1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, yang diyakini menjadi faktor bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia. Kini, pendidikan dibutuhkan untuk menciptakan manusia-manusia yang berkualitas, cerdas dan tanggap terhadap perubahan untuk bisa berinovasi secara terus menerus agar tidak tertinggal oleh Negara lain. Jika demikian, maka peran guru sangatlah penting untuk memberikan keteladanan dan dapat mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa. Selain peran guru, faktor penentu juga ada pada perbaikan kurikulum. Memasuki tahun 2013 pemerintah Indonesia mengadakan pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini dimaksudkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan dan diharapkan dapat menghasilkan generasi yang produktif, kreatif, inovatif, dan aktif. Siswa haruslah aktif mencari materi-materi yang berkaitan dengan mata pelajaran, dan juga harus kreatif dan inisiatif untuk mencari cara belajar agar dapat berinovasi.
2
Kurikulum 2013 menuntut pendidikan sekolah dasar (SD) untuk menggunakan pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran tematik merupakan penggabungan beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema dimana akan disampaikan kepada murid dalam satu rangkaian materi. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang akan dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pembelajaran tematik di SD/MI akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan dan saling berkaitan. Disini siswa Sekolah Dasar dituntut untuk aktif dalam memusatkan perhatian dalam suatu tema tertentu. Tim Pustaka Yustisia dalam Sinaga (2010) Pembelajaran tematik menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang menunjukkan
kaitan
unsur-unsur
konseptual
sehingga
menjadikan
proses
pembelajaran lebih efektif. Sebagai suatu model pembelajaran pada pendidikan di SD, pembelajaran tematik memiliki karakteristik seperti : (1) berpusat pada siswa (student centered); (2) memberikan pengalaman langsung; (3) pembelajaran berlangsung secara terpadu; (4) menyajikan konsep dari berbagai pengetahuan; (5) bersifat fleksibel; dan (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Sekolah Dasar merupakan bentuk pendidikan di jalur formal. Dalam pelaksanaan proses pembelajarannya di SD tidak terlepas dengan aktivitas
3
bermusik, walaupun pada umumnya hanya dengan bernyanyi. Bernyanyi dengan menggunakan lagu akan membuat siswa lebih mudah menangkap bahasa lagu yang berisikan materi ajar guru. Agar aktivitas pembelajaran tematik di SD mencapai tujuannya sesuai dengan kemampuan perkembangan anak, Aktivitas musik seperti menyanyikan subuah lagu sangat efektif, ini dapat membantu merangsang kepekaan dan pemahaman anak melalui bahasa lagu yang diberikan dimana lagu menyesuaikan tema pelajaran. Namun lagu-lagu edukatif yang menunjang pembelajaran jumlahnya masih terbatas, Maka kemampuan dan kreativitas guru dalam menentukan model lagu yang sesuai dengan isi materi harus dimiliki. Menyiapkan siswa yang kreatif, inovatif, dan mempunyai kepekaan tinggi dalam memahami materi dalam pembelajaran tematik, seorang guru harus memiliki ide yang kreatif dalam proses pembelajaran agar bisa tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Aktivitas musik di sekolah dapat mengembangakan keterampilan siswa dalam menguasai bahasa yang dimulai sejak usia dini, bernyanyi adalah salah satu kreativitas musik. Bernyanyi dengan menggunakan lagu-lagu yang dikenal siswa, dan melibatkan musik dalam pelajaran-pelajaran lain akan sangat membantu siswa memahami beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dengan satu tema. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SD Sekaran 02, juga mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajarannya tidak bisa terlepas dari penggunaan lagu yang disampaikan oleh guru, hal ini sangat berpengaruh terhadap penangkapan materi oleh siswa melalui lagu. Dengan keterbatasan lagu edukatif yang sangat minim, guru berusaha mencari model lagu yang sesuai bahkan
4
terkadang dengan menggubah lirik lagu yang sudah ada untuk menyesuaikan materi ajar yang akan disampaikan. kemampuan guru yang terbatas karena guru bukan dari bidang seni musik, menjadi kendala dalam membuat atau mencari pembendaharaan lagu yang dituntut untuk sesuai dengan materi ajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran yang didalamnya terkait dengan penggunaan lagu yang tepat. Kreativitas dapat dilakukan dengan dua macam yaitu kegiatan improvisasi dan kegiatan komposisi. Dalam kegiatan improvisasi, ini berkaitan dengan spontanitas dalam membuat suatu lagu. Guru sebenarnya harus siap siaga membuat sebuah lagu secara spontan yang mendorong siswa agar paham dengan pengalaman yang terjadi di kegiatan pembelajaran. Missal dengan membentuk sebuah syair Tanya jawab kepada siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang efektif. Improvisasi disini juga dapat berkaitan dengan pengubahan lirik lagu yang sudah ada untuk diubah menjadi lirik yang sesuai dengan tema. Keterbatasan pembendaharaan lagu edukatif yang terbatas menuntut guru mampu melakukan kegiatan komposisi. Kegiatan komposisi adalah pengalaman membuat lagu dengan perencanaan dan penyusunan unsur-unsur musik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan jangka waktu yang lama sebelum pembelajaran dilakukan sesuai dengan kreativitas dan inspirasi guru. Ini dapat berguna untuk siswa dalam memahami materi ajar dengan menggunakan lagu digunakan sebagai pembendaharaan lagu untuk guru sendiri.
serta dapat
5
Berkaitan dengan pembelajaran tematik diatas, dilihat dari pembendaharaan lagu edukatif untuk SD masih terbatas, penelitian mengenai kreativitas guru akan berfokus kepada upaya guru dalam memberikan lagu lagu yang berkaitan dengan tema materi pelajaran dimana menyangkut kreativitas guru dalam berkreasi memberi lagu agar siswa dapat lebih paham tentang konsep dari berbagai pengetahuan, sehingga peneliti mengambil judul “Kreativitas Guru dalam Menggunakan Lagu-lagu untuk Memasukkan Materi Ajar Pembelajaran Tematik di SD Negeri Sekaran 02 Semarang”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kreativitas guru dalam menggunakan lagu-lagu untuk menyampaikan materi ajar pada pembelajaran tematik di SD Negeri 02 Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas yang menjadi penulis kemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kreativitas guru dalam menggunakan lagu-lagu untuk menyampaikan materi ajar pada pembelajaran tematik di SD N Sekaran 02 Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif bagi dua aspek penting baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
6
1.4.1 Manfaat Teoritis Kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi berupa pengetahuan mengenai kreativitas guru dalam menggunakan lagu-lagu untuk menyampaikan materi ajar pada pembelajaran tematik di sekolah dasar untuk kemudian dikaji kembali baik oleh peneliti lain maupun pembaca. 1.4.2 Manfaat Praktis Berdasarkan manfaat teoritis, penelitian ini memiliki maanfaat praktis yang dapat di kaji kembali bagi : 1.4.2.1 Siswa, dapat memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dengan menggunakan lagu-lagu 1.4.2.2 Guru, sebagai acuan guru untuk membantu siswa membantu pemahaman materi ajar menggunakan model lagu agar tujuan pembelajaran tercapai 1.4.2.3 Sekolah, Menjadi masukan bagi sekolah untuk menentukan kebijakan, terutama bagi pengembangan kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan seni musik. 1.5 Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini adalah kerangka awal penyususan penelitian sehingga peneliti dapat menyusun tahap demi tahap sesuai dengan kerangka yang dipersiapkan. Adapun susunannya sebagai berikut.
1.5.1 Bagian awal skripsi berisi tentang:
7
Sampul berjudul, lembar berlogo, judul dalam, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, sari penelitian, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. 1.5.2 Bagian isi terdiri dari: 1.5.2.1 BAB I PENDAHULUAN Bab I terdiri dari latar belakang yang berisi alasan dilakukannya penelitian, rumusan masalah berupa pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan hasil penelitian, tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian dan sistematika skripsi. 1.5.2.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS Bab II terdiri dari tinjauan pustaka atau penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dan dijadikan sebagai referensi. Selanjutnya landasan teoretis berisi teori atau konsep yang dijadikan sebagai dasar atau kacamata dalam penelitian dan yang terakhir adalah kerangka berpikir yang menggambarkan pola hubungan logis antar variabel dalam pemecahan masalah yang diteliti. 1.5.2.3 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, Desain penelitian, lokasi penelitian yang dilakukan, sasaran kajian dalam penelitian, teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan studi kasus dokumen, teknik keabsahan data yang dilakukan dengan triangulasi sumber dan teknik serta teknik analisis data dengan mengumpulkan, mereduksi, menyajikan dan membuat simpulan. 1.5.2.4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8
Bab IV berisi gambaran umum mengenai lokasi atau tempat penelitian dan paparan hasil serta pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. 1.5.2.5 BAB V PENUTUP Bab V berisi simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang diberikan peneliti untuk meningkatkan objek yang diteliti 1.5.3 Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS Bab ini akan diuraikan mengenai kajian pustaka, landasan teoretis, dan kerangka berpikir sebagai berikut. 2.1 Kajian Pustaka Penulisan skripsi ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan satu sama lain, penelitian tersebut antara lain akan dibahas sebagai berikut. Penelitian yag membahas tentang penggunaan lagu dalam pembelajaran yaitu Prasetiaji (2007) dalam skripsi berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Tematik melalui lagu anak-anak di Taman Kanak-kanak Kabupaten Pemalang”.. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik di TK Pertiwi Pemalang. Hasil dari penelitian skripsi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran tematik di TK Pertiwi mengacu pada Standar Kompetensi TK dan RA sesuai Kurikulum 2004, Pemanfaatan media musik dilakukan baik dari pemanfaatan media komposisi musik yang berupa pengembangan lagu anak-anak maupun pemanfaatan perangkat sound system. Persamaan penelitian Prasetiaji dengan penelitian ini adalah mengamati tentang proses pembelajaran tematik dengan menggunakan lagu. Perbedaannya adalah pada penggunaan lagu, dimana penelitian ini menggunakan lagu-lagu umum, tidak hanya lagu anak-anak saja.
10
Penelitian terkait dengan lagu dalam pembelajaran selanjutnya yaitu ditulis oleh Widhianawati (2011) dalam jurnal yang berjudul Pembelajaran gerak dan lagu dalam meningkatkan kecerdasan musical dan kecerdasan kinestetik anak usia dini yang membahas tentang pengaruh gerak dan lagu sebagai media peningkatan kecerdasan anak usia dini. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah: (1) pembelajaran gerak dan lagu dapat meningkatkan kecerdasan musical, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan anak yang senang bermain alat musik, senang bersenandung dan bernyanyi, mudah mengenal dan menghapal lagu dan peka terhadap suara-suara bunyi-bunyian disekitar; (2) pembelajaran gerak dan lagu dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan anak pada koordinasi tubuh anak, kelincahan, kekuatan dan keseimbangan, koordinasi pada mata dengan tangan dan kaki; (3) hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Gerak dan lagu sangat berdampak positif dalam meningkatkan kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik pada anak Kelompok Bermain Mandiri SKB Sumedang; (4) terdapat peningkatan yang signifikan dalam kecerdasan musikal pada anak yang memperoleh pembelajaran gerak dan lagu; (5) Terdapat peningkatan yang signifikan dalam kecerdasan kinestetik pada anak yang memperoleh pembelajaran gerak dan lagu. Persamaan dengan peneliian yang akan dilakukan adalah meneliti tentang penggunaan lagu. Perbedaannya adalah tujuannya dimana penelitian ini berfokus pada focus siswa dan pemahaman siswa melalui lagu yang digunakan.
11
Penelitian lain yang membahas penggunaan lagu dalam pembelajaran yaitu penelitian Syahrul Syah Sinaga (2010) dalam jurnal yang berjudul Pemanfaatan dan Pengembangan lagu anak-anak dalam pembelajaran tematik pendidikan anak usia dini/TK yang membahas upaya guru dalam pemanfataan lagu sebagai media pembelajaran. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena mendeskripsikan
pemanfaatan
dan
pengembangan
lagu
anak-anak
dalam
pembelajaran tematik oleh guru. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan lagu dalam pembelajaran memudahkan anak dalam materi pembelajaran dan menjadikan proses dalam pembelajaran berlangsung dalam situasi yang lebih menyenangkan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilaksankan yaitu memanfaatkan lagu untuk pembelajaran tematik. Perbedaannya ada dilokasi penelitian dan jenjang pendidikannya. Penelitian lain yaitu dari Udi Utomo (2015) dalam jurnal Harmonia yang berjudul “Forms, Development and The Application of Music Media in The Kindergartens: A Comparative Study of Two Kindergartens”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, hasil penelitian ini menunjukan bahwa lagu anak-anak digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal menyanyi, Guru kelas atau siswa menggunakan tepukan tangan dalam kegiatan awal dan untuk mendukung kegiatan bernyanyi dan menggunakan alat musik sebagai media pembelajaran. Persamaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah pengunaan lagu dalam pembelajaran, perbedaannya adalah penelitian Udi Utomo menggunakan lagu anak dan alat musik.
12
Penelitian diatas merupakan penelitian yang membahas tentang penggunaan lagu dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran didalamnya dibutuhkan kreativitas guru dalam pelaksanaannya. Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kreativitas guru dalam pembelajaran. Penelitian selanjutnya yaitu membahas kreativitas guru dalam pembelajaran yaitu dalam artikel Qiroatul Hasanah (2013) yang berjudul pengaruh persepsi siswa tentang kreativitas guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran ekonomi di MAS. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena bertujan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan variabel bebas persepsi siswa tentang kreativitas guru (X) terhadap variabel terikat motivasi belajar (Y). hasil penelitian ini adalah: (1) dilihat dari angket, persepsi siswa tentang kreativitas guru dalam pembelajaran ekonomi dikategorikan tinggi; (2) dilihat dari angket, Siswa MAS Raudhatul Ulum Meranti Kecamatan Sungai Ambawang memiliki motivasi belajar tinggi , hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden dalam menjawab pernyataan yang berkaitan dengan motivasi belajar yang menunjukkan responden memiliki motivasi belajar dalam kegiatan proses belajar mengajar; (3) terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang kreativitas guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X di MAS Raudhatul Ulum Meranti Kecamatan Sungai Ambawang. Berdasarkan t hitung sebesar 2,171 menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). persamaan dari penelitian Qiroatul
Hasanah
adalah
meneliti
kreativitas
guru
dalam
pembelajaran.
13
Perbedaannya adalah bahwa penelitian ini adalah penggunaan lagu untu sekolah dasar sedangkan Qiroatul Hasanah pembelajaran ekonomi. Penelitian lain yang membahas kreativitas mengajar guru adalah jurnal AlTa’dib dari La Hadisi, Wa Ode Astina, dan Wampika (2017) yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap Daya Serap Siswa di SMK Negeri 3 Kendari”. Penelitiian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) kreativitas mengajar guru SMK Negeri 3 Kendari dikategorikan sedang dengan kategori sangat tinggi 6%, kategori tinggi 14%, kategori sedang 72%, kategori rendah 8%, kategori sangat rendah 0%; (2) daya serap siswa di SMK Negeri 3 Kendari pada mata pelajaran pendidikan agama Islam berada dalam kategori sedang dengan presentase 68% yang dipengaruhi dari kreativitas mengajar guru. Persamaan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti
kreativitas
guru
dalam
pembelajaran.
Berbedaannya
di
lokasi
penelitiannya. Penelitian selanjutnya yang membahas kreativitas dalam pembelajaran adalah jurnal Thinking skills and Creativity yang berjdul “Creative Learning Environments In Education—A Systematic Literature Review” yang ditulis oleh Dan Davies, Diyya Jindal Snap, Chris Collier dkk (2013). Penelitian ini mengunakan metode kualtitatif. Persamaan dalam penelitian ini adalah kreativitas dalam lingkungan belajar disekolah. Perbedaannya adalah pada pendekatan dalam pembelajarannya, penelitian ini menggunkan pendekatan ‘suka bermain’, hubungan hormat guru dan
14
siswa, kegiatan di luar sekolah/bermain. Sedangkan peneliti meneliti kreatifitas dalam lingkungan belajar yang menggunakan pendekatan musik yaitu lagu-lagu. Sitopu (2005) dalam skripsi yang berudul “Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Seni Musik Di TK Pertiwi 34 Patemon Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk mengetahui kreativitas guru dalam pembelajaran seni musik di TK Pertiwi 34 Patemon kecamatan gunung pati kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru disekolah tersebut cukup kreatif, guru dapat membuat lagu sendiri, mengubah syair dengan menggunakan lagu yang sudah ada, dan dapat mengajarkan pola pola ritmis kepada siswa. Persamaan penelitian Riyanto dengan penelitian ini adalah meneliti kreativitas guru dalam pembelajaran dengan melihat penggunaan lagunya di pelajaran seni musik. Perbedaannya bahwa penelitian ini meneliti dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Penelitian selanjutnya yang ditulis oleh Linggasari (2017) dalam Jurnal Musik yang berjudul “Kreativitas dalam Pembelajaran Musik di Taman Kanak-kanak (TK) Kemala Bhayangkari 62 Boyolali”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan Pembelajaran Musik di Taman Kanak-kanak Bhayangkari 62 Boyolali didasarkan tiga hal yaitu: pendorong, proses, dan produk yang mana ketiganya menerapkan metode-metode pembelajaran guru, yang berdasar pada pengalaman guru saat mengajar. Perbedaan pada penelitian ini adalah peneliti meneliti kreativitas pada pembelajaran musik.
15
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dari Udi Utomo (2004) dalam jurnal harmonia yang berjudul “Pembelajaran Musik di Taman Kanak-Kanak”. Penelitian ini menggunakan penedekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa di TK Isriyati pemanfaatan media musik oleh guru kelas berbentuk komposisi musik dan perlengkapan elektronik, sedangkan alat musik baru digunakan oleh guru ekstrakurikuler. Pegembangan media musik oleh guru mencakup memodifikasi syair lagu, mencipta lagu dan memanfaatkan perlengkapan elektronik dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan di TK Negeri Pembina Semarang Pemanfaatan media musik oleh guru kelas juga mencakup pemanfaatan media musik yang berbentuk komposisi musik, alat musik dan perlengkapan elektronik. Sedangkan pengembanggan media musik yang dilakukan oleh guru antara lain meliputi memodifikasi syair lagu, mencipta lagu sederhana, memanfaatkan alat musik ritmik dan bernyanyi, serta memanfaatkan perlenkapan elektronik dalam kegiatan pembelajaran. Persamaan dalam penelitian ini adalah pengembangan media musik seperti memodifikasi syair lagu, dan bernyanyi menggunakan ritmik. Perbedaannya dalam penelitian ini tidak ada pengembangan dalam media elektronik dan alat musik. Penelitian lain yaitu dari jurnal Thingking Skills and Creativity yang ditulis oleh Roza Sydykovaa, Laura Kakimovab, Bolat Ospanova, Aizhan Tobagabylovaa, Ulbolsyn Kuletovaa (2018) yang berjudul “A Conceptual Approach to Developing the Creativity of a Music Teacher in Modern Educational Conditions”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Persamaan dengan penelitian
16
yang dilakukan peneliti adalah kreativitas dalam pembelajaran. Perbedaannya adalah penelitian jurnal mengenai pembelajaran musik dan guru merupakan guru professional musik, sedangkan peneliti meneliti pembelajaran tematik melalui musik yaitu lagu-lagu dan guru merupakan guru biasa bukan dari professional musik. Penelitian selanjutnya yaitu dari jurnal harmonia yang berjudul “Pembelajaran Musik Kreatif Pada Anak Usia Dini yang di tulis oleh Yosep (2004). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Perbedaan dari penelitian ini ada terdapat pada pembelajarannya, penelitian ini meneliti kreatifitas pada pembelajaran musik, dan peneliti akan meneliti kreatifitas pada pembelajaran tematik. Sedangkan persamaannya adalah peneliti menggunakan pendekatan musik dan aktivitas yang dilakukan siswa sama yaitu dengan menyanyi. 2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1 Belajar Menurut Barto dalam Siregar dan Nara (2014: 4) menegemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya intersksi antara invidu dengan individu sehingga lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Gage Berlinger dalam Siregar dan Nara (2014) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Menurut Spears belajar adalah mencoba sesuatu pada diri sendiri melalui kegiatan mengamati, membaca, meniru, mendengar, dan mengikuti aturan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk diri sendiri untuk melakukan perubahan tingkah laku melalui kegiatan
17
mengamati, membaca, meniru, mendengar dan mengikuti aturan sebagai suatu pengalaman yang akan dilakukan pada diri sendiri. Terdapat
aspek-aspek
belajar
diantaranya;
(1)
bertambahnya
jumlah
pengetahuan; (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi; (3) ada penerapan pengetahuan;
(4) menyampaikan
makna;
(5)
menafsirkan dan
mengkaitkannya dengan realitas (6) adanya perubahan sebagai pribadi. Siregar dan Nara menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yag menghasilkan perubahan yang relative konstan. Siregar dan Nara (2014: 60) menjelaskan bahwa ada kecenderungan umum manusia ingin belajar, diantaranya; (1) dorongan rasa ingin tahu; (2)keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (3) untuk memenuhi kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri; (4) melakukan pnyempurnaan dari apa yang sudah diketahui; (5) agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan; (6) untuk mengembangkan potensi diri; (7) untuk mencapai cita-cita; (8) untuk mengisi waktu luang. 2.2.2 Pengertian Mengajar Ahmadi dalam Sitopu (2015: 12) mengajar adalah aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk kemajuan proses perkembangan jiwa dan sikap pribadi pada umumnya. Menurut Alvin dalam Sitopu (2015) mengajar adalah usaha guru untuk membimbing siswa mengembangkan skill-attitude, idea, appreciation, dan knowledge.
18
Mengajar dan mendidik adalah tugas guru untuk membawa siswa ke perubahan yang lebih baik dari sei pengetahun dan sikap yang dimiliki siswa sebelumnya. Guru harus memberikan motivasi terhadap siswa melalui pemberian tuntunan-tuntunan sikap yang baik dan contoh yang akan ditiru oleh siswa sebagai proses belajar. 2.2.3 Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa terlepas dari proses belajar manusia. Pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Baik melalui sekolah maupun luar sekolah. Menurut Winkle dalam Siregar dan Nara (2015:12) disimpulkan bahwa pembelajaran adalah tindakan yang mendukung proses belajar siswa yang memperhitungkan pengalaman-pengalaman siswa yang dikaitkan dengan kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Miarso dalam Siregar dan Nara (2015:12) mengungkapkan pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya terkendali. Ernest dalam Siregar dan Nara (2015:4) mengungkapkan belajar sebagai suatu proses kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Belajar adalah sebuah komplek yang didalamnya terkandung beberapa aspek diantaranya (1) bertambahnya jumlah pengetahuan; (2) adanya kemampuan mengingat; (3) ada penerapan pengetahuan; (4) menyimpulkan makna; (5) menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas; (6) adanya perubahan sebagai pribadi. Siregar dan Nara (2015:5) menyimpulkan bahwa ciri pembelajaran sebagai berikut (1)merupakan upaya sadar dan disengaja: (2) pembelajaran harus membuat
19
siswa belajar: (3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan: (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. 2.2.3.1 Tahap Pembelajaran Didalam pembelajaran, terdapat rangkaian kegiatan yang mendukung aktivitas pengajar dan peserta didik untuk membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dini
Rosdtiati
(2014:103) bahwa
ada beberapa
kegiatan
Pembelajaran, diantaranya: 1. Pembukaan Motivasi dan fokus siswa sangat penting dalam proses pembelajaran. pendahuluan menjadi kegiatan awal dalam suatu pembelajaran yang sangat berpengaruh untuk fokus siswa, guru dituntut untuk bisa membuat suasana didalam kelas dapat menimbulkan perhatian siswa agar terpacu pada pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan atau yang biasa disebut apersepsi. Menurut Utomo (2014:15) “prinsip teknis penggunaan keterampilan membuka pelajaran ada 5, diantarnya (1) Singkat, padat, dan jelas; (2) tidak diulang-ulang atau terbelit-belit; (3) menggunakan bahasa yang mudah digunakan siswa; (4) Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya; (5) mengikat perhatian anak.”
20
2. Inti Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik harus berpartisipasi aktif dan harus diberi ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandiriannya sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta perkembangan psikologis melaui kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, dan menyenangkan. Dalam bagian inti dalam pembelajaran yang dilakukan guru adalah menyampaikan dan menjelaskan isi materi kepada peserta didik dalam memahami sebab akibat, memahami prinsip, atau membuat sebuah analoogi. Penjelasan sangat penting untuk murid dalam menangkap isi materi yang ada di buku ajar. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan menjelaskan dimana materi dituturkan secara lisan dengan runtut hingga siswa paham mengenai isi materi pelajaran yang disampaikan. Menurut Utomo dkk (2014:21) berpendapat bahwa ditinjau dari isi materi yang disampaikan guru kepada siswa makna menjelaskan dapat dibedakan antara lain 1. Menyampaikan Informasi Diartikan sebagai pemberitahuan dengan menyatakan bahwa ‘ini adalah begini’. Jadi isi yang disampaikan tidak menunjuk hubungan tertentu, misalnya antara sebabakibat atau antara definisi dengan kenyataan. 2. Menerangkan Isi yang disampaikan menunjukan ‘apa’ dan ‘bagaimana’ sesungguhnya sesuatu itu. Jadi dalam hal ini isi bersifat pengertian atau istilah. 3. Menjelaskan
21
Penjelasan adalah informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis yang menunjukan bagaimana dua hal atau lebih berhubungan satu sama lain atau saling pengaruh mempengaruhi. 4. Memberi Motivasi Diartikan sebagai memberi dorongan, menimbulkan minat, perhatian dan kemauan siswa terhadap mata pelajaran. 5. Menjelaskan Pendapat Pribadi Mengenai suatu kejadian atau keadaan, guru dapat mengajukan pandangan pribadinya. 6. Penutup Menutup pelajaran adalah kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran. Kegiatan guru dalam penutup adalah dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran supaya siswa dapat paham secara utuh. Menurut
Rosdiani
(2014,110)
dalam
kegiatan
penutup
guru
harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (1) bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan pembelajaran: (2) melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan: (3) memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran: (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok sesuai hasil belajar siswa: (5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. 2.2.3.2 Komponen Pembelajaran
22
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran mengacu pada komponenkomponen yang saling berkaitan. Menurut Utomo (2014:5) mengatakan bahwa komponen-komponen dalam pembelajaran antara lain (1) guru; (2) peserta didik; (3) tujuan; (4) bahan pelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) metode; (7) alat; (8) sumber belajar; (9) evaluasi. 1. Guru Guru merupakan faktor terpenting dalam pembelajaran. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan mengarahkan siswa pada cara belajar yang tepat adalah tugas guru. Dalam proses pembelajaran guru bertindak sebagai pendidik, mengarahkan, dan menilai belajar siswa. Tujuan pemeblajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesui dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik. 2. Peserta Didik Dalam komponen pembelajajaran, peserta didik merupakan sasaran pendidik untuk diarahkan dalam arah pemahaman materi ajar. Peserta didik mengembangkan potensi kemampuannya melalui kegiatan belajar dibantu oleh guru. 3. Tujuan Menurut Udi Utomo (2014) mengatakan “tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran” 4. Bahan Pelajaran
23
Menurut Suharsini dalam udi utomo (2014) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar berisi tentang isi materi aja dari mata pelajaran yang tersusun secara sistematis sesuai dengan kurikulum yang akan disampaikan kepada peserta didik oleh guru dengan cara menjelaskan dan mengarahkan agar peserta didik mempunyai pemahaman dan rasa ingin tahu yang tinggi. 5. Kegiatan Pembelajaran Dalam proses pembelajan, dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang saling berkaitan. Kegiata pembelajaran memungkinkan guru dan peserta didik saling berinteraksi melalui materi ajar yang disampaikan. 6. Metode Komponen ini berkaitan langsung dengan guru, menentukan metode dalam proses pembelajaran mempengarhi berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung. Menurut utomo (2014) “metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan” Berikut adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 13). 1) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Metode ini merupakan cara belajar dan mengajar yang menekankan pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai metode yang paling ekonomis dalam menyampaikan
24
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur yang sesuai dengan jangkauan kepahaman siswa. 2) Metode tanya jawab Metode tanya jawab merupakan metode perihal bertanya, permintaan, atau sesuatu yang ditanyakan. Pertanyaan merupakan pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berfikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menjawab pertanyaan denga tepat dan memuaskan. Sebuah pertanyaan dapat berupa lisan atau tertulis. Untuk pertanyaan dan jawaban yang tertulis bersifat lebih formal daripada lisan yang berlangsung cepat. 3) Metode Diskusi Diskusi merupakan bentuk tukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini merupakan interaksi antara siswa dan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, dan atau memperdebatkna topik atau permasalahan tertentu. 4) Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah bahwa siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai kelompok tersendiri, atau dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tuhuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. Keberhasilan suatu kelompok menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu.
25
5) Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat merangsang siswa untuk aktif belajar, baik individula maupun kelompok. 6) Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesautu, Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dibanding metode lainnya. Guru mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelassuatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. 7) Metode Simulasi Simulasi merupakan metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan sesuangguhnya. Simulasi diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu. 8) Metode Inkuiri Mrode ini merupakan metode yang relatif baru. Metode inkuiri adalah pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmihan pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatif dalam memecahkan masalah. Peranan guru hanya sebagai fasilitator saja.
26
9) Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Adalah metode mengajar dengan mendemostrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peran menekankan kenyataan dimana para siswa diikutsertakna dalamk permainan peran dalam mendemostrasikan masalah masalah sosial. 10) Metode Problem Solving Metode pemecahan masalah bukan hanya sekadar metode mengajar, melainkan metode berfikir. Dalam metode ini dapat menggunakan metode-meteode lainnya yang dimulai dari mencari data sampia menarik kesimpulan. 11) Metode Sistem Regu Adalah metode pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang yang artinya metode ini menyajikan bahan pelajaran yang dilakukan bersama oleh dua atau lebih orang kepada kelompok siswa untuk tujuan pengajaran. 12) Metode Latihan (Drill) Meotde ini biasanya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. 13) Metode Karyawisata Karyawisata dalam metode berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa mengunjungi obyek yang akan dipelajari.
27
7. Alat Dalam
proses
pembelajaran
alat
adalah
sesuatu
yang
menunjang
pembelajaran. Menurut Udi Utomo “alat dibedakan menjadi dua yaitu verbal dan non verbal. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan. Sedangkan nonverbal berupa globe, peta, papan tulis dan lain-lain” 8. Sumber Belajar Menurut Utomo “sumber pembelajaran adalah segal sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan dimana bahan pembelajaran bisa diperoleh. 9. Evaluasi Evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran tersebut berhasil atau tidak. Guru dapat melakukan evaluasi sebagai tolak ukur untuk memperbaiki strategi yang digunakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi bisa berupa ujian atau penilaian peserta didik terhadap hasil belajar yang diperoleh 7.2.1.3.Prinsip Pembelajaran Sukamto dalam Sugandi (2004: 10) menjelaskan bahwa prinsip belajar menurut teori belajar, teori tingkah laku dan prinsip-prinsip pengajaran dalam penerapannya akan menyatu menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. 1) Prinsip Pembelajaran Bersumber Teori Behavioristik Pembelajaran dapat berjalan dengan proses yang baik apabila peserta didik secara aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, materi dalam
28
pelaksanaan kegiatan pembelajaran disusun secara sistematis dan logis dan tiap respon peserta didik diberikan balikan serta penguatan (Hartley dan Davies dalam Sugandi 2004: 10) 2) Prinsip Pembelajaran Bersumber dari Teori Kognitif Menurut Reilley dan Lewis dalam Sugandi (2004: 10) menyimpulkan adanya 8 prinsip pembelajaran yang lebih bermakna apabila (1) menekankan akan makna dan pemahaman, (2) materi tidak hanya mempelajari proses pengulangan namun proses transfer juga perlu, (3) menekankan pola hubungan seperti bahan dan arti dengan bahan yang sudah diketahui dengan struktur kognitif, (4) menekankan prinsip pembelajaran prinsip dan konsep, (5) menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif, (6) obyek pembelajaran yang apa adanya dalam bentuk eksperimen, (7) menekankan bahasa sebagai dasar pemikiran dan komunikasi, (8) perlu adanya pemanfaatan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna. 3) Prinsip Pembelajaran dari Teori Humanisme Teori ini adalah teori yang bertujuan memanusiakan manusia. Peserta didik yang berhasil dalam belajar, apabila dapat mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan maka pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip yang apling penting. 4) Prinsip Pembelajaran dalam Rangka Pencapaian Ranah Tujuan Ranah tujuan dibedakan menjadi 3, yaitu ranah kognitif, akfektif dan psikomotorik. Dalam pencapaiannya memerlukan prinsip pembelajaran yang berbeda-beda terutama prinsip yang mengatur prosedur dan pembelajaran itu sendiri. 5) Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme
29
Belajar merupakan proses aktif peserta didik dalam mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fiksi dan proses dalam belajar tersebut akan terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. 6) Prinsip Pembelajaran Bersumber dari Azas Mengajar Dalam pembelajaran, keberhasilan mengajar tidak hanya diukur dari partisipasi aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar serta hasil yang dicapai, namun perlu adanya tingkah laku guru sebagai organisator proses belajar-mengajar agar lebih berhasil yang
menimbulan azas-azas mengajar. Mandigers dalam Sugandi
(2004: 12) menjelaskan bahwa terdapat prinsip-prinsip yang dikenal dengan azas-azas didaktik yang terdiri dari prinsip aktivtias mental, menarik perhatian, penyesuaian perkembangan anak, appersepsi, peragaan, aktivitas motoris, dan aktivitas motivasi. Selengkapnya sebagai berikut. 1. Prinsip Aktivitas Mental Belajar merupakan aktivitas mental. Tidak hanya mendengar dan mencamkan, namun lebih menyeluruh baik aspek kognitif, afektif dan psimotorik. 2. Prinsip Menarik Perhatian Hasil belajar akan lebih meningkat bila peserta didik memperhatikan dan konsentrasi terhadap bahan yang akan dipelajari. Pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih maksimal dan tidak mudah lupa. 3. Prinsip Penyesuaian Perkembangan Anak Bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak akan lebih menarik perhatian anak (john Amos Comenius)
30
4. Prinsip Appersepsi Prinsip ini memberikan petunjuk bahwa seorang guru yang akan mengajar hendaknya mengkaitkan materi dengan apa yang sudah diketahui oleh peserta didik. 5. Prinsip Peragaan Dengan adanya alat peraga, proses pembelajaran akan menghasilkan hasil belajar yang lebih jelas dan tidak mudah lupa. 6. Prinsip Aktivitas Motoris Belajar hendaknya menghasilakn aktivitas motoris seperti menulis, menggambar, melakukan percobaan, mengerjakan tugas latihan. Dengan demikian hasil belajar akan menimbulkan kesan yang lebih mendalam. 7. Prinsip Motivasi Motivasi adalah dorngan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang mampu memnuhi kebutuhannya. Semakin kuat motivasi dalam belajar semakin optimal peserta didik melakukan aktivitas belajar. Dalam mengaplikasikan prinsip ini, guru dapat menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak, pengalaman anak dan memilih beberapa metode yang sesuai dengan kebutuhan anak. Prinsip-prinsip diatas dalam pelaksanaanya hendaknya dilakukan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah apabila anak mau dan mampu belajar secara intensif dan optimal sehingga menimbulkan tingkah laku yang permanen
31
2.2.4 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan diwakili satu pokok bahasan atau tema. Pembelajaran tematik diangkat dengan pengalaman-pengalaman siswa dalam satu rangkaian kejadian yang dialami siswa dalam beberapa aspek kehidupan untuk memperoleh hasil belajar yang optimal (Abd. Kadir dan Hanun Asrohan, 2014). Menurut Joni dalam Kadir dan Hanun (2014) mengatakan pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Subroto dalam Kadir dan Hanun (2014) mengatakan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berisi suatu pokok bahasan yang dikaitkan dengan pokok bahasan atau tema yang lain didalam satu bidang maupun lebih dan dengan pengalaman peserta didik. Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengusung satu bahasan pokok atau tema yang dikaitkan dengan bahasan pokok lain dan pengalaman siswa baik dalam satu bidang maupun lebih agar siswa aktif mencari konsep permasalahan pembelajaran untuk pemahamannya sendiri. 2.2.4.1 Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Kadir dan Asrohah (2014: 22) karakteristik pembelajaran tematik adalah sebagai berikut (1) anak didik sebagai pusat pembelajaran; (2) memberi pengalaman langsung; (3) menghilangkan batas pemisah antar mata pelajaran; (4)
32
fleksibel; (5) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik; (6) menggunakan prinsip pakem (pembelajaran aktif, inovatif, dan menyenangkan); (7) holistic; (8) bermakna 1. Anak didik sebagai pusat pembelajaran, dimana guru sebagai fasilitator yang memberikan arah dan tujuan kepada peserta didik sesuai dengan ptensi minat dan bakat peserta didik. Guru harus memberikan kemudahan kepada pemahaman siswa untuk melakuakn aktivitas belajar. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dimana guru menjadikan peserta didik sebagai subjek belajar. 2. Memberi pengalaman langsung melalui proses pembelajaran dimulai dari persiapan, proses sampai produknya, anak didik harus dihadapkan dengan lingkungan yang nyata yaitu lingkungan peserta didik sendiri. 3. Menghilangkan batas pemisah antara mata pelajaran. Sesuai
dengan
pembelajaran tematik itu sendiri dimana beberapa mata pelajaran disajikan dengan satu tema, maka pemisah antara mata pelajaran tidak jelas, dalam arti bahwa satu tema ditinjau dari perspektif masin-masing mata pelajaran dalam satu tema tersebut. 4. Fleksibel. Dalam hal ini guru harus mampu berimprovisasi menyajikan materi pelajaran dalam memilih strategi dan metode pembelajaran, mengingat pembelajaran tematik dilakukan dengan menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dialami oleh peserta didik dengan sesuatu yang baru yang harus dimiliki oleh peserta didik.
33
5. Hasil pembelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Dalam pembelajaran tematik guru harus menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik lewat dorongan yang diberikan agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 6. Menggunakan prinsip PAKEM (pembelajaran katif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Untuk mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran tematik harus melibatkan peserta didik yang aktif dengan Susana kelas yang menyenangkan agar tidak membosankan, hal ini dapat memunculkan motivasi siswa untuk belajar. 7. Holistik. Dalam pembelajaran tematik dilakukan dengan menyajikan satu unit atau tema yang dipandang dari berbagai sudut perspektif masing-masing mata pelajaran untuk memahami suatu gejala yang terjadi, hal ini sangat baik untuk peserta didik dalam menyikapi setiap kejadian yang terjadi. 8. Bermakna. Pembelajaran akan bermakna apabila ada kegunaan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Hanun dan Asrohah (2014: 24) kebermaknaan pembelajaran itu ditunjukkan dengan terbentuknya jalinan antar konsep yang saling berhubungan antara pengetahuan dengan pengalaman peserta didik yang dialami.
34
2.2.5 Kreativitas 2.2.5.1 Deskripsi Kreativitas Munandar (2014: 25) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang baru dengan gagasan –gagasan baru melalui kemampuan diri sendiri untuk memecahkan suatu masalah dan melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Menurut Torrance dalam Munandar (2014: 27) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah, menilai dan menguji dugaan, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, menilai dan menguji dugaan hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasil. Kreativitas dapat terbentuk dengan bagaimana mengamati kekurangan dari suatu masalah yang menjadikan sebuah pemikiran muncul dengan menciptakan sesuatu yang baru untuk melengkapi atau mengatasi kekurangan masalah tersebut. Suryana dalam Hediyati (2011) menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang”. Kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau mengkombinasikan dengan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang menarik (La Hadisi dkk 2017:148). Menurut Jamalus (1988: 87) Kreativitas dalam musik ada dua macam kegiatan, yaitu kegiatan improvisasi dan kegiatan komposisi. Kegiatan improvisasi adalah pengalaman pembuatan lagu secara langsung atau spontan. Sedangkan kegiatasn
35
komposisi adalah pengalaman membuat lagu dengan perencanaan dan penyusunan unsur-unsur musik. 1. Kegiatan Improvisasi Yang dapat dilakukan guru dalam improvisasi: a. Menciptakan pola-pola irama yang menarik b. Membuat lirik lagu dengan bentuk bertanya yang menarik siswa agar memiliki ambisi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan melalui melodi lagu. 2. Kegiatan Komposisi Yang dapat dilakukan dalam komposisi: a. Memilih teks atau syair lagu yang baik sesuai tema yang sudah dikenal siswa ataupun karya guru sendiri b. Memilih melodi yang mudah dinyanyikan siswa atau dapat membuat melodi sendiri yang tentunya mudah dinyanyikan oleh siswa c. Memilih tempo lagu yang tidak cepat agar siswa tidak sulit untuk menyanyikan sekaligus memahami Maslow dalam Yesi Budiarti (2015: 67) mengatakan bahwa sumber kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkn potensi, dorongan berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Stenberg dalam journal Herwin Yogo Wicaksono (2009) mengatakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang baru dan tepat guna. Selain itu, kreativitas merupakan suatu hal yang penting baik ditinjau dari aspek individual maupun sosial, dan dapat
36
dimunculkan dengan mempelajari karya cipta yang sudah ada sebelumnya, untuk kemudian diperbaharui sehingga menghasilkan karya cipta baru. 2.2.5.2 Kriteria Kreativitas Menurut Rodhes dalam Munandar (1999) menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas sebagai “Four P’s of Creativity: Person, process, press, product”. Keempat ini saling berkaitan: Pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif. Kreativitas dalam dimensi pribadi berfokus pada individu yang kreatif, kreativitas dalam dimensi process berfokus pada cara berpikir untuk menghasilkan ide-ide untuk kreatif, kreativitas dalam dimensi press berfokus pada dorongan baik dari dorongan internal diri sendiri maupun dorongan eksternal yaitu lingkungan untuk menciptakan hal baru terhadap suatu masalah untuk kreatif, kreativitas dalam dimensi product berfokus pada apa yang dihasilkan baik hasil baru maupun gabungan sesuatu yang sudah yang menekankan orisinilitas. Pendapat lain mengenai kriteria kreativitas menurut Amabile dalam Supriyadi (1996: 13) menyebutkan bahwa kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu proses, person, dan produk. Kemudain Torrance dalam Munandar (1999) menambahkan satu dimensi yaitu Press (dorongan). Proses kreativitas berhubungan dengan keempat P tersebut yang dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, lingkungan yang bagaimanakah yang memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatifi.
37
2.2.5.2.1 Dimensi Proses Rothenberg dalam Supriyadi (1996: 13) mengatakan bahwa proses kreatif adalah berfikir jenius dimana tipe ini berpikir dengan melihat dimensi yang berbeda menjadi pemikiran yang baru. Menurut Ghisselin, Romprl, dan Taylor dalam Supriyadi (1996) mengatakan bahwa “proses kreatif lebih ditempatkan sebagai salah satu aspek dari orang kreatif, bukan kriteria yang berdiri sendiri”. 2.2.5.2.2 Dimensi Person Menurut Amabile dalam Supriyadi (1996) mengatakan bahwa pengertian person identic dengan kepribdian kreatif. Kepribadian kreatif menurut Guilfprd memiliki ciri-ciri kognitif (yaitu bakat) dan dimensi non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas temperamental). Ciri pribadi kreatif berbeda dengan pribadi yang tidak kreatif. 2.2.5.2.3 Dimensi Produk Menurut Supriyadi (1996: 14) mengatakan bahwa produk kreatif merujuk pada karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini adalah sebagai paling eksplisit dalam menentukan kreativitas seseorang. Kriteria yang didasarkan pada
dimensi
produk
dapat
dipercaya,
menurut
Brandt
produk
kreatif
menggambarkan penampiilan actual seseorang dalam produk kreatif. 2.2.5.3 Ciri-Ciri Kreativitas Guidfort dalam jurnal Ali Mahmudi (2008: 39) “Kreativitas mempunyai 4 komponen yaitu yaitu kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).” Dapat disimpulkan dari komponen diatas
38
bahwa kelancaran berfokus pada kemudahan individu untuk membuat ide-ide atau gagasan baru mengenai produk kreativitas. Fleksibilitas mengacu pada keluwesan berpikir sesorang mengenai cara berpikir inovatif dalam berkreativitas. Fleksibilitas dapat dilihat dari kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yyang bervariasi. Keaslian berfokus pada kemampuan berfikir seseorang yang tidak biasa. Elaborasi berfokus pada penjelasan terhadap produk kreativitas yang dibuat dan diberikan. Boden et al dalam Matlin (2003) yang ditulis dalam jurnal Ali Mahmudi (2008) menambahkan satu komponen yaitu kebermanfatan (useful) yang disimpulkan bahwa komponen useful berfokus pada bermanfaat atau tidaknya suatu produk kreativitas. Dikatakan kreatif apabila produk tersebut bermanfaat Dalam Sitopu (2015: 8) ciri-ciri kreativitas ada dua yaitu aptitude dan non aptitude. Aptitude adalah ciri yang berhungan dengan proses berfikir. Sedangkan non aptitude adalah ciri krativitas yang berhubungan dengan sikap dan perasaan. Dalam sitopu (2015) ciri aptitude terdapat lima sifat yaitu; (1) berfikir lancar (Fluency) adalah kemampuan untuk dapat banyak ide; (2) berpikir luwes (Fleksibilitas) adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban dari sudut pandang yang berbeda; (3) berpikir original, adalah kemampuan untuk membuat ungkapan yang baru dan kombinasi yang tidak lazim; (4) keterampilan merinci (Elaborasi), adalah kemampuan untuk mengembangkan gagasan sehingga menjadi menarik; (5) keterampilan menilai, kemampuan untuk meninjau suatu persoalan dari sudut perspektif yang berbeda.
39
Ciri non aptitude diantaranya: (1) rasa ingin tahu, yaitu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu; (2) bersifat imaginatif, yaitu kemampuan untuk membayangakan sesuatu yang belum pernah terjadi; (3) tertantang oleh kemajemukan, yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah sendiri; (4) berani mengambil resiko, kemampuan memberikan jawaban meskipun belum benar; (5) sifat menghargai, menghargai bimbingan dalam hidup. 2.2.6 Kreativitas Guru Kreativitas guru menentukan pendidikan yang berkualitas dengan menemukan ide-ide baru bagi pemecahan suatu masalah yang berkaitan dengan tingkah laku dari peserta didik dan ilmu pengetahuan (Meier dalam La hadisi dkk 2017:147). Lebih lanjut Yamin dalam La Hadisi (2017: 155) mengatakan bahwa kreativitas mengajar guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan materi secara sistematis dari yang mudah kepada yang sulit, mengorganisasikan kelas, menyiapkan media pembelajaran dan menyiapkan metode yang bervariasi. Menurut Sadirman dalam La Hadisi dkk (2017) Guru bertindak sebagai fasilitator yang menciptakan pembelajaran efektif dengan mengembangkan bahan pelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyimak materi pelajaran dengan baik agar bisa mengetahui tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Dalam La Hadisi ciri-ciri guru kreatif adalah: (1) kreatif dan menyukai tantangan; (2) menghargai karya anak; (3) motivator; (4) evaluator.
40
1. Kreatif dan menyukai tantangan. Berdasarkan ciri ini, guru harus mempunyai sifat yang kreatif, yang artinya tidak hanya mengacu pada program yang sudah ada, namun mampu membuat pembaharuan dan memperkaya aktivitas pembelajarannya sehingga dapat mengembangkan potensi pada diri anak dan memahami karakter dan krativitas anak. 2. Menghargai karya anak. Dengan guru mempunyai sifat ini, menjadikan anak kreatif dalam mengerjakan tugas-tugasnya secara mandiri. 3. Motivator. Guru harus menimbulkan rasa ingin tahu sehinga peserta didik terdorong untuk semangat belajar. 4. Evaluator. Dalam hal ini, guru sebagai penilai segi intelektual dan tingkah laku peserta didik dengan cara berinteraksi secara terus menerus dengan siswa. Untuk selanjutnya pekerjaan siswa dikembalikan dengan catatan baik maupun kurang baik untuk dijadikan perbaikan siswa. Dengan melakukan penilaian tersebut, guru dapat mengetahui sejauh mana kreativitas pembelajaran yang dilakuakan. Ada beberapa syarat untuk menjadi guru yang kreatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar (1985: 67) dalam La Hadisi yaitu : 1.
Profesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar
secara individual dan
kelompok, disamping secara klasikal, mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan model penelitian.
41
2.
Memiliki kepribadian, antara lain : bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
3.
Menjalin hubungan sosial, antara lain : suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat dengan sengala keresahannya dan memahami anak tersebut, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain.
2.2.7 Teori Musik Menurut Reed Sidnell dalam Utomo (2016:18) “Musik adalah suatu cabang seni berbentuk suara yang didalamnya terkandung unsur ritme, melodi, harmoni, serta timbre.” Ritme dalam musik adalah suatu podasar gerakan melodi, melodi adalah suatu rangkaian dari beberapa nada, harmoni adalah keselarasan bunyi, dan timbre adalah karakter bunyi. Menurut Suharto (1990 : 2), bahwa musik adalah bunyi yang sengaja dibuat manusia untuk mengungkapkan ide dari akal budi dan perasaan batinnya. Jadi kicau burung di dahan atau percik air di pematang sawah bukan termasuk karya seni, walaupun terdengar indah hingga mampu membangkitkan dan menumbuhkan rasa seni bagi yang mendengarkannya. Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa musik dapat menyampaikan maksud atau pesan kepada seseorang untuk tujuan tertentu, contoh dengan membuat lagu untuk meyampaikan pesan tertentu.
42
Musik merupakan seni bunyi yang berbentuk lagu yang mengungkapkan perasaan penciptanya yang dibuat dengan menggunakan unsur-unsur musik. (Jamalus, 1988:1 dalam Utomo, 2016:18). Menurut Mack dalam Utomo (2016:19) mengatakan bahwa “Menurut bentuknya, musik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni musik vocal, instrumental, dan musik campuran. Musik vocal adlah musik yang dinyanyikan dengan suara manusia. Musik instrumental adalah karya musik yang dimainkan dengan alat musik. sedangkan musik campuran adalah perpaduan bentuk musik vocal dan bentuk musik instrument”. 2.2.7.1 Media Musik Media musik berhubungan dengan musik karena dapat dijadikan sebagai sumber belajar, merangsang pikiran, dan perasaan sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran yang efisien. 2.2.7.2 Komposisi Musik Menurut Safrina dalam Utomo (2016: 57) mengatakan “bentuk komposisi musik sebagai suatu hasil karya contohnya bisa berbentuk lagu 9misalnya lagu anak-anak), bentuk sonata, bentuk simfoni, dan lain-lain”. Jamalus (1988) mengatakan sebuah model lagu, yakni lagu yang sengaja dipilih oleh guru mengandung unsur musikal yang berupa pesan yang akan disampaikan kepada siswa. 2.2.7.3 Alat Musik Alat musik adalah segala seuatu yang berfungsi sebagai penghasil suara. Menurut Utomo mengatakan bahwa karakteristik suatu instrument ada padda jenis suara yang dihasilkan
43
2.2.7.4 Perlengkapan Elektronik Perlengkapan elektronik antara lain seperti, tape, televise, kaset rekaman musik, VCD musik, LD musik, MP3, sound system, dimana beberapa alat tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mendengarkan atau menyaksikan sajian musik dalam proses pembelajaran. 2.2.7.5 Pengembangan Melodi dalam Kalimat Ritmis dalam Musik Pengembangan melodi dalam kalimat ritmis dapat digunakan sebagai cara untuk berkeasi musik. Proses pengembangan melodi dapat dilakukan dengan cara: (1) Menyusun kalimat ritmis dalam bentuk A (a, a’) atau A (a, x) dan Menyusun melodi sesuai dengan kalimat ritmis yang ada; (2) mengevaluasi melodi yang telah dibuat berdasarkan kalimat ritmis. 2.2.7.5.1 Menyusun Kalimat Ritmis dalam Bentuk A (a, a’) atau A (a,x) dan Menyusun Melodi Lagu Sesuai Kalimat Ritmis Utomo mengatakan bahwa kalimat ritmis terdiri dari satu kalimat Tanya (birama 1 sampai 4) dan satu kalimat jawab (birama 5 sampai 8). Kalimat Tanya dijawab dengan kalimat ritmis yang berbeda. Setelah menyusun ritmis selanjutnya dapat dibuat melodi sesuai kreativitas yang dapat dijangkau oleh siswa. 2.2.7.5.2 Mengevaluasi Melodi yang Telah dibuat Berdasar Kalimat Ritmis Menurut Utomo (2016) evaluasi melodi berdasar kalimat ritmis dapat dilakukan dengan mencipta syair lagu, menentukan chord lagu, menentukan judul lagu, memberikan contoh aplikasi lagu.
44
2.3 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahamanpemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Disini peneliti ingin menjelaskan tentang kerangka berfikir pada penelitian yang berjudul “Kreativitas Guru Menggunakan Lagu-lagu dalam Pembelajaran Tematik di SD Negeri Sekaran 02 Semarang”.
Pembelajaran
Pembelajaran Tematik
Karakteristik Tematik
Kreativitas Guru memberi lagu
Memasukkan Materi ajar
Membangunn Suasana
45
Bagan kerangka bepikir di atas telah menunjukan bagaimana alur pemikiran peneliti. Peneliti mengawali pemikiran karena sesuai dengan pembelajaran temtik dimana beberapa mata pelajaran dijadikan satu dalam satu tema, selain itu karakteristk pembelajaran tematik yang harus dikemas dengan menyenangkan dengan memasukkan kegiatan bermusik seperti pemberian lagu yang diadaaptasikan dengan tema. Bagan juga menunjukan bagaimana kerangka berfikir penelitii tentang kreativitas guru dalam menggunakan lagu-lagu untuk memasukkan materi ajar tematik dan sebagai kepentingan pembelajaran yaitu membangun suasana kelas agar siswa kembali bisa fokus untuk menerima materi yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran tematik di SD.
46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menyajikan data dengan menggunakan kalimat-kalimat berupa teks naratif. Hal ini mempunyai arti bahwa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara manggambarkan atau menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan suatu keadaan atau status fenomena (Rahman, 1993: 1). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam hal ini objek penelitiannya adalah mendiskripsikan penggunaan lagu untuk Sekolah Dasar dengan kreativitas guru dalam pembelajaran tematik. 3.2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Arikunto (2014: 185) mengemukakan bahwa penelitian kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kreativitas guru menggunakan lagu dalam pembelajaran tematik di SD N Sekaran 02 Semarang.
47
3.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Sekaran 02 Semarang yang beralamat di Jalan Taman Siswa No. 33, Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunung Pati
Kota
Semarang Jawa Tengah. Alasan memilih lokasi ini karena peneliti merasa tertarik dengan guru kelas menggunakan lagu-lagu dalam pembelajaran tematik untuk menyampaikan materi ajar dan kepentingan pembelajaran yaitu untuk membangun suasana kelas mengembalikan fokus siswa untuk menerima pelajaran. Untuk itu, peneliti mengadakan penelitian di lokasi tersebut agar mendapatkan informasi yang mendalam tentang kreativitas guru menggunakan lagu-lagu dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Sekaran 02 Semarang. 3.4. Sasaran Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan, sasaran penelitian ini adalah kreativitas guru menggunakan lagu-lagu dalam pembelajaran tematik kelas I dan V SD Negeri Sekaran 02 Semarang. Alasan memilih kelas I dan V karena dalam pembelajaran tematik, guru selalu menggunakan lagu-lagu untuk kepentingan pembelajaran baik untuk memasukkan materi ajar maupun membangun suasana kelas dan kelas tersebut merupakan rekomendasi dari guru kelas I dan V, peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa guru kelas I dan V menggunakan lagu untuk pembelajaran tematik.
48
3.5. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: 3.5.1. Teknik Observasi .Observasi
adalah
kegiatan
pengamatan
atau
observasi
yang
dapat
diklasifikasikan atas pengamatan pengamatan secara cermat dilapangan terhadap objek penelitian. Marshal dalam sugiyono (2014:64) menyatakan bahwa “melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Marshall dalam sugiyono (2016) menyimpulkan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Sanafiah Faisal dalam sugiyono (2016) mengklafisikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terangterangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observassi yang tak berstruktur (unstructured observation). Peneliti akan melakukan observasi partisipatif karena
penelitian langsung
tentang kreativitas guru dalam penggunaan lagu dan proses pembelajaran tematik di lokasi penelitian. Jadi, peneliti akan menulis fakta yang ada dilapangan tanpa rekayasa dengan mengamati apa yang dilakukan guru dan peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan sehingga keabsahan data benar-benar terjamin dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
49
3.5.2. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara peneliti yang ingin mengetahui hal-hal yang lebih dalam dengan reponden sebagai sumber informasi. (Sugiyono, 2016: 137). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2016: 138) adalah: (1) bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri; (2) bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya; (3) bahwa interpretaasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. 3.5.2.1.Macam-macam wawancara 1. Wawancara terstruktur Menurut sugiyono (2016:138) merupakan teknik yang digunakan sebagai pengumpulan data dengan menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang jawabannya pun telah disiapkan. 2. Wawancara tidak terstruktur Menurut sugiyono (2016) mengatakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menyiapkan pedoman wawancara secara lengkap hanya menyiapkan garis besar permasalahan. Dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode wawancara digunakan karena jika hanya melalui observasi saja, dirasa belum memadai untuk memperoleh data yang dibutuhkan sehingga perlu adanya teknik lain untuk melengkapi. Melalui wawancara
50
akan diperoleh data yang lebih spesifik dan akurat atau khusus sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik penelitian wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa yang masing-masing personil memiliki peranan yang berbeda. 3.5.3. Teknik Dokumentasi/Studi Dokumen Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Arikunto, 2010:274). Data berupa profil sekolah Dasar Negeri 02 Sekaran dan guru selaku pengajar. Ini penting karena sebagai sarana penunjang penelitian dan hal-hal yang perlu dilampirkan sebagai pendukung keabsahan data yang telah peneliti lakukan. Teknik ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data sekunder guna melengkapi data yang belum diperoleh melalui teknik observasi dan wawancara. Kemudian hasil dokumentasi ini disusun sedemikian rupa menjadi data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer hasil wawancara dan pengamatan 3.6. Teknik Keabsahan Data Sebagai usaha untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Sugiyono (2016:270) mengemukakan 4 kriteria keabsahan data kualitatif yaitu (1) derajat kepercayaan (credibility), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (dependability) dan (4) kepastian (konfirmability) Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dapat digunakan peneliti dalam kriteria derajat kepercayaan dari data kualitatif
adalah triangulasi. Menurut William
51
Wiersma dalam sugiyono (2016) mengatakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Peneliti menggunakan teknik triangulasi teknik dan triangulasi waktu. 3.6.1. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan pengujian kredibilitas yang berbeda tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang paling benar.
Observasi Partisipatif Sumber Data
Wawancara Terstruktur
Sama
OBSERVASI
Dokumentasi PARTISIPATIF
Bagan Triangulasi teknik pengumpulan data (dalam sugiyono, 2014:84)
52
3.6.2. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber, data dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari sumber data tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk membandingkan data wawancara dari sumber yang berbeda yaitu guru, siswa, dan kepala sekolah
Guru
Wawancara Mendalam
Siswa
Kepala Sekolah
Bagan triangulasi sumber pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data Guru, Siwa, Kepala Sekolah) (Dalam Sugiyono, 2014:84) 3.7.
Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2016:245) mengatakan bahwa “analisis data pada penelitian
kualiatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan”. Dalam hal ini Nasution dalam sugiyono (2016) mengatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan, sebelum
53
terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam kenyataannya analisis data berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis sebelum dilapangan dan analisis data dilapangan. Analisis sebelum dilapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan focus penelitian. Sedangkan dalam penelitian data dilapangan peneliti menggunakan model Miles dan huberman dalam sugiyono (2016) yang mengatakan bahwa “aktivitas dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai tuntas”. Analisis kualitatif dilakukan peneliti pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono 2016:246). Maka peneliti akan melakukan wawancara secara terus menerus ketika ditemukan data yang kurang memuaskan sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang kredibel. 3.7.1. Reduksi Data Sugiyono (2016:247) menyatakan bahwa “Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Dalam hal ini penelitiakan menyeleksi data agar menemukan gambaran yang jelas, serta untuk mempermudah peneliti dalam mencari data selanjutnya.
54
3.7.2. Penyajian Data Dalam sugiyono (2016:249) mengatakan “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”. Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengatakan yang paling sering digunakan dalam penlitian kualitatif adalah penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, bisa memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 3.7.3. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang masih belum jelas sehingga diteliti menjadi jelas.
55
Data Collection (Pengumpulan Data)
Data Display (Penyajian Data)
Data Reduction (Reduksi Data)
Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)
Bagan komponen dalam analisis data (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2016:247)
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan Krrativitas guru dalam menggunkan lagu untuk memasukkan materi ajar tematik dan membangun suasana kelas di SD Negeri Sekaran 02 Semarang yang terdiri dari (1) gambaran umum; (2) Kreativitas guru menggunkan lagu dalam pembelajaran tematik. 4.1. Gambaran Umum Gambaran umum menjelaskan tentang hal-hal mengenai lokasi penelitian yaitu letak geografis SD Negeri Sekaran 02 Semarang, visi dan misi sekolah, tenaga pengajar,karyawan, dan siswa, serta sarana dan prasarana berikut. 4.1.1. Letak Geografis SD N Sekaran 02 Semarang terletak di Jalan Taman Siswa No. 33, Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunung Pati
Kota Semarang Jawa Tengah. Posisinya
menghadap ke Timur jalan raya. Letak SD Negeri Sekaran 02 Semarang tergolong strategis karena berada di Area Gunung Pati dan mudah dijangkau oleh masyarakat Gunung Pati Kota Semarang. Jenis sekolah ini adalah Pelayanan Standar Minimal (PSM) dimana Gedung SD Negeri Sekaran 02 Semarang terdiri atas beberapa bangunan yang tentunya memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda. Kepemilikan tanah merupakan hak pemerintah, dengan luas tanah keseluruhan ialah 2946 m2.
57
Bangunan di SD Negeri 02 Sekaran adalah bangunan berlantai satu dengan posisi saling berdekatan mengelilingi lapangan utama. Bangunan kelas tidak bersampingan urut dari kelas I sampai VI melainkan berdiri acak. Bangunan SD Negeri Sekaran 02 Sekaran terdiri dari enam kelas yang berhalaman luas didalamnya yang disamping Kantor guru terdapat Gazebo untuk tempat membaca, didalam SD tersebut juga terdapat TK Sekar Melati yang bersebelahan langsung dengan Perpustakaan. Jenis bangunan yang mengelilingi SD Negeri Sekaran 02 pada umumnya dikelilingi oleh pertokoan,dan warung makan. Di sebelah timur sekolah berbatasan dengan SD Gemah 02 dan 03 serta TK PGRI 36. Di sebelah utara sekolah berbatasan dengan SD Negeri Sekaran 01. Sebelah selatan berbatasan dengan pertokoan dan swalayan. disekitar sekolah terdapat banyak tempat makan dan tempat berbelanja. Pada awalnya sekaran hanya memiliki SD Negeri Sekaran. Lalu pada tahun berdiri SD Impress yang kemudian pada 08 Januari 1976 berdirilah SD Negeri Sekaran 02 Semarang dengan beberapa kali pergantian Kepala Sekolah yang pada saat ini dikepala Sekolahi oleh Ibu Ngatini,M.pd. Prestasi yang pernah diraih oleh SD Negeri Sekaran 02 Semarang sebagai berikut : (1) Juara 1 Rebana Klasik se Kota Semarang tahun 2018; (2) Juara 1 Rebana Mapsi 2017; (3) Juara 1 Lomba Adzan Mapsi 2017; (4) Juara 3 Lomba Tilawah Mapsi 2017.
58
Gambar 4.1 Gambar tampak luar SD Negeri Sekaran 02 Semarang (Gambar :Azimah, Maret 2017)
4.1.2.Visi dan Misi Sekolah Seperti sekolah-sekolah yang lain, SMP Negeri 9 Semarag juga memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah yang akan di jelaskan sebagai berikut. 4.1.2.1.Visi Sekolah Visi merupakan impian atau harapan cita-cita yang ingin dicapai oleh warga sekolah. Visi SD Negeri Sekaran 02 Semarang adalah “Menjadikan Peserta didik yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dengan membekali siswa ilmu agama”. 4.1.2.2.Misi Sekolah Misi sekolah merupakan upaya/tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah untuk mewujudkan visi sekolah. Misi SD Negeri 02 Sekaran yaitu sebagai berikut.
59
(1) Menyiapkan siswa yang selalu bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dengan
membekali siswa ilmu agama (2) Membekali siswa ilmu pengetahuan untuk bisa berkemban sesuai budaya bangsa
Indonesia (3) Melatih siswa agar bisa meraih nilai dan berprestasi sesuai yang diharapkan (4) Mempersiapkan siswa untuk selalu melakukan pembiasaan berbuat yang benar (5) Membekali siswa dengan melatih berbagai keterampilan agar dapat terampil dan
berkarya (6) Membiasakan siswa berbuat baik, disiplin sesuai dengan agama masing-masing
4.1.3. Tenaga Pengajar, Karyawan, dan siswa SD Negeri Sekaran 02 memilki tenaga pengajar dan karyawan, dan siswa yang akan dijelaskan sebagai berikut. 4.1.3.1.Tenaga Pengajar SD Negeri Sekaran 02 Semarang memiliki 11 tenaga pengejar. Adapun rinciannya sebagai berikut. No
Nama
Jabatan
1.
Ngatini,M.Pd
Kepala Sekolah
2.
Drs. Ruswanto,M.Si
Pengawas SD
3.
Rustanto,S.H
Komite Sekolah
4.
Siti Rosidah,S.PdI
Guru PAI
5.
Galih Suci Patama, M.Pd
Guru Kelas VI
6.
Maftuhin,S.Pd
Guru Kelas V
7.
Siti Barokah,S.Pd
Guru Kelas IV
60
8.
Ani Aryanti,S.Pd
Guru Kelas II
9.
Muntaan,S.Pd
Guru Kelas III
10. Mursiyati 11. Prihatiningsih,A.Ma
Guru Kelas I Guru PJOK
. Tabel 4.1 Tenaga Pengajar SD Negeri Sekaran 02 Semarang. (Dokumen :Azimah, Maret 2018) Pada data yang terdapat pada table diatas menunjukkan bahwa ada satu Kepala Sekolah, satu Pengawas Sekolah, sartu Komite Sekolah, satu Guru Olahraga (PJOK), satu Guru Pendidikan Agama Islam, dan enam Guru Kelas. 4.1.3.2.Karyawan Selain tenaga pengajar, SD Negeri Sekaran 02 Semarang memiliki karyawan untuk membantu mengurus administrasi sekolah. Adapun rinciannya sebagai berikut No
Nama
Jabatan
1.
Ahmad Mutohar
Petugas Keamanan
2.
Astuti Dwi Setyawati
Tenaga Administrasi Sekolah
Tabel 4.2 KaryawanSD Negeri Sekaran 02 Semarang. (Dokumen :Azimah, Maret 2017) Selain mempunyai Tenaga pengajar, SD Negeri Sekaran 02 Semarang juga mempunyai satu Petugas keamanan Sekolah yang bertugas untuk
menjaga
lingkungan sekolah dan satu tenaga administrasi sekolah yang bertugas untuk kepentingan adinistrasi dan pengelola data-data sekolah yang ada.
61
4.1.3.3. Siswa Pada tahun pelajaran 2017/2018 jumlah siswa di SD Negeri Sekaran 02 Semarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Peserta Didik Laki-Laki Perempuan Jumlah peserta didik seluruhnya
Jumlah 75 75 150
Tabel 4.3 Jumlah SiswaSD Negeri Sekaran 02 Semarang. (Dokumen :Azimah, Maret 2018) Dari data table diatas terdapat enam kelas dimana perempuan berjumlah 75 dan lakilaki berjumlah 75. 4.1.4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana diperlukan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung agar proses pelajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. SD Negeri Sekaran 02 Semarang memiliki sarana untuk kegiatan pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, penghapus, kapur, buku presensi, buku-buku pelajaran, perlengkapan kegiatan peraga pendidikan, dan peralatan alat-alat olahraga dan kesenian seperti rebana. SD Negeri Sekaran 02 Semarang selain meiliki sarana yang menunjang proses pembelajaran juga memiliki prasarana berupa satu ruang kepala sekolah, satu ruang perkantoran, satu kantor guru dan tata usaha, enam ruang kelas untuk menunjang
62
proses belajar mengajar, satu ruang perpustakaan, satu ruang UKS, satu ruang koperasi, empat ruang kamar mandi siswa, satu amar mandi guru, serta lapangan utama yang dapat digunakan untuk upacara bendera, olahraga dan parkir kendaraan.
Gambar 4.2 Gedung ruang kelas SD Negeri Sekarn 02 Semarang. (Gambar :Azimah,Maret 2018)
4.1.5. Pembelajaran Tematik di SD Negeri Sekaran 02 Pada tahun ajaran 2017/2018 SD Negeri Sekaran 02 Semarang menggunakan pembelajaran tematik yang digunakan untuk kelas I, II, IV, dan V. Di samping itu ada materi lain diluar tematik, yaitu mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Rohani (Penjasorkes), Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Agama Islam. Setiap kelas yaitu kelas I, II, IV, V di SD Negeri 02 Sekaran mendapatkan beberapa tema
63
yang setiap tema diselesaikan dalam waktu 7-10 pertemuan selama satu semester dimana setiap pertemuannya berlangsung selama 3 jam. Dari sejumlah tematik lagu yang ada, SD Negeri 02 Sekaran untuk kelas I mampu menyampaikan sebanyak 8 tema, meliputi : (1) tema Diriku; (2) tema Kegemarankuku; (3) tema Kegiatanku; (4) tema Keluargaku; (5) tema Pengalamanku; (6) tema Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri; (7) tema Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku; (8) tema Peristiwa Alam. Kemudian untuk kelas II menyampaikan 8 tema, meliputi : (1) tema Hidup Rukun; (2) tema Bermain dilingkunganku; (3) tema Tugasku sehari-hari; (4) tema Hidup Bersih dan Sehat; (5) tema Aku dan Sekolahku; (6) tema Air, Bumi, dan Matahri; (7)
tema Merawat Hewan dan Tumbuhan’ (8) tema Keselamatan di
Rumah dan di Perjalanan. Kelas IV mendapatkan menyampaikan 6 tema : (1) tema Indahnya Kebersamaan; (2) tema Selalu Berhemat Energi; (3) tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup; (4) tema Berbagai Pekerjaan; (5) tema Pahlawanku; (6) tema Indahnya Negeriku. Kelas terakhir yang melakukan pembelajaran tematik yaitu kelas V yang menyampaikan 9 tema meliputi: (1) tema Organ Gerak Hewan dan Manusia; (2) tema Udara Bersih Bagi Kesehatan; (3) tema Makanan Sehat; (4) tema Sehat itu Penting; (5) tema Ekosistem; (6) tema Panas dan Perpindahannya; (7) tema Peristiwa dalam Kehidupan; (8) tema Lingkungan Sahabat Kita; (9) tema Bendabenda di Sekitar Kita.
64
4.2. Kreativitas Guru dalam Menggunakan Lagu-lagu dalam Menyampaikan Materi Ajar pada Pembelajaran Tematik di SD Negeri Sekaran 02 Seemarang Peneliti telah mengumpulkan data yang berkaitan tentang rumusan masalah yang peneliti angkat tentang bagaimana kreativitas guru dalam menggunakan lagu dalam pembelajaran tematik. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil kelas I dan V, karena pada saat observasi guru kelas I dan kelas V memang biasa menggunakan lagu untuk memasukkan materi ajar dan membangun suasana kelas dan fokus siswa Pada bagian ini akan diuraikan tentang penggunaan lagu-lagu untuk menyampaikan materi ajar pada pembelajaran tematik yang terdapat dalam proses pembelajaran tematik. 4.1.1 Proses Pembelajaran Tematik kelas 1 SD Negeri 02 Sekaran 4.1.1.1 Pengamatan ke-1 Pada pengamatan ke-1, guru mengajarkan tema 5 yaitu pengalamanku dengan beberapa lagu anak-anak yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, Dalam pelaksanaannya guru menyampaikan kepada siswa melalui kegiatan yang terpadu dengan menambahkan musik sebagai salah satu komponennya. Sebagai sebuah proses, aktifitas bermusik seperi bernyanyi, merupakan aktifitas pembelajaran di Sekolah Dasar yang bertujuan untuk pembentukan perilaku, khususnya melalui pesan-pesan syair lagunya, dan pengembangan kemampuan dasar, bahasa, daya pikir, dan jasmani.
65
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dalam penngamatan 1 yang dilakukan pada saat pembelajaran tematik guru melakukan proses pembelajaran dari pembuka sampai penutup dengan menggunakan lagu-lagu yang bisa digunakan dalam penyampaian materi ajar tematik.Pengamatan pertama ini akan diuraikan kegiatan pembelajaran sebagai berikut. a. Kegiatan Pembuka Dalam pembukaan pembelajaran, guru harus bisa menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Sebagaimana dikatakan Rosdtiati (2014:103) dalam bukunya bahwa guru dituntut untuk bisa membuat suasana didalam kelas dapat menimbulkan perhatian siswa agar terpacu pada pelajaran yang akan disampaikan. Sebelum proses pembelajaran dimulai. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin do’a terlebih dahulu. Semua siswa berdoa secara bersama-sama dengan khikmad. Setelah melakukan doa bersama, guru mengkondisikan kelas dengan memberikan model lagu yel-yel yang berisi Penanaman Pendidikan Karakter (PPK) yang digunakan agar siswa bisa menanamkan poin-poin karakter yang ada didalam yel-yel tersebut serta untuk memunculkan fokus siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Agar menambah semangat siswa, guru menyampaikan yel-yel tersebut tidak hanya dengan bernyanyi saja, namun guru juga memberikan gerak dan tepuk tangan sebagai ritmisnya. Guru mengulangi kegiatan tersebut berulangulang sampai siswa fokus pada pelajaran yang akan disampaikan guru. Dan siswa
66
antusias mengikuti bernyanyi dan aktif menggerakan tangan yang dicontohkan guru. Yel-yel tersebut sebgai berikut: Tepuk PPK Prok prok prok Religius Prok prok prok Nasionalis Prok prok prok Religius Prok prok prok Gotong Royong Prok prok prok Integritas “yel-yel “Tepuk PPK” itu dibuat oleh beberapa teman guru namun gerak dan tepuk tangan itu saya sendiri yang membuat saya dengan kemampuan dan pengalaman saya”. Seperti halnya yang dikatakan Munandar (2014:25) kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang baru dengan gagasan –gagasan baru melalui kemampuan diri sendiri untuk memecahkan suatu masalah dan melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Siswa kelas I sangat antusias mengikuti guru dalam ber yel-yel dan mengikuti gerak yang dicontokan guru dalam pembelajaran. Suasana kelas yang rame menjadi kondusif setelah guru memberikan yel-yel. Berpijak dari teoori Munandar, guru kreatif dengan menciptakan gerakan tangan melalui yel-yel dengan kemampuan sendiri. Setelah guru memberikan yel-yel yang dipraktikan dengan bernyanyi dan gerakan tangan, siswa memperhatikan guru dan timbul semangat mengikuti pelajaran. Dengan demikian guru telah melakukan kegiatan yang memunculkan perhatian siswa dalam pembuka pelajaran sebagaimana dikatakan Rosdtiati (2014:103) dalam bukunya bahwa guru dituntut untuk bisa membuat suasana
67
didalam kelas dapat menimbulkan perhatian siswa agar terpacu pada pelajaran yang akan disampaikan.
Gambar 4.3 Guru dan siswa menyanyikan yel-yel pembuka pelajaran Setelah guru memberikan yel-yel, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mengerti arti gotong royong dan mengerti dan menuliskan ungkapan petunjuk, dan mengetahui tempoo cepat dan lambat melalui lagu. b. Kegiatan Inti Bagian inti dalam pembelajaran yang dilakukan guru adalah menyampaikan dan menjelaskan isi materi (Rosdiati, 2014). Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk menuju ke materi yang akan dipelajari dengan metode ceramah. Menurut Mursiyati selaku guru kelas I menggunakan metode ceramah adalah metode yang efektif
karena guru dapat memberikan pengarahan dan motivasi
kepada siswa agar siswa mampu menerima materi yang sedang diajarkan dan siswa dapat menanyakan apa saja yang belum mereka pahami. Metode ini digunakan pada
68
awal pembelajaran. Sebagaimana dikatakan oleh Hardini dan Puspitasari (2012: 13) metode ceramah merupakan metode melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Peneliti akan mendeskripsikan kegiatan inti di kelas I sebagai berikut. Pada saat peneliti melakukan penelitian, guru menjelaskan materi tentang tema “Pengalamanku”. Guru menjelaskan beberapa bentuk pengalaman yang pernah dilakukan oleh siswa, seperti berlibur, bertamasya, memancing, dan berkebun. Kemudian guru mengambil salah satu contoh yang disampaikan oleh siswa yaitu berkebun. Untuk membantu penjelasan, pada pengamatan ke-1 guru menyampaikan lagu anak yang berjudul “Menanam Jagung”. Guru menuliskan lirik lagu yang membuat semua siswa antusias dengan apa yang ditulis guru dipapan tulis. Dengan guru menyampaikan lagu tersebut bertujuan untuk menyampaikan materi tema “pengalamanku” yang didalamnya memberikan beberapa konsep pemahaman diantaranya, pengalaman bergotong royong, pengalaman berkebun, disamping itu guru mengajarkan siswa membaca kalimat ungkapan petunjuk dan menulis, serta mengajak siswa mengetahui tempo cepat dan lambat melalui lagu. Sebagaimana dikatakan Subroto dalam Kadir dan Hanun (2014) pembeajaran tematik adalah pembelajaran yang berisi suatu pokok bahasan yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain didalam satu bidang maupun lebih dan dengan pengalaman siswa. Sepeti pada materi yang diajarkan guru, mengkaitkan satu tema dengan beberpa bahasan dari berbagaii bidang sebagai tujuan pembelajaran.
69
Awalnya, guru meminta siswa untuk membaca terlebih dahulu tanpa nada dan irama, siswa yang kebanyakan sudah mengerti lagu tersebut dengan spontan menyanyi. Lalu guru menegur agar siswa membaca tanpa berirama. Dan siswa membaca lirik lagu tersebut dengan lantang. Guru kreatif dalam menyampaikan materi ajar lewat lagu “Menanam Jagung” dengan mengkaitkannya dengan berbagai pemahan yang akan disampaikan. Lagu dengan lirik sebagai berikut Ayo kawan kita bersama, menanam jagung dikebun kita Ambil Cangkulmu, ambil Pangkurmu Kita bekerja tak jemu-jemu Cangkul cangkul cangkul yang dalam Tanah yang longgar jagung ku tanam Dengan lirik diatas, guru berfikir inovatif dengan mengkaitkan setiap kata dengan pemahaman konsep pengetahuan yang akan disampaikan, seperti kata “kita bersama, menanam jagung” kata ini memberi makna pentingnya bergotong royong bahwa bekerja bersama-sama akan meringankan pekerjaan. Lalu pada “cangkul cangkul cangkul yang dalam” kata ini memberi makna gambaran pengalaman berkebun untuk memunculkan pemahaman dan imajinasi anak mengenai pengalaman sendiri yang merupakan unkapan petunjuk. Sehingga anak paham dengan mampu menjawab pertanyaan yang dibuat guru seperti “mengapa menanam jagungnya bersama-sama?” anak-anak menjawab “agar cepat selesai bu, bergotong royong dengan teman”. Ini menunjukkan anak mengerti pentingnya bergotong royong. Dengan demikian, guru melakukan kegiatan inti sesuai dengan teori Rosdiati bahwa pada inti pelajaran, yang dilakukan guru adalah menyampaikan materi ajar.
70
Dalam hal ini guru menjelaskan materi dengan melalui lagu “menanam jagung”. Kemudian guru menggunakan metode ceramah sebagaimana dikatakan Hardini dan Puspitasari (2012) bahwa metode ceramah adalah penuturan lisan yang dillakukan oleh guru kepada murid, dalam hal ini guru memberi penjelasan mealui syair lagu “menanam jagung”. Berpijak pada guru yang berfikir inovatif dengan mengembangkan syair lagu menjadi sebuah penjelasan beberapa konsep dari mulai bergotong royong hingga memberi ungkapan petunjuk melalui syair lagu seperti yang sudah dideskripsikan diatas, peneliti melihat bahwa guru luwes melakukan kegiatan menjelaskan isi meteri sehingga interaksi antara murid dan guru terlihat baik dan tidak kaku, dengan demikian siswa mampu memperoleh pemahaman materi. Sebagaimana dikatakan oleh Guidfort dalam Park (2004) ciri kreativitas salah satunya adalah keluwesan (Fleksibilitas) dimana seseorang mampu berpikir inovatif dalam berkreativitas. Peneliti juga mendapatkan pernyataan dari guru melalui wawancara sebaga berikut “Didalam lagu tersebut ada kata bersama, jadi itu sudah mengandung makna bergotong royong” Pemahaman materi dengan lagu ini juga dibarengi dengan sebuah gerakan tangan yang dibuat guru, gerakan tangan ini bertujuan untuk mengaktifkan semua siswa untuk lebih antusias dalam memahami materi yang akan disampaikan. sesuai dengan halnya pendapat Rogers dalam U. Munandar bahwa sumber krativitas adalah
kecenderungan
kemampuan organisme.
mengekspresikan
diri
untuk
mengaktifkan
semua
71
Dalam penyampaian lagu “Menanam Jagung”, guru mencoba memperkaya aktivitas pembelajaran dengan memberikan gerakan kepada siswa dalam menyanyikan lagu tersebut, denan gerakan tangan dan kaki siswa ikut bergerak sesuai dengan irama lagu tersebut. Sebagaimana dikatakan La Hadisi dkk (2017) bahwa Guru kreatif mempunyai ciri-ciri yang salah satunya adalah kreatif dan menyukai tantangan yang artinya mampu membuat pembaharuan dan memperkaya aktivitas pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik.
Gambar 4.4 Guru dan siswa menyanyikan lagu “Menanam Jagung” dengan gerakan tangan c. Penutup Evaluasi pembelajaran pada pengamatan 1 yang dilakukan guru adalah dengan menilai siswa seaara individu bernyanyi didepan kelas dengan gerakan yang telah
72
ditentukan dan diajarkan dengan siswa. Siswa menyanyikan lagu tersebut dengan semangat dengan tingkat percaya diri yang berbeda. Sehinga dengan kegiatan seperti ini bisa mengaktifkan semua siswa agar tidak pasif dalam pembelajaran. Dalam praktiknya, siswa menyanyikan didepan kelas dengan kemampuannya sendiri-sendiri agar siswa dapat membedakan tempo cepat dan lambat sesuai tujuan pembelajaran. Guru memberikan tempo berbeda-beda untuk melihat kemampuan anak. Ada gerakan tangan yang gerakannnya kanan dan kiri sesuai dengan tempo lagu, sebagaimana dikatakan oleh Rosdiani (2014) kegiatan penutup guru harus melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa anak melakukannya berbeda. Yang benar adalah tangan itu digerakan ke arah kanan terlebih dahulu, namun ada beberapa anak yang kurang tepat melakukannya. Guru merespon gerakan anak yang kurang tepat dengan senyuman dan tetap membuat anak percaya diri dengan memberi arahan yang benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru itu menghargai pekerjaan siswa. Sebagaimana dikatakan La Hadisi (2017) bahwa “ciri-ciri guru kreatif adalah menghargai karya anak dimana menjadikan anak mengerjakan tugasnya dengan kreatif dan secara mandiri”. Dengan demikian guru mempunyai ciri kreatif seperti yang dikatakan La Hadisi (2017) dengan menghargai kemampuan anak melalui respon yang baik dan senyuman sehingga tidak membuat semangat siswa menjadi berkurang
73
Gambar 4.5 Siswa bernyanyi dengan gerakan tangan sesuai irama lagu “Menanam Jagung” Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya itu saja, namun bagaimana anak bisa menangkap materi dari lagu tersebut dengan memberikan pertanyaan mengenai materi ajar melalui syair lagu agar siswa paham kalimat petunjuk yang merupakan tujuan pembelajaran seperti “apa yang ditanam?” siswa menjawab “Jagung”, lalu guru bertanya kembali “biar cepat selesai, bagaimana menanam jagungnya?” siswa menjawab “dengan bersama sama agar cepat selesai”. Pertanyaan selanjutnya “ dengan mengunakan apa menanam jagung?” siswa menjawab “cangkul dan pangkur”. Selain dengan pertanyaan, guru meminta beberapa siswa untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis sehingga lewat kegiatan ini, guru melatih anak kelas 1 untuk bisa menulis. Sebagaimana dikatakan Rosdiani (2014) dalam penutup pembelajaran, guru harus bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan pelajaran. Dalam hal ini
74
guru melakukannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui syair lagu “menanam jagung” yang sudah dideskripsikan diatas.
Gambar 4.6 Salah satu siswa berlatih menulis jawaban berdasarkan pertanyaan guru melalui lirik lagu yang disampakan
Peneliti melihat pada proses pembelajaran, guru mampu memberikan lagu yaitu lagu “Menanam Jagung” yang merupakan lagu anak-anak, lagu tersebut membuat siswa paham dengan apa yang disampaikan dimana guru membuat pertanyaanpertanyaan-pertanyaan melalui lagu. Terbukti pada saat evaluasi siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan mengikuti penilaian dari guru dengan baik. Jadi lagu anak tidak hanya untuk konsumen masyarakat pendengar, namun juga bisa dijadikan alat belajar dalam proses pembelajaran seperti yang guru lakukan.
75
Sebagaimana dikatakan oleh Guildfort dalam Matlin (2003) ciri kreativitas dalam
seseorang
adalah
kebermanfaatan
(useful),
yaitu
berfokus
pada
bermanfaatnya suatu produk kreativitas. 4.1.1.2 Pengamatan ke-2 a. Kegiatan Pembuka Dalam pengamatan kedua ini, guru memberikan tema 6 yaitu tema “Lingkungan bersih dan Asri”.Pada pengamatan kedua, guru melakukan pembukaan pembelajaran dengan memberi yel-yel seperti pengamatan pertama ysng bertujuan untuk memberi semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Namun yang berbeda dengan pengamatan pertama, guru memberikan motivasi kepada siswa melalui yel-yel. Guru memilih yel-yel yang memberi kesan semangat bahwa peserta didikiknya pasti bisa. Dengan bunyi yel-yel sebagai berikut: Tepuk Semangat Yess..yess.. Aku pasti bisa Dalam hal ini, guru memberikan motivasi agar anak-anaknya percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Setelah membangun fokus siswa melalui yel-yel, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa bisa memahami kalimat pemberitahuan, dan siswa bisa membedakan lagu tempo cepat maupun lambat, serta keras lembutnya suara. b. Kegiatan Inti Pada saat masuk kepada inti pelajaran, guru memberikan materi yaitu sub tema 1 lingkungan rumahku. Dalam memberi materi, guru menggunakan metode
76
Tanya jawab. Sebagaimana dikatakan Hardini dan Puspitasari (2012:13) menambahkan bahwa Metode tanya jawab merupakan metode perihal bertanya, permintaan, atau sesuatu yang ditanyakan. Pertanyaan merupakan pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berfikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menjawab pertanyaan denga tepat dan memuaskan. Dalam penelitian yang sudah dilakukan, guru menggunakan lagu untuk menyampaikan materi ajar berjudul “Pelangi-Pelangi” yang telah diubah syair dan judulnya menjadi“Rumahku”. Hal ini dilakukan guru untuk menyampaikan materi ajar “Lingkungan Rumahku” melalui lagu tersebut. Menurut wawancara yang telah dilakukan oleh guru, berikut adalah langkah guru dalam mengubah syair lagu yang sudah ada. Langkah pertama adalah guru menentukan lagu yang akan diubah. Dalam mengubah syair lagu, guru mencari lagu yang melodinya dan lagunya sudah dimengerti siswa, guru juga memilih lagu yang memiliki melodi tidak rumit dan mempunyai ketukan yang tidak cepat, karena menurut guru lagu tersebut nantinya akan lebih mudah diterima oleh siswa untuk terus dihafalkan. Dengan alasan tersebut, guru kelas I ibu Mursiyati memilih lagu Pelangi-Pelangi untuk diubah syairnya menjadi syair yang baru. Berikut adalah lagu Pelangi-Pelangi
Pelangi-Pelangi
77
Gambar 4.7 Syair Asli dari lagu Pelangi-Pelangi Langkah yang kedua adalah menentukan syair lagu. Dalam hal mengubah syair lagu, guru memilih syair yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Guru memilih kata-kata yang mudah dipahami oleh siswa dan menurut pengalaman yang nyata yang dialami guru maupun siswa. “saya memilih lirik yang sekiranya mudah untuk diterima dan dipahami siswa, dan saya terlebih dulu membaca kira-kira materi apa yang akan saya sampaikan” Lirik dalam lagu akan mempermudah pemahaman siswa terhadap gambaran materi apa yang akan disampaikan guru karena lirik lagu mengandung pesan yang mengandung pengetahuan untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, dikatakan bahwa: “ saya menggunakan lagu pelangi yang diganti dengan lirik lain dan itu saya membuat sendiri dan saya mengganti lirik dengan kata-kata yang sekiranya mewakili lingkungan yang bersih itu yang bagaimana. Disana kan dikatakan bahwa rumahku ada jendelanya dan ada pintunya, itu menandakan bahwa rumah
78
yang bersih itu rumah yang ada jendela dan pintu sebagai ventilasi udara biar tidak pengap dan sumpek” Berikut ini adalah hasil syair lagu yang sudah diubah beserta melodi musik dari lagu “Pelangi-pelangi” menjadi lagu berjudul “Rumahku” dengan nada atau melodi yang sama:
Gambar 4.8 Syair dan Judul yang telah diubah dari Lagu Pelangi-Pelangi Kegiatan guru dalam menggunakan lagu tersebut sama halnya yang dikatakan Stenberg (1999:3) dalam journal Herwin Yogo Wicaksono (2009) kreativitas merupakan suatu hal yang penting baik ditinjau dari aspek individual maupun sosial, dan dapat dimunculkan dengan mempelajari karya cipta yang sudah ada sebelumnya, untuk kemudian diperbaharui sehingga menghasilkan karya cipta baru. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru guru mengatakan:
79
“ Membuat lagu itu tidak spontan, namun satu hari sudah cukup untuk membuatnya. Dengan melihat materi dulu lalu saya memilih lirik yang pas dengan materi tentang rumah yang sehat, dan memilih lagu pelangi yang sekiranya siswa sudah mengetahui bunyinya” Seperti yang dikatakan oleh Jamalus (1988) bahwa kreativitas dalam musik ada kegiatan komposisi dimana seseorang membuat lagu dengan perencanaan dan penyusunan unsur-unsur musik. Berdasarkan syair tersebut, guru mengkaitkan dengan materi ajar melalui pertanyaan-pertanyaan bervariasi melalui syair lagu yang mendorong rasa ingin tahu siswa. Guru memberikan lirik berupa ungkapan pemberitahuan gambaran rumah sehat, dimana peserta didik tinggal, dan rumah yang seperti apa bisa dikatakan sehat. Guru memberikan pertanyaan “dimana kalian tinggal ?” siswa menjawab, “Rumah”. Lalu guru bertanya kembali “ada apa pada rumah itu ?” siswa menjawab “ada pintu dan jendela”. Kemudian guru bertanya kembali “untuk apa jendela itu?” siswa sulit menjawab, lalu guru menjelaskan “bahwa jendela berfungsi untuk keluar masuknya udara yang penting untuk fungsi pernafasan kita. Jaadi kalo tidak ada jalannya udara rumah kita seperti kurungan, sehat tidak?”. Siswa menjawab “tidak”. Dengan itu siswa menangkap pemahaman materi “Lingkungan Bersih”. Lalu guru memberikan penjelasan bahwa rumah yang sehat adalah rumah yang terdapat pintu dan jendela untuk keluar masuknya udara agar pernafasan baik. Dengan itu guru telah menjelaskan ungkapan pemberitahuan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
80
Sebagaimana yang dikatakan Guildfort dalam Park (2004) ciri kreativitas salah satunya adalah keluwesan (Fleksibilitas) yaitu mengacu pada keluwesan seseorang berpikir inovatif dengan mampu menghasilkan gagasan dan pertanyaan yang bervariasi. Guru beripikir inovatif dengan membuat syair lagu yang sesuai dengan materi ajar dan membuat pertanyaan bervariasi untuk mendorong pemahaman siswa terhadap materi yag disampaikan. Setelah menyampaikan materi, guru menuliskan syair lagu “Rumahku” dipapan tulis. Siswa antusias melihat guru yang sedang menulis syair lagu.
Gambar 4.9 Guru menuliskan lirik lagu “Rumahku”
Setelah menulis syair lagu, Guru memberiikan contoh ritmis melalui tepuk tangan dan memukul meja. Guru memberi contoh dengan bernyanyi diiringi dengan tepuk tangan dan tepuk meja, dengan ketukan 4/4 dan 1/8 guru mencontohkan agar siswa memahami iringan ritmis yang lambat dan cepat, serta keras lembutnya bunyi.
81
Guru mencontohkan bernyanyi dengan tempo cepat dan lambat melalui permainan ritmis dengan menggunakan tepuk tangan dan tepuk meja dan siswa sangat antusias untuk mempraktikannya.
Gambar 4.10 Guru memberi contoh bernyanyi dengan permainan ritmis menggunakan media meja c. Kegiatan Penutup Pada akhir pembelajaran, pengamatan dua sama seperti pegamatan pertama, guru meminta siswa secara berkelompok untuk maju menyanyikan lagu dengan permainan ritmis dengan menggunakan media meja. Dan guru memberi pertanyaan mengenai lingkungan rumah yang bersih, lalu siswa menjawab berdasarkan lirik lagu yang guru berikan. Pada akhir pembelajaran, guru mengulangi ungkapan pemberitahuan “coba, beri tahu ibu rumah sehat itu seperti apa ya?” lalu siswa menjawab “yang ada pintunya”, salah seorang siswa lalu menjawab “yang ada pintunya”. Kemudian disambung dengan pertanyaan kembali “untuk apa ya jendela dan pintu yang ada
82
dirumah?” lalu siswa menjawab “untuk nafas bu”, lalu siswa menjawab kembali “biar tidak pengap bu”. Lalu guru memberi kesimpulan pada akhir pembelajaran bahwa rumah yang sehat adalah rumah yang terdapat ventilasi udara seperti jendela dan pintu. Selain mengulang kembali materi yang disampaikan, guru mengulang anak-anak bernyanyi dengan mengikuti bunyi tangan yang guru berikan, kemudian anak-anak bernyanyi mengikuti bunyi tangan yang dilakukan oleh guru. Peneliti melihat pada proses pembelajaran, guru mampu memberikan lagu yaitu lagu “Rumahku” yang merupakan karya guru berupa syair yang diganti dari lagu aslinya, lagu tersebut membuat siswa paham dengan apa yang disampaikan dimana guru membuat pertanyaan-pertanyaan melalui lagu. Terbukti pada saat evaluasi siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan mengulangi kembali materi yang disampaian dengan baik. Jadi lagu yang dibuat guru dapat dijadikan alat belajar dalam proses pembelajaran seperti yang guru lakukan. Sebagaimana dikatakan oleh Guildfort dalam Matlin (2003) ciri kreativitas dalam
seseorang
adalah
kebermanfaatan
(useful),
yaitu
berfokus
pada
bermanfaatnya suatu produk kreativitas. 4.1.2 Proses Pembelajaran kelas V SD Negeri Sekaran 02 Semarang 4.1.2.1 Pengamatan 1 Dalam pengamatan pertama yang dilakukan oleh peneliti di kelas V, Bapak Maftuhin selaku guru kelas V memberikan Tema 6 yaitu “Panas dan perpindahannya” sub tema Pengaruh Kalor terhadap Kehidupan, Dalam pelaksanaannya guru menyampaikan kepada siswa melalui kegiatan yang terpadu
83
dengan menambahkan musik sebagai salah satu komponennya dengan metode pembelajaran untuk menyampaikan materi ajar. Sebagai sebuah proses, aktifitas bermusik seperti bernyanyi, merupakan aktifitas pembelajaran di Sekolah Dasar yang bertujuan untuk pembentukan perilaku, khususnya melalui pesan-pesan syair lagunya, dan pengembangan kemampuan dasar, bahasa, daya pikir, dan jasmani. Guru memberikan model lagu yang bervariasi untuk kepentingan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dalam penangamatan 1 yang dilakukan pada saat pembelajaran tematik guru melakukan proses pembelajaran dari pembuka sampai penutup dengan menggunakan lagu-lagu yang digunakan dalam pembelajaran. a. Kegiatan Pembuka Kegiatan pembuka yang dilakukan guru adalah menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru harus mempunyai keterampilan dalam membuka pelajaran seperti menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyiapkan mental dan fokus siswa sebagaimana yang di sampaikan Hasibuan, Ibrahim, dan Toenlioe (1988:117) dalam Ibtyandini (2017) membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan untuk menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada halhal yang dipelajari. Seorang guru harus bisa menguasai dan mengkondisikan kelas agar kelas menjadi kondusif. Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru meminta salah satu siswa untuk memimpin do’a terlebih dahulu. Semua siswa berdoa secara bersama-
84
sama dengan khikmad. Setelah berdoa, guru memberikan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan itu. Setelah itu guru meminta siswa membuka buku halaman 72 yang berisi materi “Tanggung Jawab Masyarakat terhadap Lingkungan”. Sebelum memulai materi pembelajaran, guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengkaitkan pengalaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan. sebagaimana yang dikatakan Utomo dalam bukunya bahwa Kegiatan pendahuluan guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan atau yang biasa disebut apersepsi. Begitu juga seperti yang dikatakan Mandigers dalam Sugandi (2004: 12) seorang guru sebelum mengajar, hendaknya mengkaitkan materi dengan apa yang sudah diketahui oleh siswa. Guru bercerita pengalaman siswa yang baru saja melakukan studi wisata yaitu ke museum kereta, PLTA, dan Pabrik susu Cimory. Dalam pembuka guru memberi motivasi mengenai cita-cita apa yang akan ingin dicapai oleh siswa. Dalam hal ini siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru mengenai cita-cita yang ingin diraih. Seperti yang dikatakan La Hadisi (2017) guru kreatif adalah guru yang mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran. Guru belum menyampaikan lagu karena guru hanya bercerita pengalaman yang telah siswa alami sebelumnya dan guru hanya memberikan semangat kepada siswa agar rajin belajar.
85
b. Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran, berdasarkan peneliitian yang sudah dilakukan, Guru menggunakan metode ceramah dimana bercerita bahwa seperti PLTA, Cimory, dan Kereta itu akan bekerja dengan bantuan energy panas yang ada didalam mesinnya. Dengan menggunakan metode ceramah, guru mencoba menyampaikan materi agar beberapa konsep pengetahuan bisa sampai pada pemahaman siswa. Guru menceritakan pengalaman yang lalu untuk mengkaitkan materi “panas dan perpindahannya”, dengan siswa berkunjung ke PLTA mereka tahu bahwa energy panas atau listrik itu digunakan untuk membangkitkan air dengan mereka melihat aktivitas memasak pola listrik/setrum yang dilakukan pada proses kerja PLTA. Dalam hal ini siswa dapat memahami dan menangkap materi dengan pengalaman yang mereka lakukan sebekumnya. Sebaimana yang dikatakan oleh Kadir dan Asrohah (2014) bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah Bermakna, bahwa kebermaknaan pembelajaran itu ditunjukkan dengan terbentuknya jalinan antar konsep yang saling berhubungan antara pengetahuan dengan pengalaman peserta didik yang dialami. Dalam
pebelajaran
tema
“Panas
dan
perpindahannya”
guru
tidak
menggunakan lagu sebagai sebuah pendekatan untuk menyampaian materi “saya tidak menggunakan lagu untuk menyampaikan materi ajar mbak, karna memang tema yang saya sampaikan ini saya terkendala dengan pemilihan lagunya yang bagaimana, akhirnya saya menggunakan lagu hanya untuk membangun fokus siswa kembali mbak”
86
Pada saat penyampaian materi, siswa merasa bosan dan kebanyakan dari mereka, tidak fokus memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi dengan metode ceramah, guru laluu berkata “halo” kepada siswana kemudian berkata “ayo, bernyanyi. Guru memberikan lagu anak untuk membangun fokus siswa kembali. Karena siswa baru saja melakukan studi wisata, guru mengajak siswa bernyanyi lagu naik-naik ke puncak gunung, setelah itu guru meminta siswa untuk berdiri semua sambil menyanyikan lagu tersebut. Lagu tersebut berbunyi : Naik munggah ke puncak pucuk, tinggi duwur sekali banget Naik munggah ke puncak pucuk, tinggi duwur sekali banget Kiri kiwo kanan tengen, banyak akeh pohon wit-witan Kiri kiwo kanan tengen, banyak akeh pohon wit-witan
Sebagaimana dikatakan Torrance dalam U.Munandar (2014) kreativitas adalah proses mengamati adanya masalah yang menjadikan sebuah pemikiran muncul dengan menciptakan sesuatu yang baru untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini, guru memperkaya aktivias pembelajarannya lewat lagu yang dinyanyikan siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu tersebut secara bersama-sama dengan posisi berdiri, siswa nampak senang dengan aktivitas belajar seperti yang dikatakan La Hadisi (2017) bahwa guru kreatif harus mempunyai ciri kreatif dan menyukai tantangan dimana guru harus bisa memperkaya aktivitas pembelajarannya agar tetap berjalan dengan fokus siswa yang tidak berkurang.
87
Gambar 4.11 Siswa bernyanyi lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung” yang telah diubah syairnya Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, guru memberikan lagu anakanak Naik-naik ke Puncak Gunung yang didalam syairnya terdapat pengubahan kata yang dibuat oleh guru, dimana guru mengadopsi kata-kata bahasa Jawa untuk menggantikan dengan lirik asli dari lagu tersebut. Seperti yang dilakukan oleh bapak Maftukhin dalam lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung” yang didalam liriknya guru mengubah lirik asli dengan manggunakan ungkapan baru yaitu menggunkan bahasa Jawa ngoko pada beberapa katanya. Seperti munggah, pucuk, dhuwur, kiwo, tengen, akeh, wit-witan. Dalam hal ini guru menggunakan lagu untuk membangun suasana belajar agar siswa fokus kembali dengan materi yang disampaikam guru. Karena menurut guru lagu tersebut merupakan lagu yang disukai oleh siswa karna lirik yang dimodifikasi oleh guru menggunakan bahasa yang biasa digunakan oleh siswa dalam kesehariannya dan di padukan dengan lagu aslinya yang menggunakan
88
bahasa Indonesia. Menurut guru, syair yang dimodifikasi tersebut membuat siswa tidak bosan dengan lagu aslinya. Berikut adalah lirik yang belum diubah:
Gambar 4.12 Syair asli lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung”
Syair lagu dan melodi lagu diubah dengan memodifikasi kata Bahasa Jawa Ngoko sebagai berikut:
89
Gambar 4.13 Syair lagu yang sudah diubah liriknya
Selain penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara dengan guru mengenai pengubahan lirik sebagai berikut: “Saya mengadopsi lirik lagu naik-naik kepuncak gunung dan memodifikasinya,lagu ini untuk refreshing saja mba, anak-anak kan kadang bosan, dan lirik yang saya gunakan tadi sekaligus untuk melatih anak bahasa jawa, dan agar siswa itu menyanyikan lagunya tidak biasa dan tidak bosan dengan lagu yang aslli”. Sebagaimana dikatakan Suryana dalam Hediyati (2011) kreativitas sebagai kemampuan untuk menemukan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Persoalan disini adalah suasana belajar siswa yang sudah tidak kondusif.
90
Selain menggunakan lagu naik-naik ke puncak gunung, guru menggunakan lagu “Dari Sabang sampai Merauke” untuk mengembalikan fokus siswa dan membangun suasana kembali. Lagu tersebut berlirik Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia Indonesia Tanah Airku, aku berjanji padamu Menjunjung Tanah Airku, Tanah Airku Indonesia Siswa menyanyikan lagu tersebut dengan berdiri dan melakukan gerakan menggunakan tangan yang sudah diajarkan oleh guru menyesuaikan lirik yang ada pada lagu tersebut. “saya memberi lagu Dari Sabang sampai Merauke tersebut juga untuk anakanak bisa mengerti kalo Indonesia itu mempunyai berbagai macam pulau” Pada saat siswa sedang bernyanyi, guru mengevaluasi siswa bahwa dalam bernyanyi itu harus kompak lalu guru berkata “coba kalian kompak semua, sikap badannya yang benar, walaupun dalam bernyanyi itu harus benar. Nanti kalo kamu kerja di PLTA, Cimory atau dimanapun kalian harus kompak dengan kelompok kerja lain, berlatihnya lewat hal sekecil ini dulu, coba kompak lagi” Proses pembelajaran menjadi menyenangkan dengan menggunakan lagu-lagu yang diberikan guru sebagaimana yang disampaikan Kadir dan Asrohah bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah Menggunakan prinsip PAKEM (pembelajaran
katif,
kreatif,
efektif,
dan
menyenangkan)
dimana
untuk
mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran tematik harus melibatkan peserta didik yang aktif dengan Susana kelas yang menyenangkan agar tidak membosankan, hal ini dapat memunculkan motivasi siswa untuk belajar.
91
Pemilihan lagu yang dipilih guru lagu itu bertempo sedang, dengan diisi gerakan-gerakan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa agar tidak bosan duduk terus menerus. Dan pemilihan lagunya yang sudah dikenal siswa. “ya, saya memilih lagu yang sudah dimengerti siswa jadi siswa ikut bernyanyi semua tanpa ada yang pasif” Dengan suara lantang dan bersemangat siswa menyanyikan lau-lagu yang diberikan oleh guru dalam membangun suasana kelas dan fokus siswa kembali. Seperti yang dikatakan oleh Jamalus (1988) kreativitas dalam lagu bisa memilih lirik yang sudah dimengerti oleh siswa. Kemudian dikatakan Maslow dalam Munandar (2004:18) yang ditulis dalam jurnal Yesi Budiarti (2015:67) mengatakan bahwa “sumber kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkn potensi, dorongan berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme”.
Gambar 4.14 Siswa menyanyikan lagu Dari Sabang Merauke untuk mengembalikan fokus belajar
92
Setelah siswa diminta guru bernyanyi dua lagu tersebut, aktivitas siswa kembali lagi dan memperhatikan guru kembali saat menyampaikan materi sebagaimana yang dikatakan oleh Mandigers dalam Sugandi (2004: 12) bahwa Salah satu asas mengajar adalah prinsip Prinsip menarik perhatian dimana hasil belajar akan lebih meningkat bila peserta didik memperhatikan dan konsentrasi terhadap bahan yang akan dipelajari. Pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih maksimal dan tidak mudah. c. Kegiatan penutup Pada penutup pelajaran, guru membentuk kelompok kecil untuk kemudian diberi tugas berdasarkan studi wisata dengan mencari tujuan kunjungan wisata tersebut. Setelah itu siswa berdiskusi dengan kelompoknya. Dalam penutupnya guru tidak memberi kesimpulan dan langsung menutup pelajaran dengan siswa diminta untuk berdiskusi sampai jam pelajaran selesai. Dalam penutup pelajaran, guru tidak memberikan lagu dan langsung menutupnya dengan salam penutup. 4.1.2.2 Pengamatan ke 2 a. Kegiatan Pembuka Pada saat pembelajaran akan berlangsung, guru membuka dengan salam dan mengajak siswa untuk berdoa. Setelah berdoa guru bercerita mengenai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Namun pada lapanagan kondisi siswa tidak koondusif, masih terdapat siswa keluar masuk kelas, guru melantangkan suaranya agar mendapat perhatian
93
siswa, namun cara itu tidak mengurangi kondisi siswa yang tidak kondusif, kemudian guru menyanyikan sebuah lagu yang mengundang siswa agar siswa bisa menempatkan dirinya masing-masing untuk memulai pelajaran, guru menyanyikan sebuah lagu yang berlirik : Siji loro telu, astane sedeku Mirengake pak Guru menawa diganggu Papat nuli limo lenggahe sing toto Ojo podo sembrono mundak orak iso Pada saat guru menyanyikan lagu tersebut, siswa yang sedang diluar kelas dan siswa
yang sedang
berbicara
dengan
temannya
sendiri-sendiri
langsung
menempatkan diri dan memperhatikan guru. Guru mengembangkan syair-syair lagu tersebut dengan mengkaitkan bagaimana pentingnya sikap siswa dalam belajar dan memperhatikan guru. Kemudian guru bertanya kepada siswa makna setiap lirik yang dinyanyikan tadi. Guru menjelaskan bahwa dalam pelajaran siswa harus “mirengake pak guru” yang artinya harus mendengarkan guru, lalu dalam kata “lenggahe sing toto” bahwa siswa harus duduk dengan sikap yang benar, dan pada kalimat “mundak ora iso” guru menjelaskan bahwa jika tidak mendengarkan pak guru dan tidak bersikap baik dalam belajar akan mengakbatkan siswa tidak akan bisa dalam belajar. Dengan menyampaikan lagu tersebut dengan mengartikan artinya, siswa langsung kondusif dan siap mental untuk mengikuti pelajaran. “itu salah satu lagu yang digunakan untuk mengkondisikan kelas agar siswa siap mengikuti pelajaran saya, dan lagu itu bersama-sama guru yang lain diluar sana banyak digunakan”
94
Dengan guru menjelaskan makna lagu tersebut siswa bisa paham dengan apa yang harus dilakukan saat pelajaran dimulai dan lebih menghargai guru yang sedang berbicara. Dalamm hal ini guru menjelaskan beberapa pemahaman kepada siswa sesuai kemampuan dirinya melalui lagu. Sebagaimana dikatakan Suryana dalam Hediyati (2011) kreativitas sebagai kemampuan untuk mengebangkan ide-ide baru untuk menemkan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan. b.
Kegiatan Inti Pada pengamatan kedua, guru menyampaikan tema 7 “Peristiwa dalam
Kehidupan” subtema 1 yaitu “Peristiwa Kebangsaan Masa Penjajahan”. Sebelum pelajaran dimulai, guru memberikan gambaran cita-cita yang biasa dilakukan guru untuk memotivasi siswa dalam semangatnya belajar. Guru kelas V selalu mengingatkan kepada siswa mengenai cita-cita yang akan siswa capai agar siswanya semangat dalam belajarnya. Setelah memeberikan motivasi, guru meminta siswa membuka buku yang berisi materi “masa penjajahan”, siswa membaca bersama-sama. Setelah membaca guru menceritakan kejadian pada masa penjajahan berdasarkan apa yang siswa baca dengan metode ceramah. Seperti yang dikatakan Hardini dan Puspitasari (2012: 13) bahwa metode ceramah merupakan metode melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Guru menggunakan lagu “Bangun Pemuda-pemudi” dalam pelajarannya. Sebelum itu, guru memberitahu siswa bahwa sebagai generasi penerus Bangsa harus bisa meneruskan pejuang para pahlawan dengan cara giat belajar, dengan itu, guru menggambarkannya
menggunakan
lagu
“Bangun
Pemuda-Pemudi”
lalu
95
menceritakan makna lagu dari lagu “Bangun Pemuda Pemudi”. Siswa yang bosan mndengarkan guru menjelaskan langsung antusias kembali dan bernyanyi bersama lagu tersebut. Guru memberi lagu yang sesuai dengan semangat pemuda untuk memerangi penjajahan. “ya saya memilih lagu “bangun pemuda-pemudi karena lagu tersebut berkaitan dengan semangat pemuda untuk memerangi penjajahan, dan saya berharap melalui lagu tersebut siswa bisa mengaplikasikannya ke kehidupan mereka” Guru meminta siswanya bernyanyi dengan kompak dan siswanya merasa antusias menyanyikan lagu tersebut dan menambah pemahaman tentang semangat belajar untuk masa depan. Guru melanjutkan penyampaina materi kepada siswa. Kmeudian guru kembali memeberi lagu “Mengheningkan Cipta” kepada siswa yang bertujuan untuk mengajarkan siswa bahwa jasa para pahlawan yang gugur pada jaman penjajahan seperti yang disampaikan di mater selalu dikenang dan dilanjutkan perjuangannya. Lirik tersebut sebagai berikut Dengan seluruh angkasa Raya memuja, pahlawan Negara Nan gugur remaja diribaan Bendera, bela Nusa Bangsa Kau ku kenang wahai bunga putra Bangsa Harga, Jasa, Kau cahya Pelita Bagi Indonesia Merdeka pada saat penelitian dilakukan, guru memberikan lagu-lagu Nasional tersebut diatas karena menyesuaikan materi yang diajarkan yaitu membahas tentang “masa penjajahan”. “Saya menggunakan lagu-lagu nasional memang untuk yang sekiaranya pas dengan materinya mba, serta agar siswa itu selalu tahu lagu-lagu nasional, jadi biar tidak lagu-lagu jaman sekarang saja yang dihafalkan”
96
Menurut penelitian yang sudah dilakukan, dengan guru memilih lagu-lagu nasional, proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa dengan mudah fokus memperhatikan guru dan menjadikan komunikasi guru dengan siswa terjalin dengan aktif. Berdasarkan lagu-lagu yang digunakan oleh guru, dapat dilihat persamaan hasil penelitian pada jurnal Sinaga (2010) bahwa guru memanfaatkan lagu-lagu dalam proses pembelajaran dengan menyesuaikan tema yang digunakan guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru menggunakan lagu-lagu nasional seperti “BangunPemudi Pemuda”, dan “Mengheningkan Cipta”, karena menyesuaikan tema yang diberikan pada pembelajaran, yaitu Peristiwa “Kebangsaan Masa Penjajahan”. c. Kegiatan Penutup Setelah sampai pada tahap kegiatan penutup” guru hanya memberikan tugas yang ada di LKS untuk dkerjakan siswa berdasarkan apa yang telah disampaikan guru.
97
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru dalam menggunakan lagu dalam pembelajaran tematik cukup kreatif. Guru menggunakan lagu sebagai pendekatan untuk memasukkan materi ajar dan membangun suasana kelas untuk mengembalikan fokus siswa agar dapat menerima materi ajar kembali dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan guru mampu membuat gagasan baru berupa syair lagu dan mampu membuat pertanyaan yang bervariasi terhadap syair lagu yang telah dibuat berdasarkan materi ajar, hal ini digunnakan guru untuk memasukkan materi ajar agar siswa memahami berbagai pegetahuan. Guru juga mempunyai ide-ide baru dalam pembelajaran menggunakan pilihan lagu-lagu yang digunakan dimana guru dapat membuat ungkapan baru dengan memodifikasi lirik lagu yang tidak lazim yaitu mengkombinasikan bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa ngoko sebagai ungkapan barunya, kemudian guru memberikan lagu yang sesuai dengan tema pembelajaran. hal ini digunnakan guru untuk membangun suasana kelas dalam hal mengembalikan fokus siswa kembali untuk siap menerima materi pelajaran yang disampaikan guru.
98
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah guru diharapkan memperbanyak pembendaharaan lagu-lagu agar lagu lebih bervariasi untuk bisa digunakan dalam penyampaian tema materi ajar yang terdiri dari beberapa pelajaran pada proses pembelajaran.
99
DAFTAR PUSTAKA Budiarti, Yesi.2005. Pengembangan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS.. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro. Vol 3(1): 67 Ernani, Hediyati.2011. Kreativitas dan Inovasi berpenaruh terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 13(1): 10 Fajar Yohana Nayunta. 2015. Hubungan Antara Kreativitas Guru dan Fasilitas Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mengelola Aktivitas Kantor Siswa kelas X Program Keahlian Perkantoran SMK Bhakti Karya 1 Magelang Hadisi, L, Ode Astina, Wa, dan Wampika.2017. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap Daya Serap Siswa di SMK Negeri 3 Kendari. Jurnal Al Ta’dib. Vol 10(2): 147-149 Hadisi, L, Ode Astina, Wa, dan Wampika.2017. Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Terhadap Daya Serap Siswa di SMK Negeri 3 Kendari. Jurnal Al Ta’dib. Vol 10(2): 155 Hardini, Isriani dan Dewi Puspittasari. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, dan Implementasi). Yogyakarta: Familia Ibtyandini, Prima N. 2017. Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Budaya Sub Materi Musik (Studi Kasus Pada Kelas Viii F Smp Negeri 9 Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017) Jamalus. (1988). Pembelajaran Musik melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud Kadir, Abd dan Hanun Asrohah. 2014.Pembelajaran Tematik. Jakarta : Rajawali Pers 2014 Linggasari, Twostyana.2017.Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Musik di Taman Kanak-kanak (TK) Kemala Bhayangkari. Jurnal Musik. Vol 2(6): 58-63 Mahmudi, Ali.2017. Tinjauan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pythagoras. Vol 4(2): 39-40 Munandar, Utami, 1999, Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
100
Munandar, Utami, 2014, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : Renika Cipta Praseiaji, Ari Wijaya. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik melalui Lagu Anakanak di Taman Kanak-kanak Kabupaten Pemalang Hasanah, Qiroatul. 2013. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kreativitas Guru terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi di MAS. J. Pendidikan dan Pembelajaran. 2(9): 6-9 Rosdiani, Dini, 2014, Perencanaan Pembelajaran dalam pendidikan jsamani dan Kesehatan, Bandung :Alfabeta Sinaga, Syahrul S. 2010. Pemanfaatan dan Pengembangan Lagu Anak-Anak dalam Pembelajaran Tematik pada Pendidikan Anak Usia Dini/TK. Harmonia. Vol10(1) Siregar, Evaline dan Nara, Hartini, 2014, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor :Ghalia Indonesia Sitopu Riyanto. 2015. Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Seni Musik TK Pertiwi 34 Patemon Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Sugiyono, 2016, Metodologi Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung :PT Alfabet Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Lafabeta, 2005 Supriyadi, Dedi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, Bandung : CV Dwi Rama Sydykovaa, Roza. Kakimovab, Lura dkk.2018. A Conceptual Approach to Developing the Creativity of a Music Teacher in Modern Educational Conditions. Thingking Skills and Creativity.27. 160-166 Utomo, Udi dkk, 2014, Strategi Belajar Mengajar Seni Musik.Semarang: Universitas Negeri Semarang Utomo, Udi, 1996, Musik Sebagai Sarana Mengembangkan Kemampuan Mendengar, Media FPBS IKIP Semarang, No. 3 Th. XIX Des. 1996, hal 69 s.d 82
101
Utomo, Udi.2015. Forms, Development and The Application of Music Media in The Kindergartens: A Comparative Study of Two Kindergartens. Harmonia. 15(2): 105 Utomo, Udi. 2004. Pembelajaran Musik di Taman Kanak-Kanak. Harmonia. 5(3) Yogo Wicaksono, Herwin.2009. Kreativitas dalam Pembelajaran Seni Musik. Jurnal Cakrawala Pendidikan. (1): 4 Widhianawati, Nana. 2011. Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan Musikal dan Kinestik Anak Usia Dini. (2). 227-228
102
LAMPIRAN
Lampiran 1
103
Lampiran 2
104
Lampiran 3
105
PEDOMAN OBSERVASI KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN LAGU UNTUK MENYAMPAIKAN MATERI AJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Oleh : Nur Azimah 1.
Pedoman Observasi
1.1 Proses Pembelajaran tematik di SDN 02 Sekaran Semarang 1.1.1
Elemen-elemen pembelajaran
(1)
Kegiatan Pendahuluan
(2)
Kegiatan Inti
(3)
Kegiatan Penutup
1.1.2
Komponen-komponen Pembelajaran
(1)
Tujuan pembelajaran
(2)
Materi pembelajaran
(3)
Metode pembelajaran
(4)
Media pembelajaran
(5)
Evaluasi pembelajaran
1.1.3
Lingkungan kelas, meliputi:
(1)
Kondisi fisik ruang kelas.
(2)
Situasi kelas selama guru melaksanakan pembelajaran tematik
(3)
Situasi kelas saat guru memberikan model lagu untuk mata pelajaran tematik
(4)
Sarana dan prasarana di kelas.
(5)
Penataan posisi siswa di kelas.
1.1.4
Guru mata pelajaran, meliputi:
(1)
Kesiapan guru dalam mengajar
(2)
Lagu yang digunakan guru dalam pembelajaran tematik
106
(3) 1.1.5
Bagaimana guru menjadi motivator untuk mendorong pemahaman siswa Siswa, meliputi:
(1) Sikap siswa saat pembelajaran berlangsung (2) Tanggapan/respon siswa saat guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran tematik
1.1.6. Poin Kreativitas dalam pedoman observasi 1. gagasan atau ide baru berkaitan dengan lagu yang digunakan 2. apakah guru mempunyai produk kreativitas berkaitan dengan lagu 3. hubungan isi lagu dengan materi yang diajarkan 4. guru menghubungkan lagu yang digunakan dengan pengalaman-pengalaman siswa 5. kapan lagu itu digunakan oleh guru 6. apakah ada pengubahan syair lagu yang sebenarnya menjadi model lagu lain sesuai dengan ide baru dari guru 7. cara baru apa untuk menyampaikan lagu dalam pembelajaran untuk membuat siswa memahami materi ajar 8. kapan lagu itu digunakan 9. bagaimana guru menggunakan lagu untuuk mendorong pemahaman siswa 10. apakah ada pengubahan syair lagu dari melodi lagu yang sudah ada dalam penggunaanya di proses pembelajaran 11. bagaimana pemilihan syair oleh guru 12. cara guru untuk mengaktifkan siswa dengan menggunakan lagu 13. apa yang disampaikan guru pada saat pembuka pembelajaran 14. apa yang disampaikan guru pada saat inti pembelajaran 15. apa yang dilakukan guru pada saat penutup prmbrlajaran Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA
107
KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNKAN LAGU-LAGU UNTUK MENYAMPAIKAN MATERI AJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Oleh : Nur Azimah 1. Pedoman wawancara dengan Guru (1) Bagaimana Persiapan Ibu dalam pembelajaran tematik berkenaan dengan lagu yang akan digunakan ? (2) Guru dituntut untuk kreatif, menurut Ibu kreatif itu apa ? (3) Dengan cara apa kreativitas itu muncul ? (4) Mengingat lagu-lagu edukatif jumlahnya masih terbatas, apa yang dilakukan ibu untuk mengatasinya? (5) Apakah ada produk kreativitas berkenaan dengan lagu untuk menyampaikan materi yang Ibu buat dan bagaimana produk tersebut ? (6) Dengan cara spontan atau persiapan terlebih dahulu dalam embuat produk kreatif tersebut? (7) Seberapa besar pengaruh lagu yang digunakan dalam pembelajaran tematik ? (8) Bagaimana cara Ibu memotivasi siswa agar giat belajar ?
2. Pedoman wawancara dengan Kepala Sekolah (1) Sejak kapan ibu menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri Sekaran 02 Semarang? (2) Bagaimana sejarah SD Negeri Sekaran 02 Semarang ? (3) Menurut Ibu, Kreativitas itu apa ? (4) Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap proses pembelajaran ? (5) Sebagai Kepala Sekolah, bagaimana ibu memberi motivasi terhadap guru yang lain untuk kreatif? (6) Adakah pengalaman mengajar di SD Negeri 02 Sekaran ? (7) Gagasan baru apa yang pernah ibu buat berkenaan dengan kreativitas dalam pembelaaran tematik ?
108
(8) Adakah produk kreativitas berkaitan dengan lagu yang ibu buat ?
3. Pedoman Wawancara dengan Siswa (1) Apakah anda suka bernyanyi? (2) Bagaimana menurut anda mengenai pembelajaran tematik? (3) Berapa besar pengaruh lagu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik?
Lampiran 5 PEDOMAN DOKUMENTASI
109
KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN LAGU UNTUK MENYAMPAIKAN MATERI AJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Oleh : Nur Azimah 1.
Profil SD Negeri Sekaran 02 Semarang
2.
Visi dan Misi SD Negeri Sekaran 02 Semarang
3.
Sarana dan Prasarana SD Negeri Sekaran 02 Semarang
4.
Perangkat pembelajaran guru
5.
Daftar nama siswa
6.
Foto yang berkaitan dengan topik.
Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
110
Satuan Pendidikan
: SD Negeri Sekaran 02 Semarang
Mata Pelajaran
: Tematik (PPKn, Bahasa Indonesia, SBdp)
Kelas/ Semester
:1/2
Tema
: 5. Pengalamanku
Subtema
: 1. Pengalaman Masa Kecil
Pembelajaran
:1
Alokasi Waktu
: 6 x 35 Menit ( 1 Pertemuan )
A. Kompetensi inti 1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Meenunjukkkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan factual dan konseptual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,, makhluk ciptaan Tuhhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, serta dalam tindakan yang mencermikan perilaku anak bberiman dan berakhlak mulia. B. Tujuan Pembelajaran
Dengan mendengarkan lagu, siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri sebuah lagu yang memiliki tempo cepat dan lambat dengan benar serta percaya diri
Dengan melakukan gerakan dalam brnyanyi, siswa dapat mempraktikan lagu “Menanam Jgung” bertempo cepat dan lambat dengan benar serta percaya diri
111
Dengan menyalin kalimat pujian, siswa dapat menuliskan ungkapan pujian dengan tepat.
Dengan menirukkan teks pancasila yang diucapkan oleh guru, siswa mengetahui rumusan sila-sila Panccasila dengan benar.
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetennsi PPKn 1.1 Mensyukuri ditetapkannya bintang, rantai, poohon, beringin, kepala banteng, dan padi kaapas sebagai gambar pad alambang Negara “Gaaruda Panccassila” 1.2 Bersikap santun, rukun, mandiri, dan percaya diri sesuai dengan sila-sila Pancasila dalam lambing Negara “Garuda Pancasila” dalam kehidupan sehariihhari. 1.3 Mengenal symbol-simbol Pancasila dalam lambang Negara “Garuda Pancasila” 1.4 Menceritakan symbol-simbbol sila pancasila pada Lambaang Garuda sila Pancasila. Indikator :
Mengidentifikasi isi sila-sila Panccasila dengan benar.
Amaengetahui rumusan sila-sila Pancasila dengann tepat.
Menuebutkan rumusan sila kedua Pancasila dengan tepat
Mendeklamasii bunyi sila kedua Panccasila denggann benar.
Bahasa Indonesia 3.8 Merinci ungkaan penyampaian tolong, pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang santun.
112
4.8 Mempraktikan ungkapan tolong, dan ajakan dengan menggunakan bahasa yang santun kepada orang lain. Indikator :
Menemukan ungkapan petunjuk ungkapan perintah dengan tepat.
Menjelaskan ungkapan petunjuk secara lisan dengan tepat.
Menuliskan ungkapan petunjuk dengan tepat
Menuliskan ungkapan petunjuk dengan tepat
SBdP 3.2 Mengenal elemen musik melalui lagu 4.2 Menirukan elemen musik melalui lagu Indikator :
Mempraktikan lagu “Menanam Jagung” dengan gerakan sesuai teempo cepat maupun lambat
D. Materi Pembelajaran
Membedakan ketukan cepat dan lambat
Menyebutkan bunyi sila ke-2
Menyalin kalimat perintah
Membuat kalimat perintah berdasarkan pengalaman
E. Metode Pembelajaran
Kolaborasi metode ceramah, dan Tanya jawab,, dilaksanakan dengann pendekatan sainntiffik.
F. Media Pembelajaran
113
Meja
G. Sumber Belajar
Buku Guru dan Buku SIswa Tematik kelas 1 SD/MI (Revisi 2016) serta buku referensi lainnya.
H. Tahap-tahap Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan -
Guru memberikan salam dan
Alokasi Waktu 15 menit
mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakiinan masing-masing -
Guru mengecek kehadiran siswa
-
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
-
Guru menjelaskan aspek, jenis dan teknik penilaian yang akan dilaksanakan
-
Guru mengajak bernyanyi yel-yel bersama untuk membangun suasana kelas dan fokus siswa.
Inti
-
Guru menuliskan lirik lagu “Menanam Jagung”
-
Guru meminta siswa membacanya
-
Guru meminta anak menyanyikan lagu ttersebut
-
Tanyakan kepada siswa apakah mereka mengenal lagu tersebut atau tidak
-
Guru memainkan lagu dengan
185 menit
114
ketukan lambat dan cepat secara bergantian -
Siswa diminta berdiri bersamasama dan melakukan gerakan sesuai lirik
-
Setelah beberapa kali melakukan gerakan cepat maupun lambat sesuai dengan tempo lagu, ajak siswa duduk kembali dan berdiskusi bersama
-
Tanyakan kepada siswa apa yang mereka rasakan saat melakukan gerakan sesuai tempo
-
Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
-
Ajaak siswa menyimpulkkan hasil diskusi bersama-sama
-
Lalu ajak siswa bernyanyi kembali secara bersama-sama
-
Bentuk kelompok untuk menyanyikan lagu “Menanam Jagung” secara beekelompok”
-
Setelah menyanyikan lagu secara berkelompok, siswa diminta berdiskusi mencari kalimat petunjuk
-
Guru menanyakan jawaban dari
115
kalimat petujuk tersebut sesuai dengan lagu -
Siswa diminta menulis jawaban pertanyaan yang diberikan guru
-
Ayo mengamati
-
Siswa diminta mengamati gambar garuda yang terdapat diruang kelas
-
Tanyakan pada siswa pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan sila yang ada di dalam Pancasila
-
Tanyakan pada siswa apakah mereka sudah menghafal sila dalam Pancasila
-
Ajak siswa untuk membaca pancasila bersama-sama
-
Selesai membacakan bunyi dari Pancasila, ajak siswa mengamati bunyi sila ke dua
-
Siswa diminta membaca bunyi sila ke dua dengan lantang
Penutup
-
Melakukan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyyaan atau tanggapan siswa dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk pernnaikan langkah selanjutnya
-
Siswa melakukan penilaian
10 Menit
116
praktik bernyanyi “Menanam Jagung” dengann gerakan yang sudah ditentukan guru sesusai tempo lagu -
Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam
I. Penilaian hasil pembelajaran
Teknik
: Penilaian autentik 3 Ranah Pendidikan dalam bentuk : 1. Jurnal dan Observasi sikap 2. Test Pengetahuan Tulis, Lisan, dan penugasan 3. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Keterampilan
Instrumen Penilaian daPedoman Penskoran :
1. Jurnal dan Observasi Sikap (atau menggunakan catatan anekdot)
NO
Aspek yang Dinilai
Kode / Nama Siswa
1
(NO. KD) (1. )
(2. )
Nilai :
Nilai :
Catatan :
Catatan :
Keterangan: 1 : Belum Terlihat, 2 : Mulai Terlihat, 3 : Mulai Berkembang, 4 : Membudaya. Minimal Penilaian dilakukan pada 6 siswa dalam 1 pertemuan.
2. Test Pengetahuan Lisan, Lisan dan Penugasan Penilaian Pengetahuan dilakukan dengan metode skoring kemudian diisikan ke table No
Kode
Mata Pelajaran (No. KD)
Rata-rata
117
/ Nama Siswa
(3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. )
1 Keterangan: 1 : Kurang, 2 : Cukup, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik
3. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Ketrampilan Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada rubik penskoran. Kode No
Mata Pelajaran (No. KD)
/
Rata-rata
Nama Siswa
(4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. )
1 Keterangan: 1 : Kurang, 2 : Cukup, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik
Rubik Penskoran Kriteria
Sangat Baik
Baik (71-85)
Cukup (61-70) Perlu
(86-100)
Bimbing an (<60)
1. Membedakan
Dapat
Dapat
Dapat
Gerakan
tempo cepat
membedakan
membedakan
membedakan
tubuh
atau lambat
tempo lagu
tempo lagu
tempo lagu
tidak
pada sebuah
pada saat
pada saat
pada saat
sesuai
lagu
menyanyikann menyanyikann menyanyikann tempo ya mapun
ya maupun
ya maupun
lambat
118
melalui
melalui
melalui
atau
gerakan tubuh
gerakan tubuh
gerakan tubuh
cepat
dari awal
dari awal
dari awal
hiingga akhir
hingga akhir
hingga akhir
lagu dengan
lagu dengan
lagu dengan
konsisten
melakukan 2-
melakukan 5-
5 gerakan
10 gerakan
yang tidak
yang tidak
sesuai tempo
sesuai tempo
119
Semarang, 9 Januari 2018
Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Kelas I
SD Negeri Sekaran 02
SD Neger Sekaran 02
NGATINI, M.Pd
MURSIYATI, S.Pd.SD
NIP : 19630710 198508 2 009
NIP : 19600512 198304 2005
120
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
: SD Negeri Sekaran 02 Semarang
Mata Pelajaran
: Tematik (Bahasa Indonesia, SBdp)
Kelas/ Semester
:1/2
Tema
: 5. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
Subtema
: 1. Lingkungan Rumahku
Pembelajaran
:4
Alokasi Waktu
: 6 x 35 Menit ( 1 Pertemuan )
J. Kompetensi inti 5. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 6. Meenunjukkkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 7. Memahami pengetahuan factual dan konseptual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,, makhluk ciptaan Tuhhan dan kegiatannya, dan bendabenda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. 8. Menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, serta dalam tindakan yang mencermikan perilaku anak bberiman dan berakhlak mulia.
121
K. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyuusun kalimat berupa ungkapan ungkapan terhadap kalimat petunjuk
Dengan menyimak penjelasan dan contoh guru siswa mampu mengidentifikasi kuat lemah bunyi
Melaluii permainan ritmis siswa mampu memeragakan kuatt lemah bunyi pada sebuah lagu
L. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetennsi Bahasa Indonesia 3.8 Merinci ungkaan pemberitahuan, dan petunjuk kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang santun. 4.8 Mempraktikan ungkapan pemberitahuan dengan menggunakan bahasa yang santun kepada orang lain.
Indikator :
Menemukan ungkapan pemberitahuan dengan tepat.
Menuliskan ungkapan pemberitahuan dengan tepat
SBdP 3.2 Mengenal elemen musik melalui lagu 4.2 Menirukan elemen musik melalui lagu Indikator :
Mempraktikan lagu “Rumahku” dengan permainan ritmis sesuai tempo cepat maupun lambat
122
M. Materi Pembelajaran
Memeragakan kuat lemah bunyi pada lagu “Rumahku” melalui permainan ritmis
N. Metode Pembelajaran
Kolaborasi metode ceramah, dan Tanya jawab,, dilaksanakan dengan pendekatan saintifik.
O. Media Pembelajaran
Meja
P. Sumber Belajar
Buku Guru dan Buku SIswa Tematik kelas 1 SD/MI (Revisi 2016) serta buku referensi lainnya.
Q. Tahap-tahap Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
-
Guru memberikan salam dan
15 menit
mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakiinan masing-masing -
Guru mengecek kehadiran siswa
-
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
-
Guru menjelaskan aspek, jenis dan teknik penilaian yang akan dilaksanakan
Inti
-
Guru menuliskan lirik lagu “Rumahku”
-
Guru meminta siswa membacanya
185 menit
123
-
Guru meminta anak menyanyikan lagu ttersebut
-
Tanyakan kepada siswa apakah mereka mengenal lagu tersebut atau tidak
-
Guru memainkan lagu dengan ketukan lambat dan cepat secara bergantian
-
Siswa diminta berdiri bersamasama dan melakukan gerakan sesuai lirik
-
Setelah beberapa kali melakukan gerakan cepat maupun lambat sesuai dengan tempo lagu, ajak siswa duduk kembali dan berdiskusi bersama
-
Tanyakan kepada siswa apa yang mereka rasakan saat melakukan gerakan sesuai tempo
-
Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
-
Ajaak siswa menyimpulkkan hasil diskusi bersama-sama
-
Lalu ajak siswa bernyanyi kembali secara bersama-sama
-
Bentuk kelompok untuk menyanyikan lagu “Rumahku”
124
secara beekelompok” -
Setelah menyanyikan lagu secara berkelompok, siswa diminta berdiskusi mencari kalimat pemberitahuan
-
Guru menanyakan jawaban dari kalimat pemberitahuan tersebut sesuai dengan lagu
-
Siswa diminta menulis jawaban pertanyaan yang diberikan guru
-
Ayo mengamati
-
Guru mempraktikan bermain ritmis menggunakan tepuk tangan dan meja dengan lemah kuatnya bunyi
-
Siswa diminta untuk menirukan
-
Secara bersama-sama siswa mempraktikan bernyanyi dan bermain ritmis
Penutup
-
Melakukan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyyaan atau tanggapan siswa dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk pernnaikan langkah selanjutnya
-
Siswa melakukan penilaian praktik bernyanyi “Rumahku” dengan Permainan ritmis
10 Menit
125
-
Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam
R. Penilaian hasil pembelajaran
Teknik
: Penilaian autentik 3 Ranah Pendidikan dalam bentuk : 4. Test Pengetahuan Tulis, Lisan, dan penugasan 5. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Keterampilan
Instrumen Penilaian daPedoman Penskoran : 4. Test Pengetahuan Lisan, Lisan dan Penugasan Penilaian Pengetahuan dilakukan dengan metode skoring kemudian diisikan ke table Kode No
Mata Pelajaran (No. KD)
/
Rata-
Nama
rata
Siswa
(3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. )
1 Keterangan: 1 : Kurang, 2 : Cukup, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik
5. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Ketrampilan Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada rubik penskoran. Kode No
Mata Pelajaran (No. KD)
/
Rata-
Nama
rata
Siswa
(4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. )
126
1 Keterangan: 1 : Kurang, 2 : Cukup, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik
Rubik Penskoran Kriteria
Sangat Baik
Baik (71-85)
Cukup (61-70)
(86-100)
Perlu Bimbingan (<60)
2. Membedakan
Dapat
Dapat
Dapat
Menyanyi
tempo cepat
membedakan
membedakan
membedakan
dengantida
atau lambat
tempo lagu dan tempo lagu
tempo lagu
k sesuai
dan lemah
keras
permainan
permainan
tempo
kuatnya bunyi
lemahnya lagu
ritmis pada
ritmis pada
lambat
melalui
pada saat
saat
saat
atau cepat
permainan
menyanyikann
menyanyikann
menyanyikann
melalui
ritmis
ya mapun
ya maupun
ya maupun
permainan
melalui
melalui
melalui
ritmis
permainan
permainan
permainan
ritmis dari
ritmis dari
ritmis dari
awal hiingga
awal hingga
awal hingga
akhir lagu
akhir lagu
akhir lagu
dengan
dengan
dengan
konsisten
melakukan 2-5
melakukan 5-
gerakan yang
10 gerakan
tidak sesuai
yang tidak
tempo
sesuai tempo
127
Menyusun Ungkapan Pemberitahuan dan tanggapnnya Perlu
N
Kriteri
Baik sekali
Baik (71-
Cukup
o
a
(86-100)
85)
(61-70)
Tulisa rapi,
Memenu
Memenuhi
Memenuhi
tanpa
hi tiga
dua
sau
coretan,
kriteria
kriteria
kriteria
Menggunaka Memenu
Memenuh
Belum
n kosa kata
hi tiga
hi dua
memenuhi
baku,
kriteria
kriteria
kriteria
Sesuai
Membuat
Membuat
Membuat
konteks,
3
2
1
pilihan kata
kewajiba
kewajiban,
kewajiban
tepat,
n, sesuai
sesuai
sesuai/tida
struktur
dengan
dengan
k sesuai
kalimat
tema
tema
dengan
1
Tulisan
Bimbinga n (<60)
mudah terbaca, jeda proporsional 2
Bahasa
kalimat efektif, kata tertulis dengan benar, tanda baca tepat 3
Isi
benar, ejaan tepat.
tema
128
Semarang, 9 Januari 2018
Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Kelas I
SD Negeri Sekaran 02
SD Negeri Sekaran 02
NGATINI, M.Pd
MURSIYATI, S.Pd. SD
NIP : 19630710 198508 2 009
NIP : 19600512 198304 2 005
129
Lampiran 7
Lagu-lagu yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran
130
Dari Sabang Sampai Merauke
131
Mengheningkan Cipta
Lampiran 8
132
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU Nama : Ibu Mursiyati Jabatan: Guru kelas I 4.
Bagaimana Persiapan Ibu dalam pembelajaran tematik berkenaan dengan lagu yang akan digunakan ? Jawaban : kalo itu tentunya say abaca-baca dulu mbak materinya, lalu sebisa mungkin saya mencarikan lagu yang masuk untuk materi yang akan saya sampaikann sesuai temanya..
5.
Guru dituntut untuk kreatif, menurut Ibu kreatif itu apa ? Jawaban : kreatif itu berpikir sesuatu yang baru ya mba, ya bagaimana kita berpikir untuk mengkondisikan kelas agar siswanya itu tetap fokus. Dan missal lewat lagu kita harus kreatif memilih lagu agar siswa juga menangkap materi lewat lagu yang sesuai.
6.
Dengan cara apa kreativitas itu muncul ? Jawaban : kalo yang mendorong saya kreatif itu lingkungan mba dan pengalaman saya mengajar.
7.
Mengingat lagu-lagu edukatif jumlahnya masih terbatas, apa yang dilakukan ibu untuk mengatasinya? Jawaban : yaa saya semaksimal mungkin mencarikan lagu yang pas mba untuk anak-anak. Seperti pengamatan kemarin pas mbak azim masuk itu ada lagu Rumahku yang mengadopsi lagu pelangi. Liriknya sayya buat berdasarkan pengalaman dan kenyataannya.
8.
Apakah
ada
produk
kreativitas
berkenaan
dengan
lagu
untuk
menyampaikan materi yang Ibu buat dan bagaimana produk tersebut ? Jawaban : ya itu, lagu Rumahku mbak, ya emang sebenarnya lagu Pelangii ya mba, namun saya ganti liriknya ggar sesuai dengan materi yang akan disampaiikan.
133
9.
Dengan cara spontan atau persiapan terlebih dahulu dalam embuat produk kreatif tersebut? Jawaban : Tentunya persiapan terlebih dahulu mba, dan memilih lagu yang sekiranya anak itu sudah tahu bunyinya.
10. Seberapa besar pengaruh lagu yang digunakan dalam pembelajaran tematik ? Jawaban : Besar sekali mba. anak terlihat antusias jika ada lagu yang dinyanyikan. 11. Bagaimana cara Ibu memotivasi siswa agar giat belajar ? Jawaban : ya seperti yang mba azzim lihat, saya selalu memotivasi anak agar anak selalu percaya diri dengan kemampuan yang dia punya. Missal lewat cara yel-yel seperrti tadi mba, secara tidak langsung anak akan tersugsti bahwa mereka pasti bisa dan semangat dalam belajarnya.
134
Nama : Maftuhin, S.Pd Jabatan: Guru kelas V 1. Bagaimana Persiapan bapak dalam pembelajaran tematik berkenaan dengan lagu yang akan digunakan ? Jawaban : saya melihat dulu materi apa yang akan disampaikan mbak, baca-baca materinya lalu mencari lagu dengan menyesuaikan materinya dengan lagu. 2.
Guru dituntut untuk kreatif, menurut bapak kreatif itu apa ? Jawaban : kreatif itu berinovasi mbak, ya bagaimana membuat anak itu tetap senang dan semangat karna anak bisa konsentrasihanya dalam waktu lima menit, nah disitu kita sebagai guru harus pandai-pandainya mengkondisikan atau mengelola kelas agar siswa tetap senang dan semangat dalam belajar
3.
Dengan cara apa kreativitas itu muncul ? Jawaban : Alhamdulillah di SD sini diberi pembinaan dengan kita keluar ke sekolah lain sehingga guru menambag pengalaman mengajarnya dan melihat bermavam-macam proses pembelajaran sehingga bisa dijadikan referensi untuk kita sebagai guru. Pernah kemarin saya empat hari di SD 04 Sendang Mulyo melihat proses pembelajaran dan hal-hal baru dan bisa diterapkan disini, dan itu mungkin yang bisa membuat kreatif.
4.
Mengingat lagu-lagu edukatif jumlahnya masih terbatas, apa yang dilakukan guru untuk mengatasinya? Jawaban : yaa karna itu pembelajaran tematik kan tidak semua harus ada laguu, itu kemaren yang pengamatan ke 2 kan ada lagunyaa yg sesuai materi. Kalau tidak ada lagu yang pas ya paling lagu-lagu untuuk mengkondisikan kelas saja, agar siswa selalu senang.
5.
Apakah
ada
produk
kreativitas
berkenaan
dengan
lagu
untuk
menyampaikan materi yang bapak buat dan bagaimana produk tersebut ? Jawaban : kalau materi saya belum pernah membuat lagu mba. Paling hanya mengadopsi lagu yang sudah ada lalu dimodifikasi sendiri, semisal kayak
135
kemaren lagu naik-naik ke puncak gunung kan liriiknya menjjadi “naik-naik ke puncak pucuk, tinggi duwur sekali banget” , karena kita sebagai guru boleh ATM mba, Amati, Tiru, dan Modifikasi. Nah lagu itu dimodifikasi mba 6.
Dengan cara spontan atau persiapan terlebih dahulu dalam embuat produk kreatif tersebut? Jawaban : persiapan terlebih dulu mba, kadang sampai seminggu menyiapkan lagunya.
7.
Seberapa besar pengaruh lagu yang digunakan dalam pembelajaran tematik ? Jawaban : ya tergantung juga e mba, tapi tetep anak butuh fresh dulu. Nah dengan bernyanyi anak bisa fresh dan memperhatikan lagi. Jadi saya ajak bernyanyi dulu nanti mulai pelajaran lagi
8.
Bagaimana cara bapak memotivasi siswa agar giat belajar ? Jawaban : ya saya selalu ke anak-anak untuk semangat belajar anak-anak harus punya cita-cita harus punya impian agar punya acuan dalam belajar. Disamping nilai saya juga menanamkan akhlak yang baik. Jadi buat apa nilai baik namun akhlaknya jelek. Gitu mbak.
136
Lampiran 9 HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Nama : Ngatini, M.Pd Jabatan: Kepala Sekolah 12. Sejak kapan ibu menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri Sekaran 02 Semarang? Jawaban : saya menjadi Kepala Sekolah sejak 1 September 2016 13. Bagaimana sejarah SD Negeri Sekaran 02 Semarang ? Jawaban : kalo sejarahnya itu dulunya sekaran adanya SD sekaran saja. Nah karena perkembangan penduduk banyak akhirnya tahun 1974 berdirilah SD IMPRESS, jadi di setiap kelurahan itu ada Dulu sini itu SD IMPRESS. Jadi waktu itu tahun 90an muncul SD Sekaran 02. 14. Menurut Ibu, Kreativitas itu apa ? Jawaban : Kreativitas itu termasuk inovasi dalam pembelajaran, baik penggunaan medianya, media itu juga sebagai alat peraga. Jadi kalo guru bisa menggunakannya saya yakin anak-anak akan paham, karna dengan alat peraga pesan materi yang disampaikan itu akan lebih tersampaikan dan akan ingat. Apalagi yang kelas rendah, itu harus konkrit. Jadi disini itu mendukung sekali guru harus bisa inovasi kreativ itu, guru harus bisa ATM itu amati Tiru dan modifikasi kan akan menjadi produk. Mungkin dengan cara seperti itu, apalagi mencari di internet sudah banyak model pembelajaran gitu, cuman kelemahan kita di IT. 15. Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap proses pembelajaran ? Jawaban : besar sekali dong. Pesannya itu lhoo misalnya lewat lagu ituu akan bermakna, itupun harus dilakukan secara berulang-ulang. 16. Sebagai Kepala Sekolah, bagaimana ibu memberi motivasi terhadap guru yang lain untuk kreatif?
137
Jawaban : ya pada saat brifing selalu saya evaluasi, apalagi sekarang kita PPK (Penanaman Pendidikan Karakter), disitu harus saling sharing masalah bagaimana proses pembelajaran. Terus juga ada super visi pembelajaran mereka seperti praktik. Terus juga ketika jam pelajaran saya jalan-jalan melihat proses pembelajaran ke kelas kelas, oh guru ini ada interaksi dengan siswa, tidak hanya duduk, gitu lhooo.. dan itu dijadikan evaluasi. 17. Adakah pengalaman mengajar di SD Negeri 02 Sekaran ? Jawaban : Ada, saya mengajar 21 tahun di SD Negeri Sekaran 01 Semarang. Saya mengajar 10 tahun di kelas I. Lalu saya mengajar di kelas III dan V. 18. Gagasan baru apa yang pernah ibu buat berkenaan dengan kreativitas dalam pembelaaran tematik ? Jawaban : yaa ada. Saya pernah mengajar menggunakan daun yang nantinya di gunakan untuk media pembelajaran. Mungkin saat matematika ada pecahan bilangan lalu menghitung berapa helai, lalu “ini warma apa?” sudah IPA to mba ?, yang namanya tematik gitu. seperti itu mbak. Saya juga pernah sampai memecah gelas untuk mengajarkan bilangan pecahan, tapi kan itu gelasnya ada didalam plastik, jadi aman. Sampai segitunya mbak saya dulu mengajar. 19. Adakah produk kreativitas berkaitan dengan lagu yang ibu buat ? Jawaban : kalo dulu pas menngajar saya membuat lagu untuk mmengenalkan diri saya. I ni dibaca ini, Ibu dibaca ibu, Ti Ni dibaca Tini, coba ulangi ini ibu Tini. Ya gitu aja mba, kalo lagu untuk materi belum ada. Paling dengan memodifikasi lag uterus dilakukan pengubahan lagu mbak. Sudah hanya sekedar itu.
138
Lampiran 10 HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA Responden 1 Nama : Salwa Zhalifah (4) Apakah anda suka bernyanyi? Jawaban : saya memang suka bernyanyi kak (5) Bagaimana menurut anda mengenai pembelajaran tematik? Jawaban : kalo saya lebih memilih pelajaran seperti biasa, kayak IPA sendiri, IPS sendiri. Soalnya belajarnya satu-satu ndak sekaligus kayak pembelajaran tematik (6) Berapa besar pengaruh lagu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik? Jawaban : Ya, kalo sama nyanyi-nyanyi gitu jadi seneng. Terus kadang menghafalkan rumus-rumus itu pake lagu juga. Pak tuhin juga orangnya suka nyanyi dan ndak galak jadi seneng aja.
139
Responden 2 Nama : Oktaviano Arka Putra Ramadhan
1. Apakah anda suka bernyanyi? Jawaban : ya suka 2. Bagaimana menurut anda mengenai pembelajaran tematik? Jawaban : saya lebih enak pembelajaran tematik. Sekaligus banyak pelajarannya jadi satu, jadi belajarnya langsungan 3. Berapa besar pengaruh lagu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik? Jawaban : ya nyanyi-nyanyi jadi bikin pelajaran ndak membosankan
140
Lampiran 11 Dokumentasi
141
142
143