BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tujuan kebidanan masa kini dan waktu mendatang adalah menekan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak sampai kepada batas yang tidak dapat diturunkan lagi. Tujuan ini hanya dapat dicapai bila kita mampu mengenali dan menangani faktor-faktor medis dan nonmedis penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Kumpulan faktor-faktor tersebut dinamakan resiko tinggi, yang meliputi faktor umur, paritas, ras, status perkawinan, riwayat persalinan, gizi dan nutrisi, keadaan sosial ekonomi, psikis, komplikasi kehamilan, dsb. Mengembangkan obstetri-kliniko-sosial mengusahakan agar tenaga medis mampu mengenali kasus-kasus kehamilan resiko tinggi serta pengawasan antenatal yang teratur, memegang peranan penting dalam hal ini. Dengan demikian faktor-faktor risiko dapat ditemukan sedini mungkin, lalu dilakukan koreksi dan penanganan sehingga dapat menghilangkan atau memperkecil pengaruhnya terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja yang termasuk faktor resiko dalam kehamilan pada skor Poedji Rochjati? 2. Bagaimana cara mendeteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa saja faktor resiko pada ibu hamil 2. Untuk mengetahui bagaimana cara mendekteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati 1.4 Batasan Masalah Pada makalah ini akan membahas mengenai deteksi faktor resiko berdasarkan skor Poedji Rochjati.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deteksi Dini Kehamilan Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi masalah. Dapat dikatakan bahwa prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikaso dan penyakit yang lazim terjadi pada ibu masa kehamilan, persalinan dan masa nifas yaitu merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak seorang bidan dalam suatu mekanisme berupa memberikan informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu (ibu selama masih reproduksi) di daerah rawan atau dalam masa rawan sehingga mereka mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif terhadap kelainan, komplikasi dan penyakit yang lazim terjadi pada ibu masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pemeriksaan dini diperlukan untuk mendeteksi faktor resiko. Bidan professional harus dapat melakukan manajemen kebidanan tepat dan benar. Prinsip deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan sangat diperlukan, walaupun secara eviden based
dikatakan menurut beberapa penelitian yang
dilakukan, bahwa smeua wanita selama kurun reproduksi, terutama saat hamil selalu diwaspadai mengalami resiko, walau kita ketahui bahwa kehamilan adalah sifatnya fisiologi artinya semua wanita yang sehat dan telah menikah akan mengalami proses kehamilan. B. Faktor-faktor Resiko Kehamilan Beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu selama kehamilan, persalinan, dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non-medis. 2
a. Faktor non-medis antara lain adalah : kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama di negara-negara berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam faktor non-medis
adalah: status gizi buruk, social ekonomi yang rendah,
kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan. b. Faktor medis antara lain adalah: penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetric, gangguan plasenta, gangguan talipusat, komplikasi persalinan, penyakit neonates, dan kelainan genetic. Hobel dkk.(1997) mengemukakan terdapat sekitar 126 jenis resiko yang ditemukan pada masa hamil, persalinan dan nifas, termasuk pada bayi baru lahir. Faktor-faktor tersebut diberi nilai(score) kemudian digolongkan menjadi 4 golongan kasus resiko : 1. Low-low risk Adalah kasus-kasus baik pada kehamilan maupun dalam persalinan yang bukan/tidak ada resiko. 2. High-low risk Adalah kasus-kasus dengan resiko tinggi pada kehamilan, tidak ada resiko dalam persalinan. 3. Low-high risk Adalah kasus-kasus tanpa resiko selama kehamilan, tetapi dengan resiko tinggi persalinan. 4. High-high risk Adalah kasus-kasus dengan resiko tinggi baik dalam masa kehamilan maupun persalinan. Faktor-faktor resiko ada yang berhubungan dengan kehamilan saat ini dan juga faktor diluar kehamilan. Faktor-faktor yang harus diwaspadai yang berhubungan dengan kehamilan saat ini diantaranya: perdarahan pervaginam; hipertensi dimana terjadi kenaikan systole 30mmHg, diastole 15mmHg; kenaikan berat badan (BB) > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau kenaikan berat badan (BB)< ½ kg/minggu pada triwulan akhir kehamilan; odema (terutama bengkak pada wajah dan kelopak mata); pusing dan penglihatan berkunang-kunang; kehamilan ganda(kembar);kematian janin dalam kandungan; usia kehamilan <37minggu atau >42 minggu; ibu hamil dengan penyakit menahun; primigravida kepala belum 3
turun/masuk pintu atas panggul pada akhir kehamilan; (proteinuria protein dalam urine) positif 2 (++); muntah berlebihan; riwayat kehamilan; persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit. Faktor-faktor diluar kehamilan yang perlu diwaspadai antara lain: usia ibu <20th atau >35th ; pendidikan ibu rendah khususnya pengetahuan tentang kesehatan kurang; tinggi badan ibu <145cm; social ekonomi keluarga rendah; paritas>5; ibu mengidap penyakit infeksi atau menahun; arak antara 2 kehamilan kurang dari 2 tahun; riwayat kematian janin/bayi/anak lebih dari satu; persalinan preterm. Risiko kehamilan menurut Poedji Rochjati: 1. Ada potensi gawat obstetri (Faktor risiko kelompok 1), meliputi: a. Usia ibu pertama hamil terlalu muda (≤ 16 tahun) Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan diluar kurun waktu reproduksi sehat, terutama usia muda. Wanita berumur ≤ 16 tahun meningkatkan risiko bayi prematur, perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum. Faktor risiko kehamilan pada remaja antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, prematur, fetal distress, asfiksia neonatorum, BBLR, dan biasanya juga plasenta previa. Hal ini dapat disebabkan karena angka kecukupan gizi remaja yang kurang. b. Primi tua (kehamilan pertama terlalu tua) Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya preeklamsia.
Persalinan tidak lancar, sehingga memerlukan intervensi atau tindakan dalam persalinan
c. Usia ibu terlalu tua (≥ 35 tahun) Ibu hamil pada usia ini memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit obestris serta mortalitas dan morbiditas perinatal. Bagi ibu yang memilki penyakit kronis dan kondisi fisik yang rendah hal ini kemungkinan akan terjadi. Ada beberapa teori tentang kehamilan usia 35 tahun atau lebih : 1) Wanita umumnya mengalami penurunan kesuburan mulai dari umur 30 tahun. 2) Munculnya masalah kesehatan kronis (hipertensi, tumor, degeneratif tulang belakang dan panggul).
4
3) Diabetes melitus gestasional pada ibu usia tua, terjadi peningkatan kerusakan endotel vaskular progresif yang berhubungan dengan proses penuaan. 4) Preeklampsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok usia >40 tahun (3%) dibanding kelompok usia < 35 tahun (2,4%). 5) Kelainan kromosom anak (down syndrom). 6) Risiko keguguran. 7) Profil obstetri saat persalinan : 8) Keluaran Perinatal : a) BBLR. b) Asfiksia Neonatorum. c) Kematian Perinatal.7,17,20 d. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun) e. Jarak kehamilan terlalu jauh (≥ 10 tahun) Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. f. Jumlah anak terlalu banyak (≥ 4 anak) Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai karena semakin lama uterus semakin lemah sehingga memungkinkan untuk terjadinya persalinan lama, sebagai indikasi untuk persalinan dengan forcep dan vakum. g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek) Tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis, dimana berhubungan dengan distosia, ini menunjukan adanya penyulit dalam persalinan. Ibu dengan tinggi badan ≤ 145 cm meningkatkan risiko untuk mengalami penyulit dalam\ persalinan. Angka seksio sesarea karena CPD (Cephalopelvic Disproportion) 8,1% dari semua persalinan. h. Riwayat obstetri buruk 2. Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi: 1) Penyakit pada ibu hamil 2) Hamil kembar (gemelli) 3) Hamil kembar air 4) Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death) 5) Kehamilan lebih bulan/serotous 5
6) Kehamilan dengan kelainan letak 3. Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi: 1) Perdarahan pada kehamilan a) Plasenta previa Plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, dan janin dapat hidup diluar uterus. b) Solusio plasenta Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri, terjadi pada trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai dengan perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, dan gerak janin berkurang. Sebaiknya dilakukan penanganan pada rumah sakit. 2) Preeklamsia berat/eklamsia Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan tanda dari laboratorium dengan proteinuria 2+, oliguria, hiperefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium dan kejang. Eklamsia adalah kasus akut pada penderita preeklamsia yang disertai kejang menyeluruh dan koma. Perawatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit diisolasi pada kamar gelap, dan beri obat anti kejang magensium sulfat (MgSO4).34 Preeklamsia dan eklmsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan seksio sesarea, karena sangat berisiko untuk ibu bila harus mengejan, baik persalinan normal ataupun tindakan pervaginam. C. Skor Poedji Rochjati 1. Definisi Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor Poedji Rochjati. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, kehamilan risiko rendah, kehamilan risiko tinggi dan kehamilan risiko sangat tinggi,tentang usia ibu hamil, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat penyakit ibu hamil. a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2. b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10. 22 c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥12 2. Tujuan
6
a. akukan pengelompokan sesuai dengan risiko kehamilannya, dan mempersiapkan
tempat
persalinan
yang
aman
sesuai
dengan
kebutuhannya. b. Melakukan pemberdayaan terhadap ibu hamil, suami, maupun eluarga agar mempersiapkan mental, biaya untuk rujukan terencana. 3. Fungsi a. Alat komunikasi untuk edukasi kepada ibu hamil, suami maupun keluarga untuk kebutuhan pertolongan mendadak ataupun rujukan terencana. b. Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Semakin tinggi skor, maka semakin intensif pula perawatan dan penanganannya. 4. Cara Pemberian Skor a. Kondisi ibu hamil umur, paritas dan faktor risiko diberi nilai 2,4, dan 8. b. Pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai skor awal. c. Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak sungsang, luka bekas sesar,
letak
lintang,
perdarahan
antepartum,
dan
preeklamsia
berat/eklamsia diberi skor 8. 5. Pencegahan kehamilan risiko tinggi a. Informasi dan edukasi /KIE untuk kehamilan dan persalinan aman. 1) Kehamilan risiko rendah (KRR), persalinan dapat di rumah ataupun polindes, tetapi penolongnya harus bidan. Dukun hanya membantu pada saat nifas. 2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), harus diberi penyuluhan untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau langsung di rumah sakit saja. Terutama pada letak lintang primigravida, dengan tinggi badan rendah. 3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan untuk langsung di rujuk ke rumah sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis. b. Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal 4 kali. c. Imunisasi TT dua kali selama kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus neonatorum. d. Makan makanan bergizi selama kehamilan. e. Menghindari hal-hal yang menibulkan komplikasi pada ibu hamil. (1) Bekerja terlalu keras. 7
(2) Merokok, minum alkohol, pecandu narkotika yang menyebabkan cacat bawaan pada janin. (3) Obat-obatan. (4) Berdekatan dengan penyakit menular. (5) Pijat urut di perut. (6) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil. f. Mengenali tanda – tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan tanda risiko tinggi langsung periksa ke puskesmas, polindes,bidan, rumah bersalin, atau rumah sakit. D. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Cara Persalinan 1. Faktor Ibu yaitu meliputi: a) Usia ibu b) Paritas (jumlah persalinan yang telah dialami ibu) c) Pendidikan ibu d) Sosial ekonomi e) Risiko kehamilan atau kondisi kehamilan · Ada potensi gawat obstetri (faktor risiko kelompok I) · Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II) · Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III)
2. Faktor Gizi a. Tinggi badan b. Status gizi/IMT Status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh pada kehamilan. Kehamilan yang kekurangan gizi akan berakibat buruk pada janinnya. Seperti ibu yang mengalami anemia akan menurunkan suplai oksigen ke janin. Sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang mempunyai status gizi kurang memiliki risiko 5,4 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berstatus gizi normal. c. Pertambahan berat badan Pada proses kehamilan terjadi pertambahan berat badan. Risiko persalinan seksio sesarea meningkat seiring dengan meningkatnya IMT seseorang. Kenaikan berat badan proporsional merupakan prediktor penting persalinan seksio sesarea. 8
d. Kadar Hb Anemia pada kehamilan lazim terjadi biasanya disebabkan oleh karena defesiensi besi sekunder, terhadap kehamilan sebelumnya atau masukan besi yang tidak adekuat. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah <11 gr%. 3. Faktor Kesehatan a. Tekanan darah Hipertensi pada kehamilan yang paling sering ditemui merupakan tanda pada penyakit preeklamsia dan eklamsia yang merupakan indikasi dari seksio sesarea. b. Penyakit penyerta Wanita yang mempunyai penyakit-penyakit kronik sebelum kehamilan, seperti jantung, paru, ginjal, diabetes mellitus, malaria, dan lainnya termasuk dalam kehamilan risiko tinggi yang dapat memperburuk proses persalinan. c. Penyakit infeksi dan parasit Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit seperti toksoplasmosis, penyakit kelamin, dan virus seperti HIV/AIDS yang dapat menyebabkan kelainan jalan lahir dan kelainan kongenital. d. Riwayat komplikasi obstetrik Wanita yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan maupun persalinan sebelumnya, seperti abortus, lahir mati, bayi prematur, persalinan sebelumnya dengan tindakan yaitu ekstraksi vakum dan forcep dan seksio sesarea merupakan risiko untuk persalinan selanjutnya. 4. Faktor Pemeriksaan Kehamilan dan Pertolongan Persalinan a. Perawatan Kehamilan (Antenatal Care/ANC) Perawatan selama kehamilan sangat berperan dalam mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin. Standar pemeriksaan dan perawatan kehamilan yang dianjurkan WHO dan Departemen Kesehatan minimal 4 kali untuk mengetahui kondisi kehamilan berisiko. b. Rujukan Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan) untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan 9
yang rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna. c. Tempat tinggal Keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Jarak membatasi kemampuan dan kemauan seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas,komunikasi sulit, dan di daerah tersebut tidak terdapat rumah sakit. d. Penolong persalinan sebelumnya
10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Faktor resiko dalam kehamilan pada skor poedji rochjati Terdiri dari factor medis dan non medis a. Faktor non-medis antara lain adalah Kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama di negara-negara berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam factor non-medis adalah: status gizi buruk, social ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan. b. Factor medis antara lain adalah Penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetric, gangguan plasenta, gangguan talipusat, komplikasi persalinan, penyakit neonates, dan kelainan genetic. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut: Risiko Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok: 1.
Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2.
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat. 11
3.
Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12 Kehamilan dengan faktor risiko:
·
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
·
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003). Batasan Faktor Risiko / Masalah
a.
Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai) 1. Primi muda Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
Bayi lahir belum cukup umur
Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua Lama perkawinan ≥ 4 tahun
·
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
Suami istri tinggal serumah
Suami atau istri tidak sering keluar kota
Tidak memakai alat kontrasepsi (KB) Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.
Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).
·3. Pada umur ibu ≥ 35 tahun Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan
12
lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
Hipertensi / tekanan darah tinggi
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun
Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
4. Primi tua sekunder Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:
Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi: 13
Persalinan dapat berjalan tidak lancar
Perdarahan pasca persalinan
Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati, 2003).
5. Grande multi Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
Kekendoran pada dinding perut
Tampak ibu dengan perut menggantung
Kekendoran dinding rahim
Bahaya yang dapat terjadi:
Kelainan letak, persalinan letak lintang
Robekan rahim pada kelainan letak lintang
Persalinan lama
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. (Rustam M., 1998)
Pada grandemultipara bisa menyebabkan:
Solusio plasenta
Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)
6. Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi: ·
Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
·
Ketuban pecah dini
·
Persalinan tidak lancar / macet
·
Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
14
7.
Tinggi badan 145 cm atau kurang Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini: Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
8.
Riwayat obstetric jelek (ROJ) Dapat terjadi pada ibu hamil dengan: Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
Keguguran
Lahir belum cukup bulan
Lahir mati
Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan Bahaya yang dapat terjadi:
Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
9.
Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam: Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
Robekan / perlukaan jalan lahir 15
Perdarahan pasca persalinan
Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
Radang, bila tangan penolong tidak steril
Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
Perdarahan
Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003). 10. Bekas operasi sesar Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).
b. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas) 1.Penyakit pada ibu hamil a.Anemia (kurang darah) Keluhan yang dirasakan ibu hamil:
Lemah badan, lesu, lekas lelah
Mata berkunang-kunang
Jantung berdebar
Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:
Pucat pada muka
Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Dari hasil Laboratorium:
Kadar Hb < 11 gr%
Pengaruh anemia pada kehamilan:
Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah
Persalinan premature 16
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
Kematian janin mati
Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
Persalinan lama
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:
kematian mudigah
kematian perinatal
prematuritas
dapat terjadi cacat bawaan
cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)
b.Malaria Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
Panas tinggi
Menggigil, keluar keringat
Sakit kepala
Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat terjadi:
Abortus
IUFD
Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
c.Tuberculosa paru Keluhan yang dirasakan:
Batuk lama tak sembuh-sembuh
Tidak suka makan
Badan lemah dan semakin kurus
Batuk darah
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang. 17
Bahaya yang dapat terjadi:
Keguguran
Bayi lahir belum cukup umur
Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
d.Payah jantung Keluhan yang dirasakan:
Sesak napas
Jantung berdebar
Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
Nadi cepat
Kaki bengkak
Bahaya yang dapat terjadi:
Payah jantung bertambah berat
Kelahiran prematur
Dalam persalinan:
BBLR
Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002) e.Diabetes mellitus Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir
Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
Persalinan prematur
Hydramnion
Kelainan bawaan
Makrosomia
Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
18
Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati, 2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
pre-eklamsia
kelainan letak janin
insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
inersia uteri dan atonia uteri
distosia bahu karena anak besar
lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea
lebih mudah terjadi infeksi
angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi.(Hanifa Wiknjosastro, 1999) f.HIV / AIDS Bahaya yang dapat terjadi:
Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur
Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).
g.Toksoplasmosis Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi:
Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji Rochjati, 2003).
2.Pre-Eklamsia ringan Tanda-tanda:
Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
Tekanan darah tinggi 19
Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan. Bahaya bagi janin dan ibu:
Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.Hamil kembar Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
Sesak napas
Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
Varises
Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
Keracunan kehamilan
Hidramnion
Anemia
Persalinan prematur
Kelainan letak
Persalinan sukar
Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Pengaruh terhadap ibu:
Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva 20
Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir.
Pengaruh terhadap Janin:
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
4.Hidramnion / Hamil kembar air Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat. Keluhan-keluhan yang dirasakan:
Sesak napas
Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
Keracunan kehamilan
Cacat bawaan pada bayi
Kelainan letak
Persalinan prematur
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
penyakit jantung
nefritis
edema umum (anasarka)
anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)
5.Janin mati dalam rahim Keluhan-keluhan yang dirasakan: 21
Tidak terasa gerakan janin
Perut terasa mengecil
Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam. Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
DJJ tidak terdengar
Hasil tes kehamilan negatif
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
6.Hamil serotinus / Hamil lebih bulan Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
Janin mengecil
Kulit janin mengkerut
Lahir dengan berat badan rendah
Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
7.Letak sungsang Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
8.Letak lintang Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya: 22
Bahaya bagi ibu
Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
Infeksi
Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
c.Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi) 1.Perdarahan antepartum (Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi) Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut rahim.
Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
Dapat membahayakan ibu:
Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ibu dapat meninggal
Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2.Pre-Eklamsia berat / Eklamsia Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-
23
kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit. Bahaya yang dapat terjadi:
Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
Bahaya bagi janin:
Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.2 Langkah-langkah Pencegahan Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan: 1.Satu kali pada triwulan I (K1) 2.Satu kali pada Triwulan II 3.Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003). Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003). Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai: 1.Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir. 2.Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya. 3.Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
24
Tujuan perawatan antenatal: Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan: 1.Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik meupun mental yang merugikan. 2.Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental 3.Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya 4.Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003). Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati, 2003). Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002) Asuhan Antenatal 1. Anamnesis Riwayat
Riwayat obstetri Riwayat penyakit
kehamilan ini
lalu
· Usia ibu hamil · ·
Hari haid
Jumlah· Jantung
pertama kehamilan terakhir,·
siklus haid · Perdarahan per·
Mual
· Tekanan darah tinggi · Respon ibu dan keluarga
· TBC
terhadap kehamilan ·
Jumlah· Pernah operasi persalinan cukup · Alergi obat / makanan ·
· Keputihan ·
· Status perkawinan
Jumlah· Diabetes Melitus persalinan
vagina
Riwayat sosial ekonomi
bulan dan·
· Ginjal Jumah· Asma 25
Jumlah keluarga
di
rumah yang membantu Siapa keputusan keluarga
pembuat dalam
muntah ·
persalinan
Masalah kelainan
· Epilepsy
/ prematur pada·
kehamilan sekarang
·
· Penyakit hati
Jumlah
Kebiasaan makan dan minum
anak · Pernah kecelakaan
·
hidup
Kebiasaan menggunakan
·
Jumlah
·
jamu – jamuan) · Perdarahan pada
Pekerjaan dan aktivitas sehari – hari
kehamilan,
·
persalinan, nifas
Pilihan tempat untuk melahirkan
terdahulu.
· Pendidikan
Adanta
· Penghasilan
hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu · Berat bayi <2,5 kg atau
berat
bayi 4 kg · Adanya masalah masalah
selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu
2. Pemeriksaan Fisik umum
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Luar
dalam
Kunjungan
Pada
pertama:
kunjungan :
· Tekanan darah ·
–
· Kehidupan seksual
– obat (termasuk· Jumlah aborsi
–
obat
obatan dan alkohol
· Pemakaian obat keguguran
·
merokok,
setiap Pada kunjungan · Varises
Mengukur· Kondiloma 26
Laboratorium
Kunjungan pertama: Darah : · Hemoglobin
· Suhu badan
tinggi
· Nadi
uteri
· Pernafasan
·
fundus· Edema
· Glukosa
· Hemeroid
· VDRL
Palpasi untuk · Kelainan lain
· Berat badan
menentukan
Urin:
· Tinggi badan
letak janin (atau Pemeriksaan
· Warna, bau, kejernihan
· Muka : Edema, lebih 28 minggu) dengan pucat
·
Auskultrasi Spekulum untuk · Glukosa
· Mulut & Gigi : detak kebersihan, karies,
janin
tonsil,
· Protein
jantung menilai:
· Nitrit/LEA
· Serviks ·
paru
Tanda-tanda infeksi
· Tiroid / gondok ·
·
Tulang
Cairan
dari
ostium uteri
belakang/ punggung
:
scoliosis ·
Pemeriksaan
Payudara puting
:
susu,
·
Serviks*
·
Uterus*
·
Adneksa*
·
Bartholin
:
·
Skene
varises,
·
Uretra
tumor ·
Abdomen
:
bekas operasi ·
Ekstermitas edema,
reflesk patella ·
untuk menilai:
Costrovertebral Angle
*bila
usia
kehamilan
<12
minggu
Tenderness (CVAT) ·
Kulit
:
kebersihan/ penyakit kulit Kunjungan berikut: · Tekanan darah 27
· Berat badan · Edema ·
Masalah
dari
kunjungan pertama
v
Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi v
Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi perut untuk menetukan : ·
Besar dan konsistensi rahim,
·
Bagian-bagian janin, letak, presentasi,
·
Gerakan janin,
·
Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi ada bermacam-macam :
·
Menurut Leopold dengan variasi
·
Menurut Knebel,
·
Menurut Budin, dan
·
Menurut Ahlfeld Manuver palpasi menurut Leopold: Leopold I :
·
pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
·
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
·
konsistensi uterus Variasi menurut Knebel:
·
menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas simfisis Leopolld II :
·
menentukan batas samping rahim kana-kiri
·
menentukan letak punggung janin
·
pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin Variasi menurut Budin: 28
·
menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus Leopold III :
·
menentukan bagian terbawah janin
·
apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang Variasi menurut Ahlfeld:
·
menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut Leopold IV:
·
pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
·
bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus, gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M, 1998)
Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri. Akhirbulan Besar uterus
Tinggi fundus uteri
1
Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpalasi)
2
Telur bebek
Di belakang simfisis
3
Telur angsa
1-2 jari diatas simfisis
4
Kepala bayi
Pertengahan simfisis-pusat
5
Kepala dewasa
2-3 jari di bawah pusat
6
Kepala dewasa
Kira-kira setinggi pusat
7
Kepala dewasa
2-3 jari di atas pusat
8
Kepala dewasa
Pertengahan pusat-proc. Xyphoideus
9
Kepala dewasa
3 jari di bawah Px atau sampai setinggi Px
10
Kepala dewasa
Sama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan: (1) Dihitung dari tunggal haid terakhir (2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “felling life” (quickening)
29
(3) Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan. (4) Menurut Ahlfeld :” Ukuran kepala-bokong”= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan. (5) Rumus Johnson –Tausak:BB =(mD - 12) x 155 v
Auskultasi Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:
(1) dari janin : ·
djj pada bulan ke 4-5
·
bising tali pusat
·
gerakan dan tendangan janin
(2) dari ibu: ·
bising rahim (uterine souffle)
·
bising aorta
·
peristaltic usus Cara menghitung djj:
·
setiap menit misalnya 140 kali per menit
·
dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj, contoh: 11
12
11
djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur 10
14
9
djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur (Rustam M, 1998) v
Pemeriksaan Dalam
·
Vaginal toucher (VT)
·
Rectal toucher (RT) Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :
(1) Bagian terbawah janin (2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya. (3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii (4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya (5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul 30
Perlvimetri klinik : ·
Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV)
Indikasi pemeriksaan dalam : (1) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan oleh penolong (2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan (3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD (4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju – maju (5) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif (6) Menentukan nilai skor pelvis Pada kehamilan triwulan pertama : ·
Pembesaran rahim dan konsistensinya
·
Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick Pada kehamilan lanjut dapat dinilai :
·
Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap
·
Bagian anak paling bawah : kepala, bokong, serta posisinya.
·
Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge.
·
Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak
·
Sacrum cekung atau bentuk lain
·
Spina ischiadika menonjol atau tidak
·
Arkus pubis cukup lebar atau tidak
·
Serviks : effacement, tipis atau tebal
·
Apakah pada kepala janin ada kaput atau tudak
·
Dan lain – lain (Rustam M, 1998)
v
Pemeriksaan Rontgenologik Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat keragu – raguan pada pemeriksaan obstetrik. Misalnya, pada wanita yang selalu gemuk (obesitas), penderita yang tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang. Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan akan tampak tulang – tulang janin. 31
Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi tentang keadaan janin dalam kandungan : ·
Letak dan posisi janin
·
Tanda – tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK)
v
Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang – kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.
v
Ultrasonografi Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin. (Rustam M, 1998) 3. Diagnosis Diagnosis dibuat untuk menentukan hal – hal sebagai berikut : Kategori
Gambaran
Kehamilan normal
Ibu sehat Tidak ada riwayat obstetri buruk Ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
Kehamilan dengan masalah Seperti masalah keluarga atau psiko – sosial, kekerasan dalam rumah
khusus
tangga, kebutuhan finansial, dll.
Kehamilan dengan masalah Seperti hipertensi, anemia berat, kesehatan
yang preeklampsia,
pertumbuhan
janin
membutuhkan rujukan untuk terlambat, infeksi saluran kemih, konsultasi dan atau kerja penyakit kelamin dan kondisi lain – sama penanganannya
lain yang dapat memburuk selama kehamilan
Kehamilan dengan kondisi Seperti kegawat
daruratan
perdarahan,
eklampsia,
yang ketuban pecah dini, atau kondisi – 32
membutuhkan
rujukan kondisi kegawatdaruratan lain pada
segara
ibu dan bayi.
4. Penatalaksanaan Kategori
Gambaran
Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal. ·
Lihat bagian penilaian
2. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan kehamilan. · Tekanan darah – di bawah 140/90 · Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan · Edema hanya pada ekstremitas ·
Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari – jari tanggan dapat disamakan dengan usia kehamilan
· Detak jantung janin 120 sampai 160 setak per menit · Gerakan janin + setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
3. Memberikan zat besi (lihat jadwal) 4. Memberikan imunisasi TT (lihat jadwal) 5. Memberikan konseling ·
Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari, mgnkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)
· ·
Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah Perubahan fisiologi : tambah berat badan, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan/atau varises, hubungan suami – istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).
·
Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan
·
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda – tanda bahaya berikut : 33
-
Perdarahan per vaginam,
-
Sakit kepala lebih dari biasa
-
Gangguan penglihatan
-
Pembengkakan pada wajah / tangan
-
Nyeri abdomen (epigastrik)
-
Janin tidak bergerak sebanyak bisanya ·
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di rumah (untuk tingkat desa) :
-
Sabun dan air
-
Handuk dan selimut bersih untuk bayi
-
Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan
-
Mendiskusikan
praktek
–
praktek
tradisional,
posisi
melahirkan, dan harapan – harapan -
Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan selama persalinan di rumah.
·
Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan
·
Petunjuk dini : untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk :
-
Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya – biaya perawatan kegawatdaruratan.
-
Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan cara mengeluarkan puting susu dengan menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.
Kehamilan dengan
normal1. kebutuhan2.
hamil
masalah
Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalah – masalahnya
khusus
Ibu
Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas
dengan 1. ·
Merujuk ke dokter untuk konsultasi. Menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi 34
kesehatan/komplikasi (dokter, puskesmas, dokter obgin dsb) yang membutuhkan 2.
Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan.
rujukan
Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
untuk 3.
konsultasi atau kerja surat dengan hasil dari rujukan sama penanganann 4.
Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
5.
Memberikan layanan / asuhan antenatal
6.
Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah :
Menyepakati di antara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu mertua).
Persiapan/pengaturan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.
Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat persalinan yang aman. Apakah ibu hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah ia meminta dana masyarakat ?
Persiapan
asuhan
anak
jika
dibutuhkan
selama
persalinan Kegawatdaruratan 1.
Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayananan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai.
2. ·
Sambil menunggu transportasi, Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan
·
Mulai memberikan cairan infus (IV)
3.
Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya
4.
Membawa obat dan kebutuhan – kebutuhan lain
5.
Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat rujukan
35
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama hamil. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dini komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan partograf menurut WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk ke rumah sakit. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998) Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)
3.3 Cara mendeteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati Cara nilai skor poedji rochjati sebagai berikut Bagi tenanga paramedic atau tenaga kesehatan lainnya, memang agak sulit menggolongkan kasus resiko tinggidengan cara criteria. Maka dibuatlah cara yang lebih praktis yaitu membuat daftar nilai yang dapat diisi para medis sebagai contoh, disini dikemukakan daftar skor oleh Rochjati (Surabaya). Daftar skor ini dapat diisi pada setiap kasus yang datang waktu pemeriksaan antenatal. Dengan perhitungan secara statistic diperoleh nilai 150 sebagai batas pemisah antara kehamilan resiko tinggi dan bukan resiko tinggi. Dasar perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian evaluasi terhadap hasil persalinan berupa: prematuritas, skor APGAR dibawah 7, dan kematian perinatal. Contoh daftar skor Rochjati Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat dengan KSPR biasanya digunakan untuk menentukan tingkat resiko pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji Rochjati dan pertama kali diguakan pada tahu 1992-1993. KSPR telah disusun dengan format yang sederhana agar mempermudah kerja tenaga kesehatan untuk melakukan skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu kedalam kategori sesuai ketetapan sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat terhadap ibu hamil berdasarka kartu ini. dibawah ini akan ditamplkan tabel Kartu Skor Poedji Rochjati: Kartu Skor Poedji Rochjati I
II
III
IV
K
NO.
Masalah / Faktor Resiko
SKO
36
Triwulan
EL
R
F. R
I
Skor Awal Ibu Hamil
2
1
Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun
4
2
Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun
4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun
4
3
Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun
4
4
Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun
4
5
Terlalu banyak anak, 4 atau lebih
4
6
Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun
4
7
Terlalu pendek ≥145 cm
4
8
Pernah gagal kehamilan
4
Pernah melahirkan dengan 4 a.terikan tang/vakum 9
10 II
b. uri dirogoh
4
c. diberi infus/transfuse
4
Pernah operasi sesar
8
Penyakit pada ibu hamil 4 a. 11 c.
12
Kurang Darah
b. Malaria,
TBC Paru
d. Payah Jantung
4
e.
Kencing Manis (Diabetes)
4
f.
Penyakit Menular Seksual
4
Bengkak pada muka / tungkai
4
37
I
2
II
III.1
III. 2
dan tekanan darah tinggi.
III
13
Hamil kembar
4
14
Hydramnion
4
15
Bayi mati dalam kandungan
4
16
Kehamilan lebih bulan
4
17
Letak sungsang
8
18
Letak Lintang
8
19
Perdarahan dalam kehamilan ini
8
20
Preeklampsia/kejang-kejang
8
JUMLAH SKOR
38
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Faktor risiko dalam kehamilan pada skor poedji rochjati terdiri dari faktor medis dan non medis. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT (Kehamilan Risiko Tinggi) adalah risiko yang dibedakan antara risiko rendah, risiko menengah, dan risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok, yaitu Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2, Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, dan Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Menurut Poedji Rochyati, faktor-faktor tersebut memiliki batasan risiko/masalah yakni adanya APGO (Ada Potensi Gawat Obstetri), AGO (Ada Gawat Obstetri), dan AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetri). Tentunya setiap dampak yang ditimbulkan memiliki langkah pencegahan sendiri. Untuk itu, dibentuk cara mendeteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati. Dengan perhitungan secara statistic diperoleh nilai 150 sebagai batas pemisah antara kehamilan resiko tinggi dan bukan resiko tinggi. Dasar perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian evaluasi terhadap hasil persalinan berupa: prematuritas, skor APGAR dibawah 7, dan kematian perinatal. 4.2 Saran Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu untuk melakukan pendeteksian dini terhadap semua ibu hamil untuk mengetahui kemungkinan mengalami kehamilan yang berisiko tinggi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Syaifuddin, Prof. dr., Sp.OG, MPH, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke – 1, cetakan ke – 3, JNPKKR – POGI, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, hal 03-336. Ben-zior Taber, MD, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Edisi-1, Cetakan1, EGC, Jakarta, 1994, hal 121-24. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-2, EGC, Jakarta, 2006, hal 934-1312. Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kandungan, Edisi-2, Cetakan ke-3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 336-498. Ida Bagus Gde Manuaba, Prof, dr, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1998, hal 26-252. Indra Cahaya S, Ir,Msi, http://library.USU.ac.id, Pengaruh Malaria Selama Kehamilan, Google, 2003. Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan-1, Airlangga University Press, Surabaya, 2003, hal 27-128. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta Yeyeh, Ali. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Trans Info Media : Jakarta
40