Sowa.docx

  • Uploaded by: tasyaaferi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sowa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 399
  • Pages: 3
Sabtu,23 Februari 2019, SOWA berkesempatan mengikuti even talk show arsitektur yang diadakan oleh NBA-PKU (Nongkrong Bareng Arsitek-Pekanbaru), yang diadakan di Hotel Batiqa Pekanbaru. Dengan pembicara Ary Indra (aboday) dan Ardy Hartono (dua studio). Acara dimulai dari pukul 09.00 dengan pembukaan dari pendiri NBA-PKU, yaitu Bapak Parlindungan Ravelino. Sambil menunggu kedatangan pembicara, acara diisi dengan sponsor dari acara yaitu conwood, kemudian dilanjutkan dengan coffee break. Selanjutnya pemberian materi oleh Ary Indra, mengenai pameran di Bienalle di Venezia, Italia. Bienalle ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali yang memamerkan seluruh karya seni (termasuk arsitektur) yang diikuti oleh seluruh negara di dunia. Setelah mengikuti seleksi, Ary Indra terpilih sebagai kurator dengan 5 anggota tim lainnya yang mewakili Pavilliun Indonesia pada tahun 2018.

Tema Bienalle pada tahun 2018 tersebut adalah freespace. Disini Ary Indra dan tim mengilustrasikan bagaimana freespace dari arsitektur Indonesia. Setelah melakukan penelitian dari arsitektur nusantara, Ary Indra dan tim menemukan adanya ruang hening di setiap arsitektur tersebut. Sebuah ruang yang membentuk ruang lainnya, bagaimana membuat sekitarnya berinteraksi, juga bagaimana kualitas ruang tersebut dari cahaya yang masuk. Kemudian, didapatlah konsep freespace dari Indonesia tersebut adalah; sunyata: the poetics of emptiness. Pada proses desain dilanjutkan dengan pembicara Ardy Hartono, yang merupakan salah satu anggota tim dari Ary Indra. Beliau menjelaskan free space tersebut kedalam ‘What if architecture have no form and shape’. Untuk menjelaskan emptiness tersebut bagaimana arsitektur yg penting tidak hanya bentuk tapi ruang, kemudian ruang tersebut ada di pikiran.

Ardy Hartono mengimplementasikan ‘void’ sebagai ruang hening dari arsitektur nusantara tersebut. Dengan menggunakan bahan kertas tyfek agar secara logistik tidak sulit. Kertas tersebut dibuat menggantung untuk menggambarkan ‘architecture have no form and shape’, kemudian diberi bolongan pada bagian tengah sebagai ‘void’. Pencahayaan pada bagian atas kertas dibuat lebih terang untuk menampakkan kontras dari kualitas pencahayaannya, sehingga orang yang datang dapat merasakan perbedaanya. Terdapat dua bolongan pada kertas tersebut, yaitu; linear (koridor), yang dapat merasakan bagaimana perubahan rasa dari ketinggian presepsi mata yang berubah.; yang kedua satu bolongan bagaimana rasanya diam statis.

Setelah pemberian materi, pada sesi tanya jawab, salah satu anggota SOWA, Achniya Tiffany bertanya, bagaimana cara menutupi kekurangan dari emptiness yang terdapat di arsitektur tersebut. Yang kemudian dijawab oleh Ary Indra, menjelaskan bahwa emptiness dari arsitektur tersebut bukanlah sebuah kekurangan melainkan kebutuhan yang menjadi kekayaan dari arsitektur itu sendiri. Diakhir penghujung acara Ary Indra mengajak rekan arsitek pekanbaru untuk mengikuti seleksi di Indonesia untuk bienalle berikutnya. Kemudian ditutup dengan foto bersama.

More Documents from "tasyaaferi"