampai bisa menikah dengan wanita. Sedangkan pada wanita yang memiliki orientasi seksual yang berbeda dari populai umum sebagian besar sulit untuk melepaskan diri atau berpisah dari pasangan sejenisnya.7 Wisatawan dengan orientasi seksual yang menyimpang terkadang tidak bisa diterima oleh populasi umum tempatnya berwisata atau bahkan wisatawan dengan penyimpangan seksual ini merasa lebih nyaman untuk berlibur ataupun menghabiskan banyak waktu pada tempat-tempat yang dimana kaum mereka dilegalkan dan diterima oleh masyarakat sekitar. Beberapa dampak yang dapat dirasakan wisatawan dengan penyimpangan seksual ketika bepergian kesuatu tempa yaitu merasa terkucilkan oleh pandangan masyarakat sekitar, ruang gerak kebebasan lebih terbatas, bahkan sampai dengan tingkat emosional yang tinggi sehingga mempengaruhi mental dari wisatawan tersebut.7

Dafpus 1.

Health M, Group A. Mental Health & Public Transport Report. 2011.

2.

Walker, M.R. (2008). Suicide among the Irish Traveller community 2000-2006. Wicklow County Council. http://www.nosp.ie/book.pdf

3.

Leonard, P. & O‟Leary, A. (2006). Mental health of the Traveller community in Donegal: The scope of the problem and the possibilities for change. In: A Report from the National Conference HSE West. Addressing the mental health needs of minority ethnic groups and asylum seekers in Ireland. Sligo, January, 2006.

4.

Van Hout, M.-C. (2011a). Assimilation, habitus, and drug use among Irish Travellers. Critical Public Health, 21, 203-220.

5.

AITHS Team (2010b). All Island Traveller Health Study. Our Geels. Technical Report 1: Health survey findings. Dublin: UCD.

6.

AITHS Team (2010a). All Island Traveller Health Study. Our Geels. Qualitative Studies: Part A of Technical Report 3. Dublin: UCD.

7. Brigham, J. C., & Barkowitz, P. (2010). Do "They all look alike?" The effect of race, sex, experience, and attitudes on the ability to recognize faces. journal of applied social psychology, 8(4), 306-318. 8. Roodman, D. (2015). The impacts of alcohol taxes : A replication review. 9. Maher, L, & Dixon, D. (2013). Policing and public health: law entorcement and harm minimization in a street-level drug market. British Journal of Criminology. 39, 488-512 10. Johnson, L. T. (2016). Drug Markets , Travel Distance , and Violence : Testing a Typology. http://doi.org/10.1177/0011128714568302

Related Documents

Sp Travel Med Ocha.docx
October 2019 6
Med
May 2020 39
Med
May 2020 39
Med
November 2019 51
Med
May 2020 34
Med
May 2020 32

More Documents from "aspchnrt"

Sp Travel Med Ocha.docx
October 2019 6
Anatomi Kornea.docx
June 2020 4
Resume Genga.docx
October 2019 7
Syllabus.pdf
June 2020 5
Someones View.pdf
May 2020 4