LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KULIAH KERJA NYATA PERIODE SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2018/2019
SOSIALISASI PEMBUATAN ECOBRICK Di
DUSUN
: SDN REJOSARI
DESA
: KEMADANG
KECAMATAN
: TANJUNGSARI
KABUPATEN
: GUNUNG KIDUL
PROVINSI
: D.I YOGYAKARTA
Disusun oleh : Igo Wijanarko
151.11.1057
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2018
1
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA “SOSIALISASI PEMBUATAN ECOBRICK”
SDN Rejosari, Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul Propinsi D. I. Yogyakarta
Disusun oleh: No
Nama Mahasiswa
NIM
Tanda Tangan
1
Igo Wijanarko
151.11.1057
Yogyakarta, 24 November 2018 Dosen Pembimbing Lapangan
Paramita Dwi Sukmawati, S.T., M.Eng
Ketua Kelompok
Muhammad Mukhlis Perkasa
3
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Kuliah Kerja Nyata (KKN) IST AKPRIND Yogyakarta merupakan kegiatan
akademik
mahasiswa
yang
berlangsung
melalui
tahapan
pembelajaran peneitian dan pengabdian kepada masyarakat. KKN bertujuan untuk membantu dan mendampingi masyarakat sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, termasuk mengamalkan keilmuan yang telah dipelajari selama proses pembelajaran di kampus sesuai dengan program studi masingmasing. Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul menjadi sasaran peserta KKN AKPRIND 2018. Pelaksanaan KKN diawali dengan sosialisasi awal dalam bentuk observasi lapangan guna melakukan pendataan dan pemetaan wilayah lokasi KKN dan untuk mengetahui permasalahan
yang
ada
masyarakat.
Desa
Kemadang
Kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul lebih tepatnya di Padukuhan Rejoasri mempunyai keluhan mengenai sampah yang semakin hari semakin bertambah banyak sehingga menyebabkan lingkungan tersebut menjadi tercemar dan tidak sehat. Sampah merupakan kumpulan berbagai material buangan yang berupa sisa proses dan kegiatan kehidupan manusia. Sebagai suatu produk yang tidak lagi mempunyai nilai ekonomis, penanganan sampah jelas harus dilakukan dan dikelola secara baik. Saat ini penanganan sampah masih sebatas pada penanganan konvensional yaitu sampah ditaruh ditempat terbuka dan dibakar. Inilah salah satu bentuk masalah yang ditimbulkan apabila penanganannya tarlambat dan tidak sistematis, sehingga perlu dilakukan pengelolaan lanjutan atau daur ulang sampah. Permasalahan yang mendasar di Desa Kemadang adalah terletak pada masyarakatnya yang individualisme dan kurangnya peduli terhadap
4
sampah dan tidak mau mengelola sampah tersebut. Padahal apabila di kelola dengan baik sampah yang tadinya tidak berguna dapat dikelola lagi seperti botol dan plastik bekas atau sampah non organik lainnya untuk dijadikan ecobrick dan dapat dijadikan alat rumah tangga seperti kursi, meja, bahkan dapat dijadikan pengganti konblok pada dinding bangunan, selain itu juga dapat dijadikan kerajinan atau barang yang benilai jual tinggi. Kesadaran untuk mengelola sampah dengan baikpun tidak muncul dari tokoh-tokoh masyarakat sekitar seperti RT RW ataupun sesepuh setempat, mereka beranggapan bahwa denga cara apapun warga sekitar tetap saja merasa cuek dengan permasalah sampah yang sedang dialami. Sudah berbagai cara untuk mengajak warga sekitar menyikapi permasalah sampai yang terjadi, seperti: mengajak kerja bakti dan mengajak membuat cerobong asap pembakaran sampah, namun tetap saja semua hal itu berujung hanya sampai sebagai wacana. Hadirnya peserta KKN (Kuliah Kerja Nyata) berencana untuk mencoba memberdayakan warga sekitar mengenai pengelolaan Sampah. Pengelolaan sampah ini semoga dapat membawa perubahan kepada anak anak dan memberikan kesadaran atau pemahaman akan lingkungan terutama dalam hal sampah.
I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang penulis jadikan dasar dalam penyusunan laporan program kerja KKN (Kuliah Kerja Nyata) adalah sebagai berikut : 1.
Apakah sosialisasi pengelolaan sampah dapat dipergunakan untuk meminimalisir timbulan sampah yang mencemari lingkungan?
2.
Apakah sampah botol dan sampah plastik dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan yang bernilai jual?
I.3
Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan program ini adalah :
5
1.
Mengetahui hasil dari program kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah sebagai gerakan meminimalisir timbulan sampah yang mencemari lingkungan.
2.
Mengetahui hasil pengelolaan sampah botol dan sampah plastik sebagai bahan baku untuk membuat kerjinan yang bernilai jual.
I.4 1.4.1
Tinjauan Pustaka Pengertian Sampah Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (UU No 18 Pengelolaan sampah Tahun 2008). Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk yang dilakukan industry tetapi yang bukan biologis karena human wastes tidak termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena air bekas tidak termasuk di dalamnya. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik yang telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudh tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam. Murtadho dan gumbira (1998) membedakan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai karbon relative pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikro organism karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastic, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah segala sesuatu benda (padat, cair, dan gas) yang tidak
6
dikehendaki lagi keberadaanya yang berasal dari aktifitas manusia kecuali kotoran manusia. I.4.2 Pengelolaan Sampah Sampah erat sekali kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit
(bacteri
patogen),
dan
juga
binatang
serangga
sebagai
pemindah/penyebar/penyakit (vector). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak menganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik , bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan keehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan 4R, yaitu : 1.
Reduce (Mengurangi) : sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2.
Re-use (Memakai kembali) : sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3.
Recycle (Mendaur ulang) : sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan
sampah
logam,
merupakan
suatu
jawaban
atas
upaya
7
memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut. 4.
Replace ( Mengganti) : teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barangbarang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
1.4.3 Ecobricks Pengolahan sampah plastik menjadi material ramah lingkungan. Ini merupakan upaya untuk mengurangi menumpuknya sampah plastik. Material ramah lingkungan tersebut dibuat dengan memasukkan dan memadatkan sampah plastik yang sudah bersih dan kering ke dalam botol plastik bekas serta menggunakan tongkat kecil untuk memadatkan sampah plastik ke botol tersebut.
8
BAB II PELAKSANAAN PROGRAM
II.1 Bidang Kegiatan Bidang kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan materi-materi yang mahasiswa dapatkan dari lingkup jurusan teknik lingkungan yang membahas mengenai permasalahan sampah yang berada dimasyarakat dan kurang dimanfaatkan sehingga menjadi sampah yang tidak berguna.
II.2 Objek Kegiatan Objek kegiatan ini adalah anak kelas enam SDN Rejosari Tanjunngsari.
II.3 Lokasi Kegiatan Kegiatan ini berlokasi SDN Rejosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.
II.4 Jenis dan Waktu Kegiatan Jenis kegiatan edukasi serta permainan dan waktu kegiatan 25 oktober 2018 pukul 09.00-12.00
II.5 Pendanaan Dalam pelaksanaan program kerja individu ini tidak membutuhkan biaya.
9
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Capaian Pelaksanaan Dengan
bantuan
seluruh
anggota
kelompok
dan
anggota
karangtaruna tentunya, acara ini berjalan dengan lancar dan anak SD sangat antusias pada kegiatan ini. Dengan dihadirinya anak SD sejumlah kurang dari 20 anggota. Cara membuat ecobricks. Membuat ecobricks secara prinsip begitu mudah, hanya memasukan plastik kedalam botol plastik. Akan tetapi jika pembuatanya kurang tepat maka desain dan kekuatanya kurang memadahi. Oleh karenanya DLH Kota Jogja membrikan tips cara membuat ecobricks yang benar. 1. Gunakan bahan yang tidak terurai Bahan plastik ternyata diolah menjadi sejumlah produk olahan. Bukan hanya plastik kresek (plastic bag) tetapi masih ada berbagai jenis plastik yang bisa digunakan untuk bahan ecobricks diantara yaitu straws, cellphones, packaging, dan bisa pula Styrofoam. 2. Gunakan tongkat kecil untuk memadatkan Tongkat kecil ini (misal dari bambu) digunakan untuk memadatkan plastik yang dimasukan kedalam botol. Pastikan memadatkan plastik setelah dimasukan dan jagan menunggu sampai penuh baru dipadatkan. Hal ini agar kepadatan botol merata. 3. Gunakan plastik yang lembut untuk memberi warna pada dasar botol Masukan plastik yang lembut misal kresek dengan satu warna tertentu, lalu ratakan. Hal ini untuk memberikan warga pada bagian bawah botol tanpa harus mengecatnya. 4. Gunakan botol plastik dengan merek dan ukuran yang sama Botol yang memiliki merek dan ukuran yang sama akan memudahkan dalam pengalipasiannya. Karena ukuran botol seragam sehingga bisa lebih leluasa untuk dibentuk.
10
Melalui empat langkah diatas maka kita sudah bisa membuat ekobrick
yang
baik
dan
benar.
Selanjutnya
bagaimana
pengaplikasianya. 1. Modul Pembuatan Ecobricks a. Ecobricks memang dapat digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi. Kali ini masih menguktip dari brosur DLH Kota Jogja menerangkan modul ecobricks yang dibuat menjadi menjadi kursi. Berikut modul pembuatan ecorbriksnya. b. Terdapat sejumlah modul atau pola untuk membagun kursi dengan ecobricks. Modul tersebut terdiri dari modul hexagonal, modul segitiga, 18 botol, dan 12 botol. Berikut contohnya. c. Setelah memilih salah satu modul diatas, maka langkah selanjutnya adalah mengelem denga lem kaca agar modul tersebut kuat. d. Pastikan menata botol pada permukaan yang rata. Lem pada titik persimpangan lalu tekan dan biarkan kering. Tunggu hingga 24 jam sebelum benar - benar dipakai (diduduki). Selain itu, botol dapat dibuat dua arah (gambar kanan) sehingga dapat digunakan sebagai kursi yang lebih tinggi. 2. Kursi dari Botol Bekas a. Sesuai dengan modul diatas, saya mengumpulkan dan merangkai ecobricks menjadi kursi. Krusi dari botol bekas/ ecorbirks berikut saya rekatkan dengan lakban. Kalau dengan lakban memang lebih mudah untuk disatukan yakni ditali dulu dengan rafiah pada satiap lapisnya lalu dilakban, baru ditambah lapis berikutnya sehingga menjadi modul yang diinginkan. 3. Misal ditata dulu dengan 7 modul, lalu diikat dengan rafiah, lalu dilakban pada sisi atas dan bawah. 4. Setelah dilakban, rafiah dilepas, dan sisi tengah dilakban lagi
11
5. Selanjutnya tambahkan ecobris lagi sehingga membentuk modul 19 ikat rafiah lagi, lalu lakban lagi, setelah rekat lepaskan lagi. Akan tetapi dengan lakban saya rasa kurang kokoh alias goyang. Tetapi untuk keperluan rumah tangga, saya rasa cukup. Berikut hasilnya.
Ecobrickss modul 19 yang direkatkan dengan lakban
Ecobrickss,
Kardus,
dan
Kain
Kursi dari Ecobrickss/ botol bekas
12
Demikian tata cara membuat ecobricks dan cara membuat kursi dari ecobricks. Orientasi kita bukan pada sebarapa lama akan menjadi kursi ecobricks, tetapi lebih pada upaya untuk mengurangi sampah plastik. Sedangkan kursi yang didapat dapat dikatakan sebagai bonus.
III.2 Capaian Waktu Waktu yang digunakan saat terlaksananya kegiatan ini sangat tepat karena sebelumnya koordinasi terlebih dahulu dengan kepala sekolah rejosari dan menentukan tanggal yang tepat untuk kegiatan ini. Jam pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun yaitu pada 25 oktober 2018 pukul 09.00-12.00 WIB.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan Dari kegiatan yang sudah terlaksana ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat kepada anak anak sekolah dasar karena dapat mengurangi volume sampah yang setiap hari dihasilkan, baik diarea sekolah ataupun sekitar desa kemadang. Output pengurangan sampah ini digunakan untuk membuat ecobricks yang dapat digunakan sebagai pembuatan kursi atau meja berbahan dasar ecobricks.
IV.2 Saran Saran perbaikan kedepan adalah lebih kesiapan dalam menghadapi sikap anak-anak harus ditingkatkan agar kondusifitas dari kegiatan tersebut dapat terjaga dan materi yang disampaikan dapat dipahami.
13
14
Lampiran