BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sangatlah banyak tersedia di bumi ini. Baik itu sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak diperbaharui. Gas LPG merupakan salah satu hasil dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.Peranan Gas LPG pada saat ini sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Teringat, semakin menipisnya persediaan minyak dibumi ini perlahan – lahan Gas LPG mulai menggantikan peranan utama dari minyak bumi sebagai bahan bakar altetnatif baik itu dalam bidang industri, rumah tangga, maupun transportasi. Terkadangkala manusia terbuai akan kayanya sumber daya alam ini. Disaat sengaja maupun tidak sengaja, Gas LPG menjadi dampak negatif terhadap kesehatan manusia bahkan menimbulkan kerugian yang cukup besar apabila tidak digunakan dengan hati – hati terutama bila tidak diketahui telah terjadinya kebocoran dari tabung atau tempat penyimpanan Gas LPG. Seharusnya, Gas LPG tersebut sesuatu yang dapat mempermudah kelangsungan hidup manusia tetapi menjadi kerugian manusia. Untuk itu, berdasarkan latar belakang masalah tersebut perlu dilakukan suatu penanganan khusus, guna mencegah kerugian yang ditimbulkan oleh Gas LPG tersebut. Penulis merancang suatu alat dengan judul “ RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI KEBOCORAN
GAS
LPG
MIKCROKONTROLER AT89S51 “.
DENGAN
SENSOR
TGS2610
BERBASIS
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan permasalahan di atas,maka penulis mencoba merancang suatu alat yang dapat mendeteksi kebocoran gas LPG pada suatu ruangan. Alat ini akan memberitahukan kepada pemilik rumah dengan cara membunyikan alarm dan menampilkan pesan yang tertera pada display apabila telah terajadi kebocoran gas LPG di dalam ruangan tersebut. Selain itu alat ini juga dlengkapi degan kipas untuk membuang gas LPG yang masih terdapat di dalam ruangan tersebut agar udara yang terdapat di dalam ruangan tersebut tidak lagi tercemar oleh gas LPG Pada alat ini digunakan sensor LP Gas TGS2610 sebagai pendeteksi ada atau tidaknya gas LPG yang masuk ke dalam ruangan. Mikrokontroller AT89S51 digunakan sebagai otak dari seluruh system dan mengolah data yang dihasilkan oleh sensor kemudian membunyikan alarm dan menghidupkan kipas
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. merancang suatu alat yang dapat mendeteksi kebocoran gas LPG 2. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengolah data yang diberikan oleh sensor. 3. merancang suatu alat yang user friendly 4. studi lebih lanjut tentang aplikasi mikrokontroller AT89S51
1.4 Batasan Masalah Mengacu pada hal diatas, penulis akan merancang alat pendeteksi kebocoran gas LPG berbasis mikrokontroler AT89S51, dengan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51. 2. sensor yang digunakan adalah sensor LP Gas TGS2610. 3. alat ini hanya mendeteksi keberadaan gas LPG tidak mendeteksi asal kebocoran 4. untuk menetralkan udara dalam ruangan digunakan kipas
1.5 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pendeteksi kebocoran gas LPG dengan menggunakan sensor gas TGS2610 berbasis mikrokontroler AT89S51, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut: BAB I.PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II.LANDASAN TEORI Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), sensor gas TGS2610,ADC bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.
BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM Pada bagian ini akan dibahas
perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari
rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.
BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S51.
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.
BAB II DASAR TEORI 2.1
SENSOR 2.1.1
Pengertian Umum Sensor
Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik baik arus listrik ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyal elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya. Sementara fenomena kimia dapat berupa konsentrasi dari bahan kimia baik cairan maupun gas. Dengan definisi seperti ini maka sensor merupakan alat elektronik yang begitu banyak dipakai dalam kehidupan manusia saat ini. Bagaimana tekanan jari kita pada key board computer, remote televisi, lantai lift yang kita tuju, menghasilkan perubahan pada layar computer atau televisi, serta gerakan pada lift adalah contoh mudah sensor secara luas. Atau sensor temperatur yang banyak digunakan dalam mengontrol temperatur ruangan pada AC. Demikian pula sensor pengukur cairan oksigen ataupun gas lainnya yang sering digunakan di rumah sakit. Hampir seluruh kehidupan sehari – hari saat ini tidak ada yang tidak melibatkan sensor. Tidak mengherankan jika sensor (atau juga ada yang menyebutnya dengan transducer) banyak disebut juga sebagai panca indera-nya alat elektronik modern. 2.1.2
Cara Kerja Sensor Gas Secara Umum
Terbentuk pada permukaan luar kristal. Tegangan permukaan yang terbentuk akan menghambat laju aliran electron seperti tampak pada ilustrasi Gambar.
Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor
Di dalam sensor, arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan(grain boundary) dari kristal SnO2. Pada daerah sambungan, penyerapan oksigen mencegah muatan untuk bergerak bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses deoksidasi akan terjadi, rapat permukaan dari muatan negative oksigen akan berkurang, dan mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari daerah sambungan, misal terdapat adanya gas CO yang terdeteksi maka persamaan kimianya dapat digambarkan seperti tampak pada persamaan berikut ini. CO + Oad(SnO2X) → CO2 + (SnO2X)*…………………(2) Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor akan juga ikut menurun.
Gambar 2
Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas Sensor gas LPG TGS2610 Sensor gas LPG TGS2610 merupakan salah satu sensor utama dalam penelitian ini. Sensor ini merupakan sebuah sensor kimia atau sensor gas. Sensor ini mempunyai nilai resistansi Rs yang akan berubah bila terkena gas yang mewakili gas LPS di udara yaitu gas metana dan ethanol. Sensor LPG TGS2610 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap dua jenis gas tersebut. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat gas LPG di udara. Dan ketika sensor mendeteksi keberadaan gas gas tersebut maka resistensi elektrik sensor tesebut akan menurun yang menyebakan tegangan yang dihasilkan oleh output sensor akan semakin besar. Selain itu, sensor juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar agar sensor dapat bekerja kembali secara efektif .secara umum bentuk dari sensor gas LPG TGS2610 dapat dilihat dari gambar berikut:
2.1.3
Prinsip Kerja Sensor
Adapun prinsip kerja dari sensor ini adalah sebagai berikut, Sensor gas TGS 2610 hanya terdiri dari sebuah lapisan silikon dan dua buah elektroda pada masing-masing sisi silikon. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tegangan pada outputnya ketika lapisan silikon ini dialiri oleh arus listrik. Tanpa adanya gas LPG yang terdeteksi, arus yang mengalir pada silikon akan tepat berada ditengah-tengah silikon dan menghasilkan tegangan yang sama antara elektrode sebelah kiri dan elektrode sebelah kanan, sehingga beda tegangan yang dihasilkan pada output adalah sebesar 0 volt.
Gambar Prinsip kerja sensor, saat tidak ada gas LPG yang terdeteksi Ketika terdapat gas LPG yang mempengaruhi sensor ini, arus yang mengalir akan berbelok mendekati atau menjauhi salah satu sisi silikon.
Gambar Prinsip kerja sensor, saat dikenai gas LPG Ketika arus yang melalui lapisan silikon tersebut mendekati sisi silikon sebelah kiri maka terjadi ketidakseimbangan tegangan output dan hal ini akan menghasilkan beda tegangan di outputnya. Begitu pula bila arus yang melalui lapisan silikon tersebut mendekati sisi silikon sebelah kanan. Semakin besar konsentrasi gas yang mempengaruhi sensor ini, pembelokan arus di dalam lapisan silikon juga semakin besar, sehingga ketidakseimbangan tegangan antara kedua sisi lapisan silikon pada sensor semakin besar pula. Semakin besar ketidakseimbangan tegangan ini, beda tegangan pada output sensor juga semakin besar 2.2
ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk
mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital.. A/D Converter ini dapat dipasang sebagai pengonversi tegangan analog dari suatu peralatan sensor ke konfigurasi digital yang akan diumpankan ke suatu sistem minimum. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis successive approximation convertion (SAC) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat . IC ADC 0804 merupakan salah satu dari sekian banyak pengubah data analog menjadi data digital Jenis 0804 ini merupakan ADC yang simpel dan mudah digunakan .IC ADC 0804 ini mempunyai 20 pin dengan konfigurasi seperti gambar berikut :
Gambar 2.9 konfigurasi pin IC ADC 0804 Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan konversi, yaitu free running dan mode control. Pada mode free running, ADC akan mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan (continue). Prinsip yang kedua yaitu mode control, pada mode ini ADC baru akan memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa rendah kepada masukan WR sesaat, kemudian membaca keluaran data ADC setelah keluaran INTR berlogika rendah. Pada penelitian ini ,prinsip konversi yang digunakan adalah mode control. Prinsip kerja mode control akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu: 1.
Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.
2.
Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).
Gambar dibawah ini menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke sinyal digital. Chip Select,CE START Konversi,SOC 0/1
S/H Input analog
PB7-PB0 Konversi A/D & Kontrol
Ke parallel Input port
0/1 Ke INT CPU END Konversi, EOC
Gambar 2.10. Diagram ADC secara umum Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam hal ini mikroprosesor / mikrokontroller menghubungi ADC dengan mengirim sinyal CE. Artinya, ADC diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion) dikirimkan sehingga ADC mulai melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan konversi ke digital. Bila konversi selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC (end of conversion) yang artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). ). Program yang sesuai harus dibuat mengikuti prosedur seperti di atas. Artinya, program utama mikroprosesor harus dimuati dengan suatu program loop tertutup dan menunggu tanda untuk membaca data dari ADC. Meski tanda ini tidak harus diperhatikan, tetapi berakibat data yang dipaksa dibaca akan sering invalid karena CPU tidak dapat membedakan keadaan ambang (ketika ADC tengah melakukan konversi) dengan keadaan data siap (valid). Agar lebih efektif, fungsi
interrupt harus diaktifkan untuk menghindari terjebaknya CPU dalam loop saat menunggu ADC siap. Dengan demikian CPU hanya akan membaca data bila mendapatkan interrupt. Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap dan mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengkonversi suatu nilai sangat tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu. Makin cepat prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka karakteristik ADC yang paling penting adalah waktu konversi (conversion time). Namun demikian, kemampuan riil ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh kemampuan kontroler atau prosesor dalam mengolah data input-output secara cepat, dan bukan hanya karena kualitas ADC-nya. 2.3
Mikrokontroler Mikrokontroler adalah single chip computer yang memiliki kemampuan untuk
diprogram dan digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol. Mikrokontroler berkembang dengan dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar (market needed) dan perkembangan teknologi baru. Yang dimaksud dengan kebutuhan pasar yaitu kebutuhan manusia yang semakin besar terhadap alat-alat elektronik dengan perangkat pintar sebagai pengontrol dan pemroses data. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan teknologi baru adalah perkembangan teknologi semikonduktor yang memungkinkan pembuatan chip dengan kemampuan komputasi yang sangat cepat, bentuk yang semakin mungil, dan harga yang semakin murah. 2.3.1
Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler seri 8051 merupakan salah satu seri mikrokontroler yang paling banyak digunakan di seluruh dunia karena memiliki fasilitas onchip memory. Perusahaan ATMEL membuat seri ini dengan nama AT89S51. Mikrokontroler AT89S51 memiliki fitur sebagai berikut: • 4K byte ROM ROM atau Read Only Memory adalah tempat penyimpanan program yang diisikan pada mikrokontroler. ROM hanya bisa dibaca. ROM biasanya berisi kode/ program untuk mengontrol kerja mikrokontroler. Kapasitas memori yang disediakan oleh AT89S51 ini adalah 4 kilobyte • 128 bytes RAM
RAM atau Random Access Memory adalah memori yang berisi data yang akan dieksekusi oleh mikrokontroler. RAM bisa ditulis dan dibaca, bersifat volatile (isinya hilang jika power/ sumber tegangan dihilangkan). Kapasitas memori yang disediakan oleh AT89S51 adalah 128 bytes. • 4 buah 8-bit I/O (Input/Output) port Port ini berfungsi sebagai terminal input dan output. Selain itu, dapat digunakan sebagai terminal komunikasi paralel, serta komunikasi serial (pin10 dan 11). • 2 buah 16 bit timer • Interface komunikasi serial • 64K pengalamatan code (program) memori • 64K pengalamatan data memori • Prosesor Boolean (satu bit-satu bit) Dengan fitur ini, mikrokontroler dapat melakukan operasi logika seperti AND, OR, EXOR, dan lain-lain. • 210 lokasi bit-addressable, dan • 4 µs operasi pengkalian atau pembagian Arsitektur hardware mikrokontroler AT89S51 dari perspektif luar atau biasa disebut pinout digambarkan pada gambar 2.8 di bawah ini:
Gambar 2.11. Pin-Out mikrokontroler AT89S51 Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari tiap-tiap pin (kaki) yang ada pada mikrokontroler AT89S51.
•
Port 0 Merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan). Pada disain yang minimum (sederhana), port 0 digunakan sebagai port Input/Output (I/O). Sedangkan pada disain lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal digunakan sebagai data dan address (alamat) yang di-multiplex. Port 0 terdapat pada pin 32-39.
•
Port 1 Merupakan port yang hanya berfungsi sebagai port I/O (Input/Output). Port 1 terdapat pada pin 1-8.
•
Port 2 Merupakan dual-purpose port. Pada disain minimum digunakan sebagai port I/O (Input/Output). Sedangkan pada disain lebih lanjut digunakan sebagai high byte dari address (alamat). Port 2 terdapat pada pin 21-28.
•
Port 3 Merupakan dual-purpose port. Selain sebagai port I/O (Input/Output), port 3 juga mempunyai fungsi khusus. Fungsi khusus tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1. Port 3 terdapat pada pin 10-17. No. Pin 10 11 12 13 14 15 16
Port Pin P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6
Nama Port RXD TXD INT 0 INT 1 T0 T1 WR
17
P3.7
RD
Fungsi Alternatif Menerima data untuk port serial Mengirim data untuk port serial Interrupt 0 eksternal Interrupt 1 eksternal Timer 0 input eksternal Timer 1 input eksternal Memori data eksternal write strobe Memori data eksternal read strobe
Tabel 2.3. Fungsi khusus Port 3
•
PSEN (Program Store Enable) PSEN adalah sinyal kontrol yang mengizinkan untuk mengakses program (code) memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output Enable) dari EPROM. Sinyal PSEN akan “0” (LOW) pada tahap fetch (penjemputan) instruksi. PSEN akan selalu bernilai “1” (HIGH) pada pembacaan program memori internal. PSEN terdapat pada pin 29.
•
ALE (Address Latch Enable) ALE digunakan untuk men-demultiplex address (alamat) dan data bus. Ketika menggunakan program memori eksternal, port 0 akan berfungsi sebagai address (alamat) dan data bus. Pada setengah paruh pertama memori cycle ALE akan bernilai “1” (HIGH) sehingga mengizinkan penulisan address (alamat) pada register eksternal. Dan pada setengah paruh berikutnya akan bernilai “1” (HIGH) sehingga port 0 dapat digunakan sebagai data bus. ALE terdapat pada pin 30.
•
EA (External Access) Jika EA diberi input “1” (HIGH), maka mikrokontroler menjalankan program memori internal saja. Jika EA diberi input “0” (LOW), maka AT89S51 menjalankan program memori eksternal (PSEN akan bernilai “0”). EA terdapat pada pin 31.
•
RST (Reset) RST terdapat pada pin 9. Jika pada pin ini diberi input “1” (HIGH) selama minimal 2 machine cycle, maka sistem akan di-reset ( kembali ke awal )
•
On-Chip oscillator AT89S51 telah memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika didrive menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem. Nilai kristal yang biasa digunakan pada AT89S51 ini adalah 12 MHz. On-chip oscillator tidak hanya dapat didrive dengan menggunakan kristal, tetapi juga dapat dengan menggunakan TTL Oscillator.
•
Koneksi power AT89S51 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40, sedangkan pin Vss (ground) terdapat pada pin 20.
2.4
Display LCD Character 2x16 Display LCD 2x16 berfungsi sebagai penampil nilai kuat induksi medan
elektromagnetik yang terukur oleh alat. LCD yang digunakan pada alat ini mempunyai lebar
display 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang didifinisikan sebagai berikut:
PIN
Nama
fungsi
1
VSS
Ground voltage
2
VCC
+5V
3
VEE
Contrast voltage
4
RS
5
R/W
6
E
7
DB0
LSB
8
DB1
-
9
DB2
-
10
DB3
-
11
DB4
-
12
DB5
-
13
DB6
-
14
DB7
MSB
15
BPL
Back Plane Light
16
GND
Ground voltage
Register Select 0 = Instruction Register 1 = Data Register Read/ Write, to choose write or read mode 0 = write mode 1 = read mode Enable 0 = start to lacht data to LCD character 1= disable
Tabel 3.1 fungsi pinLCD character 2x16
Gambar 3.4 LCD character 2x16 Modul LCD terdiri dari sejumlah memory yang digunakan untuk display. Semua teks yang kita tuliskan ke modul LCD akan disimpan didalam memory ini, dan modul LCD secara berturutan membaca memory ini untuk menampilkan teks ke modul LCD itu sendiri.
Gambar 3.5 Peta memory LCD character 2x16 Pada peta memori diatas, daerah yang berwarna biru ( 00 s/d 0F dan 40 s/d 4F ) adalah display yang tampak. jumlahnya sebanyak 16 karakter per baris dengan dua baris. Angka pada setiap kotak adalah alamat memori yang bersesuaian dengan posisi dari layar. Dengan demikian dapat dilihat karakter pertama yang berada pada posisi baris pertama menempati alamat 00h. dan karakter kedua yang berada pada posisi baris kedua menempati alamat 40h Agar dapat menampilkan karakter pada display maka posisi kursor harus terlebih dahulu diset. Instruksi Set Posisi Kursor adalah 80h. dengan demikian untuk menampilkan karakter, nilai yang terdapat pada memory harus ditambahkan dengan 80h. Sebagai contoh, jika kita ingin menampilkan huruf “B” pada baris kedua pada posisi kolom kesepuluh.maka sesuai dengan peta memory, posisi karakter pada kolom 10 dari baris kedua mempunyai alamat 4Ah, sehingga sebelum kita menampilkan huruf “B” pada LCD, kita harus mengirim instruksi set posisi kursor, dan perintah untuk instruksi ini adalah 80h ditambah dengan alamat 80h + 4Ah =0Cah. Sehingga dengan mengirim perintah 0Cah ke LCD, akan menempatkan kursor pada baris kedua dan kolom ke 11. 2.5
Software Perangkat lunak (software) adalah seperangkat intruksi yang disusun menjadi sebuah
program untuk memerintahkan microcomputer melakukan suatu pekerjaan. Sebuah instruksi selalu berisi kode operasi (op-code), kode pengoperasian inilah yang disebut dengan bahasa mesin yang dapat dimengerti oleh mikrokontroller. Instruksi-instruksi yang digunakan dalam memprogram suatu program yang diisikan pada AT89S51 adalah instruksi bahasa pemograman assembler atau sama dengan intruksi pemograman pada IC mikrokontrller 8031 dan MCS51. 2.5.1
Instruksi Transfer Data
Instruksi transfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut : •
Transfer data umum ( General Purpose Transfer ), yaitu : MOV, PUSH dan POP.
•
Transfer spedifik akumulator ( Accumulator Specific Transfer ), yaitu : XCH, XCHD, dan MOVC. Instruksi transfer data adalah intruksi pemindahan /pertukaran data antara operand
sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori atau lokasi suatu memori. Penjelasan instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. MOV
: Transfer data dari Register satu ke Register yang lainnya, antara Register dengan Memory.
PUSH
: Transfer byte atau dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack yang alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.
POP
: Transfer byte atau dari dalam stack ke operand tujuan.
XCH
: Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand sumber.
XCHD
: Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal ( lokasinya ditunjukkan oleh R0 dan R1 ) 2.5.2. Instruksi Logika Mikrokontroller AT89S51 dapat melakukan operasi logika bit maupun operasi logika
byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu : •
Operasi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETB, CPL, RL, RR, dan SWAP.
•
Operasi logika dua operand seperti : ANL, ORL, dan XRL.
Operasi yang dilkukan oleh AT89S51 dengan pembacaan instruksi logika tersebut dijelaskan dibawah ini : CLR
: Menghapus byte atau bit menjadi nol.
SETB
: Menggeser bit atau byte menjadi satu.
CPL
: Mengkomplemenkan akumulator.
RL
: Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.
RR
: Rotasi akumulator ke kanan.
SWAP
: Pertukaran nibble orde tinggi.
2.5.3
Instruksi Transfer Kendali
Instruksi transfer kendali (control transfer) terdiri dari (3) tiga kelas operasi yaitu : •
Lompatan tidak bersyarat ( Unconditional Jump ) seperti : ACALL, AJMP, LJMP,SJMP
•
Lompatan bersyarat ( Conditional Jump ) seperti : JZ, JNZ, JB, CJNE, dan DJNZ.
•
Insterupsi seperti : RET dan RET1.
Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut : ACALL
:
Instruksi pemanggilan subroutine bila alamat subroutine tidak lebih dari 2 Kbyte.
LCALL
:
Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2 Kbyte – 64 Kbyte.
AJMP
:
Lompatan untuk percabangan maksimum 2 Kbyte.
LJMP
:
Lompatan untuk percabangan maksimum 64 Kbyte.
JNB
:
Percabangan bila bit tidak diset.
JZ
:
Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol.
JNZ
:
Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak nol.
JC
:
Percabangan terjadi jika CY diset “1”.
CJNE
:
Operasi perbandingan operand pertama dengan operand kedua, jika tidak sama akan dilakukan percabangan.
DJNZ
:
Mengurangi nilai operand sumber dan percabangan akan dilakukan apabila isi operand tersebut tidak nol.
RET
:
Kembali ke subroutine.
RET1
:
Kembali ke program interupsi utama
BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN
3.1
Perancangan Blok Diagram
SENSOR TGS2610
ADC
Display
( Analog to Digital Converter )
KIPAS
DRIVER KIPAS
ALARM
DRIVER ALARM
Blok Kipas
uC AT89S51
Menetralisir kadar gas pada ruangan dengan
menghembuskan udara ke dalam ruangan Blok Buzzer
Indikator atau peringatan untuk menandakan
adanya kebocoran gas pada ruangan Blok Driver
Mengatur hidup atau matinya buzzer, kipas
Blok Mikrokontroller
Membaca data dari ADC, mengolah data,
memproses, dan mengaktifkan buzzer, kipas, LCD Blok ADC
Mengubah data analog menjadi data digital
sehingga data dari sensor dapat dibaca oleh mikrokontroller Blok Sensor Gas TGS2610
Mendeteksi kebocoran gas dalam
ruangan sehingga data akan dikirimkan ke ADC dan diproses oleh mikrokontroller. Display
3.1
Menampilkan pesan ada tidaknya gas
Rangkaian Power Supplay Adaptor ( PSA ) Rangkaian ini berfungsi untuk memberikan supply tegangan ke seluruh rangkaian
yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay Adaptor (PSA)
Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.
3.2
Rangkaian mikrokontroller AT89S51 Rangkaian mikrokontroller AT89S51 ini merupakan sistem kontrol yang mengatur
fungsi kerja sistem pengukuran. Dalam penelitian ini, mikrokontroler digunakan sebagai sistem kontrol input dan output saja. Input (masukan) pada rangkaian sistem kontrol ini dihubungkan dengan sensor medan magnetik. Sedangkan output (keluaran) dihubungkan dengan piranti tampilan, dalam hal ini dot matrix LCD. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.3 rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 Pada rangkaian, Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor
Pin 18 dan 19
33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi
kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada Port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mntrigger transistor. Pin 1 sampai 8 adalah Port 1. Pin 21 sampai 28 adalah Port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah Port 3. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.
3.3
Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter ) Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh sensor
gas LPG TGS2610 menjadi bilangan digital. Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui dan mendeteksi keberadaan gas LPG yang terdapat di dalam ruangan. Dengan demikian proses pendeteksian gas LPG dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Tegangan pada output sensor akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt. Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh mikrokontoler
3.4
Rangkaian Pengendali Kipas Rangkaian pengendali kipas pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan kipas. Gambar rangkaian pengendali kipas ini ditunjukkan pada gambar berikut ini:
gambar 3.4 Rangkaian Pengendali Kipas
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya dihubungkan ke kipas. Hubungan yang digunakan adalah normally close. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 3.5 (P3.5). Pada saat logika pada port 3.5 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay menjadi tertutup, sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke kipas akan terhubung dan kipas akan menyala. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P3.5 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan kipas akan terputus dan kipas tidak menyala
3.5
Rangkaian Alarm Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan
sumber tegangan 12 volt dengan buzzer. Gambar rangkaian alarm ini ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini:
Gbr 3.5 Rangkaian alarm Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 0.1 (P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke buzzer akan terhubung dan buzzer akan berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak berbunyi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S51 ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S51 dengan power suplay sebagai sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 Volt, sedangkan kaki 20 dihubungkan dengan ground.
Gambar 4.1 pengujian rangkaian mikrokontroller AT89S51 Kemudian tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9 Volt. Langkah selanjutnya adalah dengan cara menghubungkan pin17 (P3.7) dengan sebuah transistor C945 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator. Transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktip dan sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktip. Tipe transistor yang digunakan adalah NPN C945, dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika high) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika low).
Basis transistor ini
dihubungkan ke sebuah resistor 4k7 ohm. , resistor ini berfungsi agar arus yang dikeluarkan oleh pin17 (P3.7) cukup besar untuk men-trigger transistor C945. selanjutnya program
sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diisikan adalah sebagai berikut : Loop: Setb p3.7 Call delay Clr p3.7 Call delay Jmp loop Delay: Mov r7,#255 Dly: Mov r6,#255 Djnz r6,$ Djnz r7,dly Ret end
Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 beberapa saat
dan kemudian mematikannya. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7
berlogika high yang menyebabkan transistor C945 aktif dan LED akan menyala. Call delay akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif dan LED akan mati. Perintah call delay akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah jmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut berkedip. Jika
program
tersebut
diisikan
ke
mikrokontroller
AT89S51,
kemudian
mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.
4.2
Interfacing LCD 2x16 Bagian ini hanya terdiri dari sebuah LCD dot matriks 2 x 16 karakter yang berfungsi
sebagai tampilan hasil pengukuran dan tampilan dari beberapa keterangan. LCD dihubungkan langsung ke Port 0 dari mikrokontroler yang berfungsi mengirimkan data hasil pengolahan untuk ditampilkan dalam bentuk alfabet dan numerik pada LCD.
Gambar 4.2 Interfacing LCD 2x16 dengan mikrokontroller AT89S51 Display
karakter
pada
LCD
diatur
oleh
pin
EN,
RS
dan
RW:
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set ( high ) pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low ( 0 ) berdasarkan keterangan di atas maka kita sudah dapat membuat progam untuk menampilkan karaker pada display LCD. Adapun program yang diisikan ke mikrokontroller untuk menampilkan karakter pada display LCD adalah sebagai berikut: rs
bit
p2.0
rw
bit
p2.1
en
bit
p2.2
kirim_karakter: call data_penampil mov a,#'H' call kirim_data mov a,#'e' call kirim_data mov a,#'l' call kirim_data mov a,#'l' call kirim_data mov a,#'o' call kirim_data jmp kirim_karakter data_penampil: mov a,#80h
;posisi awal karakter
call data_scan ret kirim_data: mov p0,a setb rs clr rw clr en call delay ret end
Program di atas akan menampilkan kata “Hello” di baris pertama pada display LCD 2x16.
4.3
Pengujian Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter ) Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog yang
diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah yang digunakan untuk menguji tigkat ketelitian ADC adalah dengan cara memberikan tegangan analog yang presisi. Untuk mendapatkan Tegangan analog yang presisi ini dapat digunakan power lab type LEADER DC Tracking Power Supply LPS152. Setiap perubahan tegangan yang diberikan merupakan input bagi ADC yang akan diubah menjadi data digital. Proses perubahan tegangan input menjadi data digital dilakukan dengan cara:
Output =
Vin ADC V faktor
sedangkan Vfaktor adalah : V faktor =
1 1 × Vcc = × 5Volt = 0,0196 Volt 255 255
dengan data output dapat dihitung, misalnya jika Vin ADC = 0,3 Volt, maka: Output =
0,3Volt = 15,30 , data yang diubah ke bilangan biner hanya bilangan bulatnya 0,0196 Volt
saja. Berarti bilang biner yang dihasilkan oleh tegangan input ADC sebesar 0,3 Volt adalah (0000 1111).pada rangkaian pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7 dihubungkan dengan delapan buah led untuk mempermudah dalam pembacaan data.
Gambar 4.3 rangkaian pengujian ADC 0804
4.4
Pengujian Sensor & ADC Out Sensor (V)
Out ADC
Biner
Tidak ada Gas
2.5
127.55
01111111
2.7
137.75
10001001
3.0
153.06
10011001
3.3
168.36
10101000
3.6
183.6
10110111
3.9
198.97
11000110
4.2
214.28
11010110
4.5
229.59
11100101
4.8
244.8
11110100
5.0
255
11111111
Ada Gas
Keadaan
Tabel :
PENGUJIAN SENSOR DAN ADC 260 250 240 230 220
Data Out ADC
210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 2.5
2.7
3.0
3.3
3.6
3.9
4.2
Data Out Sensor
Grafik :
4.5
4.8
5.0
4.4
Pengujian Rangkaian Alarm Pengujian rangkaian alarm dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan
0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan alarm dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close(NC), dengan demikian jika relay aktip maka hubungan alarm ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika relay tidak aktip, maka hubungan alarm ke sumber tegangan akan terputus. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan buzzer berbunyi, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P0.1
kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut: Setb P0.1 . . . . . . . . Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktipkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktip dan alarm berbunyi. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktipkan relay. Programnya sebagai berikut: Clr P0.1 . . . . . . . . Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktipkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktip dan alarm tidak berbunyi.
4.5
Rangkaian pengendali kipas pengujian rangkaian pengendali kipas dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5
volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan kipas dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close(NO), dengan demikian jika relay aktip maka hubungan kipas ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika relay tidak aktip, maka hubungan kipas ke sumber tegangan akan terputus. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan kipas menyala, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P0.7
kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut: Setb P0.7 . . . . . . . .
Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.0, sehingga P0.0 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktipkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktip dan kipas menyala. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktipkan relay. Programnya sebagai berikut: Clr P0.7 . . . . . . . . Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.7, sehingga P0.7 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktipkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktip dan kipas tidak menyala.
; = ; ; ; =
= = = = = = = = = = = = = = = ; list.program LPG detector = = = = = = = = = = = = = = = ;
; = = initialisasi port = = ; rs rw en
bit bit bit
kipas1 kipas2 alarm
p2.2 p2.1 p2.0 bit bit bit
p0.0 p0.1 p0.2
intrupt bit p2.7 ; = = = scan dulu = = = ; start: clr alarm setb kipas1 setb kipas2 acall tunda_5detik clr kipas1 clr kipas2 clr alarm ;=tampil pesan pembuka=; mov a,#38h acall data_scan acall data_penampil acall polmed acall kristina acall juli mulai: clr Intrupt acall tadc setb Intrupt utama: jb Intrupt,$ acall tadc mov a,p1 mov 62h,a mov a,62h
cjne a,#255,udara_clean acall clear_screen acall pesan1 setb kipas2 setb alarm jmp utama udara_clean: acall pesan2 clr kipas1 clr kipas2 clr alarm jmp utama polmed: mov a,#'P' acall kirim_data acall delay mov a,#'O' acall kirim_data acall delay mov a,#'L' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'T' acall kirim_data acall delay mov a,#'E' acall kirim_data acall delay mov a,#'K' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'K' acall kirim_data acall delay ;= = = tulis baris bawah = = =; mov a,#0c2h acall data_scan ; = = = = = = = = = = = = = = ; mov a,#'N'
acall kirim_data acall delay mov a,#'E' acall kirim_data acall delay mov a,#'G' acall kirim_data acall delay mov a,#'E' acall kirim_data acall delay mov a,#'R' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'M' acall kirim_data acall delay mov a,#'E' acall kirim_data acall delay mov a,#'D' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay acall tunda_5detik acall clear_screen ret kristina: acall data_penampil2 acall delay mov a,#'K' acall kirim_data acall delay mov a,#'R' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'S'
acall kirim_data acall delay mov a,#'T' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'S' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'R' acall kirim_data acall delay mov a,#'E' acall kirim_data acall delay mov a,#'G' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#'R' acall kirim_data acall delay ;= = = tulis baris bawah = = =; mov a,#0c0h acall data_scan ; = = = = = = = = = = = = = = ; mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'M' acall kirim_data
acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#':' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'0' acall kirim_data acall delay mov a,#'6' acall kirim_data acall delay mov a,#'2' acall kirim_data acall delay mov a,#'3' acall kirim_data acall delay mov a,#'0' acall kirim_data acall delay mov a,#'4' acall kirim_data acall delay mov a,#'1' acall kirim_data acall delay mov a,#'7' acall kirim_data acall delay mov a,#'9' acall kirim_data acall delay acall tunda_5detik acall clear_screen ret juli: acall data_penampil2 acall delay mov a,#'J' acall kirim_data acall delay mov a,#'U' acall kirim_data acall delay mov a,#'L' acall kirim_data acall delay
mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'T' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#'M' acall kirim_data acall delay mov a,#'B' acall kirim_data acall delay mov a,#'U' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'A' acall kirim_data acall delay mov a,#'N' acall kirim_data acall delay ;= = = tulis baris bawah = = =; mov a,#0c0h acall data_scan ; = = = = = = = = = = = = = = ; mov a,#'N' acall kirim_data acall delay mov a,#'I' acall kirim_data acall delay mov a,#'M' acall kirim_data
acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#':' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'0' acall kirim_data acall delay mov a,#'6' acall kirim_data acall delay mov a,#'2' acall kirim_data acall delay mov a,#'3' acall kirim_data acall delay mov a,#'0' acall kirim_data acall delay mov a,#'4' acall kirim_data acall delay mov a,#'1' acall kirim_data acall delay mov a,#'7' acall kirim_data acall delay mov a,#'8' acall kirim_data acall delay acall tunda_5detik acall clear_screen ret
pesan1: ; = = = kirim karakter = = = ; acall data_penampil2 mov b,#'P' acall kirim_data acall delay mov b,#'E'
acall kirim_data acall delay mov b,#'R' acall kirim_data acall delay mov b,#'I' acall kirim_data acall delay mov b,#'N' acall kirim_data acall delay mov b,#'G' acall kirim_data acall delay mov b,#'A' acall kirim_data acall delay mov b,#'T' acall kirim_data acall delay mov b,#'A' acall kirim_data acall delay mov b,#'N' acall kirim_data acall delay acall tunda_5detik acall clear_screen mov b,#38h acall data_scan acall data_penampil mov b,#'T' acall kirim_data acall delay mov b,#'e' acall kirim_data acall delay mov b,#'l' acall kirim_data acall delay mov b,#'a' acall kirim_data acall delay mov b,#'h' acall kirim_data acall delay mov b,#' ' acall kirim_data acall delay mov b,#'t' acall kirim_data acall delay mov b,#'e'
acall kirim_data acall delay mov b,#'r' acall kirim_data acall delay mov b,#'j' acall kirim_data acall delay mov b,#'a' acall kirim_data acall delay mov b,#'d' acall kirim_data acall delay mov b,#'i' acall kirim_data acall delay ;= = = tulis baris bawah = = =; mov b,#0c0h acall data_scan ; = = = = = = = = = = = = = = ; mov b,#'K' acall kirim_data acall delay mov b,#'e' acall kirim_data acall delay mov b,#'b' acall kirim_data acall delay mov b,#'o' acall kirim_data acall delay mov b,#'c' acall kirim_data acall delay mov b,#'o' acall kirim_data acall delay mov b,#'r' acall kirim_data acall delay mov b,#'a' acall kirim_data acall delay mov b,#'n' acall kirim_data acall delay mov b,#' ' acall kirim_data acall delay mov b,#'G'
acall kirim_data acall delay mov b,#'a' acall kirim_data acall delay mov b,#'s' acall kirim_data acall delay acall clear_screen ret pesan2: acall data_penampil3 acall delay mov a,#'t' acall kirim_data acall delay mov a,#'i' acall kirim_data acall delay mov a,#'d' acall kirim_data acall delay mov a,#'a' acall kirim_data acall delay mov a,#'k' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'a' acall kirim_data acall delay mov a,#'d' acall kirim_data acall delay mov a,#'a' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay ;= = = tulis baris bawah = = =; mov a,#0c1h acall data_scan ; = = = = = = = = = = = = = = ; mov a,#'k' acall kirim_data acall delay mov a,#'e'
acall kirim_data acall delay mov a,#'b' acall kirim_data acall delay mov a,#'o' acall kirim_data acall delay mov a,#'c' acall kirim_data acall delay mov a,#'o' acall kirim_data acall delay mov a,#'r' acall kirim_data acall delay mov a,#'a' acall kirim_data acall delay mov a,#'n' acall kirim_data acall delay mov a,#' ' acall kirim_data acall delay mov a,#'g' acall kirim_data acall delay mov a,#'a' acall kirim_data acall delay mov a,#'s' acall kirim_data acall delay ret data_penampil: mov a,#0ch acall data_scan mov a,#06h acall data_scan mov a,#83h acall data_scan ret data_penampil2: mov a,#0ch acall data_scan mov a,#06h acall data_scan mov a,#80h acall data_scan ret
data_penampil3: mov a,#0ch acall data_scan mov a,#06h acall data_scan mov a,#83h acall data_scan ret data_scan: mov p3,A clr rs clr rw setb en acall delay clr en acall delay ret kirim_data: mov p3,A setb rs clr rw setb en acall delay clr en acall delay ret clear_screen: mov a,#01h acall data_scan ret tunda_5detik: mov r7,#140 td5dtk: mov r6,#100 td5: mov r5,#100 djnz r5,$ djnz r6,td5 djnz r7,td5dtk ret delay: mov r7,#100 dly: mov r6,#200 djnz r6,$ djnz r7,dly ret tadc:
adc:
end
mov r7,#80h mov r6,#50h djnz r6,$ djnz r7,adc ret
START
OFF Alarm
ON Kipas
Tunda 5 detik
OFF Alarm & Kipas
Tampil pesan "POLMED"
Pesan "JULI"
Pesan "KRISTINA" TIDAK
Ambil data ADC YA Ada GAS ???
Matikan Alarm
OFF Kipas
Tampil pesan "AMAN"
ON Kipas
ON Alarm
Tampil pesan "Peringatan"
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
Rangkaian Alat Pendeteksi Kebocoran Gas LPG