Sosiologi.docx

  • Uploaded by: Komala Rajoo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sosiologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 921
  • Pages: 4
PENGERTIAN SOSIOLOGI Mengikut Ottoway(1964) di dalam buku yang ditulis oleh Sharifah Alwiah Alsagoff ( 1985 ), Sosiologi Pendidikan , sosiologi adalah satu bidang sains kemasyarakatan .Sosiologi pendidikan ialah sains sosial yang menggunakan ilmu sosiologi untuk mengkaji bidang pendidikan dalam sesebuah masyarakat .Dalam erti kata lain sosiologi pendidikan melihat kepada pendidikan dari perspektif sosiologi. Teori Fungsionalisme Masyarakat selalu dianggap seperti tubuh badan manusia yang mempunyai bahagianbahagian dengan fungsi-fungsi yang tersendiri. Teori fungsionalisme memberi penjelasan mengenai organisasi sosial dan menerangkan bagaimana sesuatu organisasi itu dipertahankan. Menurut teori ini, struktur-struktur sosial akan menentukan keharmonian masyarakat. Pengkajipengkaji telah merumuskan tiga andaian iaitu stabiliti, harmoni dan evolusi. Stabiliti merupakan kriteria penilaian utama untuk menentukan sejauh mana sesebuah masyarakat dapat dikekalkan. Harmoni menunjukkan bagaimana semua bahagian dalam masyarakat bekerjasama untuk mencapai tujuannya. Evolusi pula menggambarkan perubahan-perubahan yang berlaku kepada masyarakat melalui proses yang diadaptasikan daripada struktur sosial kepada pembaharuan. Maka, tidak dapat dinafikan lagi bahawa ibu bapa, pihak sekolah, rakan sebaya dan media massa mesti memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah jenayah yang wujud di kalangan remaja pada masa kini untuk memastikan suasana di dalam dan di luar sekolah lebih harmoni. Teori ini biasanya digunakan secara survey atau tinjauan yang telah disediakan berdasarkan kaji selidik (questionnaire). Teori ini banyak digunakan di institusi atau sekolahsekolah di Malaysia. Teori fungsionalisme menyatakan bahawa masyarakat, pihak sekolah dan

media massa memainkan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan kestabilan, keharmonian serta evolusi dalam sesebuah masyarakat. Sebagai contoh teori fungsionalisme biasa dilihat dari perlakun dan tugas dari masing-masing pihak di sekolah. Guru besar sekolah tentunya memastikan bahawa pentadbiran berjalan seperti yang dirancang, sebagai ketua di sekolah. Beliau memiliki kuasa penuh dalam hal perancangan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian pada sekolah yang dia pimpin. Selain itu guru besar juga merupakan ketua yang bertanggung jawab atas kemajuan sekolah. Guru berperanan sebagai tenaga pendidik yang berperanan penting dalam merancang dan melaksanakan strategi, dan kaedah pengajaran

yang relevan, sehingga

meningkatkan prestasi murid-murid. Sementara murid bertugas untuk datang ke sekolah dan mematuhi peraturan yang ada, memiliki semangat belajar untuk kemajuan di masa hadapan, dan menjaga nama baik sekolah dengan tidak bergaduh dalam sekolah mahupun dengan murid-murid sekolah yang lain. Jika setiap pihak tidak menjalankan tugas masing-masing dengan baik maka proses pentadbiran tidak akan berjalan dengan baik. Teori Konflik Sebelum mengetahui beberapa dari macam-macam teori konflik, maka alangkah baiknya terlebih dahulu diberi pengantar tentang pengertian konflik itu sendiri. “Konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. William Chang mempertanyakan “benarkah konflik sosial hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, tempat

tinggal, pekerjaan, uang, dan kekuasaan?”, ternyata jawabannya tidak; dan ditanyakan oleh Cang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. Dari pemaparan di atas secara sederhana konflik dapat diartikan sebagai perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan, menyingkirkan, mengalahkan atau menyisihkan. Teori konflik adalah salah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Teori konflik berkembang sebagai counter terhadap fungsional struktural. Teori ini menganggap bahwa masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok dan golongan yang berbeda kepentingan. Konflik ini diharapkan mampu memperteguh identitas. Sehingga dalam teori konflik dibutuhkan katup pengaman untuk mengamankan konflik tersebut. Karl Marx dianggap sebagai orang yang paling banyak memberi sumbangsi dalam pengembangan teori sosial konflik. Teori konflik Karl Marx didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal – borjuis– dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar (Lukacs, 2010: 95- 100 dan Umar, 1999: 43-51). Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis –false consiousness– dalam diri proletar,

yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka. Teori ini belakangan dikembangkan oleh Merton dan Parsons (Faqih: 80). Teori ini berangkat dari asumsi dasar bahwa terjadinya class struggle antara satu kelompok dengan kelompok lain karena adanya perbedaan kepentingan maka akan melicinkan jalan terciptanya sebuah masyarakat (AlNadwi, 1983: 49-50 dan Rex, 1985: 150-155). Ini dikarenakan suatu masyarakat harus memilih salah satu kelompok. Dari hasil persaingan perebutan kekuaasaan itu lahir tatanan kelas masyarakat pemenang yang kemudian mampu membentuk tatanan ekonomi dan peradaban yang maju dalam masyarakat. Secara sederhana dapat dicontohkan dalam kelompok kecil misalnya keluarga, teori sosial konflik melihat keluarga bukan sebagai bagian yang harmonis dan seimbang tetapi dianggap sebagai bahagian dari sebuah sistem yang penuh dengan konflik (Megawangi, 1999: 91). Suatu hal yang ironis diperlihatkan dari teori ini yaitu dianggapnya hubungan antara suami dan isteri tidak ubahnya dengan penguasa dan yang dikuasai (Susan, 2009: 5). Hal ini terkait dengan persaingan peran dan dominasi di dalam keluarga. Situasi konflik yang terjadi di masyarakat atau di dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang abnormal tetapi dianggap sebagai suatu proses secara alami menuju kepada terjadinya suatu perubahan.

More Documents from "Komala Rajoo"

Sosiologi.docx
December 2019 10
Bm Y5 K1
October 2019 33
Gantt 2019.docx
December 2019 10
Quiz.docx
December 2019 15
Bm Y1 K1
August 2019 21
Sb.docx
December 2019 14