Skripsi Zulkifli 14 3145 105 039.docx

  • Uploaded by: Nur Ningsi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Zulkifli 14 3145 105 039.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,196
  • Pages: 67
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 61 BATU MENTENG KELAS IV DAN V TAHUN 2018

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Gelar Sarjana Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar

ZULKIFLI 14 3145 105 039

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES MEGA REZKY MAKASSAR 2018

7

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb Alhamdulillahi rabbil alamin, dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta hidayahnya, penulisan skripsi Penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN 61 Batu Menteng Kabapaten Jeneponto Tahun 2018” Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan pelopor ilmu pengetahuan. skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan di STIKes Mega Rezky Makassar Tahun 2018. Peneliti menyadari skripsi penelitian ini masih banyak kendala, olehnya itu pada kesempatan ini mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun untuk kebaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Pada kesempatan ini perkenangkan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Bapak H. Alimuddin S.H.,M.H.,M.Kn., selaku Pembina Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar 2. Ibu Hj. Suriyani, S.H.,M.H., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar 3. Bapak Prof. Dr. H. M. Rusli Ngatimin MPH., selaku Ketua sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar 4. Ns. Syamsuriyana Sabar, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua LPPM STIKes Mega Rezky Makassar 5.

Ns. Ilham Syarif Kasim. S.kep ., MSN., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan yang begitu banyak memberikan pengarahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

8

6. Ibu Ns Herty Haerani. S.Kep., M. Kes., selaku Pembimbing I yang begitu banyak memberikan pengarahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. 7. Bapak Dr. Haeruddin, K, S.S., SKM., M.Kes. selaku Pembimbing II yang begitu banyak memberikan pengarahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. 8. Ns Julia Fitria Ningsih.,S.Kep., M.Kes., M.Kep., selaku Penguji yang banyak memberikan kritik dan saran bagi peneliti. 9. Ns Seluruh dosen dan staf program Studi S1 Keperawatan STIKes Mega Rezky Makassar yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti selama menjadi mahasiswa. 10. Teristimewa terima kasih yang tulus dan penghargaan tak terhingga peneliti ucapkan kepada kedua orang tua. Kamaruddin sebagai ayahanda dan ST Subaedah S.pd sebagai ibunda tercinta yang telah memberi motivasi, dukungan dan bantuan moral dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. 11. Kepada teman teman kelas A S1 Keperawatan terutama Nurlita Makbul yang selalu menemani dan menbantu menyelesaikan penelitian ini dan teman yang lain yang temani saya selama 4 tahun bersama sama menuntut ilmu di kampus Stikes Mega Rezky Makassar 12. Kepada Sri Ernianti yang selalu memberi support untuk menyelesaikan penelitian ini. 13. Kepada teman organisasi KBM_Keperawatan yang selalu memberi support untuk menyelesaikan penelitian ini. Semoga segala bantuan, bimbingan dan saran yang diberikan kepada peneliti, senantiasa

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT, akhir kata peneliti berharap semoga skripsi penelitian dapat memberi manfaat. Amin. Wasalamu alaikum Wr.Wb.

9

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. I HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... II HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ III KATA PENGANTAR ........................................................................................... IV DAFTAR ISI .......................................................................................................... V DAFTAR TABEL.................................................................................................. VI DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... VII ABSTRAK ............................................................................................................. VIII BAB 1 PENDAHULUAN A. B. C. D.

Latar belakang........................................................................................... Rumusan masalah ..................................................................................... Tujuan penelitian ...................................................................................... Manfaat penelitian ....................................................................................

1 5 5 6

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G. H. I.

Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Gigi ................................................ Penyebab Penyakit Gigi ............................................................................ Akibat Penyakit Gigi................................................................................. Perawatan Gigi .......................................................................................... Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Gigi ................................ Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ..................................................... Tinjauan Umum Perilaku .......................................................................... Karakteristik Anak Usia Sekolah .............................................................. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah ......................................................

7 9 9 9 14 19 21 24 27

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 28 B. Hipotesis ................................................................................................... 30 BAB IV METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.

Jenis Penelitian ......................................................................................... Rancangan Penelitian ................................................................................ Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................... Populasi Dan Sampel ................................................................................ Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................

31 31 31 31 32

10

F. Jenis Instrument ........................................................................................ 33 G. Etika Penelitian ......................................................................................... 34 H. Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 38 A. Gambaran .................................................................................................. 38 B. hasil penelitian .......................................................................................... 38 C. pembahasan ............................................................................................... 43 BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 51 A. Kesimpulan ............................................................................................... 51 B. Saran ......................................................................................................... 52 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

11

DAFTAR TABEL

1. Tabel 5.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan umur 2. Tabel 5.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin 3. Tabel 5.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas 4. Tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kesehatan gigi 5. Tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku perawatan gigi 6. Tabel 5.6 distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku perawatan gigi

12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kuesioner penelitian 2. Lampiran 2 : Master tabel 3. Lampiran 3 : Exact Tabel Uji statistic Fisher Test 4. Lampiran 4 : Tabel frekuensi 5. Lampiran 5 : Crosstab tabel 6. Lampiran 6 : Surat izin penelitian dari LPPM 7. Lampiran 7 : Surat izin penelitian dari BKPMD 8. Lampiran 8 : surat penyelesaian penelitian

13

ABSTRAK

Zulkifli,14 3145 105 039 “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia di Sekolah SDN 61 Batu Menteng Kelas IV Dan V” ( Dibimbing oleh Herty, dan Hairuddin. K). 50 halaman + 6 Tabel + 10 Lampiran

Pada umumnya anak SD mengalami kurang menggosok gigi dikarenakan kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tua mereka. Sehingga dampak yang ditimbulkan oleh kurangnya menggosok gigi menyebabkan gigi berlubang,dan timbulnya karies gigi. Tujuan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 batu menteng kabupaten Jeneponto. Metode penelitian ini menggunakan “observasional analitik” dengan penelitian besar sampel yang memenuhi kreteria inklusi 35 responden, penentuan besar sampel dengan menggunakan random sampling. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner, data yang diperoleh ditabulasi, sesuai dengan tujuan, karakteristik responden dan data yang berkaitan dengan variabel dianalisa dengan fisher’s Exact Test, menggunakan program statistik dengan kemaknaan α=0,05. Tingkat pengetahuan p<0,002. Kesimpulan penelitian adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 Batu Menteng kelas IV dan V, dimana semakin baik tingkat pengetahuan kesehatan gigi maka baik pula perilaku dalam perawatan gigi Pada anak. Saran bagi orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anaknya dengan cara membiasakan perilaku menggosok gigi. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, perawatan gigi, siswa. Daftar Pustaka : 19 ( 2002-2018 )

14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Sebagian besar masyarakat tidak menyadari awal mula timbulnya penyakit gigi dan mulut bersumber dari kesehatan rongga mulut secara menyeluruh. Hal ini dipengaruhi oleh factor perilaku masyarakat yang kurang peduli akan kebersihan gigi dan mulut yang dijadikan suatu kebiasaan dan budaya Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan periodontal dan karies. Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang serius. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak. Perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi, salah satunya diukur dengan kebiasaan menyikat gigi. Anak usia sekolah dasar perlu mendapat perhatian lebih karena rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut, karena pengetahuan anak tentang waktu menyikat gigi yang tepat masih sangat kurang serta masih belum mampu membiasakan diri untuk melakukan

15

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menyikat gigi memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi. Karies gigi pada anak sering terjadi, namun kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama ibu karena mereka menganggap bahwa gigi anak akan digantikan dengan gigi tetap. Ibu kurang menyadari dampak yang akan timbul akan lebih besar apabila anak tidak dibimbing untuk melakukan perawatan gigi sejak dini. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pencegahan karies gigi pada anak. Pengetahuan ibu menjadi dasar terbentuknya perilaku positif anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan perawatan yang baik dan benar. Orang tua perlu mengetahui, mengajarkan serta melatih anak sejak dini untuk perawatan gigi. Menurut World Health Organization (WHO ) tahun 2012 bahwa 90% anak anak sekolah di seluruh dunia pernah menderita karies gigi.prevalensi karies gigi yang tertinggi terdapat di asia dan di amerika latin.data terbaru yang di rilis oleh Oral Health Media centre 2012 memperlihatkan sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan hampir semua orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.karies menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius pada anak usia sekolah terutama sekolah dasar.hal ini disebabkan karena kebersihan gigi dan mulutnya masih kurang begitu baik.prevalensi akan terus meningkat seiring bertambahnya umur,anak usia 6 tahun

16

mengalami karies pada gigi tetapnya sebanyak 20% meningkat 60% pada usia 8 tahun dan 90% pada usia 12 tahun. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh dunia, sehingga karies merupakan suatu penyakit infeksi gigi yang menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan status karies penduduk Indonesia usia diatas 12 tahun yang dinilai menggukanan index DMF-T sebesar 4,6. Artinya kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang. Jumlah ini terbilang masih tinggi untuk kejadian karies penduduk indonesia. Prevalensi penyakit gigi dan mulut pada anak di Indonesia mencapai 72%. Setengah dari 75 balita Indonesia mengalami kerusakan gigi dan jumlahnya bertambah terus dari tahun ketahun. Kejadian karies gigi pada anak sangat bervariasi apabila didasarkan atas golongan usia. Anak 8-9 tahun memiliki persentase karies yang tinggiyaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia sekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling penting adalah pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya untuk membimbing anak . Adapun di Sulawesi Selatan didapatkan data sebesar 5,5% Anak usia sekolah merupakan anak dengan usia 6 sampai 12 tahun. Periode usia

17

pertengahan ini dimulai dengan masuknya anak kedalam lingkungan sekolah (Santrock, 2008). Periode anak usia sekolah terbagi menjadi tiga tahapan usia yaitu: tahap awal 6-7 tahun; tahap pertengahan 7-9 tahun; dan tahap praremaja 10-12 tahun (DeLaune& Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005). Berdasarkan pada saat peneliti melakukan pengambilan data awal di SDN 61 Batu Menteng Kab. Jeneponto, dari jumlah keseluruhan 135 siswa khususnya di kelas IV dan V terdapat 39 siswa dimana terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan siswa perempuan berjumlah 27 orang siswa Dari hasil observasi atau wawancara langsung terhadap siswa kelas IV dan V sebagian anak yang menderita karies gigi karena tidak menggosok gigi pada saat tidur dan setelah

makan

juga

mengkonsumsi jajanan yang

mengandung gula, dan ada juga anak menderita stomatitis karena infeksi dalam mulut, dan ada anak tidak menderita karies gigi maupun stomatitis.dari 39 siswa, yang menggosok gigi pada saat tidur dan sesudah makan hanya 6 orang saja Peneliti mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa SDN 61 Batu Menteng Kab. Jeneponto. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SDN 61 Batu Menteng Kabupaten Jeneponto”.

18

B. Rumusan masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil permasalahan : Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 Batu Menteng. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 batu menteng kab. Jeneponto. 2. Tujuan Khusus a. mengetahui tingkat pengetahuan anak usia sekolah tentang kesehatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 batu menteng kab. Jeneponto b. mengetahui perilaku anak usia sekolah dalam menerapkan perawatan gigi yang benar dalam kehidupan sehari-hari pada anak usia sekolah di SDN 61 batu menteng kab Jeneponto c. mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 batu menteng Kab. Jeneponto

19

C. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi tempat peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan infomasi kepada Masyarakat mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah sehingga baik pihak sekolah dapat meningkatkan pengawasan terhadap kebersihan gigi dan mulut para siswa dan siswinya dapat meningkatkan derajat kesehatan giginya. 2. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemerintah mengenai perlunya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut dalam lingkup pendidikan 3. Bagi peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah sehingg adapat dijadikan sebagai bahan

penambah

wawasan

serta

bahan

pertimbangan

dalam

pengembangan penelitian lebih lanjut.

20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan gigi Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit gigi lainnya (Tan dalam Houwink, 2010). Menurut Schuurs (2007) gigi yang sehat adalah gigi yang tidak terlihat bercak hitam apabila diberikan sinar. 1. Karies Gigi (Kavitis) Karies gigi atau yang lebih dikenal dengan gigi berlubang merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi individu. Karies gigi pada anak usia sekolah memiliki prevalensi yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Karies merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan kerentanan gigi, mikroflora kariogenik, dan lingkungan oral yang sesuai. Karies gigi dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari makanan yang tersisa di gigi dan menimbulkan destruksi komponen organik yang akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang gigi (Schuurs, 2007). Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak-anak maupun orang dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis terkena karies gigi karena terjadi transisi dari gigi susu ke gigi permanen.

21

2. Maloklusi Maloklusi terjadi jika gigi rahang atas dan rahang bawah tidak dapat berhubungan atau bertemu dengan tepat. Hal ini menyebabkan proses mengunyah makanan menjadi kurang efektif dan menimbulkan efek yang kurang menyenangkan. Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi rahang atas dan bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan kelainan pada fungsi-fungsi lain. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun dapat rusak.Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan pada sendi temporo mandibula (sendi antara tulang rahang rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan sakit kepala yang terus menerus atau masalah pencernaan (Potter & Perry, 2005). 3. Penyakit Periodontal Penyakit

periodontal

merupakan

kondisi

peradangan

dan

degeneratif yang mengenai gusi dan jaringan penyokong gigi. Penyakit ini disebabkan oleh respon imun, penyakit lain seperti diabetes, stres, mengonsumsi obat (Carstensen, 2010). Masalah yang sering muncul terkait periodontal adalah gingivitis (inflamasi ringan pada gusi) dan periodontitis (inflamasi gusi dan kehilangan jaringan ikat serta tulang yang menyokong struktur gigi) (Potter & Perry, 2005). Gingivitis diakibatkan oleh peradangan reversibel yang dimulai pada sebagian anak usia dini yang berkaitan dengan pembentukan plak gigi. Pembentukan plak gigi menyebabkan pelepasan eksotoksin destruktif dan enzim.Enzim inilah

22

yang mengakibatkan gusi menjadi merah, bengkak, nyeri tekan, dan mudah iritasi (Houwink, et al, 2010). B. Penyebab Penyakit Gigi Penyebab penyakit gigi antara lain mikroorganisme mulut, substrat makanan, dan waktu (Suwelo, 2012). Faktor lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 2012). C. Akibat Penyakit Gigi Masalah kesehatan gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena akan mempengaruhi jaringan tubuh lain seperti tenggorokan, jantung hingga otak (Minata, 2011). Menurut Tampubolon (2006) dampak yang akan dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain keterbatasan fungsi gigi (sulit mengunyah, makanan tersangkut, bau nafas, pencernaan terganggu), disabilitas fisik (diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak dapat menggosok gigi dengan baik), rasa sakit setiap mengunyah (sakit kepala, infeksi, sakit radang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat khawatir), dan disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu). D. Perawatan Gigi Perawatan gigi merupakan usaha penjagaan untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi (Schuurs, 2007).Perawatan gigi sangat penting dilakukan karena dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi, bahkan malnutrisi.Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada

23

lubang atau penyakit gigi lainnya. Tan dalam Houwink, et al (2010) mengatakan perawatan gigi yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan gigi antara lain: 1. Menggosok gigi (brushing) Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menggosok gigi, yaitu: a. Cara menggosok gigi yang benar Masalah yang seringkali ditemui pada masyarakat Indonesia adalah cara menggosok gigi yang salah. Pada prinsipnya mengosok gigi yang benar harus dapat membersihkan semua sisa-sisa makanan terutama pada ruang intradental.Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi lapisan gigi dengan tidak menekan secara berlebihan. Fitriana (2006) mengatakan dalam menggosok gigi sikatlah gigi pada permukaan luar dan permukaan dalam gigi, lakukan gerakan vertikal dan searah dari bagian gusi ke arah permukaan gigi.Untuk rahang atas gerakan sikat dari atas ke bawah, untuk rahang bawah dari bawah ke atas. Sedangkan untuk bagian permukaan kunyah, baik gigi atas maupun gigi bawah, teknik penyikatannya adalah gigi disikat horizontal dari gigi-gigi belakang ke arah gigi depan. Selain itu permukaan lidah juga perlu disikat pelan-pelan, karena permukaan lidah tidak rata sehingga mudah terselip sisa-sisa makanan. Menurut Gupte (1991) teknik menggosok gigi yang benar antara lain gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok.Untuk gigi atas

24

gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya untuk gigi bawah gerakan sikat dari bawah ke atas.Gosoklah dengan lembut permukaan gusi dan lidah.Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka. b. Pemilihan sikat yang benar Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga kesehatan gigi.Apabila kita salah memilih dan menggunakan sikat gigi maka sisa-sisa makanan yang ada di sela gigi tidak dapat terjangkau. Untuk anak usia sekolah sikat gigi yang baik adalah sikat gigi dengan bulu halus yang terbuat dari nilon dengan panjang sekitar 21 cm (Potter & Perry, 2005). Menurut Fitriana (2006) pilih sikat gigi yang kecil baik tangkai maupun kepala sikatnya sehingga mudah dipegang dan tidak merusak gusi.Ujung kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil. c. Frekuensi menggosok gigi Menggosok gigi sedikitnya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur).Hal itu merupakan dasar untuk program oral hygiene yang efektif (Potter & Perry, 2005).Menggosok gigi sebelum tidur sangat penting karena saat tidur terjadi interaksi antara bakteri mulut dengan sisa makanan pada gigi (Hockenberry & Wilson, 2007). Manson

(dalam

Ginandjar

2011)

berpendapat

bahwa

menggosok gigi sehari cukup 2 kali, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam.

25

2. Pemeriksaan ke Dokter Gigi Persatuan

Dokter

Gigi

Indonesia

(2006)

mengatakan

pemeriksaan gigi ke dokter gigi masih sangat minim dilakukan pada masyarakat Indonesia. Padahal apabila sejak dini anak diajarkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gigi secara rutin, maka angka kejadian karies gigi akan berkurang. Pemeriksaan secara rutin 6 bulan sekali telah dicanangkan oleh pemerintah. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan pada anak usia sekolah, karena pada anak usia sekolah mengalami pergantian dari gigi susu menjadi gigi permanen. Usaha lain yang dilakukan pemerintah dalam menangani masalah kesehatan gigi adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS ini merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana. 3. Mengatur Makanan Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi makanan manis seperti cokelat, permen, kue, dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung larutan gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus plak gigi dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi yang benar akan berisiko terkena karies gigi. Oleh karena itu pada anak usia sekolah dianjurkan diet rendah gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan gigi lainnya (Potter & Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Stephen 1981

26

dalam Schuurs 2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kenaikan karies gigi dengan frekuensi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa. Sukrosa yang berlebih dapat mengakibatkan pH dari plak gigi akan turun dari 6.5 menjadi 5.0. Penurunan pH tersebut menyebabkan demineralisasi dari lapisan emailgigi. Oleh karena itu seseorang yang sering mengkonsumsi makanan mengandung sukrosa, semakin lama keadaan pH asam bertahan dalam rongga mulut.Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni makanan yang mengandung tinggi kalsium.Menurut Gupte (1991) mengonsumsi kalsium, fospor, vitamin C, dan vitamin D dapat menguatkan gigi.Vitamin C dan D baik untuk pembentukan gigi.Kalsium dan vitamin D adalah fondasi penting untuk membuat tulang dan gigi yang kuat.Kalsium mendukung struktur tulang dan gigi, sedangkan vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang. Seperti susu, keju, yogurt, telur, sayur mayur, buah-buahan, dan lain sebagainya Gupte (1991). 4. Penggunaan Flouride Flouride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan, namunkadarnya harus diperhatikan (Anderson, 2009).Flouride dapat menurunkan produksi asam dan meningkatkan pembentukan mineral pada dasar enamel (Schuurs, 2007). Pasta gigi yang sekarang beredar mengandung 0,15 % fluoride yang sebelumnya mengandung 0,10 % (Houwink, 2010). Fluoride dapat ditemukan dalam berbagai bentuk.Pada

27

negara maju seperti Belanda dan Amerika, sebagian besar jumlah fluoride berasal dari air minum dengan konsentrasi 1 ppm (Anderson, 2009). Di Indonesia beredar fluoride dalam bentuk pasta gigi yang kadarfluoride-nya sudah diatur. Berdasarkan standar SNI 16-4767-1998, pastagigi anak mengandung kadarflour 500-1000 ppm. Penggunaan fluoride yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan warna pada enamel gigi (Potter & Perry, 2005). 5. Flossing Flossing

membantu

pencegahan

karies

gigi

dengan

menyingkirkan plakdan sisa makanan pada sela gigi.Waktu yang tepat untuk melakukan dental flossing adalah setelah menggosok gigi karena saat itu pasta gigi masih ada dalam mulut. Dental flossing yang dilakukan setelah menggosok gigi akan membantu penyebaran pasta gigi ke sela-sela gigi (Columbia University of Dental Medicine, 2006). Menurut Potter dan Perry (2005) dental flossing cukup dilakukan satu kali dalam sehari. E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Gigi Perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari internal anak seperti usia, pengalaman individu, dan motivasi anak (Cahdwick, 2003). Faktorfaktor yang berasal dari ekternal antara lain orang tua, tingkat pendidikan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2010).

28

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang, seperti usia, pengalaman, dan motivasi anak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Usia Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan

gigi

mengemukakan

pada

anak.

bahwa

usia

Siagan erat

dalam

hubungannya

Rasyidah

(2002)

dengan

tingkat

kedewasaan teknik maupun psikologis. Semakin bertambah usia seseorang maka berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi meningkat sesuai bertambahnya usia. Pada usia 6 tahun prevalensi karies gigi sebesar 20%, kemudian mengalami peningkatan pada usia 14 tahun mencapai 97% (Cahyadi, 2010). 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian kerusakan gigi.Penelitian yang dilakukan Finn menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada anak laki-laki dan perempuan dengan prevalensi karies gigi.Anak perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.Hal ini disebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih awal daripada anak laki-laki sehingga masa terpajan dalam mulut lebih lama (Cahyadi, 2010).

29

3. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang dialami menjadikan seseorang dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga mengantisipasi hal negatif terulang kembali dikemudian hari. Anak usia sekolah tidak akan mengonsumsi permen tanpa menggosok gigi setelahnya apabila ia belum memiliki atau melihat pengalaman orang lain. Ia akan mengantisipasi hal yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2010). 4. Motivasi Anak usia sekolah memiliki tanggungjawab dalam melakukan sesuatu, namun anak sekolah memiliki motivasi rendah dalam memperhatikan penampilan dan bau mulut sampai mereka usia remaja (Chadwick & Hosey, 2003; Hockenberry & Wilson, 2007; McDonald, 1994). Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri seseorang.Faktor yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, tingkat pendidikan, fasilitas kesehatan, penghasilan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2010). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

30

1. Peran Orang Tua Orang tua merupakan faktor penting pada perawatan kesehatan gigi anak.Orang tua menjadi contoh dalam melakukan promosi kesehatan gigi (Potter & Perry, 2005; McDonald, 1994).Keberhasilan perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh peran orang tua dalam melakukan perawatan gigi.Orang tua yang menjadi teladan lebih efisien dibandingkan anak yang menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua (Potter & Perry, 2005; McDonald, 1994). Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam perawatan gigi antara lain membantu anak dalam menggosok gigi terutama pada anak yang berusia dibawah 10 tahun, karena anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada gigi bagian belakang (Hockenberry & Wilson, 2007). Mendampingi anak atau sama-sama menggosok gigi dengan anak.Memeriksakan gigi anak secara rutin ke dokter gigi.Serta mengenalkan perawatan gigi pada anak sejak dini. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan (Notoatmodjo, 2010).

Ketika seseorang berada

pada

tingkatan

pengetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian akan kesehatan gigi akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika anak memiliki

31

pengetahuan yang kurang, maka perhatian pada perawatan giginya juga rendah. 3. Fasilitas Fasilitas

sebagai

sebuah

sarana

informasi

yang

dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Misalnya anak yang memiliki komputer dengan akses internet yang memadai akan memiliki pengetahuan tinggi tentang perawatan gigi jika dibandingkan dengan anak yang memiliki televisi saja. Ia akan lebih update terhadap informasi-informasi yang tidak bergantung pada siaran televisi. 4. Penghasilan Penghasilan memang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap pengetahuan, namun penghasilan ini erat hubungannya dengan ketersediaan

fasilitas

(Notoatmodjo,

2010).

Orang

tua

yang

berpenghasilan tinggi akan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan orang tua yang memiliki penghasilan rendah. Misalnya anak yang orang tuanya berpenghasilan tinggi akan dibawa ke dokter gigi pribadi untuk merawat kesehatan giginya. Sebaliknya pada anak yang penghasilan orang tuanya rendah, tentunya akan melakukan perawatan sederhana yang dapat meminimalisasi pengeluaran. 5. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2010).Apabila dalam keluarga

32

jarang melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum tidur, maka itu dapat berdampak pada kebiasaan dan perilaku anak yang mengikuti orang tuanya. F. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Defenisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a) Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. b) Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

33

c) Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. d) Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat

dalam

suatu

masalah

atau

objek

yang

diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. e) Sintesis (synthesis). Sintesis

menunjukan

suatu

kemampuan

seseorang

untuk

merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f) Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

34

2. Pengukuran pengetahuan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010: 50), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). G. Tinjauan Umum Perilaku 1. Pengertian Perilaku Dikutip dari Prasetya (2012) Benyamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi 3 domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan 3 ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap, dan praktik/tindakan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap tidak dapat langsung terlihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

35

terhadap stimulus sosial. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: a) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon (responding). Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d) Bertanggung jawab (responsible). Seseorang pada tingkatan ini harus berani mengambil resiko apabila ada orang lain yang mencemooh ataupun resiko lainnya. Tindakan adalah gerak/perbuatan dari tubuh setelah mendapat ransangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh atau lingkungan, seperti : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tindakan adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Praktik atau tindakan memiliki berbagai tingkatan, yaitu

36

a) Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b) Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua. c) Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan sebuah kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktir tingkat tiga. d) Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan

baik.Artinya

tindakan

itu

sudah

dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 1. Pengukuran Perilaku Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa

jam,

hari

atau

bulan

lalu

(recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

37

H. Karakteristik Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah merupakan anak dengan usia 6 sampai 12 tahun. Periode usia pertengahan ini dimulai dengan masuknya anak ke dalam lingkungan sekolah (Santrock, 2008). Periode anak usia sekolah terbagi menjadi tiga tahapan usia yaitu: tahap awal 6-7 tahun; tahap pertengahan 7-9 tahun; dan tahap pra remaja 10-12 tahun (DeLaune & Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005). Sekolah dapat memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain. Anak pada usia sekolah menuntut kebutuhan dan kehidupan yang menantang.

Kemampuan

kognitif,

fisik,

psikososial,

dan

moral

dikembangkan, diperluas, disaring, dan disinkronisasi, sehingga individu dapat menjadi anggota masyarakat yang diterima dan menjadi seorang yang produktif (Potter & Perry, 2005). Lingkungan pada anak usia sekolah memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak usia sekolah identik

dengan

hubungan perkelompokan atau

senang

bermain dalam kelompok (Wong, 2009). Perawatan kesehatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi kesehatan gigi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang (Anggriana & Musyrifah, 2005). Perkembangan biologis anak usia sekolah terjadi lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan masa sebelumnya. Dari segi nutrisi, pada anak usia sekolah terjadi sedikit defisiensi nutrisi. Anak memiliki nafsu makan yang besar setelah pulang sekolah dan memerlukan makanan kecil

38

untuk menunjang aktivitasnya seperti buah dan roti untuk menghindari makanan berkalori seperti keripik dan permen (Wong, 2009). Karakteristik anak usia sekolah yang sedang dalam pertumbuhan biasanya akan mengkonsumsi segala jenis makanan agar asupan energi yang dibutuhkan sesuai dengan energi yang dikeluarkan. Hal tersebut baik, namun harus sangat diperhatikan perawatan kesehatan gigi pada anak setelah ia mengonsumsi berbagai makanan tersebut. Perkembangan kognitif anak usia sekolah terlihat dari kemampuan untuk berfikir dengan cara yang logis bukan sesuatu yang abstrak (Potter & Perry, 2005). Pada usia 7 tahun anak memasuki tahap Pieget ketiga yakni perkembangan konkret (Santrock, 2008; Wong, 2009). Mereka mampu menggunakan simbol secara operasional dalam pemikirannya. Mereka mampu menyelesaikan masalah secara nyata dan runut dari apa yang ia rasakan. Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis. (Muscari, 2005; Potter & Perry, 2005; Santrock, 2008; Wong, 2009). Perkembangan psikososial anak usia sekolah dilihat dari perjuangan anak mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang penting bagi mereka untuk dapat sejajar dengan orang dewasa. Anak usia sekolah menurut Erikson dalam Wong (2009) berada dalam fase industri. Anak mulai mengarahkan energi untuk meningkatkan pengetahuan dari kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dari aturan yang diberikan

(Wong,

ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu

2009).

dengan

Anak

mulai

mengembangkan

39

kreativitas, keterampilan dan keterlibattan dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Santrock, 2008; Wong, 2009). Anak usia sekolah sekolah sangat rentan dengan perasaan, ia akan merasa adanya penghargaan jika mendapat keberhasilan positif, namun jika mendapatkan kegagalan, anak akan menarik diri dari lingkungannya (Potter & Perry, 2005). Untuk itu pemberian penghargaan yang positif dapat membuat anak merasa dihargai. Perkembangan moral anak usia sekolah terlihat dari cara anak menginterpretasikan secara ketat dan patuh terhadap aturan. Mereka menganggap aturan sebagai prinsip dasar kehidupan mereka, bukan hanya perintah dari orang lain yang memiliki otoritas. Hubungan dengan teman sebaya juga terlihat pada anak usia sekolah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya yang sejenis. Biasanya mereka memiliki teman

perkumpulan

sendiri.

Perkembangan

moral

anak

usia

sekolah menurut Kohlberg berada di tahap konvensional (Muscari, 2005). Perkembangan moral sejalan dengan cara pikir anak usia sekolah yang lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak pada usia sekolah dapat lebih memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin diterima oleh mereka dari oranglain (Muscari, 2005; Wong, 2009). Anak mulai melihat berbagai cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry & Wilson, 2007).

40

Perkembangan anak yang berkembang seiring bertambahnya usia tentunya memiliki risiko terhadap terjadi masalah kesehatan pada anak. Begitu pula yang dialami anak usia sekolah, masalah kesehatan yang sering muncul pada periode ini adalah masalah gigi (Wong, 2009). Masalah lain yang muncul adalah kecelakaan dan cedera yang berkaitan dengan aktivitas anak, masalah nutrisi, seksualitas, hingga penggunaan rokok, alkohol, dan obat (Potter & Perry, 2005). 1. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah Secara fisiologis anak usia sekolah dimulai dengan tanggalnya gigi susu yang pertama dan diakhiri dengan masa pubertas dan tumbuhnya gigi permanen, kecuali geraham belakang. Gigi permanen yang tumbuh pada anak usia sekolah harus diperhatikan kebersihan giginya karena perpindahan dari gigi susu menuju gigi permanen memiliki risiko tinggi terkena karies gigi (Potter & Perry, 2005). Pada usia 6 tahun sampai 7 tahun, gigi yang tumbuh antara lain gigi seri tengah dan gigi geraham pertama. Usia 7 sampai 8 tahun tumbuh gigi seri tengah, dan gigi seri lateral. Usia 9 sampai 10 tahun tumbuh gigi taring bagian mandibula.Usia 10 sampai 12 tahun tumbuh gigi geraham kecil pertama, gigi taring bagian maksila,dan gigi geraham kecil kedua (Hockenberry & Wilson, 2010

41

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep 1. Kerangka Konsep Penelitian a. Variabel penelitian Variabel independen

Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan

Umur

Perilaku Perawatan Gigi

Sikap

Dukungan Keluarga

Keterangan: : Variabel Independen : Variabel Dependen : Variabel yang tidak di teliti : Variabel Yang Diteliti

42

b. Hubungan antar variabel Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari suatu subyek ke subyek lainya. Menurut fungsinya dalam kontes penelitian keseluruhan, khususnya dalam hubungan variabel terdapat beberapa jenis: 1) Variabel bebas (independen) Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan 2) Variabel terikat (dependen ) Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku perawatan gigi. 2. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif a. Tingkat pengetahuan Segala informasi yang diketahui dan dimengerti oleh anak usia sekolah tentang kesehatan gigi (penyakit gigi, penyebab penyakit gigi, akibat penyakit gigi, perawatan kesehatan gigi). Kriteria Objektif: 1) Pengetahuan baik nilai > 8 2) Pengetahuan cukup nilai ≤ 8 b. Perilaku Perawatan Gigi Respon atau tindakan seseorang dalam melakukan perawatan gigi untuk menjaga kesehatan gigi. Kriteria Objektif: 1) Perilaku baik nilai ≥ 35 2) Perilaku buruk nilai ≤ 35

43

B. Hipotesis Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan kerangka konsep maka hipotesis yang diajukan yakni: 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 Batu Menteng 2. Hipotesis Alternative (Ha) Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 Batu Menteng

44

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, yakni penelitian yang menganalisis hubungan antar variabel tanpa adanya menipulasi/perlakuan oleh peneliti. B. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). C. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 61 Batu Menteng. Kabupaten

Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2018. 3. Populasi dan sampel penelitian Populasi adalah seluruh subyek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

45

ditarik kesimpulannya (Saryono dan Anggraeni, 2013). Populasi dalam penelitian ini di SDN 61 Batu Menteng sebanyak 39 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa sekolah di SDN 61 Batu Menteng Kab. Jeneponto tahun ajaran 2018 sebanyak 35 siswa. 4. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan syarat – syarat tertentu. Sampel ditentukan dengan rumus slovin. 𝑁

Rumus :𝑛 = 1+𝑁 (d))2 Keterangan : n :

jumlah sampel

N :

jumlah populasi

d

: tingkat signifikan (0,05) ( dikutip dari Nursalam,2011) N

𝑛 = 1+𝑁 (0.05)2

𝑛=

𝑛=

39 1 + 39(0.05)2

39 1 + 39(0.0025)

𝑛=

39 1 + 0,0975

𝑛=

39 1,0975

46

𝑛 = 35 5. Jenis Instrument Instrument

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa format lembar kuesioner terdiri dari : 1. kuesioner pertama data demografi tentang yaitu Nama (inisial), usia (umur), jenis kelamin, dan kelas. 2. Kuesioner kedua berupa pertanyaan pengetahuan kesehatan gigi yang terdiri dari 15 pertanyaan, perilaku perawatan gigi terdiri dari 14 pertanyaan. Jadi jumlah keseluruhan pertanyaan tentang hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN 61 Batu Menteng sebanyak 29 pertanyaan. Variabel pertama menggunakan skala gutmen sedangkan variable kedua menggunakan skala likert sebagai skala pengukuran. Jawaban setiap item yang menggunakan skala gutmen mempunyai gradasi yang cukup sampai yang baik dan juga gradasi yang baik sampai yang cukup. Instrumen penelitian yang menggunakan skala gutmen dapat dibuat dengan diberikan pilihan sebagai berikut, penilaian yaitu: 1. Benar

: dengan pemberian skor 1

2. Salah

: dengan pemberian skor 0

Jawaban dari setiap item yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi yang cukup sampai yang baik dan juga gradasi yang baik sampai yang cukup. Instrumen penelitian yang menggunakan skala

47

likert dapat dibuat dengan diberikan pilihan sebagai berikut, penilaian yaitu:

1. Tidak Pernah (tidak pernah melakukan): dengan pemberian skor 1 2. Kadang-kadang (jarang dilakukan) : dengan pemberian skor 2 3. Sering (sering melakukan)

: dengan pemberian skor 3

4. Selalu (setiap hari dilakukan)

: dengan pemberian skor 4

6. Etika Penelitian Etika penelitian disusun untuk melindungi hak-hak responden, menjamin kerahasiaan responden, dan peneliti dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat suka rela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses penelitian bila dikehendaki. Menurut Hidayat (2007) etika penelitian yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti antara lain: 1. Lembar persetujuan (Informed Consent) Informed

consent

diberikan sebelum

subjek

mengatakan

kesediaannya untuk menjadi responden. Informed consent bertujuan untuk mengetahui informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat memutuskan kesediaannya untuk menjadi responden atau tidak. 2. Tanpa nama (Anonymity) Peneliti

memberikan

jaminan

pada

responden

dalam

menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama

48

responden dalam lembar alat ukur. Penelitiakan menggunakan kode saat mengolah data dan mempublikasikannya.

3. Kerahasiaan (Confidentiality) Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. 7. Alat Pengumpulan Data Peneliti menggunakan lembar kuesioner dalam mengumpulkan data. Kuesioner yang diberikan berisi daftar pertanyaan yang mengacu pada konsep dan teori sesuai dengan uraian pada tinjauan pustaka. Kuesioner disusun secara terstruktur sehingga responden dapat memberikan jawaban sesuai petunjuk yang ada. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban tegas seperti jawabanya dan tidak atau benar dan salah dari sebuah pertanyaan (Hidayat, 2007). Skala Likert merupakan skala

yang

digunakan untuk mengukur perilaku,

pendapat, dan persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya (Hidayat, 2007). Kuesioner ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisi tentang karakteristik responden yang terdiri dari usia dan jenis kelamin.

49

Bagian kedua terdiri dari 15 pertanyaan yang berisi pertanyaanpertanyaan mengenai pengetahuan anak tentang kesehatan gigi. Bagian ketiga terdiri dari 14 pertanyaan yang berisi tentang perilaku perawatan gigi yang dilakukan anak. Waktu yang diperlukan untuk mengisi kuesioner kurang lebih 10 menit. 8. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkahlangkah pengelolaan data antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2007): a.

Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner; lengkap, jelas (jawaban semua terbaca), relevan (relevan dengan pertanyaan), dan konsisten.

b.

Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis data, mempercepat saat memasukkan (entry) data.

c.

Scoring, yakni setiap subvariabel diberikan skor sesuai dengan kategori data dan jumlah butir pertanyaan dari subvariabel yang bersangkutan. Hasil skor tersebut kemudian dijumlahkan.

d.

Entry data, yaitu memasukkan data pada program statistic komputer.

50

e.

Cleaning, setelah semua data dimasukkan langkah selanjutnya adalah pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan ada kesalahan- kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya .

2. Rencana Analisis Data Setelah seluruh data yang diperoleh telah akurat, maka dilakukan proses analisis data dengan cara yaitu: a) Analisis univariat Analisa univariat dilakukan setiap variable dan hasil analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variable yang di teliti. b) Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh melalui kuesioner selanjutnya dilakukan uji statistik fisher’s Exact Test. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai batas kemaknaan ɑ = 0,05 yang artinya bila hasil uji statistik menunjukkan p < 0,05 maka Ha diterima sehingga ada hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. Sedangkan bila nilai p >

51

0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian SDN 61 Batu menteng Terletak di jalan desa marayoka kecamatan bangkala kabupaten jeneponto.sekolah ini memiliki kelas I,II,III,IV,V,Dan VI dengan jumlah siswa dari keseluruhan kelas adalah 135 siswa yang terdiri dari 68 siswa laki laki dan 67 siswa perempuan. B. Hasil Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SDN 61 Batu Menteng Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Dari bulan Mei sampai Juni. hasil penelitian secara lengkap disajikan dengan bentuk tabel meliputi karakteristik responden,analisa data univariat dan bivariat terhadap setiap variabel untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan menentukan hubungan. 1. Karakteristik Responden 52

Data

yang

diperoleh

yaitu

menggunakan

kuesioner

kemudian

dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan SPSS dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dengan penjelasan.Hasil penjelasan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Umur Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur 9-10 11-12 N sumber: data primer juni 2018

n 17 18 35

% 48,6 51,4 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang memiliki umur 9-10 tahun berjumlah 17 (48,6%) orang, sedangkan responden yang memiliki umur 11-12 tahun berjumlah 18 (51,4%) orang. b. Jenis kelamin Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin

Jenis kelamin Laki-laki perempuan

n 11 24

% 31,4 68,6

53

N 35 sumber : data primer juni 2018

100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang berjenis kelamin laki berjumlah

11 (31,4%) orang, sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 24 (68,6%) orang.

c. Kelas Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas IV Dan V

Kelas Kelas IV Kelas V N Sumber : data primer juni 2018

n 17 18 35

% 48,6 51,4 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 35 responden dari kelas 4 berjumlah

17 48,6 orang, sedangkan responden kelas 5

berjumlah 18 (51,4%) orang. 2. Analisa univariat Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

54

kesehatan gigi.

Pengetahuan kesehatan baik Baik kurang N Sumber: data juni 2018

n

%

21 14 35

60.6 40.0 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang memiliki pengetahuan perawatan gigi baik berjumlah 21 (60,0%) orang, sedangkan responden yang pengetahuan perawatan gigi cukup berjumlah 14 (40,0%) orang.

d. perilaku perawatan gigi Tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku perawatan gigi Perilaku perawatan baik n % Baik kurang N Sumber: data juni 2018

10 25 35

38,6 71,4 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang memiliki perilaku perawatan gigi baik berjumlah 10 (28,6%) orang,

55

sedangkan responden yang perilaku perawatan gigi buruk berjumlah 25 (71,4%) orang. 3. Analisa Bivariat a. Distribusi hubungan pengetahuan perawatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah SDN 61 Batu Menteng kelas IV dan V. Tabel 5.6 distribusi responden berdasarkan pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi

Pengetahuan kesehatan gigi

Perilaku perwatan gigi Nilai P Baik n 10

Baik

% 28,6

kurang n % 11 31,4

N 21

% 60,0 0,002

kurang

7

20,0

7

20.0

14

40,0

N

10

48,6

25

71,4

35

100

α = 0,05

Sumber: data juni 2018 Berdasarkan tabel 5.6 dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden yang diteliti terdapat responden yang memiliki pegetahuan kesehatan gigi baik dan perilaku kesehatan gigi kategori baik berjumlah 10 (28,6%) orang, dan responden yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi kurang berjumlah 7 (20%) dan perilaku perawatan gigi kategori baik berjumlah 11 (31,4%) orang. Kemudian responden yang memiliki perilaku perawatan gigi kurang berjumlah 7 (20.0%) orang,

56

C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Batu Menteng Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto terdapat 35 responden yang terdiri dari usia 9-10 terdapat 17 (48,6%) responden dan umur dari 11-12 terdapat 18 (51,4%) responden, dan dari hasil penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 11 (31,4%) responden dan berjenis kelamin perempuan berjumlah 24 (68,6%) responden, dan dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden dari kelas 4 terdapat 17 (48,6%) responden dan kelas 5 terdapat 18 (51,4%) responden, dan untuk pengetahuan kesehatan gigi baik terdapat 21 (60,0%) responden dan pengetahuan perawatan gigi kurang terdapat 14 (40,0%) responden, dan untuk perilaku perawatan gigi baik terdapat 10 (28,6%) responden dan perilaku perawatan gigi kurang terdapat 25 (71,4%) responden. Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic fisher exact test antara variabel pengetahuan kesehatan gigi dan variabel perilaku perawatan gigi diperoleh nilai p =0,002 yang menunjukkan nilai >0,05 hasil tersebut memberikan makna bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi. Asumsi peneliti dari hasil uraian diatas bahwa perilaku perawatan gigi ada hubungannya dengan perilaku perawatan gigi karena hasil yang

57

didapatkan setelah uji statistic fisher Exact test dengan hasil p:(0,002) menunjukkan kurang dari nilai kemaknaannya α=005 Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh (Rohimi & Adhani, 2018) Pada penelitian ini menghubungkan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T dan SiC siswa SMPN 5 Marabahan di Kabupaten

Barito Kuala. Dari penelitian ini didapatkan hasil yang

menyatakan ada hubungan bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rusdhari (2012) yaitu semakin baik perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin rendah pula angka kariesnya. Semakin buruk perilakunya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin tinggi pula angka kariesnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa perilaku memiliki pengaruh terhadap status kesehatan gigi siswa ditunjukan dengan indeks karies DMF-T dan SiC, didukung oleh teori Blum yaitu status kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yang paling berperan adalah perilaku. Semakin baik perilaku individu terhadap kesehatan gigi

maka semakin baik pula status kesehatan gigi individu

tersebut.

Asumsi Peneliti Perilaku menyikat gigi memiliki hubungan erat dengan terjadinya karies, misalnya menggosok gigi setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur. Menyikat gigi sebelum tidur sangat efektif untuk mengurangi

58

resiko terjadinya karies. Hal ini berhubungan dengan proses terjadinya karies, apabila sukrosa mengendap dalam waktu yang lama dalam mulut dan tidak segera dibersihkan dapat menyebabkan terjadinya karies. Menyikat gigi akan mengurangi terjadinya kontak sukrosa dengan bakteri, sehingga dapat menurunkan terjadinya karies. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Smyth dan Caama (2015) melakukan penelitian yang berjudul “factors related to dental health in 12-year-old children: a cross-sectional study in pupils”. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian cross sectional dengan menggunakan sampel anak sekolah yang berusia 12 tahun di Spanyol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi berhubungan dengan rendahnya kebiasaan menggosok gigi, penggunaan pasta gigi yang berlebihan, dan konsumsi makanan manis yang berlebihan. Kawuryan (2013) melakukan penelitian hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian karies anak SDN Kleco II kelas V dan VI Laweyan Surakarta. Hasil penelitian yang ia peroleh menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di SDN Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta sebagian besar dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi anak SDN Kleco II kelas V dan VI Kecamatan Laweyan Surakarta. Penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

59

Hutabarat (2009) tentang peran petugas kesehatan, guru, dan orang tua dalam melaksanakan UKGS dengan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar di Kota Medan tahun 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukan perilaku murid dalam hal waktu menyikat gigi sebagian besar belum melakukannya dengan tepat dan Hubungan tingkat penggunaan pasta gigi dengan flour masih kurang, pengetahuan anak tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah. Cahyadi meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi anak sekolah dasar kelas 6 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Desain penelitian tersebut dibuat dengan analyzed cross section al yang diambil secara acak (systematic random sampling). Hasil yang diperoleh menunjukkan prevalensi karies gigi ( DMF-T) anak SD kelas 6 di kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara sebanyak 70.9% Tidak Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewanti, FIK UI, 2012 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan gigi diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi menunjukkan perilaku perawatan gigi yang positif (60%) sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang kesehatan gigi menunjukkan perilaku perawatan gigi yang negatif (62,3%). Peluang anak dengan tingkat pengetahuan tinggi sebesar 2,48 kali untuk berperilaku perawatan gigi yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku perawatan gigi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori

60

yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seseorang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kawuryan (2009) tentang hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian karies anak SDN Kleco II kelas V danVI Laweyan Surakarta. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi anak SDN Kleco II kelas V dan VI Kecamatan Laweyan Surakarta. Bahwa pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Apabila seorang anak memiliki pengetahuan yang baik maka perilakunya akan berbanding lurus dengan pengetahuannya. Anak yang memiliki pengetahuan tinggi akan menunjukkan perilaku yang positif dalam melakukan perawatan gigi.Penelitian yang dilakukan oleh Sutarmi (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang perawatan gigi dengan kejadian karies gigi apada siswa kelas V dan VI SDN Kedung bulus Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen 2008 menghasilkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang Hubungan tingkat perawatan gigi dengan kejadian karies gigi dan angka kejadian karies gigi didominasi oleh siswa yang tidak memiliki pengetahuan karies gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sebelum memiliki perilaku maka harus melewati tahapan-tahapan antara lain awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption.Ketika anak diberikan informasi maka efek

61

yang timbul adalah kesadaran. Kesadaran merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku. Dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir lebih lanjut tentang apa yang ia terima. Dalam hal ini anak usia sekolah mengetahui tentang kebersihan gigi termasuk masalah gigi dan cara perawatannya. Setelah anak sadar akan pentingnya perawatan kesehatan gigi maka tahapan selanjutnya adalah ketertarikan. Pada tahap ini anak sadar terhadap suatu stimulus berupa pengetahuan tentang kesehatan gigi. Kemudian pada tahap ini pula anak sudah mulai melakukan suatu tindakan. Dalam penelitian ini anak telah melakukan teknik menggosok gigi dengan benar. Kemudian anak melewati tahap evaluasi yakni memikirkan baik buruk stimulus yang ia terima setelah adanya sikap ketertarikan. Apabila stimulus yang dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau acuh. D. keterbatasan penelitian 1. pada saat pengambilan sampel dilihat dari variabel responden 2. pada saat pengisian kuesioner pengetahuan anak sd masih kurang.

BAB VI PENUTUP

62

A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah SDN 61 Batu Menteng kelas IV dan V maka dapat disimpulkan bahwa Nilai p= 0,002 1.

Dari 35 responden yang memiliki pengetahuan perawatan gigi baik berjumlah 21 (60,0%) orang, sedangkan responden yang pengetahuan perilaku perwatan gigi kurang berjumlah 14 (40,0%) orang.

2.

Dari 35 responden yang memiliki perilaku perawatan gigi baik berjumlah 9 (25,7%) orang, sedangkan responden yang perilaku perawatan gigi kurang berjumlah 26 (74,3%) orang.

3.

Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah SDN 61 Batu Menteng kelas IV dan V. Dari hasil uji statistis fisher Exact Test maka diperoleh nilai p= 0,002 jadi Ha diterima dan Ho ditolak

B. Saran Saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah 1. Bagi orang tua siswa Orang tua perlu meningkatkan kesehatan gigi melalui perilaku yang di berikan pada anak.

2. Bagi guru siswa

63

Perlu menerapkan lagi pembelajaran tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada siswanya. 3. Bagi peneliti Dapat mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi dan menjadikan sebagai pengalaman terbaik dan berharga bagi peneliti dalam rangka penerapan ilmu yang telah diperoleh selanjutnya dapat diterapkan dalam anak atau masyarakat.

64

DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.J.T., Hunsberger, M.M, & Foster, R.L.R. (2009). Family centered nursing care of children. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Angriana, D., &Musyifah. (2005). Stimulating factor of farent’s motivation to take their childrens dental health for treatment in the faculty of dentistry Airlagga university. Journal of dental health. Cahyadi, N.S. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi anak sekolah dasar kelas 6 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2013. Tesis. Jakarta (Tidak dipublikasikan). Carstensen, T.K. (2010, November). Periodontal (gum) disease. Mei, 2018. http://www.emedicinehealth.com/periodontal_gum_disease/article_em.htm Columbia University College of Dental Medicine. Cleaning your’s child mouth and teeth. November 24, 2011. DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Pundamental of nursing; standars and practice (2end ed). DelmaL: Thomson Learning, Inc. Fitriana, R. (2006). Perawatan kesehatan gigi anak. Mei 09, 2018. http://www.kharisma.de/?q=node/297 Ginandjar, A.M. (2011). Cara menggosok gigi yang benar. Mei 6, 2018.http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_cont ent&task =view&id=25&Itemid=1 Gupte, S. (2014). Panduan perawatan anak, edisi 1, hal 166. (Pustaka Populer Obor, Penerjemah). Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hidayat, A. A. A (2007) Risetkeperawatandandanteknikpenulisanilmiah. Jakarata Salemba Medika. Hidayat, A. A. A (2007) metodepenelitiankeperawatandanteknikanalisis data. Jakarta: salembaMedika. Hockembery, M. J., & Wilson, D. (2007) Wongs nursing care infants and children. St> Louis: Mosby Elsevier. Houwink, B. (2010). Ilmu kedokteran gigi pencegahan, hlm.125. (Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. McDonald, R.E., & Avery, D.R. (1994). Dentistry for the child and adolescent, ed 6. St. Louis: Mosby. Minata, H. (2011, November). Penyebab utama karies gigi. Mei 11, 2018. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2018/05/11/penyebabutama-karies-gigi

65

Muscari. M . E. (2005) panduanbelajar: Keperawatan pediatric (3ed.) Jakarta penerbit EGC. NotoatmodjoS .(2010) Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo S. (2010) Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo S. (2005) Metodologi penelitian kesehatan Jakarta: Rineka Cipta Persatuan Dokter Gigi Indonesia. (2006, Desember). Kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Mei 10, 2018. Potter P.A., &Perry, A. Y. (2005). Fundamental Nursing: concept, proses, and practice (6thed). St. louise: Mosby Year Book.12-15. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) (2013) Profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Jakarta Depkes RI. Saryono. (2011) Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Santrock J.W. (2008). Life span Development (12th.ed). Newyork: McGraw Hill. Suwelo, I. S. (2012). Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi. Jakarta : IGC. Schuurs, A. H. B. (2007). Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan keras gigi, hlm.135. (Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tampubolon, N.S. (2005). Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Skripsi. (Tidak dipublikasikan) Wong, D. L., et al. (2009) Buku ajar KeperawatanPediatrik. (A. Hartono, S. Kurnianingsi, danSetiawan, Penerjemah) Jakarta: EGC. World Health Organization (WHO ) tahun 2012 karies gigi

66

MASTER TABEL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 61 BATU MENTENG KELAS IV DAN V TAHUN 2018

NO

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

NAMA

USIA

JENIS KELAMIN

KELAS

KTG PENGETAHUAN

KTG PERILAKU

ALDI CANRA RISALDI FIKA IKBAL IKBAL K MAWAR MAYAH QABIL NABILA E NELTI RAMADANI RAMIDA SALMA SERA ALDA TIARA

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2

2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2

67

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

ARDI ERNA ERWINA FADILLAH ZAHRA NURBAETY NURDIANA PINA RAPPO RESKY SUARDI WILA ALIF IRDA JELITA DEWI AULIA LESTI

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1

KETERANGAN : UMUR

JENIS KELAMIN

1. 0-10 Tahun 2. 11-12 Tahun

1. LAKI LAKI 2. PEREMPUAN

KETEGORI PENGETAHUAN 1. > 8 2. ≤ 8

KELAS : 1. KELAS IV 2. KELAS V

KATEGORI PERILAKU 1. > 35 2. ≤ 35

68

ANALISA UNIVARIAT

USIA

Valid

Frequency

Percent 48.6

Valid Percent 48.6

Cumulative Percent 48.6

9-10

17

11-12

18

51.4

51.4

100.0

Total

35

100

100

Case Processing Summary Cases

Pengetahuan kesehatan gigi * perilaku perawatan gigi

Valid N Percent

Missing N Percent

35

0

100.0%

0.0%

Total N Per cen t 35 100 .0%

JENIS KELAMIN

Laki-laki Valid Perempuan N

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

11

31.4

31.4

31.4

24 35

68.6 100

68.6 100

100

69

KELAS

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Kelas 4

17

48.6

48.6

48.6

Kelas 5 Total

18 35

51.4 100

51.4 100

100

pengetahuan kesehatan gigi

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Baik

21

60.0

60.0

60.0

Cukup Total

14 35

40.0 100

40.0 100

100

perilaku perawatan gigi

Valid

Baik Buruk Total

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulativ e Percent

10

28.6

28.6

28.6

25 35

71.4 100

71.4 100

100

70

ANALISA BIVARIAT Case Processing Summary

pengetahuan kesehatan gigi * perilaku perawatan gigi

Valid N Percent

Cases Missing N Percent

N

35

0

35

100%

0.0%

Total Percent 100%

pengetahuan kesehatan gigi * perilaku perawatan gigi Crosstabulation

pengetahuan kesehatan gigi

Baik

kuran g

Count Expected Count % within pengetahuan kesehatan gigi % within perilaku perawatan gigi % of Total Count Expected Count % within pengetahuan kesehatan gigi % within perilaku perawatan gigi % of Total

Total

Count Expected Count % within pengetahuan kesehatan gigi % within perilaku perawatan gigi % of Total

perilaku perawatan gigi Baik kura ng 10 11 6.0 15.0 47.6 52.4 % % 100.0 44.0 % % 28.6 31.4 % % 7 7 4.0 10.0 45.0 45.0 % % 20.0 20.0 % % 20.0 % 10 10 28.6 % 100 % 28.6 %

20.0 % 25 25 71.4 % 100 % 71.4 %

Tota l

21 21.0 100. % 60% 60% 14 14 100. 0% 40.0 % 40.0 % 35 35.0 100. 0% 100. % 100. 0%

71

Fisher’s Exact Tests

Pearson ChiSquare Continuity Correctionb Likelihood Ratio

Valu e

df

9.333

1

Asymp. Sig. (2sided) .002

7.146

1

.008

12.81 4

1

.000

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

a

Fisher's Exact .002 .002 Test Linear-by-Linear 9.06 1 .003 Association 7 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00. b. Computed only for a 2x2 table

72

73

Related Documents

3145
December 2019 17
14 Inversion (105-108)
October 2019 16
105
December 2019 53
105
November 2019 45
105
October 2019 53

More Documents from ""

Ns. Ayu ( Ningsi ).docx
December 2019 15
Bab Ii
August 2019 30
Laporan Pendahuluan Bph.docx
December 2019 18