Skripsi Tanpa Bab Pembahasan.pdf

  • Uploaded by: anik diartiani
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Tanpa Bab Pembahasan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 10,530
  • Pages: 69
ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINGKING SKILL (HOTS) DALAM SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN AJARAN 2016/2017

(Skripsi)

Oleh DESI LESTARI NINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

ABSTRAK

ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh

Desi Lestari Ningsih

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristiksoal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS). Subjek pada penelitian ini yaitu UN biologi Sekolah menengah atas tahun 2016/2017. Instrument penelitian menggunakan lembar penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua (92,5%) soal UN bertipe HOTS. Karakteristik pada butir soal UN hampir semua (97,3%) butir soal sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Stimulus yang digunakan pada soal setengahnya adalah gambar, sedangkan sebagian kecil adalah diagram, tabel, contoh dan kurang dari setengah adalah penggalan kasus. Karakteristik soal berpikir kritis sebesar (85%), kurang dari setengahnya adalah indikator memfokuskan pada pertanyaan. Karakteristik soal pemecahan masalah hanya sebesar 22,5% yang sebagian kecilnya adalah indikator mengidentifikasi masalah sebesar, mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dan memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah. Kata kunci: berpikir kritis, HOTS, jenis stimulus, pemecahan masalah

ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINGKING SKILL (HOTS) DALAM SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BIOLOGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh DESI LESTARI NINGSIH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

RIWAYAT HIDUP

Desi Lestari Ningsih lahir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Desember 1995, anak Pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Jaswadi (Alm) dan Ibu Martini. Penulia beralamat di Desa Tri Tunggal Jaya, Unit 2 Kec. Banjar Agung Kab. Tulang Bawang. No HP 085669893200/085698178987 .

Penulis mengawali pendidikan formal di Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Setia Kawan Panjang tamat diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) di Negeri 1 Dwi Warga Tunggal Jaya diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 5 Banjar Agung diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Banjar Agung diselesaikan pada tahun 2013. Tahun 2014 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Melaksanakan program KKN-PPL di SMP Negeri 2 Rumbih di Kampung Rumbih Kabupaten Way Kanan tahun 2017, dan melakukan penelitian pendidikan di Universitas Lampung untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pad a tahun 2018.

Tahun 2014 hingga 2015 mengikuti organisasi HIMASAKTA dan BEM FKIP Unila serta FPPI FKIP Unila. Bekerja sampingan di Ayang Jus pada semester 5 dan bekerja sampingan di Fotocopy Abdy sejak semester 7 hingga sekarang. Bimbingan Belajar Hafara Tahun 2016-2017. Prestasi yang berhasil diraih diantaranya, juara 2 Lomba Menulis Cerpen Kemuslimahan 2015 yang diselenggarakan oleh Rohani Islam FEB Universitas Lampung pada Tahun 2015. Juara 3 lomba menulis cerpen Cahaya Cinta Kartini yang diselenggarakan oleh BIROHMAH Universitas Lampung. Serta, finalis Microteaching Nasional Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2017.

PERSEMBAHAN

Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang dinantikan syafaatnya, kupersembahkan karyaku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada: Ayah, Ibuku, Dan adik-adiku tercinta, terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang telah tulus dan ikhlas membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan perjuangan, dan senantiasa memberikan semangat, dukungan baik moril dan materil serta do’anya untuk keberhasilanku. Serta Almamater tercinta Universitas Lampung sebagai tempat dalam menggali ilmu, mendewasakanku dalam berfikir dan bertindak

MOTTO “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 45) “Maka Nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah,6-8)

“Berusahalah jadi dirimu sendiri, jika kamu tidak percaya dengan dirimu apalagi orang lain?” (Desi Lestari Ningsih) “Semua orang hebat pada porsi dan tempatnya, maka jangan remehkan dirimu. Percayalah bahwa dirimu bisa” (Desi Lestari Ningsih)

SANWACANA

Bismillahirohmanirohim.

Puji Syukur dihaturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas segalanya yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun Ajaran 2016/2017. ” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam juga tak lupa selalu tercurahkan kepada nabi besar kita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membawa umat dari zaman jahiliyah yang gelap meuju zaman yang terang benderang dan semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak. Amiin.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, motivasi, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada: 1.

Prof. D. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2.

Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. selaku Pembantu Dekan II, Bapak Dr. Rismawanti Rini, M.Si,

selaku

Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3.

Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4.

Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

5.

Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.,selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dalam proses penyelesaian skripsi.

6.

Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan saran demi perbaikan skripsi ini.

7.

Seluruh Dosen dan Karyawan Prodi Pendidikan Biologi Universitas Lampung.

8.

Bapak Muhammad Zainul Wahid, S.Pd, selaku guru biologi SMA Al-Kautsar yang bersedia membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

9.

Teman-teman Mahasiswa Universitas Lampung angkatan 2014, Isnaeni Safitri, Istianah, Nurul Cahyani, Fitri Alhazizah, Eka Nurrohmah, Ni Ketut Hartini yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman

KKN-PPL Elsa Nursabrina,

Maya

Riska

Framayani,

Rahmawati, Riska Restiani, Aghnia Amalia Ningtyas, Riana Septa Dewi, Gilang Ibnu Fajar, Puguh Nurohim, dan Maryadi Budi Wiyono yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk bersegera menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi angkatan 2014 yang saling membantu, memberi pengarahan, nasehat, saran, keluh kesah selama kuliah dan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 12. Bapak Joni dan Keluarga yang telah menerima baik selama KKN-PPL dan menjadi orang tua sampai saat ini. 13. Teman-teman seperkerjaan Om Dedy, Mbak Maryam, Mas budi, Neni, Novi, Wati, mbak Lilik, teteh, Mbak Komang, Mbak Helda, Om Komang, Mbak Ida, Lilis, Reca yang telah memberi semangat dan dukungan. 14. Teman seatap Novi, Eka, Okta, mbak Tiara, Mbak Anis, Mbak Upik, Mbak Uut, Desi, Ayu, Husnul, Prin, 15. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terimakasih banyak atas bantuannya semoga Allah membalas atas kebaikan tersebut. Bandar Lampung, November 2018 Penulis,

Desi Lestari Ningsih

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

xvi

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan Penelitian ................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................. E. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................

1 6 7 7 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian ................................................................................ B. Analisis Soal........................................................................... C. Kemampuan Berpikir ............................................................. D. Higher Order Thinking Skills (HOTS) ................................... E. Ujian Nasional (UN) .............................................................. F. Kerangka Pikir........................................................................

11 14 16 18 39 40

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... B. Subjek Penelitian ................................................................... C. Desain Penelitian ................................................................... D. Prosedur Penelitian................................................................. 1. Tahap Persiapan .............................................................. 2. Tahap Pelaksanaan ......................................................... E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ..................................... 1. Jenis Data ........................................................................ 2. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 3. Teknik Analisis Data.......................................................

42 42 42 43 43 43 44 44 44 44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peneltian ....................................................................... 47 1. Kualitas soal Ujian Nasional (UN) Biologi SMA tahun Ajaran 2016/2017 ..................................................................... 47 2. Kesesuaian butir soal UN dengan indikator pencapaian Kompetensi ................................................................. 48

3. Karakteristik stimulus pada soal UN Biologi SMA tahun ajaran 2016/2017............................................................. 4. Karakteristik keterampilan berpikir kritis pada soal Ujian Nasional (UN) Biologi SMA tahun ajaran 2016/ 2017................................................................................. 5. Karakteristik keterampilan pemecahan masalah pada soal Ujian Nasional (UN) Biologi tahun ajaran 2016/ 2017 ................................................................................

48

49

49

B. Pembahasan ...........................................................................

50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................... B. Saran ......................................................................................

55 55

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

57

LAMPIRAN ........................................................................................

61

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perbedaan Taksonomi Bloom dan Andreson ......................................

21

2. Deskripsi Dan Kata Kunci Revisi Taksonomi Bloom .........................

21

3. Dimensi revisi Taksonomi Bloom dan contoh kata kerja operasional untuk Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ........................................

26

4. Kriteria Kesesuaian .............................................................................

45

5. Kriteria Penilaian..................................................................................

46

6. Kualitas butir soal.................................................................................

47

7. Karakteristik Kesesuaian soal UN dengan indicator pencapaian kompetensi............................................................................................

48

8. Karakteristik stimulus pada soal UN Biologi SMA tahun ajaran 2016/2017.............................................................................................

48

9. Karakteristik keterampilan berpikir kritis pada soal Ujian Nasional (UN) Biologi tahun ajaran 2016/2017 ..........................................................

49

10. Karakteristik keterampilan pemecahan masalah pada soal Ujian Nasional (UN) Biologi tahun ajaran 2016/2017 ...............................

49

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .......................................................................

Halaman 41

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pendidikan menjadi masalah yang sejak dulu senantiasa diupayakan peningkatannya oleh pemerintah. Pengendalian mutu pendidikan pada dasarnya adalah pengendalian mutu SDM (sumber daya manusia) yang berada dalam sistem tersebut. Untuk mengetahui pengendalian ini dibutuhkan informasi mengenai keadaan peserta didik, apakah ada perubahan, apakah guru berfungsi, apakah sekolah mendukung terlaksananya program-program pendidikan sehingga hasilnya bisa dicapai secara optimal. Salah satu cara yang dilakukan untuk dapat mengendalikan mutu dalam pendidikan adalah dengan melakukan assessment (penilaian) (Sutama, Sandi, dan Fuandi, 2017:106).

Mengingat pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya, yang tercantum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional. Serta memiliki tujuan yaitu untuk

2

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan akan tercapai apabila dalam pelaksanaannya sesuai ketentuan pemerintah. Salah satunya adalah mengikuti ketentuan penilaian peserta didik yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi kelulusan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Penilaian dalam pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar dari peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh seorang guru menggunakan berbagai teknik penilaian seperti tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lainnya yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik (Salamah, 2018: 274).

3

Penilaian yang ideal menurut Permendikbud No 23 Tahun 2016 (Permendikbud, 2016: 5-6), penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun, dan atau kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk ujian nasional dan atau bentuk lain yang diperlukan.

Penilaian perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana kompetensi yang telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran, dimana pada kurikulum 2013, penilaian diatur dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 (Permendikbud, 2013: 6) tentang Standar Penilaian Pendidikan meliputi penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian ini merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Banyak upaya dari pemerintah dalam men-jamin mutu pendidikan, salah satunya yaitu kegiatan ujian nasional. Ujian nasional diselenggarakan untuk mengukur dan menilai ketercapaian.

Ujian Nasional (UN) menurut permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 1 ayat 5, Ujian Nasional selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata

4

pelajaran tertentu. Kegunaan hasil Ujian Nasional UN menurut Permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 21 ayat 1 adalah sebagai berikut: (1) Pemetaan mutu program dan. Atau satuan pendidikan; (2) Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; dan (3) Pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanyauntuk meningkatkan mutu pendidikan.

Hasil penelitian Guchi (2017: 49) menunjukkan sebaran soal pada soal ujian nasional biologi dari tahun pelajaran 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016 masih rendah dalam tingkatan C4 (Analisis), C3 (Evaluasi), dan C6 (Kreasi). Soal-soal yang dibuat untuk UN harus menuntut peserta didik untuk berpikir secara kritis, hal ini sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif inovatif dan afektif, melalui penguatan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Tidak hanya mengenai soal UN yang diujikan, instrumen penilain yang dipakai juga harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif (Kemendikbud, 2014: 87).

Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain dilakukan pada standar isi yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik serta diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya juga

5

dilakukan pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran (Widana, 2017: 1).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan solusi untuk mengejar ketertinggalan. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut seseorang harus survive, dimana seseorang harus mampu memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Menurut Miri, Ben-Chaim, dan Zoller (dalam Sajidan dan Afandi, 2017: 1-2) reformasi sistem pendidikan yang dimaksud bukanlah menyangkut perubahan konten kurikulum, melainkan perubahan pedagogi, yaitu perubahan bertindak dari simple action ke arah comprehensive action dan peralihan dominasi pengajaran tradisional yangbersifat non-algoritmik dan menekankan keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS atau Low Order Thinking Skill) menuju pembelajaran yang menekankan keterampilan berpikir tingat tinggi.

Hasil penelitian Hamzah dan Masri (dalam Ariani, 2014: 2) menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan keterampilan berpikir akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan seseorang yang kurang menggunakan keterampilan berpikir keterampilan berpikir tersebut dapat dimulai dari berpikir tingkat rendah hingga berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dicapai apabila keterampilan

6

berpikir tingkat rendah telah dikuasai. Keterampilan berpikir tingkat rendah adalah keterampilan berpikir dari aspek mengingat sampai dengan mengaplikasi. Sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi aspek menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Ariani, 2014: 2).

Peserta didik perlu dilatih dalam hal keterampilan berpikirnya dengan cara memberikan peserta didik tersebut soal yang memiliki tipe HOTS yang dapat digunakan untuk memperbaiki keterampilan berpikir dari peserta didik. Soal tersebut dibuat dengan menerapkan kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dari peserta didik. Mengingat peranan penilaian yang dapat menjadi motivasi dan tantangan untuk perbaikan mutu daya saing pendidikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul” Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dalam Soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian dengan judul Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dalam Soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun Ajaran 2016/2017 adalah: 1. Bagaimana Kualitas Butir Soal UN Biologi Tahun Ajaran 2016/2017? 2. Apakah terdapat kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian kompetensi soal?

7

3. Bagaimana karakteristik soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2016/2017 tipe HOTS ditinjau dari: a. Jenis stimulus? b. Mengukur kemampuan berpikir kritis? c. Mengukur kemampuan pemecahan masalah?

C. Tujuan Adapun tujuan Penelitian ini adalah untuk Menentukan soal HOTS: 1. Kualitas Butir Soal UN Biologi Tahun Ajaran 2016/2017 2. Kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian kompetensi soal 3. Karakteristik soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2016/2017 Tipe HOTS ditinjau dari: a. Jenis stimulus b. Mengukur kemampuan berpikir kritis c. Mengukur kemampuan pemecahan masalah

D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti: mendapat pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan bekal berharga sebagai calon pendidik terutama dalam menyusun soal dengan tipe Higher Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. 2. Guru: menambah pengetahuan guru terhadap pembuatan soal dengan tipe Higher Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.

8

3. Sekolah: dapat memberikan sumbangan berupa hasil penelitian yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan proses evaluasi tiap tahunnya.

E. Ruang Lingkup 1. Analisis soal adalah kegiatan untuk menentukan mutu soal. Kegiatan analisis soal juga dilakukan dalam menyusun sebuah soal agar didapatkan soal yang bermutu, dan dilakukan untuk meningkatkan kualitas butir soal. Dimana soal yang bermutu adalah soal yang mampu memberikan informasi yang tepat tentang materi yang sudah maupun yang belum dikuasai oleh siswa. 2. Soal Ujian Nasional (UN) adalah sebuah alat evaluasi yang pemerintah buat untuk mengukur serta menilai kompetensi kelulusan siswa secara nasional pada mata pelajaran tertentu. 3. HOTS merupakan kepanjangan dari Higher Order Thinking Skills atau dalam bahasa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dimana tidak hanya sekedar menghafal fakta namun sudah melibatkan kegiatan menganalisis, mengevaluasi, serta menciptakan. Kemampuan ini sangat penting ditanamkan pada siswa karena tantangan di kehidupan mendatang sangat pesat, jika seseorang tidak memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi maka seseorang tidak bisa survive. Karakteristik kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan dimana seseorang dapat

9

menganalisis tidak hanya dengan mengandalkan recall atau mengingat saja. Sedangkan, kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalan yang dihadapikan kepada seseorang. 4. Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbedabeda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. 5. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang kompleks dan jika dilakukan dengan baik, berpikir kritis akan membantu kita dalam mengkaji gagasangagasan yang rumit secara sistematis untuk dapat memahami lebih baik, baik itu masalah ataupun akibat-akibat dalam mempraktekkannya. seseorang yang berpikir secara kritis mengenai sebuah masalah tidak akan puas dengan solusi yang jelas atau nyata tetapi akan menangguhkan penilaiannya sambil mencari semua argumen, fakta-fakta, dan penalaranpenalaran yang relevan yang dapat mendukung pembuatan keputusan yang baik. 6. Pemecahan masalah dipandang sebagai aktivitas yang bersifat mekanistis, sistematis, dan sering diasosiaskan dengan suatu konsep yang abstrak.

10

Dalam konteks ini masalah yang diselesaikan adalah masalah yang mempunyai jawab tunggal yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cara atau metode yang tunggal pula (penalaran konvegen). Pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu (heuristik), yang sering disebut sebagai model atau langkahlangkah pemecahan masalah, untuk menemukan solusi suatu masalah. Heuristik merupakan pedoman atau langkah-langkah umum yang digunakan untuk memandu penyelesaian masalah.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian

Bicara mengenai penilaian tak akan lepas dari suatu pengukuran, namun keduanya memiliki perbedaan arti. Pengukuran dilakukan untuk menentukan kuantitas sedangkan penilaian dilakukan untuk menentukan nilai sesuatu. Kartawidjaja (1987: 1) mengatakan mengukur sesuatu adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu sebagaimana adanya. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh hasil pengukuran berupa angka yang mengatakan tingkat kualitas sesuatu yang diukur itu. Hasil pengukuran, baru akan mempunyai arti apabila dibandingkan dulu dengan suatu patokan atau criteria. Semua usaha membandingkan hasil pengukuran dengan patokan sebagai pembanding disebut penilaian.

Penilaian atau evaluasi selalau berhubungan erat. pengukuran dan penilaian yaitu: pengukuran adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu. Sedangkan penilaian adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu. Penilaian dalam pendidikan biasanya disebut evaluasi. Pengukura dan penilaian (evaluasi) yang diterapkan di bidang pendidikan bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar murid. Objek yang dinilai meliputi berbagai aspek yang menyangkut pribadi murid, yang

12

berkenaan dengan kemampuan, kesanggupan, penguasaan, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh sebagai hasil belajar selama mengikuti program pengajaran tertentu. Evaluasi adalah perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai Kartawidjaja (1987: 1).

Assessment atau penilaian adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yang digunakan untuk membuat keputusankeputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Assesment juga dikatan sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian adalah salah satu komponen dalam suatu evaluasi. Ruang lingkup assesment sangat luas dibandingkan dengan evaluasi.t tindakan suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian yang bersifat kualitatif adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari assesment. Jadi, secara umum assesment dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakankebijakan sekolah. Sedangkan secara sederhana assesment diartikan sebagai proses pengukuran dan nonpengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ( Uno dan Koni, 2012: 1-2). Tujuan dan fungsi assesment menurut Buchori (dalam Uno dan Koni, 2012: 12) yaitu untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut

13

menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Arikunto (dalam Uno dan Koni, 2012: 12) tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal, diantaranya penilaian berfungsi selektif, penilaian berfungsi diagnostik, penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan penilaian berfungsi sebagai pengukur.

Objek assesment terdiri dari tigas segi, yaitu: (1) input, (2) transformasi, dan (3) output. Input (murid) dianggap sebagai bahan mentah yang akan diolah. Transformasi dianggap sebagai dapur tempat mengolah bahan mentah, dan output dianggap sebagai hasil pengolahan yang dilakukan di dapur dan siap untuk dipakai. Setelah memilih objek yang akan di evaluasi selanjutkan ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Kemudian dilihat dari input tersebut, maka objek dari evaluasi pendidikan meliputi 3 aspek, yaitu: aspek kemampuan, kepribadian, dan sikap. Sedangkan unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain: kurikukum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya (Uno dan Koni, 2012: 15-16).

Terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penialaian, yaitu: proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran, penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah, penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan

14

karakteristik dan esensi pengalaman belajar, dan penilaian harus bersifat holistik yang mencangkup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Tujuan penilaian seharusnya diarahkan pada 4 hal, yaitu: (1) penelusuran yang digunakan untuk menelusuri proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana, (2) pengecekan yang digunakan untuk mengecek kelemahankelemahan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran, (3) pencarian digunakan untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, dan (4) penyimpulan digunakan untuk menyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum (Suprananto, 2012: 8-9).

B. Analisis Soal Analisis soal menurut Karno (dalam Alpusari, 2014: 107) adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkontruksikan soal untuk mendapatkan gambaran tentang mutu soal, baik mutu keseluruhan soal atau tiap butir soal . Tujuan analisis butir soal kegiatan ini adalah (1) mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, (2) meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta (3) mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka telah memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya tentang siswa mana yang telah menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi. Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif (berkaitan dengan isi dan

15

bentuknya) dan kuantitatif (berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya). Analisis kualitatif mencangkup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencangkup pengukuran validitas dan reabilitas butir soal, kesulitan butir soal, serta deskriminasi soal. Kedua teknik inimasing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, teknik terbaik adalah menggunakan atau memadukan keduanya (Suprananto, 2012: 163).

Kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat menurut Anastasi & Urbina ( dalam Suprananto, 2012: 164), yaitu: dapat membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan, relevan bagi penyusunan tes informal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, mendukung penulisan butir soal yang efektif, secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, meningkatkan validitas soal dan reliabilitas. Sedangkan, manfaat kegiatan analisis butir soal juga diuraikan oleh Nitko dalam Suprananto (2012:164) diantaranya untuk: a. Menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diaharapkan; b. Memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahn diskusi di kelas; c. Member masukan kepada guru tentang kesulitan siswa; d. Memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum; e. Merevisi materi yang diukur; f. Meningkatkan keterampilan penulisan soal. Analisis Butir Soal Secara Kualitatif pada prinsipnya dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Ada

16

beberapa teknik dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli, seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun, dan pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, dan orang yang memiliki latar belakang psikologi. Teknik berikutnya adalah teknik panel yakni suatu teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi, konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskoran (Suprananto, 2012: 165).

C. Kemampuan Berpikir

Setiap orang dapat berpikir dan memecahkan masalah, tetapi ada perbedaan yang luas dalam kecakapan-kecakapn tersebut antara orang yang satu dengan yang lain. Berpikir itu menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut: a. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kedasaran akan adanya masalah b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan d. Mencari hubungan-hubungan untuk memutuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak (Slameto, 2010: 142-143).

17

Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis”. Artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan Tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 31).

Kecakapan untuk berpikir terang merupakan salah satu yang dapat memungkinkan orang untuk dapat menguasai sungguh yang dipelajari. Para ahli berpendapat tentang berpikir dengan bermacam-macam pandangan. Ahli pskilogi menganggap berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subyek berpikir secapa pasif. Sedangkan plato berpendapat bahwaberpikir merupakan aktivitas ideasional. Tujuan dari berpikir yaitu meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Bagian-bagian pengetahuan tersebut adalah sesuatu yang telah dimiliki yang berupapengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapantanggapan. Berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya (Suryabrata, 2008: 54-55).

Proses dan jalannya berpikir terdapat tiga langkah pokok, yaitu: pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Pembentukan pengertian dibentuk melalui 4 tingkat diantaranya: menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis obyek tersebut tersebut diperhatikan unsurunsurnya satu demi satu, membandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri mana yang sama dan mana yang tidak sama, kemudian mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang tidak hakiki, dan menangkap ciri-ciri yang hakiki (Soemanto, 1998: 32-33).

18

Proses selanjutnya adalah pembentukan pendapat. Pembentukan pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa yang sering kita sebut sebagai kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat. Subyek adalah pengertian dari yang diterangkan, sedangkan predikat adalah pengertian yang diterangkan. Kemudian, pendapat akan dibedakan menjadi 3 yaitu: pendapat menolak yaitu tidak menerima ciri dari sesuatu hal, pendapat menerima yaitu menerima sifat dari sesuatu hal, dan pendapat asumtif yaitu yang mengungkapkan kemungkinan suatu sifat pada sesuatu hal. Langkah terakhir adalah pembentukan keputusan, hal ini merupakan penarikan kesimpulan berupa keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada. Keputusan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: keputusan induktih yang diambil dari pendapat-pendapat khusus membentuk suatu pendapat umum, keputusan dedutif, keputusan yang diambil dari pendapat umum membantuk pendapat khusus, dan terakhir adalah keputusan analogis, yaitu keputusan yang diambil dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada (Soemanto, 1998: 32-33).

D. Higher Order Thingking Skill (HOTS)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru

19

atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru. Berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari pada sekedar menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti sesuatu itu disampaikan kepada kita. Wardana mengemukakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman yamg kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif (Rofiah, Aminah, Ekawati, 2013: 17).

Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain dilakukan pada standar isi yaitu dengan mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik serta diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya juga dilakukan pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran (Widana, 2017: 1).

20

Berdasarkan Widana (2017: 3) Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbedabeda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. Ditinjau dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimendi metakognitif, tidak sekedar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001) Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi

21

(evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan (Widana, 2017: 3).

Tabel 1. Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson Taksonomi Bloom

Revisi Taksonomi Bloom

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan

(Krathwohl , 2001) Deskripsi dan kata kunci setiap kategori pada tabel 1 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Deskripsi dan Kata Kunci Revisi Taksonomi Bloom KATEGORI Remembering (mengingat): can the student recall or remember the information?

KATA KUNCI Menyebutkan definisi, menirukan ucapan, menyatakan susunan,

LOTS

22

Dapatkah peserta didik mengucapkan atau mengingat informasi? Understanding (pemahaman): Dapatkah peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, hukum atau prosedur?

Applying (penerapan): Dapatkah peserta didik menerapkan pemahamannya dalam situasi baru?

Analyzing (analisis): Dapatkah peserta didik memilah bagianbagian berdasarkan perbedaan dan kesamaannya?

Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta didik menyatakan baik atau buruk terhadap sebuah fenomena atau objek tertentu? Creating (penciptaan): Dapatkah peserta didik menciptakan sebuah benda atau pandangan?

mengucapkan, mengulang, menyatakan Mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan identifikasi, menempatkan, melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan, pharaprase. Memilih, mendemonstrasikan, memerankan, menggunakan, mengilustrasikan, menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat sketsa, memecahkan masalah, menulis Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan, membedakan, melakukan deskriminasi, memisahkan, menguji, melakukan eksperimen, mempertanyakan. Memberi argumentasi, mempertahankan, menyatakan, memilih, memberi dukungan, memberi penilaian, melakukan evaluasi Merakit, mengubah, membangun, mencipta, merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.

HOTS

(Krathwohl , 2001) Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tetapi dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Dimensi proses kognisi terdapat 6 kategori, yaitu kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan yang merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah. Selain itu kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta

23

termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Adapun penjelasan dari keenam kemampuan tersebut sebagai berikut:

1.

Mengingat (C1), ingatan termasuk ranah hafalan yang meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya (Munaf, 2001: 68).

2.

Memahami (C2), pemahaman adalah kemampuan dalam memahami pengetahuan yang telah diajarkan seperti kemampuan ″ menjelaskan″ pembacaan kode warna resistor, ″membandingkan″ bentuk fisik macam-macam resistor, ″ menafsirkan″ , dan sebagainya.Istilah kemampuan memahami dalam ranah taksonomi ini disebut juga dengan ″mengerti″ (Munaf, 200 1: 68).

3.

Menerapkan (C3), penerapan ialah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu. Peserta didik dikatakan telah menguasai kemampuan tertentu bilamana peserta didik tersebut telah dapat memberi contoh dengan kata kerja operasional seperti menggunakan, menerapkan, menggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, menghitung, menemukan, mengembangkan, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menunjukkan, mengklasifikasikan, dan mengubah (Munaf, 2001: 70).

4.

Analisis (C4), menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi atau konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu komponen yang

24

sangat penting dalam proses tujuan pembelajaran. Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagianbagian kecil sehingga jelas hierarkinya atau susunannya (Munaf, 2001: 71). 5.

Evaluasi (C5), evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut berlaku untuk guru dan peserta didik. Pada tahap evaluasi, peserta didik harus mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkatan ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing) (Munaf, 2001: 71).

6.

Menciptakan (C6), menciptakan merupakan proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan suatu konsep ke dalam suatu produk. Peserta didik dikatakan memiliki kemampuan proses kognitif menciptakan, jika peserta didik tersebut dapat membuat suatu produk baru yang merupakan reorganisasi dari beberapa konsep (Munaf, 2001: 71).

Dimensi yang kedua adalah dimensi pengetahuan, menurut Munaf (2001: 72-73) terdiri dari 4 kategori pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

1.

Pengetahuan Faktual, yaitu pengetahuan yang berupa potonganpotongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada

25

dalam suatu disiplin ilmu tertentu.Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual, yaitu (1) pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology): mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal; dan (2) pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element): mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. 2.

Pengetahuan Konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

3.

Pengetahuan Prosedural, yaitu Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Perolehan pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik dan metode serta kriteria tertentu.

26

4.

Pengetahuan Metakognisi, yaitu metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan atau aktivitas yang meregulasi kognisi. Konsep ini secara luas mencakup “pengetahuan individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai individu yang memiliki kemampuan mengenali, pengetahuan mengenai dasar dari tugas-tugas kognitif yang berbeda dan pengetahuan mengenai strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengahadapi tugas-tugas yang berbeda. Dengan demikian, individu tidak hanya berpikir mengenai objek-objek dan perilaku, namun juga mengenai kognisi itu sendiri.

Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi dan klasifikasi kata kerja operasionalnya dapat digambarkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Dimensi revisi Taksonomi Bloom dan contoh kata kerja operasional untuk Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dimensi Proses Kognisi (TheCognitive Process Dimensi Dimension) Pengetahuan (The C4 C5 C6 Knowledge Analisis Penilaian Penciptaan Dimension) (analyze) (evaluate) (create) C4 PF C5 PF Pengetahuan Membuat Membandingk C6 PF Faktual urutan, an, Menggabungkan (PF) mengelompok menghubungka kan n Pengetahuan C4 PK C5 PK C6 PK Konseptual Menjelaskan, Mengkaji, Merencanakan (PK) menganalisis menafsirkan Pengetahuan C5 PP C6 PP C4 PP Prosedural Menyimpulkan Menyusun, Membedakan (PP) , meringkas memformulasikan Pengetahuan C4 PM C5 PM C6 PM Meta-Kognisi Mewujudkan, Membuat, Merealisasikan (PM) menemukan menilai (Krathwohl, 2001)

27

Kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta sebenarnya sudah dibiasakan dalam biologi, karena biologi sudah melatih mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, objektif, memutuskan sesuatu berdasarkan data yang tetap dengan menggunakan metode ilmiah, dan kemampuan untuk komunikasi ilmiah. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, ada lima langkah pembelajaran yang dapat ditempuh, yakni: (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2) mengajarkan melalui pertanyaan, (3) mempraktikan, (4) menelaah, mempertajam dan meningkatkan pemahaman, dan (5) mempraktikan umpan balik dan menilai pembelajaran. Dengan demikian, kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan suatu keterampilan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat, tetapi juga kemampuan lain yang lebih tinggi meliputi kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Limbach & Waugh, 2010).

Dalam menulis butir soal, guru memiliki kecenderungan untuk menulis butirbutir soal yang hanya menuntut aspek ingatan (recall). Disamping itu lebih mudah dalam penulisan soal, materi yang hendak ditanyakan pun mudah diperoleh dari buku teks. Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi dalam penulisan butir soal adalah dalam hal kreativitas da mewujudkan butir soal, khususnya pertanyaan yang menuntut penalaran lebih tinggi (Higher order thinking). Untuk dapat menyusun soal yang menuntut penalaran lebih tinggi, ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman bagi guru. Pertama, materi yang akan ditanyakan melibatkan berbagai aspek: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi, dan bukan hanya ingatan. Meskipun ingatan

28

juga diperlukan, kedudukannya hanyalah sebagai langkah awal sebelum siswa dapat memahami, menerapkan, menyintesiskan, menganalisis, dan mengevaluasi materi yang diperoleh guru. Kedua, setiap butir soal atau pertanyaan yang diberikan harus mampu mengukur keterampilan pemecahan masalah (Suprananto, 2012:152).

Penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS (Widana, 2017: 3).

Karakteristik soal-soal HOTS diantara, yaitu: mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalah kontektual, dan menggunakan bentuk soal beragam. Menurut The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Demikian, jawaban soal-

29

soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik (Widana, 2017: 4).

Soal-soal HOTS adalah assesment yang berbasis situasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga permasalahan pada soal HOTS merupakan permasalahan berbasis kontekstual. Permasalahan kontekstual yang dimaksud adalah permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata (Widana, 2017: 4).

Soal-soal HOTS menggunakan bentuk soal yang beragam. Baik dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar atau salah, atau ya/tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

30

Pada soal pilihan ganda umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik (Widana, 2017: 5).

Soal pilihan ganda kompleks (benar/salah atau ya/tidak) soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak. Pernyataanpernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar (Widana, 2017: 5)

Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi, yaitu: (1)

31

Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa, (2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu. Sedangkan soal jawaban singkat atau pendek merupakan soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi, yaitu: Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa, jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu. Sedangkan Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis (Widana, 2017: 6)

Adapun uraian secara lebih rinci, menurut Suprananto (2012: 152): 1.

Dasar Pertanyaan Stimulus Agar butir soal yang ditulis dpat menuntut penalaran tinggi maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragraph, teks drama, penggalan novel, cerita, dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, rumus, daftar kata sismbol, contoh, peta, film atau suara yang direkam.

32

2.

Mengukur kemampuan berpikir kritis, terdiri dari beberapa kriteria, yaitu: a.

Memfokuskan pada pertanyaan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah masalah atau problem, aturan, eksperimen, dan hasilnya, siswa dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argument atau kesimpulan.

b. Menganalisis argument, adapun contoh indikator: disajikan deskripsi sebuah situasi atau sebuah argumentasi, siswa dapat: menyimpulkan argumentasi secara cepat, memberikan alasan yang mendukung argument yang disajikan, dan memberikan alasan tidak mendukung argument yang disajikan. c.

Mempertimbangkan hal yang dapat dipercaya, adapun contoh indikator: disajikan sebuah teks argumentasi, iklan atau eksperimen dan interpretasinya, siswa dapat menentukan bagian yang dapat dipertimbangkan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.

d. Mempertimbangkan laporan observasi, adapaun contoh indikator: disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan observer/reporter, siswa dapat mempercayai atau tidak mempercayai laporan itu dan memberikan alasan. e.

Membandingkan kesimpulan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan yang diasumsikan kepada siswa adalah benar dan pilihan terdiri dari: satu kesimpulan yang benar dan logis,

33

dua atau lebih kesimpulan yang sesuai dengan peryataan yang disajikan atau kesimpuan yang harus diikuti. f.

Menentukan kesimpulan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan yang diasumsikan kepada siswa adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, siswa dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak dan memberikan alasannya.

g. Mempertimbangkan kemampuan induksi, adapun contoh indikator: disajikan senuah peryataan, informasi/data, dan beberapa kemungkinan kesimpulan, siswa dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya. h. Menilai, adapun contoh indikator: disajikan deskripsi sebuah situasi, peryataan masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, siswa dapat menentukan: solusi yang positif dan negative, solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan dan dapat memberikan alasannya. i.

Mendefinisikan konsep, adapun contoh indikator: disajikan situasi dan argumentasi atau naskah, siswa dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.

j.

Mendefinisikan asumsi, adapun contoh indikator: disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implicit di dalam asumsi, siswa dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.

34

k. Mendeskripsikan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video klip, siswa dapat mendeskripsikan peryataan yang dihilangkan.

3.

Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah, terdiri dari beberapa kriteria, yaitu: a.

Mengidentifikasi masalah, adapun contoh indikator: disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, siswa daoat mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan.

b.

Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan yang berisi sebuah masalah, siswa dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.

c.

Memahami kata dalam konteks, adapun contoh indikator: disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya digaris bawahi, siswa dapat menjelaskan makna yang berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri.

d.

Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, adapun contoh indikator: disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevam terhadap masalah, siswa dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan.

e.

Memilih masalah sendiri, adapun contoh indikator: disajikan beberapa masalah, siswa dapat memberikan alasan satu masalah yang dipilih sendiri.

f.

Mendeskripsikan berbagai strategi, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah, siswa dapat memecahkan

35

masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagram, dan grafik. g.

Mengidentifikasi asumsi, adapun contoh indicator: disajikan sebuah peryataan masalah, siswa dapat memberikan solusinya berdasarkan pertimbangn asumsi untuk saat ini dan yang akan datang.

h.

Mendeskripsikan masalah, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah, siswa dapat menggambarkan sebuah diagram yang menunjukkan situasi masalah.

i.

Memberikan alasan masalah yang sulit, adapun contoh indikator: disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya dihilangkan, siswa dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi pentingnya dihilangkan.

j.

Memberikan alasan solusi, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, siswa dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasannya.

k.

Memberikan alasan strategi yang digunakan, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan maslaah, siswa dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan ya.

36

l.

Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah, adapun contoh indikator: disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau table dan sebuah peryataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

m.

Membuat strategi lain, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan masalahnya, siswa dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi lain.

n.

Menggunakan analogi, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah dan strategi penyelesaiannya, siswa dapat: mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, memberikan alasannya.

o.

Menyelesaikan secara terencana, adapun contoh indikator: disajikan situasi masalah yang kompleks, siswa dapat meyelsaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses, output, dan outcome.

p.

Mengevaluasi kualitas solusi, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat: menjelaskan dengan menerapkan strategi itu, mengevaluasinya, menentukan strategi mana yang tepat, memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya.

37

q.

Mengevaluasi strategi sistematika, adapun contoh indikator: disajikan sebuah peryataan masalah, beberapa strategi pemecahan masalah dan prosedur, siswa dapat mengevaluasi strategi pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.

Tujuan soal-soal berbasis HOTS adalah untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam melakukan penialaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut adalah beberapa peran soal-soal HOTS daam meningkatkan mutu pendidikan dalam Widana (2017:18): 1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik abad ke-21, penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21 century skills) yaitu: memiliki karakter yang baik (beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving, kolaborasi, dan komunikasi); serta menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. 2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis

38

permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Disamping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam ujian sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya. 3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat seharihari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta didik. 4. Meningkatkan mutu penilaian, Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau dari hasil yang dicapai dalam

39

US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a) sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b) sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN.

E. Ujian Nasional (UN)

Adapun pengertian Ujian Nasional (UN) menurut permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 1 ayat 5, Ujian Nasional selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Kegunaan hasil Ujian Nasional UN menurut Permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 21 ayat 1 adalah sebagai berikut: (1) Pemetaan mutu program dan. Atau satuan pendidikan; (2) Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutny; dan (3) Pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Soal ujian yang berkualitas menurut Kemendikbud (2015: 10-13) adalah soal yang baik, pelaksanaan yang jujur dan kredibel, pemanfaatan hasil untuk peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Ujian nasional dilakukan untuk membentuk generasi pembelajar yang berintegritas. Ujian Nasional menjadi kebutuhan pemetaan (diagnistik) bagi siswa, orang tua, guru, sekolah, pemerintah dan masyarakat. Peta perjalan perubhan ujian nasional dari tahun 2015 hingga

40

nanti pada tahun 2019-2020. Pada tahun 2015 ujian nasional tidak untuk kelulusan, kemudian dapat diulang pada tahun berikutnya, SKHUN yang lebih bermakna, dan pengenalan CBT. Sedangkan pada tahun 2016-2018 ujian nasional dilakukan pada awal semester terakhir dan ujian nasional dapat diulang pada tahun yang sama. Pada tahun 2019-2020 yang akan mendatang, sekolah dan guru dapat mengarahkan potensi siswa secara lebih baik, ujian nasional CBT dilakukan secara luas dan terbentuk testing center di daerah, ujian nasional dilakukan dengan jadwal yang fleksibel.

F. Kerangka Pikir

Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak hanya mengingat, menyatakan kembali atau melakukan pengolahan. Sehingga apabila Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang akan tumbuh maka seseorang dapat menghadapi kehidupan di Abad 21, karena pada Abad 21 seseorang harus memiliki kemampuan tersebut, jika tidak maka seseorangf tersebut tidak dapat survive. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan keampuan dan membentuk watak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk dapat menumbuhkan Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang harus diberi stimulus, salah satunya adalah dengan soal-soal tipe Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berhasil atau tidaknya Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi seorang siswa dievaluasi dalam bentuk tes. Pemerintah mengukur

41

keberhasilan pendidikan Indonesia salah satunya dengan Ujian Nasional (UN). Untuk itu perlu adanya analisis soal Ujian Nasional (UN) apakah dapat menstimulus Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Digunakan: Sebagai penilaian hasil pembelajaran dalam mencapai Kompetensi Dasar

Soal Ujian Nasional

Dipengaruhi oleh: - Kurikulum - BSNP - Satuan Pendidikan

Harus Memenuhi Kompetensi

Stimulus

Berpikir Kritis

Analisis soal Higher Order Thinking Skill

Karakteristik dan persentase Soal Ujian Nasional Biologi SMA tahun ajaran 2016/2017

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Pemecahan Masalah

42

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Februari 2017Juni tahun ajaran 2017/2018 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini memiliki karakteristik yang digunakan sebagai subjek pertama adalah stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif. Objek yang kedua adalah soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun ajaran 2016/2017, namun dibatasi 1 paket saja karena setiap paket memiliki soal dan jumlah soal yang sama hanya letak penomoran saja yang berbeda sehingga ditetapkan bahwa yang digunakan pada penelitian hanya satu pake saja.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif jenis analisis isi atau dokumen.

43

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan Menyiapakan surat izin untuk melakukan penelitian pendahuluan untuk memperoleh dokumen berupa soal ujian sekolah. Kemudian peneliti mempersiapkan instrumen yang diperlukan untuk menganalisis soal. 2. Tahap Pelaksanaan Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data, yaitu: a.

Analisis Soal Penelti, dosen pendidikan biologi, dan guru biologi menganalisis masing-masing soal dari 3 karakateristik yang terpenuhi pada masingmasing butir soal yaitu indikator yang terdiri dari stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah.

b. Melaksanakan FGD (Focus Group Discussion) Dalam menentukan masing-masing butir soal dari tiga sumber hasil analisis termasuk kedalam jenis stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah dilakukan FGD. c. Melakukan Tabulasi data Setelah di dapatkan kesepakatan hasil analisis dari tiap nomor soal. Selanjutmya hasil analisis ditabulasikan pada masing-masing indikator.

44

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yaitu dengan rubrik analisis soal tipe HOTS pada soal UN tahun ajaran 2016/2017

2. Teknik pengumpulan data teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket penilaian karakteristik berbentuk daftar dengan skor 1 jika sesuai dan 0 jika tidak sesuai.

3. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif jenis analisis isi atau dokumen. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mengelompokkan butir soal Ujian Nasional Biologi tingkat SMA yang termasuk dalam kategori HOTS. Penelitian ini akan menjawab apakah terdapat kelompok butir soal tipe HOTS, yaitu stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah, serta persentasenya dalam soal UN Biologi SMA tahun 2016/2017. Pada proses FGD adalah keberadaan karakteristik soal tipe HOTS, yaitu stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah. Perolehan data yang diperoleh dari angket melalui proses FGD kemudian ditabulasikan ke dalam table yang ada pada lampiran 4, 5, dan 6. Setelah itu data

45

direkapitulasi dengan cara menghitung persentase keberadan karakteristik soal tipe HOTS, yaitu stimulus, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan rumus:

K=

Ki Total soal

x 100%

Sumber : dimodifikasi dari Ali (2013: 201) Keterangan: K : Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe HOTS dalam soal UN Biologi SMA tahun 2016/2017. Ki : banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masing karakteristik soal tipe HOTS dalam soal UN Biologi SMA tahun 2016/2017.

Setelah didapatkan hasil perhitungan dengan masing-masing karakteristik baik stiumulus, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dituliskan dalam tabel persentase yang ada pada lampiran 7. Setelah diperoleh hasil persentase dari masing-masing karakteristik selanjutnya persentase tiap penganalisis soal dijumlahkan dan dibagi banyaknya penganalisis soa pada teknikl triangulasi sumber. Hasil akhir persentase tersebut di interpretasikan ke dalam kriteria kriteria sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria kesesuaian Skala Keterangan 0 – 20 % Sebagian kecil 21 – 40 % Kurang dari setengah 41 – 60 % Setengah 61 – 80 % Sebagian besar 81 – 100 % Hampir semua Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245)

46

Tabel 5. Kriteria Penilaian banyaknya indikator yang terdapat pada naskah soal Skala Keterangan 0 – 20 % Sebagian kecil 21 – 40 % Kurang dari setengah 41 – 60 % Setengah 61 – 80 % Sebagian besar 81 – 100 % Hampir semua Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245)

2. Mendeskripsikan masing-masing indicator yang terdapat pada setiap butir soal

Setelah di dapatkan persentase masing-masing indikator langkah selanjutnya setelah di peroleh persentase dan diperoleh kriteria kemudian mendeskripsikan masing-masing karakteristik baik stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan persentase dan kriteria kesesuaian.

55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis karakteristik soal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam soal Ujian Nasional Biologi SMA tahun ajaran 2016/2017, adalah sebagai berikut: 1. Kualitas soal UN hampir semua bertipe HOTS. 2. Butir soal UN hampir semua sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. 3. a. Karakteristik soal UN tipe HOTS hampir semua berstimulus. b. Karakteristik soal UN tipe HOTS hampir semua berkarakteristik berpikir kritis, dan c. Karakteristik soal UN tipe HOTS sebagian kecil berkarakteristik pemecahan masalah.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu diakan pengembangan soal HOTS untuk mata pelajaran biologi SMA sehingga dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran. 2. Perlu adanya pembiasaan kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-

56

soal HOTS agar peserta didik terbiasa menghadapi permasalahanpermasalahan yang lebih rumit dalam kehidupan selanjutnya.

57

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan Supriyono, W. 2001. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 242 hlm. Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 215 hlm. Alpusari, M. 2014. Analisis Butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. 3 (2). 10 hlm. Anderson, L.W., and Krathwohl, D.R. 2001.A Taxonomy of Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York Longman. Ariani, E. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Berda-sarkan Taksonomi Anderson Pada Siswa Gaya Belajar Assimilator dalam Menye-lesaikan Soal Eksponen dan Logaritma Kelas X SMA Negeri 3 Kota Jambi. Skripsi tidak diterbitkan. Jambi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. 310 hlm. Arsyad, A. 2003. Media Pembe-lajaran. Jakarta. Raja Grafisindo Persada. Arti, Endah, dan Hariyatmi. 2015. Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi Dalam Pembuatan Soal HOT (Higher Order Thinking) Di SMA Negeri Wonosari Klaten .Skripsi. Effendi, L. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 13 No (2), 1-10.

58

Guchi, P. 2017. Analisis Butir Soal Ujian Nasional (UN) Biologi SMA Tahun Pelajaran 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016 Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi. (Skripsi). Universitas Negeri Medan. Medan. 50 hlm Kartawidjaja, E.1987. Pengukuran Dan Hasil Evaluasi Belajar. Sinar Baru Bandung. Bandung. 193 hlm. Kemendikbud. 2014. Modul Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi SMA/ SMK Tahun 2014/ 2015. Jakarta: P4-BPSDMPKPMP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2015 Tentang Kebijakan Perubahan Ujian Nasional. 38 hlm. Krathwohl, D. R.2001. A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview – Theory Into Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000. Learning to think, thinking to learn: ( tersedia di www.purdue.edu/geri diakses 22 Februari 2016). Lailly, N., dan Wisudawati, A. 2015. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun 2012/2013. Kaunia: Integration and Interconnection Islam and Science. 11 (1). 13 hlm. Latipun. 2011. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. UMM Press. Malang. Limbach, B & Waugh, W. 2010. Developing Higher Level Thinking. Journal of Instructonal Pedagogies.p: 1-9. Miri, B., Ben-Chaim., D& Zoller, V. 2007. Puposely Teaching for the Promotion of Higher Order Thinking Skills A Case of Critical Thinking. Res SCI Educ 37. Munaf, S. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidika Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidika Indonesia. Bandung. Peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2015 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik, Penyelenggaraan Ujian Sekolah/ Madrasah/ Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang sederajad dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat. 11 hlm. Peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. 12 hlm. Permendikbud 2013. Kebudayaan

Penilaian.

Jakarta:

Kementerian

Pendidikan

dan

59

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 224 hlm Qurniati, D., Andayani, Y, dan Muntari. Peningkatan Ketarmpilan Berpikir Kritris Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning. Journal Pendidikan IPA.1 (2): 58-69. Rofiah, E., Amiah, Nonoh, S., dan Ekawati, E. 2013. Penyusunan Instrument Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. l 1 (2). 6 hlm. Sajidan dan Afandi. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Ipa Untuk Memberdayakan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2017. 1 (2). 13 hlm. Salamah, U, 2018. Penjamin Mutu Penilaian Pendidikan. Journal Evaluasi. 2 (1): 274-293. Setiadi, H. 2016. Pelaksanaan Penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 20 (2): 167-178, (Online), (https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/7173, diakses 30 Agustus 2018). Setiawan, I. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Ber-basis Maslah Untuk Me-ningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 2 (1): 42-59. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan (Landasan kerja pemimpin pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 256 hlm. Suprananto, K. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 235 hlm. Suryabrata, S. 2008. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 354 hlm. Suswina, M. 2011. Hasil Validitas Pengembangan BAhan Ajar Bergambar Disertai Peta Konsep Untuk Pembelajaran Biologi SMA Semester 1 Kelas IX. Jurnal Ta’dib. 1 (1): 44-51. Sutama, G.A. Sandi, dan Fuandi. 2017. Pengelolaan Penilaian Autentik kurikulum 2013 Mata Pelajaran Matematika di SMA. Jurnal Manajemen Pendidikan. 12 (10): 105-114. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 33 hlm. Uno, H.B. dan Koni, S. 2012. Assessment Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta.

60

Widana, I . 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. 46 hlm. Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikanm. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Related Documents


More Documents from "agustina"