Keperawatan SAP Pijat Oksitosin Desember 08, 2017 MAKALAH MATERNITAS SAP PIJAT OKSITOSIN
Disusun Oleh : Fajrin Agustini
16142010100
Ria Anggraini
16142010125
Iqrar Ghazali
16142010107
Isma Hesti .P
16142010108
Novitasari
16142010
Miftahul Rahmat .B
16142010
Azizah
16142010095
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA 2017 DAFTAR ISI COVER ............................................................................................................ DAFTAR ISI ...................................................................................................... KATA PENGANTAR....................................................................................... BAB I. SATUAN ACARA PENYULUHAN PIJAT OKSITOKSIN………… Bab II.MATERI................................................................................................... II.I Pengertian................................................................................................... II.II Hormon yang mempengaruhi ASI Ibu....................................................... II.III Standar operasional prosedur pijat oksitoksin..........................................
BAB III. PENUTUP.............................................................................................. III.I Kesimpulan........................................................................................... III.II Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demii kesempurnaan makalah ini.
Bangkalan, September 2017 Penyusun
BAB I SATUAN ACARA PENYULUHAN PIJAT OKSITOKSIN TOPIK
: Pijat Oksitoksin Untuk Mempelancar Asi
HARI/TANGGAL
: Sabtu, 11 desember 2020
TEMPAT
: Ngudia Husada Madura
WAKTU
: 20 menit
PEMBICARA PESERTA/SASARAN 1.
TUJUAN
1.
Tujuan umum
: Ria Anggraini dan Iqrar Ghozali : Mahasiswa Perawat NHM
Dengan dilakukannya penyuluhan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui apa itu pijat oksitoksin dan bagaimana cara mendemostrasikan pijat oksitoksin pada passion dikemudian hari. 2.
Tujuan khusus
Dengan diadakannya penyuluhan diharapkan 100% mahasiswa NHM dapat memahami: a.
apa itu pijat oksitoksin
b.
bagaimana Standar operasional prosedur pijat oksitoksin
II. SUB TOPIK 1.
Pengertian Pijat Oksitoksin
2.
Standar operasional prosedur pijat oksitoksin.
III. METODE PENYAMPAIN Ceramah Tanya jawab (CJT) diskusi IV.MEDIA 1.
Leaflet
V. MATRIKS KEGIATAN No
Jenis kegiatan
waktu
Materi
1
pembukaan
3 menit
Perkenalan
Kontrak waktu 2
proses
12 menit
Definisi
3
evaluasi
3 menit
Mendemostrasikan
4
penutup
2 menit
Kesimpulan Salam penutup
VI.Evaluasi a.
Mahasiswa mengetahui tentang pijat oksitoksin
b.
Mahasiswa mengetahui manfaat pijat oksitoksin
c.
Mahasiswa mengetahui waktu pijat oksitoksin
d.
Mahasiswa dapat mendemostrasikan pijat oksitoksin terhadap pasien
BAB II MATERI II.I Definisi Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005).
Waktu kapan yang tepat untuk pijat oksitoksin yaitu kapanpun sang Ibu mau. Jika memungkinkan/ada waktu, sebelum menyusui atau memerah ASI, lebih disarankan. Atau saat pikiran Ibu sedang mumet, badan pegal-pegal juga boleh. Cukup 3-5 menit saja persesi. Dipijat itu kan enak dan bikin rileks. Itu yang akan merangsang oksitoksin. Dengan pumping setelahcreambath di salon, hasilnya juga pasti banyak. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pijat oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu pasca seksio sesarea untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui dapat terpenuhi. II.II Faktor-Faktor yang mempengaruhi ASI Ibu Proses laktasi Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktorfaktor berikut ini. a. Laktogenesis Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamalia oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.
b.
Produksi susu Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan:
1)
jumlah produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan
2) pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu. c. Ejeksi susu Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada letdown reflex atau reflex ejeksi susu. Let-down reflex secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus ke dalam mulut bayi. d. Kolostrum Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi.Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas. e. ASI Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak antar menyusui, dan mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama (Woolridge, Fisher, 1988 dalam Bobak, 2005). Dalam proses laktasi, pada bayiterjadi 3 macam refleks, yaitu :
a) Rooting reflex, yaitu refleks mencari putting. Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola. b) Sucking reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena rangsangan puting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi. c) Swallowing reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat. 3. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Lawrence, 2004) antara lain : 1) Faktor bayi Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan mempengaruhi refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI, juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering bayi menyusui dapat memperlancar produksi ASI. 2)
Faktor ibu:
(a) Faktor fisik Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibuibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300 – 500 kalori tambahan selama masa menyusui. (b) Faktor psikologis Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara. (c) Faktor sosial budaya Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI. 4. Masalah Dalam Menyusui Dalam buku yang ditulis Eny dan Diah (2009) mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat proses menyusui. Permasalahan yang sering terjadi dan cara mengatasinya antara lain : 1)
Masalah menyusui masa antenatal
a) Kurang atau salah informasi Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa : a. Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. b. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. c. Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar. b) Putting susu datar atau terbenam Sejak kehamilan trisemester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko kelahiran premature, dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan : 1.
Teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2 x sehari.
2. Dibantu dengan pompa ASI Setelah bayi lahir putting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara : a.
Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu.
b. Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-3 jam), ini akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. c. Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan putting susu tertarik kedalam. 2)
Masalah menyusui pada masa nifas dini
a. Puting susu nyeri Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. b. Puting susu lecet Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadangkadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui salah, tapi dapat pula disebabkan oleh rush (candidates) atau dermatitis. c. Payudara bengkak Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak, penyebab bengkak : 1.
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
2.
Produksi ASI berlebihan
3.
Terlambat menyusui
4.
Pengeluaran ASI yang jarang
5.
Waktu menyusui yang terbatas Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah :
(a) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. (b) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/ diisap ASI tidak keluar. Badan biasanya demam setelah 24 jam d. Mastitis atau abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.Di dalam terasa ada masa padat, dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/ dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra. 3)
Masalah menyusui pada masa nifas lanjut
a. Sindrom ASI kurang Sering kenyataannyaASI tidak benar-benar kurang, tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar-benar kurang antara lain: 1. Bayi tidak puas setiap setelah menyusu, sering sekali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga kadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu. 2.
Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
3.
Payudara tidak membesar selama kehamilan, atau ASI tidak datang, pasca lahir
4.
BB bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan
5.
BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali
6.
Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning.
b. Ibu yang bekerja Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja seperti mengeluarkan ASI ditempat kerja dan ASI disimpan di lemari pendingin, serta banyak menyusui di malam hari.
4)
Masalah menyusui pada keadaan khusus
a.
Ibu melahirkan dengan bedah sesar Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala di topang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya kearah ibu. b) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu. c) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi. d) Ibu sakit Ibu yang menderita hepatitis atau HIV tidak diperkenankan untuk menyusui bayinya karena dapat menularkan kebayinya.
II.IIIStandar operasional prosedur pijat oksitoksin: Pengertian :menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI Tujuan: 1.
Menjaga atau mempelancar air ASI
2.
Mencegah terjadinya infeksi
Indikasi:ibu yang mempunyai bayi dan memberikan bayi secara eksklusif Prosedur: A. Persiapan sebelum dilakukan pijat oksitosin : a)
Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
b) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya Alat –alat yang digunakan: (a) 2 buah handuk besar bersih (b) Air hangat dan air dingin dalam baskom (c) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk (d) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya Persiapan perawat : a)
Menyiapkan alat dan mendekatkan kepada pasien
b)
Membaca status pasien
c)
Mencuci tangan
Persiapan lingkungan : a)
Menutuip korden atau pintu
b)
Pastikan prifasi pasien terjaga
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007) : a)
Mencuci tangan
b)
Melepaskan baju ibu bagian atas
c)
Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk
d)
Memasang handuk
e)
Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
f) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
g) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan melingkar kecilkecil dengan kedua ibu jarinya h) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit i)
Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
j)
Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
B. Pengkajian Fokus 1. Status maternal Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara (Pengkajian daerah areola, kaji adanya nyeri tekan, kaji adanya abses, pembengkakan atau ASI terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke -5 post partum) 2. Status psikososial ibu Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh dan persepsi, stressor seperti keluarga dan karier, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan emosional dari orang lain 3. Status neonatal Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia dengan berat badan, status neurologic, status pernafasan, reflex mengisap, adanya faktor-faktor yang menghambat pengisapan yang benar ( celah bibir, celah palatum), pemberian makan sebelumnya. C. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang ditemukan Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplay air susu ibu tidak adekuat ( Taylor, Cynthia M, 2010). D. Rencana Keperawatan Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelahdilakukan tindakan keperawatan diharapkan menyusui atau pemberian ASI menjadi efektif Kriteria hasil : 1.
Tidak terjadi pembengkakan payudara
2.
ASI keluar
3.
Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri saat ditekan
4.
Bayi mau menetek
5.
Ibu memahami cara memberikan ASI, proses menyusui berjalan lancar
6. Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang dalam batas normal, atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel Fokus Intervensi dan rasional: 1) Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya. Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang menyusui 2) Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,dan faktor-faktor yang memudahkan atau menggangu keberhasilan menyusui. Rasional : Membantu menangani permasalahanklien tentang menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien. 3)
Ajarkan teknik untuk mendapatkan let-down reflex :
a.
Shower air hangat
b.
Massage (Pijat Oksitosin)
c. Pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan pengeluaran air susu. 4) Demonstrasikan tentang teknik-teknik menyusui. Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu melaksanakan tindakan yang direncanakan 5) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan sesering mungkin Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangi resiko terjadinya pembengkakan pada payudara. 6) Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu kencang. Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan sehingga menggangu proses laktasi. E. Evaluasi 1) Menanyakan kepada ibu tentang seberapa ibu paham dan mengerti tehnik refleksi oksitoksin (perawatan payudara) 2)
Evaluasi perasaan ibu
BAB III PENUTUP III.I Kesimpulan Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pijat oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu pasca seksio sesarea untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui dapat terpenuhi. III.II Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Standar operasional prosedur pijat oksitoksin oleh seorang perawat haruslahh benar Informasi atau pendidkankesehatan berguna untuk klien dengan ASI Ibu yang tidak lancar misalnyaMemperlancar ASI Ibu dan mengetahui pijat oksitoksin dengan benar.
DAFTAR ISI Ratnadewi, Y. 2011. Selamatkan jiwa ibu!. Bandung: Pikiran Rakyat. Subekti, B. 2004 pengaruh hormone ASI Ibu Jakarta: ECG. Susilawati, B. 2011, Pelatihan Seputar Kehamilan Menyusui dan Pijat Oksitosin pijatoksitosin/(diaksestanggal 15 Mei 2012)