SOP KEPERAWATAN ANAK SEMESTER 4
DISUSUN OLEH NAMA KELAS NIM PRODI
: Rizky Putri Chalimatus Sya’diyah : 2A : 820163089 : S1 Ilmu Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS 2018
A. Sop pemberian oksigen pada anak
Pengertian Merupakan alat sederhana yang dimasukkan kedalam lubang hidung untuk memberikan trherapy o2 dan yangmemungkinkan klien untuk bernafas melalui mulut dan hidung . Tujuan Adalah : 1.mengatasi hipoksemia /hipoksia 3.sebagai tindakan pengobatan 2.untuk mempertahankan metabolisme »» Lihat SOP Pemasangan Infus Persiapan alat 1. Tabung oksigen ( oksigen dinding ) berisi oksigen lengkap dgn flowmeter & humidifier yg berisi aquades hingga batas pengisiang 2. Kanulbinasal 3. Cotte budd atau tisue 4. Bengkok 5. Tanda peringatan janganlah merokok 6. Plerter Persiapan pasien 1. Pasien diberitahu menyangkut tujuan & perosedur tindakan yg akan dilakukan 2. Pasien diatur dalam posisi aman & nyaman Persiapan perawat 1. Mengkaji data-data/informasi mengenai kekurangan oksigen ( sesak nafas, nafas cuping hidung, penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi, gelisah, bimbang & sianosia ) 2. Perawat mencuci tangan »» Lihat SOP Pemasangan EKG Persiapan lingkungan 1. Mennutup pintu 4. Pencahayaan 2. Jendela 3. Sampiran Prosedur kerja 1. Siapkan Kateter nasal, kanula nasal atau masker sesuai yang dibutuhkan dengan 1 set tabung oksigen ( oksigen central ) 2. Hubungkan antara kanul binasal, Kateter nasal, atau masker dengan flowmeter pada tabung oksigen. 3. Bersihkan lubang hidung pasien dengan cotten budd atau tisue 4. Cek fungsi dari slowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen & mengamati adanya gelembung udara dalam humidifier 5. Cek aliran oksigen dgn cara mengalirkan oksigen lewat kanul binasal kepunggung tangan perawat 6. Pasang kanul binasal kelubang hidung pasien dengan tepat/sesuai 7. Atur pengikat kanul binasal dengan benar, janganlah terlalu kencang & jangan sampai terlalu kendur 8. Pastikkan kanul binasal terpasang dengan aman 9. Atur aliran oksigen sesuai dengan program yang telah ditentukan 10. Alat-alat dikembalikan di tempat yg sesuaitempatnya semula 11. Perawat mencuci tangan sesudah melaksanakan tindakan pemasangan therapy oksigen
12. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam kepada klien 13. Kontrak waktu selanjutnya »» Lihat SOP Pemasangan Kateter Evaluasi 1. Respon pasien selama 15 menit setelah dilakukan tindakan pemasangan therapy oksigen Dokumentasi 1. Catat tindakan semua di dokumentasikan 2. Catat waktu 3. Evaluasi 4. Respon pasien 5. Paraf 6. Nama perawat jaga
B. SOP SUCTION Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas. Persiapan Alat : Perangkat penghisap lendir meliputi : 1. Mesin penghisap lendir (suction) 2. Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan 3. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom) 4. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang 5. Pinset anatomi untuk memegang slang 6. Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kasa 7. Sarung tangan 8. Bak instrumen 9. Kasa 10. Bengkok 11. Formulir Persetujuan Tindakan Medik Prosedur : PERSIAPAN PASIEN : 1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk 2. Bila pasien tidak sadar ; a. Posisi miring b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar PELAKSANAAN : 1. jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern 2. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan 3. Perawat memakai sarung tangan 3. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi 4. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
5. Mesin penghisap lendir dihidupkan 6. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air bersih yang tersedia 7. tekan lidah dengan spatel 8. Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan 9. Bersihkan mulut pasien kasa 10. membersihakan slang dengan air dalam kom 11. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia 12. Perawat cuci tangan. 1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Suatu tindakan keperawatan dengan memberikan tindakan penguapan agar lendir lebih encer sehingga lendir lebih mudah dihisap 1.2 Tujuan Memberikan tindakan penguapan agar lebih encer atau untuk pengobatan 1.3 Manfaat 1)
Mengencerkan lendir
2)
Mengurangi distress nafas
1.4 Indikasi 1)
Penderita tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologis
2)
Penderita dengan depresi pernafasan
3)
Penderita sesak dengan penumpukan sekret
1.5 Persiapan 1.5.1 Persiapan alat PZ 0,9 % Obat bronkodilator kalau perlu Nebulizer dengan berbagai bentuk Sarung tangan steril Kain penutup mata 1.5.2 Persiapan pasien Inform consern 1.6 Pelaksanaan 1)
Cuci tangan
2)
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentangprosedur nebulizer
3)
Memakai sarung tangan
4)
Posisikan klien sesuai dengan kebutuhan
5)
Melakukan penguapan selama 10-15 menit di saluran jalan nafas
6)
Lepas sarung tangan dan cuci tangan
2 MENGHISAP LENDIR (SUCTION) 2.1
Pengertian
Melaksanakan pembersihan saluran pernafasan lebih kedalam dengan menggunakan alat penghisap lendir (sekresi) baik melalui hidung, mulut, maupun trakea 2.2
Tujuan
Saluran pernafasan bebas dari sumbatan semua kotoran atau lendir sehingga pasien dapat bernafas secara normal 2.3
Indikasi
1)
Klien dengan retensi sputum
2)
Klien dengan respirator atau endotrakeal tube
3)
Klien dengan trakeostomi
2.4
Kontra indikasi
1)
Klien dengan TIK meningkat
2)
Klien dengan odema paru 2.5
Persiapan
2.5.1 Persiapan alat 1)
Mesin penghisap lendir
2)
Selang penghisap lendir
· Neonatus
6-8 Fr
· Bayi sampai 6 bulan
6-8 Fr
· 18 bulan
8-10 Fr
· 24 bulan
10 Fr
· 2-4 tahun
10-12 Fr
· 4-7 tahun
12 Fr
· 7-10 tahun
12 Fr
· 10-12 tahun
14 Fr
· Dewasa
12-16 Fr
3)
Air steril dan PZ dalam tempatnya
4)
Pinset anatomi untuk memegang selang
5)
Spatel atau sudip lidah yang terbungkus kasa
6)
Sarung tangan
7)
Pengalas
2.5.2 Persiapan pasien
1)
Bila sadar dan reflek gag berfungsi, baringkan klien pada posisi semi fowler dengan
kepala miring ke satu sisi untuk penghisapan oral. Baringkan klien pada posisi fowler dengan leher ekstensi untuk penghisapan nasal 2)
Bila tidak sadar, baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pada anda untuk
penghisapan oral atau nasal 2.6
Pelaksanaan
2.6.1 Siapkan peralatan di samping tempat tidur 2.6.2 Cuci tangan 2.6.3 Berikan penjelasan pada klien dan keluarganya 2.6.4 Tempatkan handuk pada bantal atau di bawah dagu klien 2.6.5 Berikan oksigen terlebih dahulu sebelum dilakukan suction 2.6.6 Tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang steril 2.6.7 Gunakan tangan yang telah memakai sarung tangan, sambungkan kateter ke mesin penghisap 2.6.8 Basahi ujung keteter dengan larutan steril, pasang penghisap dengan ujungnya terletak dalam larutan 2.6.9 Penghisapan : 1)
Orofaringeal:
Dengan perlahan masukkan kateter ke dalam mulut klien dan arahkan ke orofaring. Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan Nasofaringeal: Dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung. Arahkan ke arah medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter, dan jangan lakukan penghisapan selama pemasangan. 2)
Sumber port penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda
menariknya. Keseluruhan prosedur tidak boleh lebih dari 15 detik. 3)
Bilas kateter denagn larutan steril dengan meletakkannya dalam larutan dan lakukan
penghisapan 4)
Bila klien tidak mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum
memasukkan ulang kateter 5)
Bila klien mampu minta klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara penghisapan
6)
Hisap secret pada mulut atau di bawah lidah setelah penghisapan orofaring atau
nasofaring 7)
Buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang menggunakan sarung
tangan dan lepaskan sarung tangan untuk membungkus kateter 8)
Cuci tangan
9)
Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau secret serta respon klien terhadap prosedur
C.
Sop nebulizer
1) Pengertian Nebulizer adalah sebuah alat yang dapat mengubah obat yang berbetuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus dengan tengga yang berasal dari udarayang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. 2) Tujuan Merelaksasi jalan nafas, mengencerkan dan mempermudah mobilisasi secret. Pemberian obat secara langsung pada saluaran pernafasan untuk pengobatan penyakit 3) Persiapan Alat Set Nebulizer proteble, Masker atau Mouthpiece, Bengkok 1 buah, Spuit 5 Cc atau Pipet,Tissue, Obat Bronkodilator, NaCl0,9% 4) Jenis Obat 1. Pulmicort : Kommbinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan semua saluran nafas 2. Nacl : mengencerkan dahak 3. Bisolvon cair : mengencerkan dahak 4. Atroven : melonggarkan saluran nafas 5. Berotex : melonggarkan saluran nafas 6. Inflamid : untuk anti radang 7. Combiven : Kombinasi untuk melonggarkan saluran nafas 8. Meptin : Melonggarkan saluran nafas. 5) Kombinasi yang dianjurkan 1. Bisolvon – Berotec - Nacl 2. Pulmicort – Nacl 3. Combivent – Nacl 4. Atroven – Bisolvon – Nacl 6) Instruksional kerja a. Fase Orientasi 1. Memberi salam dan menyapa nama pasien atau keluarga 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan langkah prosedur 5. Menanyakan kesiapan pasien atau keluarga 6. Mencuci tangan
b. Fase Kerja 1. Menjaga privasi klien 2. Mengatur klien dalam posisi dudukatau semi flower 3. Menyiapkan Set Nebulizer dan memakai sarung tangan 4. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik, memastikan oksigenasi atau uap dapat keluar dari sungkup/masker 5. Mengisi Nebulizer dengan cairan Nacl atau Aquadest 6. Memasukan obat sesuai denga dosis klien 7. Memasang masker pada klien 8. Menghisupkan Nebulizer dan meminta klien nafas dalam,menahan sebentar lalu menghembuska perlahan – lahan sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung klien dengan tissue
c. Fase Terminasi 1. Merapikan alat dan klien 2. Melakukan evaluasi dan hasil tindakan 3. Menjelaskan RTL dan melakukan kontrak pertemuan selanjutnya 4. Berpamitan, melapas sarung tangan dan cuci tangan.
E. INSTRUKSIONAL KERJA TEKNIK PENURUNA SUHU TUBUH : KOMPRES HANGAT ,TEPID WATER SPONGE IK.TPST
Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh
STIKES MUHAMMADIY AH
LAB
KODE
NO.URUT
: : : : Pusat Laboratorium : Ketua STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved
STIKES MUHAMMADIYAH Revisi
Tanggal
Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat,Tepid Water Sponge
Disetujui Oleh :
Ketua IK.TPST.STIKESM.L AB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui Oleh :
Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh: Kompres Hangat, Tepid Water Sponge
Halaman 1 dari 5 No. Dokumen .....IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku
Ketua 1. Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertaantu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan Kompres Tepid sponge adalah sebuah tenik kompres hangat yanng menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (F.Corrard, 2001). Tepid spoge merupakan salah satu cara metode fisik untuk
menurunkan demam yang bersifat non farmakoterapi. Thenik ini di lakukan dengan melakukan kompres air hangat di seluruh tubuh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30 -35 C (setiawati, 2009) STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui Oleh :
Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh: Kompres Hangat, Tepid Water Sponge
Ketua
Halaman 2 dari 5 No. Dokumen .....IK.TPST.STIKESM/20 18 Berlaku
2. Tujuan Kommpres hangat : memperlancar sirkulasi darah ,menurukan suhu tubuh,mengurangi rasa sakit. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien. Tepid sponge untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat panas tubuh yyang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Karena air hangat membantu darah tepi dikulit melebar, sehingga pori – pori menjadi terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Dengan suhu di luar yang hangat,maka tubuh akan menganggap suhu di luar cukup panas membuat tubuh bereaksi menurunkan suhu. 3. Indikasi 1. Klien yanng kedinginan (suhu tubuh yang rendah) 2. Klien dengan perut kembung 3. Klien yang mempunyai peradangan, seperti peradangan persendian 4. Spasme otot 5. Adanya abses,hematoma. 4. Persiapan ala Kompres hangat :Baskom stenlis,Air hangat, sarung tangan,waslap ,termos, termometer suhu,perbersih termometer ,Tissue, perlak da pengalas. 5. Persiapan Pasien 1) Pra orientasi a. Melihat status pasien/riwayat pengobatan pasien b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien 2) Fase orienntasi a. Mengucapaka salam dan menyapa nama pasien b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan tindakan d. Mennjelaskan prosedur tindakan e. Menanyakan kesiapan pasien 6.
Instruksional kerja
a. Fase kerja kompres hangat 1) Mendekatkan alat kesamping pasien 2) Menjaga privasi 3) Memakai sarung tangan 4) Mengukur suhu klien 5) Letakkan perlak dibawah klien dan lepaskan pakaian 6) Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yag tidak di kompres 7) Periksa suhu air 8) Celupkan waslap kedalam baskom yang terisi air hangat kemudian di peras 9) Meletakan waslap tersebut di atas bagian yang memerluhkan (dahi,Aksila,lipatan paha) (melakukan tindakan di atas sampai suhu tubuh turun) 10) Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit dengan cara melakukan pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer (Menghentikan pengompresn jika suhu tubuh sudah mendekati normal)
b. Fase Terminasi 1) Merapikan pasien dan alat 2) Melakukan evaluasi hasil tindakan dan RTL 3) Berpamitan mencusi tangan dan dokumentasi tindakan
7. Hal – Hal yang di perluhkan 1) Jangan letakan kantong hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong dengan kain flanel atau handuk. 2) Kantong air hangat di letakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi sepertiganya untuk menghindari berat yang diperlukan. 3) Pada penggunaaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit penderita. 4) Kompres hangat tidak diberikan dikepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0 darah di area tersebut dapat mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala
F. SOP PEMBERIAN OBAT PADA ANAK 1. Pengertian Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. 2. Tujuan Pemberian a.
Untuk memudahkan dalam pemberian
b.
Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut
dapat segera diatasi c.
Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d.
Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
I.
Tahap Persiapan
A.
Persiapan Pasien
1.
Jelaskan tujuan pemberian obat dan waktu minum obat
B.
Persiapan Lingkungan
1.
Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
2.
Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja
C.
Persiapan alat
1.
Baki berisi obat 2.
Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
3.
Pemotong obat (bila diperlukan
4.
Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
5.
Gelas pengukur (bila diperlukan)
6.
Gelas dan air minum
7.
Sedotan
8.
Sendok
9.
Pipet
10. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
II.
Tahap Pelaksanaan A.
Pengetahuan
1.
Menjelaskan pemberian obat dengan memperhatikan 12 benar
2.
Menjelaskan jenis dan bentuk obat yang dapat diberikan melalui mulut serta waktu pemberiannya
B.
Sikap
1.
Telita
2.
Disiplin
3.
Motivasi
4.
Kerja sama
5.
Tanggung jawab
6.
Komunikasi
7.
Kejujuran
8.
Penampilan Fisik
9.
Menjaga privasi pasien
C.
Prosedur kerja 1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll) 3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta. 4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan) 5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan
1)
obat).
Tablet atau kapsul
1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat. 2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. 3. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat
2)
mempengaruhi
daya
kerjanya.
Obat dalam bentuk cair
1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam. 3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat. 4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala. 5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol. 6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol. 7. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar. a.
Identifikasi klien dengan tepat.
b. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. c.
Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
d. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi. e.
Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
f.
Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
g. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGUKUR TEKANAN DARAH PADA BAYI/ANAK
Standar operasional prosedur mengukur tekanan darah pada bayi atau anak merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam melakukan tindakan dalam mengukur tekanan darah.
PENGERTIAN Mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik pada bayi/anak dengan menggunakan tensimeter/spighmomanometer. TUJUAN Mengetahui nilai sistolik dan diastolik pada bayi/anak DILAKUKAN Pada pasien bayi/anak yang baru dirawat Secara rutin pada bayi/anak yang sedang dirawat Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan pasien
PERSIAPAN Persiapan Pasien Melakukan pendekatan kepada anak/keluarga dengan memberikan penjelasa tentang hal-hal yang dilakukan, sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan berkomunikasi. Sebaiknya bayi/anak keadaan tenang/tidur.
Persiapan Alat Tensimeter/Spighmomanometer dengan manometer air raksa/aneoid Stetoskop anak (bila ada) Manset, sesuai dengan usia/besarnya lengan (lebar manset bayi: 5-8 cm, anak: 9-10 cm) Verband elastis (teknik Flush) Buku catatan perawatan dan ballpoint.
PELAKSANAAN Metode Auskultasi Perawat mencuci tangan
Memposisikan tangan sejajar dengan jantung Membuka/menggulung lengan pakaian Memasang manset diatas lengan, posisi manometer setinggi mata. Meraba arteri brachialis, memompa manset sampai 30 mmHg diatas titik dimana denyutan menghilang Mengempiskan manset ditunggu selama 30 detik Memakai earpieces dan meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri Memompa manset sampai 30 mmHg diatas sistolik Mengempiskan manset dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik Mengempiskan manset dengan cepat setelah didapat hasil pengukuran. Buka manset dan bereskan alat-alat pada tempatnya Hasil dicatat dalam catatan perawatan. Bayi dirapihkan dan mencuci tangan
Metode Palpasi Metode ini dilakukan jika anak mempunyai arteri brakhialis yang kecil dan dalam. Mencuci tangan Memposisikan tangan sejajar dengan jantung. Membuka/menggulung lengan pakaian. Memasang manset diatas lengan, posisi menometer setinggi mata. Meraba arteri brakhialis/radialis, memompa manset sampai di 30 mmHg diatas titik dimana denyutan menghilang. Mengempiskan manset dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik. Mengempiskan manset dengan cepat setelah didapat hasil pengukuran. Buka manset dan bereskan alat-alat pada tempatnya Hasil dicatat dalam catatan perawatan.Bayi dirapihkan dan mencuci tangan. Metode Flush Metode ini dipilih jika tidak mungkin memperoleh hasil pengukuran tekanan darah pada anak kecil/bayi yang sangat muda dengan cara yang lain. “Flush” adalah
tingkatan tangan menjadi merah muda. Teknik ini mengukur tekanan arteri ratarata dan normalnya 60-80 mmHg pada bayi dibawah usia 1 tahun. Mencuci tangan Memposisikan tangan sejajar dengan jantung. Membuka/menggulung lengan pakaian. Memasang manset diatas lengan, posisi menometer setinggi mata. Tinggikan lengan, lilitkan elastic verband dari ujung jari kearah antecubiti. Memompa manset diatas tekanan sistolik yang diharapkan. Melepaskan elastic verband, meletakkan tangan anak disamping tubuhnya. Mengempiskan manset secara perlahan-lahan sampai telapak tangan terlihat kemerahan (pembacaan dilakukan ketika telapak tangan terlihat kemerahan) Buka manset dan elastic verband Bereskan alat-alat pada tempatnya Hasil dicatat dalam catatan perawatan. Anak dirapihkan dan perawat mencuci tangan.
Sumber : Prosedur Tindakan Keperawatan Anak, 2012
H. SOP PEMERIKSAAN FISIK ANAK PENDAHULUAN PENGKAJIAN ANAK Merupakan pengalaman yang tidak biasa bagi anak Sensitive baik secara fisik maupun psikologis Cara dan pendekatan disesuaikan dengan usia, mulai dari infant, toodler, prasekolah, sekolah atau remaja. TUJUAN PENGKAJIAN ANAK
Tujuan pendekatan disesuaikan dengan usia: Mengurangi stress dan kecemasan anak Terjalin hubungan saling percaya antara perawat – anak – orang tua secara cepat
Mempersiapkan anak secara maksimal Memelihara hubungan yang aman antara orangtua – anak Memaksimalkan temuan pemeriksaan fisik : akurat dan reliable Hal-hal yang harus diperhatikan: Jangan salah menyebut jenis kelamin anak Jangan menyentuh anak dengan kasar Jangan berbicara terlalu keras di depan anak Jangan sampai menjatuhkan bayi Jangan menggunakan istilah yang diduga dapat menakutkan dihadapan orang tua tanpa disertai penjelasan Janganlah salah tafsir pada usia anak Hargai budaya anak – orang tua
PERSIAPAN ANAK YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK INFANT Posisi: Belum bisa duduk sendiri : supinasi atau prone dipangkuan ibu; sebelum usia 4 – 6 bulan dapat diletakkan diatas meja pemeriksaan Bila bisa duduk sendiri : duduk diatas pangkuan ibu. Jika diletakkan diatas meja, orang tua mendampingi secara penuh
Persiapan: Pakaian dilepas semua bila suhu ruangan memungkinkan Lepaskan popok Ciptakan situasi yang kooperatif dengan melakukan distraksi atau memperlihatkan objek (kerincingan) bercerita. Tersenyum pada bayi, sentuh dengan lembut, suara lembut Menenangkan; dengan botol berisi air gula atau memberikan makanan Bila melakukan pemeriksaan telinga dan mulut, minta ibu untuk memegang anaknya Hindari kekerasan, gerakan yang menyentak Sequence:
Jika diam, lakukan auskultasi suara jantung, paru, abdomen, catat nadi dan respirasi Lakukan palpasi – perkusi pada semua area Lakukan pemeriksaan secara head to toe Prosedur yang beresiko traumatic (mata, telinga, hidung) dilakukan terakhir Kurangi reflex moro TODDLER
Posisi :
Duduk atau berdiri Prone atau supinasi dipangkuan ibu/ayah
Sequence: Inspeksi seluruh tubuh melalui bermain Minimalkan kontak fisik terlalu dini Kenalkan peralatan yang akan digunakan secara perlahan Auskultasi, perkusi, palpasi dilakukan sewaktu anak diam Prosedur yang beresiko traumatic (mata, telinga, hidung) dilakukan terakhir Minta orang tua untuk melepaskan baju anaknya. Baju bagian bawah dibuka bila bagian atas sudah selesai dilakukan pengkajian Biarkan anak memegang alat pemeriksaan, demonstrasikan bila perlu. Jika kooperatif, ceritakan tentang pemeriksaan, gunakan kalimat pendek Jika tidak kooperatif, lakukan prosedur dengan cepat Restraint dilakukan bila perlu saja, minta orang tua untuk membantu Puji perilaku anak atas kooperatifnya. USIA PRASEKOLAH
Posisi duduk atau berdiri Jika kooperatif dilakukan dengan posisi prone atau supine Lebih suka dekat dengan orang lain Jika kooperatif lakukan pengkajian head to toe Jika tidak kooperatif lakukan seperti hal nya pada toodler
Minta untuk membuka bajunya sendiri Biarkan pakaian dalam tetap dipakai bila anak pemalu Biarkan anak melihat dan memegang alat, demontrasikan cara menggunakannya Lakukan dengan cara “bercerita” misalnya “Saya ingin melihat kekuatan ototmu” (tekanan darah) Biarkan pilihan bila memungkinkan Jika kooperatif : gunakan pernyataan yang positif seperti “Buku mulutmu” USIA SEKOLAH
Posisi duduk Kooperatif Anak yang lebih muda senang bila didampingi orang tua Anak lebih tua mungkin lebih suka privacy Lakukan secara head to toe Pemeriksaan genitalia pada anak lebih tua dilakukan terakhir karena membutuhkan privacy REMAJA
Sama seperti anak usia sekolah Biarkanlah pilihan : didampingi orang tua atau tidak Minta untuk melepaskan pakaian sendiri Biarkan pakaian dalam tetap terpasang Berikan baju pemeriksaan untuk dipakai Jelaskan alat dan prosedur. Persiapan : Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya Biarkan melepaskna pakaian di ruang tertutup Berikan baju pemeriksaan, yang dibuka hanya daerah pemeriksaan, hargai privacy Jelaskan temuan selama pemeriksaan Komentari perkembangan seksual Jelaskan perkembangan yang normal
I. SOP TRANFUSI DARAH PADA ANAK . PENDAHULUAN Cairan intravena dapat efektif dalam mengembalikan volume (darah) intravaskular, namun cairan intravena tidak mempengaruhi kemampuan darah untuk membawa oksigen. Jika sel darah merah dan sel darah putih, trombosit atau protein darah hilang karena perdarahan atau penyakit, maka perlu dilakukan penggantian cairan berupa komponen-komponen darah tersebut guna mengembalikan kemampuan darah untuk menstransport oksigen dan karbondioksida, untuk membuat bekuan darah, untuk melawan infeksi dan mempertahankan cairan ekstrasel tetap berada didalam kompartemen intravaskuler. B. PENGERTIAN Transfusi darah adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah kedalam sirkulasi vena. C. TUJUAN Umum : Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau protein tubuh. Khusus : - Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat - Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen - Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic factor, AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau mengobati perdarahan D. PEMILIHAN DONOR DARAH Donor darah tidak boleh dilakukan oleh individu yang memiliki riwayat penyakit hepatitis, infeksi HIV (atau orang yang memiliki faktor resiko terinfeksi HIV), penyakit jantung, kanker berat, asma berat, gangguan perdarahan, atau kejang. Donasi dapat ditunda untuk individu yang mengalami malaria atau pernah terpajan malaria atau hepatitis atau sedang hamil, pembedahan, anemia, tekanan darah tinggi, atau rendah dan individu yang sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. E. DARAH DAN PRODUK DARAH UNTUK TRANSFUSI Sebagian besar klien tidak membutuhkan transfusi darah lengkap. Sering kali transfusi berupa komponen tertentu adalah transfusi yang lebih tepat.
Produk Darah lengkap
Manfaat Tidak umum digunakan kecuali pada kasus perdarahan akut yang ekstrem. Menggantikan volume darah dan semua produk darah : SDM, plasma, protein plasma, trombosit segar, dan faktor pembekuan lain. Sel darah merah Meningkatkan kemampuan darah dalam membawa oksigen pada pasien anemia, pembedahan atau klien yang menderita gangguan perdarahan lambat. Satu unit meningkatkan hematokrit sekitar 4%. Sel darah merah otolog Menggantikan darah setelah pembedahan elektif yang direncanakan. Klien mendonorkan darahnya untuk transfusi otolog pada minggu 4-5 minggu sebelum pembedahan. Trombosit Menggantikan trombosit pada klien yang menderita gangguan perdarahan atau defisit trombosit. Trombosit segar adalah yang paling efektif. Plasma beku segar Memperbanyak volume darah dan memberikan faktor pembekuan darah. Tidak perlu digolongkan dan dicocokkan (tidak mengandung SDM). Fraksi albumin dan Ekspander volume darah : memberikan protein plasma. protein plasma Faktor pembekuan Digunakan pada klien yang mengalami defisiensi faktor darah dan kriopresipitat pembekuan. Masing-masing memberikan faktor berbeda yang terlibat dalam jalur pembekuan darah : Kriopresipitat juga mengandung fibrinogen. F. PROSEDUR TRANSFUSI DARAH SESUAI SOP
a. Fase Pra Interaksi 1. Mengecek program terapi medik 2. Mempersiapkan alat : - Unit darah lengkap atau paket sel darah merah - Set pemberian darah (transfusi set) - Salin normal (NaCl 0,9%) 250 ml untuk infus - Tiang infus - Aboket/IV kateter/set punksi vena jarum ukuran 18 atau 19 (jika belum terpasang) - Larutan povidon iodine - Swab alcohol - Plester - Sarung tangan bersih - Pengalas/perlak - Alat tulus (pen dan catatan) - Label pemasangan infus (jam, tanggal, terapi, tetesan) B. Fase Interaksi 3. Mengucapkan salam terapeutik 4. Melakukan validasi atau evaluasi 5. Melakukan kontrak (topik, waktu, dan tempat) 6. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan 7. Menjaga privasi klien C. Fase Kerja 8. Mencuci tangan dan menggunakan hand scoon 9. Meletakkan alat kedekat pasien 10. Mengatur posisi pasien 11. Pertahankan teknik aseptik saat menyiapkan cairan infus : - Gantungkan cairan infus (NaCl 0,9%) pada tiang infus dan lakukan desinfeksi tutup botol cairan infus dengan kapas alkohol/swab antiseptic - Lepaskan selang transfusi set dari wadah dan tarik keluar - Geser klem selang disepanjang selang sampai berada tepat dibawah bilik tetes untuk memfasilitasi aksesnya - Tutup klem selang transfusi set - Biarkan ujung selang transfusi set tetap tertutup plastik sampai transfusi set dipasang (untuk mempertahankan kesterilan ujung selang) - Lepaskan tutup botol/kantong cairan infus dan tusukan selang transfusi set ke botol/kantong cairan infus - Isi “Chamber” dengan cairan infus 1/3-1/2 bagian dan alirkan cairan sampai keujung selang. Jika didalam selang masih ada udara, maka buka tutup jarum dan keluarkan udaranya hingga tidak ada, selanjutnya klem selang infus dan tutup jarum kembali. 12. Memberikan label pada botol cairan infus NaCl 0,9% 250 ml (tanggal dan jam pemasangan, tanggal dan jam dilepaskan, terapi, tetesan). 13. Tentukan area penusukan intravena kateter pada bagian distal terlebih dahulu dan pilih vena yang besar, bila perlu cukur bulu pada area penusukan. 14. Letakkan pengalas dibawah area penusukan. 15. Memasang torniquet 5-15 cm diatas vena yang akan ditusuk sampai vena terlihat jelas dan membersihkan area penusukan dengan kapas alkohol/swab antiseptic. Untuk memobilisasi vena lakukan peregangan kulit dengan cara menarik kulit dengan kuat kebagian distal. 16. Membuka jarum (aboket/vemflon), pegang kuat dengan tangan dominan lalu masukkan jarum infus (aboket/vemflon) kedalam vena sepanjang 1 cm dengan lubang jarum menghadap keatas dengan sudut 15-30 derajat. 17. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (aboket/vemflon). Jika terlihat ada darah dalam jarum (aboket/vemflon) maka tarik keluar bagian dalam jarum sejauh 1 cm sambil menyusupkan bagian luarnya lebih jauh kedalam vena. 18. Fiksasi empat penusukan dengan menggunakan hansaplas, buka torniquet, lalu tekan pada bagian atas vena dengan menggunakan ibu jari tangan kiri agar darah tidak keluar. Kemudian jarum bagian dalam ditarik keluar, selanjutnya sambungkan aboket/vemflon dengan selang infus set secara cepat dan cermat. 19. Buka klem pada selang transfusi set dan bila tidak ada tanda-tanda infiltrasi dan cairan infus dipastikan menetes dengan baik, kemudian melakukan fiksasi jarum (aboket/vemflon) dengan plester (catatan : tempat penusukan dapat ditutup dengan kasa + betadin). 20. Menghitung tetesan infus NaCl 0,9% dengan seksamaa sesuai instruksi. 21. Dapatkan komponen darah yang tepat untuk klien : - Periksa program dokter sesuai instruksi - Periksa format permintaan dan label kantong darah dengan seorang teknisi laboratorium atau sesuai kebijakan lembaga. Khususnya periksa nama klien, nomor identitas, golongan darah (A, B, AB atau O) dan kelompok Rh klien, nomor donor darah, dan tanggal kadaluarsa darah. Periksa adanya ketidaknormalan warna, gumpalan SDM, gelembung udara dan bahan asing lainnya. Kembalikan darah yang sudah kadaluarsa atau yang tidak normal ke bank darah
- Dengan perawat lain, bandingkan catatan darah laboratorium dengan : nama, nomor identitas klien, nomor pada label kantong darah, golongan darah (A, B, AB atau O dan tipe Rh) pada label kantong darah - Jika ada informasi yang tidak begitu cocok, beritahu perawat yang bertanggung jawab dan bank darah. Jangan memberikan darah sampai ketidakcocokan diperbaiki atau diklarifikasi. - Tanda tangani format yang tepat dengan perawat lain sesuai dengan kebijakan lembaga. - Pastikan bahwa darah ditinggalkan pada suhu ruangan tidak lebih dari 30 menit sebelum memulai transfusi. SDM akan rusak dan kehilangan keefektifannya setelah ditinggalkan selama 2 jam pada suhu ruangan. SDM yang lisis melepaskan kalum ke aliran darah yang menyebabkan hiperkalemia. Lembaga dapat menetapkan waktu yang berbeda untuk mengembalikan darah ke bank darah jika kantong darah tersebut tidak dipakai. Saat komponen darah menghangat maka risiko pertumbuhan bakteri juga meningkat. Jika pemberian transfusi darah ditunda tanpa terduga maka kembalikan darah ke bank darah. Jangan menyimpan darah didalam kulkas. Suhu kulkas tidak secara tepat diatur dan darah dapat menjadi rusak. 22. Pastikan identitas klien. - Tanyakan nama lengkap klien - Periksa gelang tangan klien untuk melihat nama dan nomor identitasnya. Jangan memberikan darah ke seorang klien yang tidak menggunakan gelang tangan 23. Susun perlengkapan transfusi set : - Pastikan bahwa filter darah didalam bilik tetes tepat untuk darah lengkap atau komponen darah yang akan ditransfusikan. Setelah cairan NaCl 0,9% diberikan sebelum memulai transfusi darah untuk membersihkan kateter IV dari lauran atau obat yang tidak sesuai. Tutup klem transfusi set. 24. Persiapan kantong darah : - Balikkan kantong darah secara perlahan beberapa kali untuk mencampur sel-sel darah dengan plasma. Membalikkan kantong darah dengan kasar dapat merusak sel-sel darah. - Buka port kantong darah dengan menarik carikannya kebelakang. - Tusukan transfusi set kedalam kantong darah - Gantung kantong darah - Buka klem transfusi set secara perlahan 25. Tetapkan transfusi darah : - Darah akan mengalir kedalam bilik tetes yang sebelumnya telah berisi cairan NaCl 0,9% - Ketuk-ketuk filter untuk mengeluarkan setiap residu udara didalam filter - Atur kembali kecepatan aliran darah dengan klem transfusi set 26. Pantau klien secara ketat selama 5 sampai 10 menit pertama : - Alirkan darah secara perlahan selama 15 menit pertama dengan tetesan 20 tetes per menit - Perhatikan adanya reaksi transfusi yang merugikan, seperti mengigil, mual, muntah, takikardi. Mengidentifikasi reaksi tersebut dengan cepat guna meminimalisir akibat dari reaksi transfusi. - Ingatkan klien atau keluarga untuk memanggil perawat jika gejala yang tidak lazim dirasakan saat transfusi. - Jika reaksi ini terjadi maka laporkan pada perawat yang bertanggung jawab dan lakukan tindakan keperawatan yang tepat. 27. Dokumentasikan data yang terkait : - Catat waktu mulai pemberian darah, termasuk tanda-tanda vital, jenis darah, nomor unit darah, nomor urut (mis, nomor 1 dan 3 unit darah yang diprogramkan), tempat punksi vena, ukuran jarum, dan kecepatan aliran darah. 28. Pantau klien : - Lima belas menit setelah memulai transfusi, periksa TTV klien. Jika tidak ada tanda-tanda reaksi tetapkan kecepatan aliran yang dibutuhkan.
J. Standar Operasional Prosedur Persiapan Pelayanan Imunisasi Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Sebagaimana pada umumnya penyusunan sebuah SOP, Standar Operasional Prosedur program imunisasi juga disusun berdasarkan beberapa sub pokok bahasan, seperti Tujuan, Ruang Lingkup, Prosedur, dan pokok bahasan lainnya. Tujuan penyusunan SOP Imunisasi, sebagai acuan dalam pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak sekolah di Posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit, maupun di Sekolah. Sedangkan ruang lingkup SOP ini meliputi pelayanan imunisasi bagi bayi, balita dan anak sekolah, serta Wanita Usia Subur (WUS)
Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan imunisasi, baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil peralatan imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai, kemudian dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan selesai pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke Puskesmas, sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator. Syarat keterampilan petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan Dokter, Bidan, serta Perawat. Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi rutin, tambahan, dan khusus. Imunisasi wajib terdiri atas Imunisasi rutin; Imunisasi tambahan; dan Imunisasi khusus. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu: 1. Bacillus Calmette Guerin (BCG); 2. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis TetanusHepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib); 3. Hepatitis B pada bayi baru lahir; 4. Polio; dan 5. Campak. Imunisasi lanjutan Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia subur. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan yaitu:
Pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak. Pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td). Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT). Imunisasi Tambahan Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin. Imunisasi khusus Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningitis Meningokokus, demam kuning, dan Anti Rabies (VAR). Prosedur Kerja Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Penyiapan Pelayanan Imunisasi 2. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi 3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi 4. Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik yang dimaksud antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit, dan dokumen pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi
tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan muniasi secara lengkap antara lain: a. Termos/Vaksin carrier b. Cool Pack / Kotak dingin cair c. Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper) d. Alat suntik e. Safety box (kotak pengaman) f. Pemotong/kikir ampul pelarut g. Formulir h. Kapas dan wadah i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya) j. Alat tulis (kertas, pensil dan pena) k. Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT) l. Buku register bayi dan WUS m. Tempat sampah n. Sabun untuk cuci tangan Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es a. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan. b. Catat suhu di dalam lemari es. c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM dan tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).
Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman untuk diberikan, dengan prosedur sebagai berikut: 1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau pelarut tersebut. 2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan D jangan dipergunakan. 3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal kadaluarsa telah lewat. 4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan adanya pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-vaksin DTP, DT, TT, HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya melakukan tes kocok. Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin penting berikut: a. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature 20-80 C dan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku. b. Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung. c. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier yang tertutup rapat. d. Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang. e. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama. f. b. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama habis. g. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa yang terdapat diatas vaksin carrier (lihat gambar di bawah).
h. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack. i. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan bila telah ada anak yang hendak diimunisasi. Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap (fasilitas pelayanan kesehatan), antara lain: • Mudah diakses • Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu; • Cukup tenang Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach) • Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup ventilasi. • Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu harus teduh. Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut:
Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan keluar dari pelayanan dengan lebih cepat dan mudah; Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena sinar matahari; Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi); Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga tidak penuh sesak; Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja imunisasi anda. Refference, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Incoming Search Terms:
SOP IMUNISASI sop penyimpanan vaksin sop imunisasi bcg sop imunisasi dasar sop imunisasi di puskesmas sop penyimpanan vaksin di puskesmas sop posyandu prosedur imunisasi sop program imunisasi sop imunisasi polio sop sweeping imunisasi gambar imunisasi sop imunisasi puskesmas SOP Pelayanan Imunisasi protap imunisasi K. SOP TERAPI BERMAIN
PENGERTIAN 1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari (Wong: 1991) 2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock: 1978) 3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari dalam dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan sendiri ubtuk memperoleh kesenangan (Roster: 1987) TUJUAN 1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis 2. Mengurangi kecemasan 3. Membantu mempercepat penyembuhan 4. Sebagai fasilitas komunikasi 5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery 6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan KEBIJAKAN Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat jalan dan Tempat penitipan anak PETUGAS Perawat PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain 2. Melakukan kontrak waktu 3. Tidak ngantuk 4. Tidak rewel 5. Keadaan umum mulai membaik 6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien PERALATAN 1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis 2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan PROSEDUR PELAKSANAAN A. Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan kontrak waktu 2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik/kondisi yang memungkinkan) 3. Menyaiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan C. Tahap Kerja 1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain 2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu 3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga 4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan 5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain 6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya 7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain 8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan D. Tahap Terminasi Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
1. Berpamitan dengan pasien 2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 3. Mencuci tangan 4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga Contoh Topik: Terapi bermain Sub Topik: Mewarnai gambar Sasaran: Anak Pra Sekolah Tempat: Ruang perawatan anak Waktu : 35 menit A. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat 2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus) Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan: a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah b. Berkembang kognitifnya c. Dapat mewarnai gambar yang disukainya d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang yang sama e. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang B. PERENCANAAN 1. Jenis Program Bermain Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel pada kertas gambar yang telah tersedia 2. Karakteristik bermain a. Melatih motorik halus b. Melatik kesabaran dan ketelitian 3. Karakteristik peserta a. Usia 3 – 6 tahun b. Jumalah peserta: 2 – 4 anak dan didampingi orang tua c. Keadaan umum mulai membaik d. Klien dapat duduk e. Peserta kooperatif 4. Metode: Demontrasi 5. Alat-alat yang digunakan (Media) a. Kertas gambar yang siap diwarnai b. Alat untuk menggambar (Pensil warna/spidol/pantel) c. Benang d. Penggaris e. Alat untuk melubangi kertas (Perforator) C. STRATEGI PELAKSANAAN 1. Persiapan: 5 Menit a. Menyiapkan ruangan b. Menyiapkan alat c. Menyiapkan peserta 2. Pembukaan: 5 Menit a. Perkenalan dengan anak dan keluarga
b. Anak yang akan bermain saling berkenalan c. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Kegiatan: 20 Menit a. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk melubangi bagian atas kertas gambar d. Dipasang benang sepanjang ± 10 cm pada bagian atas yang dilubangi e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur anak 4. Penutup: 5 Menit Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya D. EVALUASI YANG DIHARAPKAN 1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung 2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik 3. Anak merasa senang 4. Anak tidak takut lagi dengan perawat 5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai 6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
L. SOP HIPERBILIRUBIN PENGERTIAN Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang terpasang foto terapi. Fototerapi merupakan alat yang berupa sinar, cahaya Flourescent yang mengandung ultraviolet dengan spectrum ideal 420 – 450 mu. Mempunyai kemampuan menurunkan kadar bilirubin dan mengeluarkan dengan oksidasi cahaya sehingga bilirubin pathogen berubah jadi bilirubin a-pathogen. TUJUAN Mengurangi/menurunkan kadar bilirubin yang pathogen. Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam sel otak (mencegah Kern Ikterus) INDIKASI Indikasi foto terapi dan transfuse ganti berdasarkan BB
BB (gr)
KADAR BILIRUBIN (mg/dl)
FOTOTERAPI
TRANSFUSI GANTI
Mulai 24 jam 1
10 – 12
1000 – 1500
7–9
12 – 15
1500 – 2000
10 – 12
15 – 18
2000 – 2500
13 – 15
18 – 20
> 2500 & bayi sakit
12 – 15
18 – 20
< 1000
Indikasi fototerapi dan transfuse ganti berdasarkan bayi cukup bulan dan atau tanpa resiko Canadian Pediatric Society
KADAR BILIRUBIN (mg/dl) UMUR (jam) TANPA RESIKO
DENGAN RESIKO
24
10
8
48
15
13
> 72
> 18
> 16
Indikasi fototerapi profilaksis Bayi kecil (BB < 1500 gr) yang cenderung berlanjut pada kadar bilirubin patologis
Bayi premature dengan memar berat
Bayi dengan proses hemolysis sementara menunggu transfuse ganti Indikasi bayi dengan penyakit hemolitik Ketidaksesuaian rhesus Inkompatibilitas ABO KONTRAINDIKASI Hiperbilirubin karena bilirubin direk (hepatitis) Hiperbilirubin obstruksiva (atresia biliaris) PERSIAPAN Persiapan Pasien Pastikan klien memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (minum, aktivitas, tidur, terhindar infeksi, personal hygiene, keseimbangan suhu)
Amati seluruh tubuh klien (warna kulit, mata, aktivitas, kotoran atau bau)
Atur posisi sesuai prosedur yang akan dilakukan Persiapan Alat Siapkan pemberian minum ASI/PASI
Pemeriksaan fisik
Alat tenun dan pakaian bayi
Alat memandikan
Tempat sampah
Penutup mata dan testis (bahan tak tembus cahaya) Persiapan Lingkungan Amati instalasi yang berhubungan dengan listrik
Tidak menempatkan bayi dekat pintu atau jendela yang terbuka
Amati lampu foto terapi, lama pemakaian dan keutuhannya PELAKSANAAN 1. Perawat mencuci tangan, alat-alat didekatkan 2. Keluarga diberitahu, lampu fototerapi dimatikan. 3. Lepaskan pelindung mata, amati kotoran dan warna sclera da bersihkan dengan kapas mata. Catat bila ada hal-hal yang tidak wajar 4. Pastikan bayi apakah badannya kotor, bau urin atau baung air besar 5. Bersihkan badan bayi dengan mandi lap didalam incubator kemudian keringkan dengan handuk 6. Mengganti pakaian/alat tenun/popok basah sesudah dimandikan 7. Observasi TTV, amati seluruh tubuh bayi terutama warna kuning. 8. Lanjutkan pemberian tindakan lainnya, bila harus mendapat antibiotic melalui infus, berikan terapi sesuai program (5 benar). Check kembali TTV. Dokumentasikan pemberian terapi 9. Berikan pemenuhan kebutuhan cairan melalui minum sesuai jadwal dan kebutuhan bayi. Bila diperkirakan ada kehilangan cairan karena peningkatan suhu, berikan cairan extra (10 – 15 ml/kgBB) 10. Posisikan kembali bayi untuk melanjutkan pemberian sinar foto terapi. 11. Pakaian bayi dilepas dalam box/incubator 12. Menutup mata dan testis dengan bahan tidak tembus cahaya. 13. Tidurkan bayi terlentang atau tengkurap 14. Atur jarak bayi 45 – 50 cm dari lampu 15. Atur posisi bayi dalam 3 posisi (mika – miki – tengkurap) setiap 3 – 8 jam 16. Ukur suhu, HR, RR setiap 2 jam 17. Matikan fototerapi bila memberikan minum, penutup mata dibuka, observasi mata (kotoran), ijinkan ibu kontak dengan bayi. 18. Catat intake dan output 19. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit (timbang BB 2x sehari) dan efek samping fototerapi 20. Alat-alat rapihkan dan dibereskan 21. Periksa kadar bilirubin setiap 12-24 jam. KOMPLIKASI Bronze baby syndrome
Diare
Dehidrasi
Ruam kulit EFEK SAMPING Ruam dermatitis pada kulit
Hiperpigmentasi
Diare
Dehidrasi EVALUASI Tanda-tanda hipertermi
Tanda-tanda dehidrasi
Warna kuning, kebersihan tubuh, pemenuhan cairan dan reaksi klien DOKUMENTASI HASIL TINDAKAN Waktu dan lamanya pelaksanaan pemberian fototerapi
Tanda-tanda hipertermi atau gejala dehidrasi
Reaksi pasien
M. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN ANAK KEJANG 1. TUJUAN Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga akibat kejang pada anak. 2. RUANG LINGKUP Dilakukan pada bayi / anak yang mengalami kejang 3. ACUAN a. Potter, P.A & Perry A.G (2006), Clinical Nursing skills & Techniques 6 th edition, St Louis : Mosby Year Book,Inc b. Wong and Whaley (1996), Clinical Manual Of Pediatric Nursing 4 edition, St Loui : Mosby Year Book,Inc. c. Alimul, Aziz A H, (2006), pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku ke-2, edisi pertama, Salemba medika, Jakarta. d. Modul Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat untuk perawat (2006), kerjasama RSHS Bandung dengan PKGDI wilayah Jabar. 4. DEFINISI
Perawatan anak kejang adalah memberikan tindakan perawatan pada anak yang mengalami perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat/ sementara karena aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan, akibat dari malformasi otak kongenital,faktor genetis atau adanya penyakit seperti meningitis, encephalitis serta demam, atau gangguan metabolisme, trauma, dsb. 5. PROSEDUR 1. Tanggung jawab dan Wewenang : Penanggung jawab kurikulum / akademik membuat pemetaan dosen & pembimbing. Koordinator mata ajaran keperawatan anak I bertanggung jawab dalam pengelolaan ketercapaian prosedur perawatan anak panas / demam. Pembimbing Praktek pendidikan dan pelatihan dan lahan peraktik bertanggung jawab dalam membimbing dan menilai ketercapaian pelaksanaan prosedur tindakan setiap peserta didik secara obyektif baik di laboratorium maupun di lahan praktek. Pembimbing praktek pendidikan dan lahan peraktik bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SOP. 2. Pelaksanaan a. Observasi / kaji adanya riwayat kejang, perilaku anak sebelum dan selama kejang, sifat atau jenis kejang, lama kejang, awitan, gerakan saat kejang, perubahan wajah, mata, upaya pernafasan (ada dan lamanya apneu serta mengorok), lain-lain (termasuk berkemih dan defekasi involunter). b. Persiapan klien : Bina trust pada keluarga (lihat SOP komunikasi terapeutik pada anak dan keluarga sesuai tahap usia) Beri penjelasan pada anak / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan. Bayi / anak diatur dalam keadaan aman dan nyaman, dalam posisi berbaring. c. Persiapan Alat : Obat anti-epileptik sesuai resep dokter. Selimut atau bantalan lunak Bengkok atau nierbekken Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan Set infus/ tranfusi dan cairannya Set alat pengukuran tanda vital d.Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang tenang dan banyak sirkulasi udara secara tidak panas. e. Pelaksanaan kerja : 1. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan 2. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain / paksaan pada anak (kecuali anak dalam bahaya). Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak untuk mencapai lantai/ tempat baring. Jangan membuat anak teragitasi, bicara dengan suara lembut dan sikap tenang. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena adanya kerusakan kesadaran. 3. Tempatkan selimut kecil yang lunak atau tangan perawat sendiri di bawah kepala anak.
4. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan yang tertinggal di mulut. 5. Lepaskan kacamata atau gigi palsu bila ada. 6. Longgarkan pakaian anak. 7. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras, singkirkan benda-benda (perabotan) yang dapat menimbulkan bahaya atau cedera. 8. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur / kursi ( pertahankan kondisi ini tetap terpasang ketika anak sedang tidur,istirahat atau mengalami kejang) 9. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi, untuk meningkatkan ventilasi yang adekuat. 10. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati hati (pertimbangkan posisi dekubitus lateral bila anak mulai muntah dan pengisapan tidak cukup untuk mengontrol saluran nafas). Dekatkan bengkok / wadah muntah di sisi dekat mulut anak. 11. Bila tak terdapat peralatan medis lengkap hubungi pelayanan medis darurat. 12. Bila peralatan memadai, berikan terapi oksigen (lihat SOP cara pemberian cairan elektrolit per infus) sebagai perawatan pendukung. 13. Berikan obat Antipiletikdalam dosis yang sesuai denganberat badan anak (lihat SOP cara pemberian obat pada anak ) 14. Lakukan perawatan gigi dengan baik selama terapi fenitoin untuk menurunkan hyperflasi gusi 15. Berikan vitamin d dan asam folat selama terpai fenitoin dan phenobartial untuk mencegah defisiensi. 16. Lindungi anak pada periode pasca kejang : Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai ia sadar ( karena anak mungkin bingung dan takut) 17. Tanyakan perasaan anak dan keluarga setelah tindakan. 18. Ajarkan orang tua dan anak cara mengantipasi kejang dan beradaptasi terhadap situasi pencetus kejang secara tepat. 19. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam 20. Bereskan semua peralatan, kembalikan ke tempat semula. 21. Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan) 22. Dokumentasikan hasil tindakan, termasuk reaksi/ res[on bayi / anak saat dilakukan tindakan dan sesudahnya. 6. PENGENDALIAN / PEMANTAUAN 1. Absensi mahasiswa dan dosen 2. Dokumentasi laporan kegiatan 3. Format penilaian cheklist SOP yang di tandatangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dari peserta didik yang bersangkutan 4. Buku pedoman penilaian kompetensi. 7. DOKUMENTASI SOP No…. tentang mencuci tangan SOP No…. tentang komunikasi terapeutik pada anak/ keluarga
SOP No…. tentang pemberian obat SOP No…. tentang cara pemberian cairan/ elektrolit per infus SOP No…. tentang cara pemberian oksigen SOP No…. tentang teknik penkes
N. SOP / Cara Melakukan Pengukuran Antropometrik (Status Gizi Pasien)
Pengertian: Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometrik Tujuan:
Dapat mengetahui nilai standart TLK tricep Dapat mengetahui status gizi klien Dapat menentukan derajat obesitas dengan menggunakan rumus densitas
tubuh Indikasi/Dilakukan pada :
Pada penderita dewasa yang kekurangan gizi
Pada penderita dewasa yang kelebihan gizi Pada penderita dewasa yang tidak bisa dapat diukur BB maupun TB misalnya pada keadaan koma Persiapan a. Persiapan Alat : Pita ukur flexibel (Anthropometry tape) Skinfold calipers Pensil (landmark pencil) b.Persiapan Pasien : Sapalah klien dengan ramah dan perkenalkan diri pada klien Persilahkan klien untuk duduk Beri informasi umum tentang pengukuran yang akan dilakukan
Informasikan tentang cara melakukan, tujuan, manfaat pengukuran tebal lipatan kulit untuk klien Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang diperoleh Jaga privacy klien c. Persiapan Perawat : Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan Persiapkan peralatan yang akan digunakan. Pengkajian : a. Cek perencanaan keperawatan Prosedur 1. Mencuci Tangan 2. Menerangkan prosedur dan tujuan pengukuran pada klien. 3. Menentukan sembilan tempat pengukuran TLK, yaitu: pada dada (chest), subscapula, mix-axilaris, suprailiaka, perut (abdominal), triseps, biseps, thigh (paha), medial calf (betis) 4. Melakukan pengukuran TLK pada masing-masing lokasi a. Pengukuran pada dada (chest): - Ambil lipatan kulit dari arah diagonal antara axilla dan puting susu setinggi mungkin, sejajar dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan b. Pengukuran pada subscapula: - Ambi l lipatan kulit dari arah diagonal sepanjang garis cleavage tepat di bawah scapula dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan c. Pengukuran pada mid-axilla: - Ambillah lipatan kulit dari arah horizontal pada garis midaxillaris, tepat pada pertemuan xiphisternal d. Pengukuran pada suprailiaka: - Ambillah lipatan kulit dari arah miring ke arah belakang garis mid-axillaris dan ke atas iliaka, dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan e. Pengukuran pada abdominal : - Lipatan kulit diambil dengan arah horizontal 3 cm di samping tali pusat dan 1 cm ke pusat umbilicus f. Pengukuran pada triseps: - Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus acronial dan batas inferior dari prosessus olecranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90° menggunakan pita pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan. Pengukuran diambil 1 cm diatas tanda tersebut. g. Pengukuran pada biseps: - Lipatan kulit diambil dengan arah vertical diatas biseps brachii yang sejajar dengan triseps di bagian belakang. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari. h. Pengukuran pada paha: - Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada tengah paha antara lipatan inguinal dan batas dari patella. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari i. Pengukuran pada betis : - Lipatan kulit diambil dengan arah vertikal pada lingkaran betis yang paling lebar pada bagian tengah dari betis dengan lutut bersudut 90°. 5. Mencuci tangan setelah pengukuran 6. Klien dirapikan, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula 7. Mendokumentasikan prosedur 8. Menentukan nilai TLK klien dengan membandingkan hasil pengukuran dengan nilai standar yang ada pada acuan 9. Menentukan status gizi klien
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan Pengukuran Antropometri : Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan segera setelah subyek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.
Revisi
:
Tanggal
:
Dikaji Ulang Oleh
:
Dikendalikan Oleh
: Pusat Laboratorium
Disetujui Oleh
: Ketua
O. INSTRUKSIONAL KERJA PROSEDUR RESTRAIN IK.PR
STIKES
LAB.
KODE
NO. URUT
MUHAMMADIYAH STIKES MUHAMMADIYAH,2018 – All Right Reserved Stikes muhammadiyah
Instruksional Kerja Disetujui oleh : Prosedur Restrain
Revisi
Tanggal
Ketua IK.PR.STIKESM.LAB
STIKES MUHAMMADIYAH
Instruksional kerja
Halaman 1 dari 5 No.Dokumen:
Disetujui oleh : Prosedur Restrain
........IK.PR.STIKESM/2018
Ketua Berlaku PENGERTIAN Suatu tindakan keperawatan anak untuk membatasi gerak klien. Restrain secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali.
TUJUAN Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti proses perawatan tanpa perlawanan (misalnya, untuk mencegah pergerakan yang dapat mengganggu terapi dengan mengganggu hubungan silang atau peralatan lain). STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui Oleh : Ketua
Intruksional Kerja Prosedur Restrain
Halaman 2 dari 5 No. Dokumen : .... IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku
PERSIAPAN ALAT Bedong bayi, kasa gulung, gunting plester, menyeleksi jenis dan ukuran restrain yang di butuhkan klien. Berikut ini enam jenis restraint. 1) 2) 3) 4) 5)
Restraint sabuk (belt restraint) Restraint rompi Restraint sarung tangan Restraint pergelangan tangan dan pergelangan kaki Restraint mummy
PERSIAPAN PASIEN b. Pre orientasi 1) Melihat buku catatan pasien /riwayat pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien c. Fase Orientasi 1) Memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan Persetujuan dan kesiapan
INSTRUKSIONAL KERJA a.
Fase Kerja sesuai pilihan restraint mana yang digunakan : 1) Restraint sabuk (sabuk pengaman) a) Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik. b) Jika sabuk mempunyai bagian panjang dan pendek. Pasang bagian yang panjang dari sabuk dibelakang atau dibawah tempat tidur klien dan panjang dan ikatan pada bagian yang bergerak dari kerangka tempat tidur. Bagian panjang akan ikut saat bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan tidak akan menjerat klien. Pasang bagian yang pendek kepinggang klien,diatas baju. Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk. c) Selain itu dapat pula dengan memasang sabuk di sekitar pinggang dan ikat di belakang kursi. d) Jika sbuk di pasang di belakang ikatkan sabuk di atass pinggang atau abdomen. Restrain sabuk diperlukan pada semua klien di atas brankar saat pengaman bagian tepi tidak ada. STIKES MUHAMMADIYAH
Intruksional Kerja
Disetujui Oleh : Ketua
Prosedur Restrain
Halaman 4 dari 5 No.Dokumen ......IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku
2) Restrain rompi a) Pastikan rompi dengan ukuran yang tepat dan di cek kelayakannya secara teratur b) Pakaikan rompi pada klien, dalam keadaan terbuka pada bagian depan atau belakang menurut rekomendasi dari pabrik pembuatannya. c) Tarik ujung rompi menyilang dada, dan pasang melewati celah pada bagian luar dari dada d) Ulangi pada bujung yang lain e) Gunakan simpul setengah busur untuk mengamankan setiap ujung di sekitar tempat tidur yang dapat bergerak atau di belakang kursi ke kaki kursi. f) Jangan mengikat rompi pada bagian kepala tempat tidur. g) Kencangkan ikatan di belakang kursi dengan menggunakan simpul segiempat. h) Pastikan klien dengan posisi yang sesuai untuk memfasilitasi ekspansi dada. 3) Restrain sarung tangan a) Letakkan sarung tangan pada tangan yang akan di restrain b) Ikuti petunjuk pabrik pembuatan untuk memasang restrain sarung tangan c) Jika resstrain ini akan di pasang untuk beberapa hari, maka lepaskan minimal 2-4 jam. d) Kaji sirkulasi klien pada tangan segera setelah restrain terpasang dan secara reguler. 4) Restrain pergelangan tangan atau pergelangan kaki a) Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada pergelangan tangan atau kaki b) Letakkan restrain yang talah disiapkan di pergelangan tangan atau kaki c) Tarik pengikat pada bagian restraint melalui celah pada bagian pergelangan tangan d) Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau ikatan segiempat yang sesuai, ikatkan bagian akhir dari restraint pada bagian yang dapat bergerak dari kerangka tempat tidur 5) Restrain mumy a) Membentangkan selimut bayi b) Meletakkan pada tempat tidur datar dan kering. Gunakan selimut atau kain lebar yang cukup dengan jarak antara ujung ke ujung sekitar 2 kali panjang tubuh bayi c) Lipat ke bawaah pada satu ujung d) Tempatkan bayi diatasnya dengan posisi supinasi e) Liapat bagian kanan dari selimut menutup tubuh bayi dalam posisi natural di samping badan, lipat bagian kiri selimut menutupi bayi, termasuk lengan dan bagian jahitan selimut ke bawah badan
b.
Fase terminasi 1) Merapikan alat dan pasien 2) Evaluasai tindakan dan RTI 3) Berpamitan, mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan.
STIKES MUHAMMADIYAH
Instruksional Kerja Prosedur Restrain
Disetujui Oleh : Ketua
Halaman 5 dari 5 No.Dokumen .....IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku
6. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. ketenangan selama melakukan tidakan b. menjaga keamanan dan kenyaman pasien c. menggunakan komunikasi terapeutik selama melakukan tindakan
P. SOP TUMBANG
Standar Operasional Prosedur (SOP) Tumbang Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
1) Pengertian DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak DDST bukan lest diagnostica atau test IQ 2) Tujuan a. Untuk Mengetahui dan mengikuti proses dan perkembangan anak b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan c. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin d. Untuk mengnikatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha. e. Menciptakan kondisi yang menguntungkanbagi perkembangan 3) Indikasi Anak Usia 4) Persiapan Alat Gulungan benang wol merah (diameter 10Cm ). Kismis/manik – manik. 10 buah kubus warna merah,kuning,hijau,biru 2,5 cm. Kerincing dengan gagang yang kecil. Botol kaca kecil dengan lubang diameter 1,5 cm. Bel /lonceng kecil,bola tennis,pensil
merah. Boneka kecil dengan botol susu. Cangkir plastik dengan gagang/pegangan. Ketas karton. Lembar denver. 5) Persiapan Pasien a. Pra orientasi 1. Melihat identitas klien/riwayat klien 2. Melakukan kontrak waktu dengan keluarga klien b. Fase orientasi 1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan tinndakan 4. Menjelaskan langkah prosedur 5. Menanyakan kesiapan/persetujuan pasien atau keluarga 6. Memcci tangan 6) Instruksional Kerja a. Fase kerja 1. Menuliskan nama pemeriksa,nama klien,tanggal lahir dan yempat tinggal pemeriksaan 2. Menghitung usia perkembangan anak 3. Menentukan usia perkembangan anak dengan membuat garis usia perkembangan pada format denver II 4. Menanyakanke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak dimulai dari tugas yang termudah baru yang sulit 5. Menanyakan ke orangtuatugas perkembangan yang sudah di kuasai anak melalui di sebelah garis kiri usia, teruskan ke kanan sampai tugas yang berada di sebelah kanan garis usia a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang palingdekat di sebelah kiri garis umr serta tiap tugas perkembangan yang ditembus garis umur b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah (gagal / menolak / tidak ada kesehatan). c. Bila anak mampu melakuakan salah satu tugas perkembangan pada langkah lakukan tugas perkembangan tambahan pada kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak : gagal” pada 3 tugas perkembangan. 6. Menanyakan keorang tua tugas perkembangan yang telah di kuasai anak pada aspekk personal sosial sesuai usia perkembangan. ( yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan) 7. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah di kuasai anak pada aspek motorik halus sesuai usia perkembangan. (yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dlakukan otot-
otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil) 8. Menanyakan ke orangtua tugas perkembangan yang telah kuasai anak pada aspek bahasa sesuai usia perkembangan ( yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan) 9. Menanyakan ke orangtua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada apek motorik kasar sesuai usia perkembangan. (yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat,berjalan, dll) 10. Mengusahakan agar semua tugas yang dipotong garis usia diusahakan / di tes 11. Skoring pada format Denver II a. Passed atau lulus ( P/L ). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak memberilaporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya) b. Failure atau gagal (F /G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannyadengan baik c. Refuse atau menolak ( R/M ). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat di kurangi dengan mengatakan pada anak apakah dapat melakukannya ( uji coba yang di laporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan) d. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R. 12. Interpretasi Denver II 1. Lebih (advanced) : bila mana anak lewat pada uji coba yang terletak dii kanan garis umur, dimyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut. P
iiiiiiiiiiiiii i 2. Normal : Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai normal R IIIIII F IIIIIII II I Demikian juga bila anak lulus (P) gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75 maka di kategorikan sebagai normal. Garis umur Garis umur Garis Umur P
IIIIII I
R F
IIIII
IIIII I
I
3. Caution /peringatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan,dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75 dan 90. Garis Umur Garis Umur garis umur F
R
IIIIIIIII I
F
IIIIIII II
Garis Umur R
IIIIIIIIII IIIII
Garis
Umur F
IIIIIIIIIIII IIIIII
4. Delay /keterlambatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur Garis Umur F
IIIIIIII IIII
Garis Umur R
IIIIIIIIIII IIIII
5. No opportunity/ tidak ada kesempatan : pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan,orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak di masukkan dalam mengambil kesimpulan. Garis Umur
Garis Umur NO
NO
IIIIIIIIIII IIIII
IIIIIIII IIII
6. Menyampaikan hasil interprentsi kepada keluarga Langkah mengambil kesimpulan. 1. Normal a. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution b. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya 2. Suspect / di duga a. Bila di dapatkan 2 caution dan / >1 keterlambatan
IIIII II
b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan 3. Untestable / tidak dapat diuji a. Bila ada skor menolak pada > 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75 – 90 % b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu B. Fase terminasi 1. Merapikan pasien dan alat 2. Melakukan evaluasi hasil tindakan 3. Berpamitan 4. Mencuci tangan Q. SOP PENKES R. SOP MEMASANG DRAM SLANG (SCORTAIN) Pengertian Memasukan pipa rectum kedalam usus besar melalui anus Tujuan 1. Mengeluarkan udara dari usus atau menghilangkan ketengangan perut 2. Mengeluarkan feses yang berbentuk cair terutama pada pasien diare Procedure A. Pra interaksi 1. Persiapan alat a. Sarung tangan bersih b. Bengkok c. Perlak bokong d. Jelly e. Plastic f. Karet gelang g. Plester h. Gunting i. Canul rectal sesuai kebutuhan 2.verifikasi data B. fase orientasi 1. mengucapkan salam
2. memperkenalkan diri 3. menjelaskan tujuan 4.menjelaskan langkah procedure 5. menanyakan kesiapan pasien C. fase kerja 1. mencuci tangan 2. menjaga privasi 3. memakai sarung tangan 4. memasang alas bokong 5. memasang plastic diujung rectal 6.mengolesi ujung rectal dengan jelly 7. memberikan posisi sim ke kiri 8. membuka anus dengan tangan kiri 9.memasukan rectal tube dengan perlahan sambil gerakan memutar kearah dalam 10. memfiksasi rectal tube dengan cara menyilang 11. melepas sarung tangan lalu masukan ke dalam bengkok 12. mengembalikan posisi pasien seperti semula 13. membereskan dan merapikan alat D. fase terminasi 1. merapikan pasien 2. melakukan evaluasi 3. menyampaikan RTL 4. berpamitan 5.membereskan alat 6. mencuci tangan
S. SOP PEMERIKSAAN RUMPLEED PADA DHF
Standar Operasi Prosedur (SOP) PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
1) Pengertian Test Rumple Leed atau tes pembendungan adalah suatu teknik pemeriksaaan penujang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragie Fever) dengan cara menetapkan TD Klien sebelumnya.
2) Tujuan a. Membantu memberikan pedoman untuk diagnosa DHF secara dini b. Mengetahui tanda – tanda perdarahan yang sering terjadi seperti : Petekie 3) Indikasi Pasien yang diduga mengalami DHF 4) Persiapan Alat Tensimeter dan mansetnya serta alat tulis 5) Persiapaan Pasien a. Pra orientasi 1) Melihat riwayat kesehatan pasien 2) Melakuakann kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan memberikan salam dan memperkenalkan diri 2) Menjelaskan tujuan 3) Menjelaskan prosedur 4) Menanyakan kesiapan pasien 6) Intruksional Kerja 1. Fase Kerja 1. Mencuci tangan 2. Klien dalam posisi baring terlentang 3. Mengukur tekanan darah klien 4. Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP/MAHP) 5. 1 sistole + 2 diastole = ...... mmHg atau sistol +diastol 200 = 100 3
2
2
6. memoompa kembali mansetnya pada batas x mmHg dan mempertahankann selama 5 menit 7. perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan bawah bagian medial pada sepertiga proximal. 8. Membaca hasil test apakah positif / negatif 9. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 X 2.8 Cm) didapatkan lebih dari 20 periode
10. Merapikan klien 11. Merapikan alat 12. Mencuci tangan
2. Fase Terminasi 1) Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan tes 2) Observasi tanda-tanda vital 3) Kaji tanda-tanda perdarhan 4) Dokumentasi tanggal dan waktu tes dilakukan,hasil tes (positif atau negatif) 7) Hal-hal yang perlu diperhatikan 1) Mempertahankan sikap tenang 2) Memberikan keamanan pasien 3) Melakukan teknik komunikasi terapeutik selama melakukan tindakan
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PENKES (PENDIDIKAN KESEHATAN) A. PENGERTIAN Penkes adalah informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (budiro,1998) Penyuluhan atau pendidikan kesahatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berdasarkan perinsip perinsip untuk belajar mencapai sutau keadaan, dimanan individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat tahu bagai mana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu. B. TUJUAN Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memleihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tebentuknya perilaku sehat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baikfisik, mental dan sosoial sehingga dapat menurunkan angka kesatikan dan kematian. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong atau mengatasi dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Meningkatkan perilaku peroroangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (WHO). C. INDIKASI Semua masyarakat, individu kelompok atau keluarga D. KONTRAINDIKASI Tidak ada E. PERALATAN - Media pendidikan kesehatan (brosur, leflet, lembar balik, dan lain – lain) - Proyektor - Laptop - Peralatan lain jika dengan demontrasi A. PROSEDUR
Fase Pra Interaksi 1. Verifikasi data
2. Mempersiapkan lata dan bahan atau media
Fase Orientasi 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan Tujuan 4. Menjelaskan prosedur atau langkah langkah PENKES 5. Menanyakan kesiapan klien atau kontrak waktu 6. Appresepsi
Fase kerja 1. Mengatu posisi yang nyaman untuk klien 2. Menjelaskan pengertian penyakit (sesuai topik PENKES) 3. Menjelaskan penyebab atau etiologi (sesuai topik PENKES) 4. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit (sesuai topik PENKES) 5. Menjelaskan pencegahan penyakit (sesuai topik PENKES) 6. Menjelaskan penatalaksanaan atau perawatan penyakit (sesuai topik PENKES) 7. Menjelaskan atau melakukan demonstrasi atau simulasi (prosedur atau tindakan kalau ada .... (mengukur TD/Suhu, membuat LGG, justimun dan lain lian sesuai topik Penkes)
Fase terminasi 1. Evalusai (dapat dilakukan sebelum dan sesudah PENKES) 2. Menyampaikan rencana tindak lanjut (Sebagai Follow Up) 3. Pmanitan (appresiasi/ucapan terima kasih dan permintaan maaf ada kekurangan)
Sumber: Budioro B ( 1998) pengantar pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat semarang : badan penerbit undip