Sop Geriatri Sdh D Edit.docx

  • Uploaded by: Cahya Bintang
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sop Geriatri Sdh D Edit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,135
  • Pages: 12
PELAYANAN GERIATRI No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUD KABUPATEN BUTON

TanggalTerbit

DitetapkanDirektur RSUD KabupatenButon

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENGERTIAN

dr. RAMLI CODE, M.MKes NIP. 19720116 200212 1 004 PEMBINA , IV/a Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani

dan rohani dan atau kondisi

sosial yang bermasalah (geriatri). Pasien

lanjut

usia

dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan keterbatasan dalam melakukan

kegiatan

sehari-hari

dan

mengurus

diri

sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.

TUJUAN

Memberikan

pelayanan

multidisiplin

yang bermutu

dengan asuhan dan kondisi pasienusia lanjut untuk menuju

geriatri

mandiri dan geriatri dengan minimal

patologi.

KEBIJAKAN

SK Direktur RSUD KAB. BUTON Nomor : 54/445/RSUDTKL/X/2018 Tentang Pelayanan Geriatri Di RSUD

KAB.BUTON

PROSEDUR

1. Pasien di identifikasi dalam hal usia dan dilakukan penggolongan pasien usia lanjut 2. Pasien usia lanjut yang datang ke IGD/ poliklinik dilakukan

identifikasi

melalui

anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sesuaiindikasi, untuk dilakukan assesment awal 3. Dokter

merumuskan

rencana

asuhan

pasien

termasuk kebutuhan penggunaan alat bantu seharihari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien. 4. Dokter memberikan penjelasan keluarga tentang

pentingnya

pada pasien dan alat bantu,

cara

penggunaan alat bantu serta risiko penggunaan alat bantu dalam jangka waktu lama

jika tidak disertai

perawatan yang tidak benar 5. Perawat memberi edukasi dengan

penggunaan

menimbulkan risiko yang

tentang asuhan pasien

alat

bantu agar tidak

tidak diinginkan misalnya

dekubitus, atrofi otot,dll. 6. Dokter melakukan konsultasi/alih rawat ke bagian disiplin

ilmu

lain

jika

kebutuhan asuhan pasien

diperlukan sesuai dengan

UNIT TERKAIT

- Loket pendaftaran. - Instalasi rawat jalan. -Instalasi rawat inap.

EDITORIAL

Program DOTS Di Rumah Sakit Pada setiap tanggal 24 Maret, seluruh dunia memperingati World TB Day atau Hari TB Sedunia sebagai penghormatan kepada ilmuwan Jerman, Robert Koch yang pada 24 Maret 1882, mempresentasikan penemuan Mycobacterium Tuberculosis (M.tb), penyebab penyakit tuberkulosis (TB). Tahun ini tema peringatan hari TB sedunia oleh WHO adalah TB Anywhere is TB Everywhere. Mengingat penyakit TB merupakan masalah yang tidak dapat diselesai kan oleh jajaran kesehatan sendiri, tetapi bersama seluruh komponen masyarakat m aka Indonesiamenetapkan tema “Siapa dan Dimana Saja Peduli TB“. Maksud dipilih nya tema tersebut adalah sebagai momentum untuk mengingatkan sekaligus menga jak kita bersama-sama melakukanaksi atau tindakan nyata dalam penanggulangan T B di Indonesia.

Penyakit TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan ole h kuman M.tb Sebagian besar kuman M.tb menyerang paru, tetapi dapat j uga mengenai organ tubuh lainnya. MenurutWHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan angka kematian mencapai 3 juta orang per tahu n. Di negara berkembang, kematian ini merupakan 25% dari kematian pen yakit yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB bera da di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS, j umlah penderita TB akan meningkat. Kematian perempuan karena TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas. WHO mencanangkan keadaan darurat global (global emergency) untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman TB. Di Indonesia, TB merupakan penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran napas. Penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran napas pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun 1979-1982 telah dilakukan survei prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita setiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun ada 450.000 kasus baru TB, sekitar 1/3 penderita berobat di puskesmas, 1/3 di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah atau swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.

Risiko

Penularan

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi bervariasi antara 1-2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB (TB klinis). Dari keterangan tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa di daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dan 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena keadaan yang gizi buruk, diabetes melitus atau menderita infeksi virus HIV/AIDS. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat, maka angka jumlah penderita dan penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. Tantangan TB di Indonesia

 TB ditularkan melalui percikan dahak penderita ketika batuk, bersin, berbicara atau meludah. Seorang penderita TB dengan status BTA positif dapat menularkan kepada 10-15 orangsetiap tahunnya. B eban TB di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai ang ka penemuan kasus dan kesembuhan  Total pasien baru (kasus TB BTA positif maupun negatif) di Indonesia lebih dari 600.000 orang per tahun. Terdapat perbedaan besar angka penyakit TB di wilayah Sum atera, Jawa-Bali, dan kawasan Timur Indonesia  Insidens kasus BTA positif (menular) tahun 2005 diperkirakan 107 ka sus baru/100.000 penduduk (246.000 kasus baru setiap tahun)  TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan mer upakan peringkat ketiga dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi di In donesia yang menyebabkan sekitar 100.000kematian setiap tahunnya atau d alam sehari terjadi 300 kematian karena TB  Sebagian besar penderita TB usia produktif (15-55 tahun)

 Kolaborasi intervensi TB-HIV : HIV meningkatkan kejadian TB dan angka kematian di wilayah dengan prevalensi HIV tinggi (11-50 % pasien HIV/AIDS meninggal karena TB).  Indonesia mempunyai epidemi HIV yang terkonsentrasi. Prevalensi pada orang dewasa (15-49 tahun) diperkirakan <0,2% dengan kejadian terbesar di Prov. Bali, Jawa Timur, Papua, Riau, Jakarta dan Jawa Barat. Wilayah dengan risiko tinggi HIV perlu mendapat prioritas pelaksanaan program TB.  Surveilans kekebalan obat TB belum dilaksanakan di Indonesia. Survei-survei terbatas yang dilakukan di Jakarta menemukan ada kasus kekebalan obat TB pada lebih dari 4% kasus-kasus yang tidak diobati sebelumnya. Suatu survei yang representative diperlukan untuk mengetahui situasi di Indonesia (perkiraan Nasional dari WHO adalah 1,6%).  Terdapat kelompok populasi khusus yang rentan terhadap TB yaitu perempuan, anak, manula dan orang-orang dengan risiko penularan tinggi seperti para narapidana dan kaum pengungsi. Pemberantasan TB Dengan Strategi DOTS Pemberantasan TB sebenarnya telah dimulai sejak lama tetapi hasilnya belum menggembirakan. Sebelum ada strategi DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) cakupan program sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup di masa lalu, kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB atau multi drug resistance (MDR) terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara meluas. TB merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Penderita TB dapat sembuh bila melakukan pengobatan dengan OAT secara lengkap dan teratur selama 6-8 bulan. Di Indonesia, Program Pengendalian TB disesuaikan dengan Strategi Stop TB Global, diarahkan dalam upaya mencapai Target Global TB 2005 dan Tujuan Pembangunan Milenium 2015. Strategi Pengendalian TB mencakup penerapan Strategi DOTS, pengelolaan kasus TB yang kebal terhadap obat anti TB (MDR/multi drug resistance), koinfeksi TB - HIV, memperkuat sistem pelayanan kesehatan, keterlibatan semua penyedia layanan kesehatan serta meningkatkan kegiatan penelitian. Selama lebih dari satu dekade Strategi DOTS merupakan elemen yang sangat penting untuk pengendalian TB. Strategi ini terdiri dari 5 komponen :

1. Peningkatan Komitmen Politis dengan ada Rencana Jangka Panjang Penanggulangan TB yang didukung oleh penganggaran yang tetap dan memadai sesuai dengan target World Health Assembly 2005 dan Millenium Development Goals 2015. 2. Penegakkan diagnosis dengan mikroskopis dahak dan serta penguatan jejaring laboratorium mikroskopis TB 3. Pengobatan TB standar dengan PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam upaya mengurangi risiko terjadinya MDR dan peningkatan kesembuhan penderita. 4. Jaminan ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang efektif. 5. Sistim

Pencatatan

dan

Pelaporan baku

untuk

TB.

Menurut Bank Dunia strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan hal tersebut. Di Bangladesh dengan strategi DOTS, angka kesembuhan pasien TB mampu mencapai sekitar 80%, di Maldives sekitar 85 % , di Nepal mencapai 85 % sedangkan di RRC mencapai 90 %.

Di Indonesia, strategi DOTS pertama kali dilakukan uji coba pada tahun 1995 dan kemudian diimplementasikan secara luas dalam sistim pelayanan kesehatan dasar. Fokus saat ini adalah meningkatkan cakupan DOTS ke seluruh penyedia pelayanan kesehatan di Indonesia disertai peningkatan mutu pelayanan. Langkah awal dengan memperkuat jejaring puskesmas, lalu strategi inovasi lainnya seperti perencanan spesifik daerah dalam upaya menjangkau populasi yang sulit mendapatkan akses pelayanan (akibat sosial ekonomi maupun geografis), keterlibatan RS (Hospital DOTS Lingkage), TB pada anak, TB di rumah tahanan/lembaga pemasyarakatan, penanganan kasus resisten serta penanganan koinfeksi TB-HIV. Penemuan kasus TB di Indonesia (CDR=Case Detection Rate) pada tahun 2005 adalah 68%, telah mendekati target global untuk penemuan kasus pada tahun 2005 sebesar 70% dan target 2007 menjadi 74%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate = SR) mencapai 89,7% melebihi target WHO sebesar 85%. Hasil tersebut merupakan kerja keras dari berbagai pihak di Indonesia dengan dukungan donor internasional yang meningkat seperti GF ATM, USAID (TBCTA), CIDA, DFID dan lain-lain serta bantuan teknis dari para mitra Stop TB khususnya WHO dan KNCV.

Pada kenyataannya masih dijumpai berbagai masalah di lapangan. Program DOTS yang dulu dititik-beratkan di puskesmas harus diperluas ke rumah sakit dan dokter praktik swasta. Hal ini disebabkan karena pasien TB bukan hanya datang ke puskesmas, melainkan banyak juga ke rumah sakit, dokter praktik swasta serta klinik swasta. Secara umum memang perlu dilakukan akselerasi DOTS di Indonesia agar program lebih cepat mencapai target. DOTS di Rumah Sakit (Hospital DOTS) Berdasarkan hasil penelitian oleh Departemen Kesehatan, 49 % pasien TB di Jawa, 44% pasien TB di Sumatra dan 31% pasien TB di Kawasan Timur Indonesia datang berobat pertama kali ke rumah sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang rumah sakit sangat penting dalam pemberantasan TB, antara lain dalam meningkatkan CDR (Case Detection Rate) dan CR (Cure Rate). Rumah sakit mempunyai beberapa kelebihan antara lain mempunyai cukup tenaga ahli, peralatan diagnostik dan terapeutik yang cukup lengkap, jumlah pasien banyak, dan lain-lain, tetapi juga mempunyai kelemahan antara lain rumah sakit tidak mempunyai tenaga cukup, sehingga bila ada pasien yang tidak kontrol pada waktunya tidak dapat dilakukan kunjungan rumah. Penyakit TB dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia sehingga pasien TB di rumah sakit dapat datang ke berbagai spesialis di rumah sakit, oleh karena itu untuk mengkoordinasikan pelayanan TB di rumah sakit perlu dibentuk Tim DOTS Rumah Sakit. Tim tersebut bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan di rumah sakit melalui jejaring internal (internal linkage) rumah sakit maupun koordinasi kegiatan di luar rumah sakit melalui jejaring eksternal (external loinkage). Jejaring eksternal perlu dilakukan untuk koordinasi kegiatan dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, Dokter Praktek Swasta, dan lain-lain. Langkah-langkah untuk mulai mengimplementasikan DOTS di rumah sakit antara lain yaitu : 

Melakukanpenilaian dananalisissituasi, apakahrumahsakittelahbersediauntukmelaksanakan program DOTS



Mendapatkan komitmen yang kuat terutama dari manajemen dan dokter spesialis yang akan melaksanakan DOTS



Penyusunan nota kesepahaman ( Memorandum of Understanding ) antara Dinas Kesehatan setempat dengan manajemen rumah sakit



Menyiapkan tenaga pelaksana DOTS antara lain dokter, perawat, petugas laboratoium, petugas farmasi, petugas pencatatan dan pelaporan, dan lain-lain



Membentuk tim DOTS di rumah sakit. Tim tersebut akan melakukan koordinasi kegiatan internal linkage atau external linkage



Menyediakan tempat untuk unit DOTS di dalam rumahsakit. Tempatinimenjadipusatkegiatanpelayananpasien TB di rumahsakit



Menyediakan tempat / rak penyimpanan paket-paket OAT di ruang DOTS.



Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologis dahak sesuai standar.



Menggunakan format program tuberkulosis nasional

pencatatan

sesuai

dengan

Contoh kegiatan jejaring eksternal antara rumah sakit dengan puskemas : •

Pasientidakdatanguntukperiksaulang/mengambilobatpadatanggal yang telahditentukan.



Bilakeadaaninimasihberlanjuthinggalewat 2 haridaritanggal yang ditentukan, makapetugas di unit DOTS RS harussegeramelakukantindakan di bawahini : 1. Menghubungipasienlangsung/PMO agar segerakembaliberobat 2. Petugas di Tim DOTS RS menginformasikankeWasorKabupaten/Kota atau langsung ke puskesmas tentang ada pasien yang tidak k ontrol, dengan memberitahukan identitas dan alamat lengkap untuk seger a dilakukan pelacakan.

Hasil dari pelacakan yang dilakukan oleh petugas puskesma s segera iinformasikankepadarumahsakit .Bila proses inimenemuihambatan, harusdiberitahukankeKetua Tim DOTS rumahsakit. Kesimpulan

1. Sampaisaatini DOTS baikuntukmemberantas TB.

adalahstrategi

yang

paling

2. DOTS harusdiimplementasikan di semuasektorlayanankesehatanantara lain puskesmas, klinikparu, dokterpraktekswastadanrumahsakit 3. Tim DOTS RumahSakitharusdibentukuntukmengkoordinasikankegiatanjejaring internal (internal linkage) danjejaringeksternal (external linkage) 4. Denganada program DOTS di rumahsakit, angkaCDRdan CR diharapkanmeningkat.

Daftar Pustaka 1. Iseman MD. Tempus Fugit: TB and the 20th century. Int J Tuberc Lung Dis 2000;4 (1) : 1 2. Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2004. Jakarta : 2005 , 45 3. Dye C. Tuberculosis 2000-2010: control, but not elimination. Int J Tuberc Lung Dis 2000;4(12): S146-52 4. Pilheu JA. Tuberculosis 2000 : problems and solutions. Int J Tuberc Lung Dis 1998;2(9): 696 – 703 5. WHO. WHO Report 2006 – Global Tuberculosis Control.Geneve:WHO, 2006 : 8-11 6. WHO. WHO Report 2004 – Global Tuberculosis Control.Geneve:WHO, 2004 : 2-4 7. Http//www.pdpersi.co.id/?show_detailnews&kode=897&tbl=kesling 8. Http//www.minergynews.com/activity/dots.shtml 9. Http//www.update.tbcindonesia.or.id/module/articlephp?articleid=115 MukhtarIkhsan Dep. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI SMF Paru RS Persahabatan Jakarta

Related Documents

Sop Geriatri Sdh D Edit
October 2019 14
Geriatri
April 2020 18
Sdh
May 2020 16
Sdh
June 2020 18
Sdh
December 2019 31

More Documents from ""