Skenario 6.docx

  • Uploaded by: adek
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skenario 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,741
  • Pages: 55
SKENARIO Seorang ibu G2P1A0 berusia 27 tahun dengan usia kehamilan 40 minggu melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3,2 kg, panjang 47 cm dengan spontan, warna ketuban jernih, tidak ada mekoneum. Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit, skor APGAR 5-7-10. Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam, tidak ada demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu didapatkan tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negative, HbSAg negative, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibu di bawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu. Keesokan harinya bayi tampak kuning dan ibu mengeluh ASI nya masih sedikit, namun dokter mengatakan agar bahwa hal tersebut bukan suatu kegawatdaruratan dan tetap menyarankan ibu untuk tenang dan terus memberikan ASI Eksklusif. Ibu tersebut khawatir apakah kuning pada bayi nya disebabkan perkembangan yang tidak optimal selama dalam kandungan.

KLASIFIKASI ISTILAH: 1. Mekoneum: adalah kotoran atau feses yang dihasilkan oleh bayi pertama kali bewarna hijau. 2. Tonus Otot: adalah kontraksi otot yang terjadi dan selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri. 3. Resusitasi: adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti nafas karna sebab-sebab tertentu. 4. Ventilasi Tekanan Positif: tahap resusitasi, menghasilkan udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk bernafas lebih mudah. 5. Retraksi: adalah pemendekan otot-otot setelah kontraksi. 6. ANC: pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan fisik dan mental ibu. 7. TORCH: gabungan dari toxoplasma gondi, rubella, cytomegalovirus, dan herpes zoster pada ibu hamil. 8. APGAR Score: adalah singkatan dari appearance, pulse, grimace, activity, dan respiration. 9. HbSAg: antigen hepatitis B permukaan. 10. G2P1A0: kehamilan kedua, persalinan pertama, dan tidak ada abortus.

IDENTIFIKASI MASALAH: 1. Jelaskan klasifikasi neonatus berdasarkan usia gestasi? 2. Bagaimana interprestasi air ketuban pada skenario? 3. Bagaimana keadaan fisiologis bayi lahir normal? 4. Bagaimana adaptasi bayi baru lahir intrauterine sampai ekstrauterin? 5. Bagaimana tindakan resusitasi pada bayi tersebut? 6. Jelaskan mengenai skor APGAR dan interprestasi pada kasus? 7. Bagaimana penatalaksanaan bayi baru lahir? 8. Apa penyebab bayi tersebut tidak bernafas saat baru lahir? 9. Apa penyebab tonus otot pada bayi kurang baik? 10. Apa hubungan kondisi bayi dengan riwayat kehamilan ibu? 11. Bagaimana interprestasi dan hasil catatan kesehatan ibu dan tujuannya? 12. Jelaskan persyaratan rawat gabung antara bayi baru lahir dengan ibu? 13. Jelaskan mengenai IMD! 14. Bagaimana manajemen laktasi? 15. Apa saja kandungan dan manfaat pemberian ASI? 16. Apa saja kontraindikasi pemberian ASI pada bayi baru lahir? 17. Apakah ada hubungan pemberian ASI yang sedikit dengan keadaan bayi tampak kuning? 18. Apa saja dan jelaskan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir? 19. Jelaskan mekanisme dan perbedaan ikterus fisiologis dengan patologis pada bayi!

ANALISIS MASALAH : 1. Jelaskan klasifikasi neonatus berdasarkan usia gestasi? Jawaban :1 Klasifikasi

NeonatusBayi

baru

lahir

atau

neonatus

di

bagi

dalam

beberapakasifikasi menurut Marmi (2015), yaitu :1 1)Neonatus menurut masa gestasinya: a)Kurang bulan (preterm infant):<259 hari(37minggu) b)Cukup bulan (term infant):259-294 hari(37-42 minggu) c)Lebih bulan (postterm infant) :>294 hari(42 mingguataulebih) 2)Neonatus menurut berat badanlahir: a)Berat lahir rendah:<2500 gram b)Berat lahir cukup: 2500-4000 gram c)Berat lahir lebih:>4000 gram 3)Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masagestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masakehamilan): a)Nenonatuscukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) b)Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

2. Bagaimana interprestasi air ketuban pada skenario? Jawaban :2 Air ketuban merupakan cairan yang terdapat didalam rongga amnion yang diliputi oleh selaput janin. Rongga amnion sendiri mulai terbentuk pada hari ke 10-20 setelah pembuahan. Cairan ini akan menumpuk didalam rongga amnion yang jumlahnya meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, dimana terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Volume air ketuban bertambanh banyak deangan makin tuanya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minnggu volumenya ±50 ml, pada usia 20 minggu antara 350-400ml, dan pada saat usia kehamilan 10 mencapai 36-38 minggu kira-kira 1000 ml. Selanjutnya volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm, tidak jarang mencapai kurang dari 500 ml. Air ketuban sendiri berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. 2

Air ketuban yang berubah menjadi berwarna kehijauan atau kecoklatan, menunjukkan bahwa neonates telah mekonium, menjadi petanda bahwa neonates dalam keadaan stress dan hipoksia. Menyebabkan peristaltic usus dan otot sfingter ani relaksasi sehingga mekonium dapat keluar melalui anus. Mekonium merupakan feses pertama janin dan neonates yang juga mengandung enzim pankreas,asam lemak bebas, orfirin, interleukin-8, fosfolipase A2 , bilirubin indirek, dan bilirubin direk. Air merupakan kmponen terbesar (85%-95%),sehingga kekeruhan air ketuban sebagian besar disebabkan oleh mekonium yang mengandung feses dan asam empedu.2

3. Bagaimana keadaan fisiologis bayi lahir normal? Jawaban :3 Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010).3 Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyutjantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjangdan lemas,nilai APGAR >7,refleks-refleks sudah terbentukdengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitaliapada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penisberlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan.3 (Dewi,L.Nanny Vivian Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.2010) 4. Bagaimana adaptasi bayi baru lahir intrauterine sampai ekstrauterin? Jawaban :3,4 Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan

interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.4 Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir adalah sebagai berikut,3 Sebelum Lahir

Sesudah Lahir

1. Lingkungan fisik

Cairan

Udara

2. Suhu Luar

Pada umumnya tetap

Berubah-ubah

3. Simulasi sensoris

Terutama

kinestetik

atau Bermacam-macam stimulli

vibrasi 4. Gizi

Tergantung zat gizi yang Tergantung terdapat dalam darah ibu

bahan

tersedianya

makanan

dan

kemampuan saluran cerna 5. Penyediaan oksigen

Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru-paru ke melalui plasenta

6. Pengeluaran metabolism

hasil Dikeluarkan

pembuluh darah paru-paru ke

peredaran darah ibu

sistem Dikeluarkan melalui paruparu,

kulit,

ginjal,

dan

saluran pencernaan

Perubahan Sistem Pernapasan4 Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara. Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan

pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura. Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran. Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut : 1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik) 2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik). 3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik). 4. Refleks deflasi Hering Breur. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik. a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan. b. Awal adanya napas Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah : 1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. 2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. 3. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin. 4. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : 

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru



Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan

permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e.

Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Perubahan Pada Sistem Sirkulasi4 Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi terutama selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah

dalam jumlah besar melalui plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi baik dari plasenta masuk ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutrama ke dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah. Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung berjalan turun melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria pulmonalis, kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta desenden dan melalui arteria umbilikalis masuk ke plasenta, tempat darah deoksigenisasi mengalami oksigenisasi. Sistem Sirkulasi dan Hematologi4 Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali. Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 1025 jam yang di sebabkan kontraksi otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu. Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi

aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.

Perubahan pada Sistem Peredaran Darah Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai barikut :

Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui, a.

Vena umbilical 1.

Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan bawah darah kaya akan

oksigen dan nutrisi. 2.

Vena ini punya satu cabang yang menghubungkan vena porta dan

menyuplai hati. b.

Ductus Venosus (dari vena ke vena) 1.

Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava inverior.

2.

Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deogsigenasi yang kembali

dari bagian bawah tubuh.jadi, darah terogsigenasi dengan baik . c.

Foramen ovale 1.

Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang merupakan

jalan masuk mayoritas darah dari vena cava inferior menyebrang ke dalam atrium kiri. 2.

Alas an pengalihan ini adalah darah tidak perlu melalui paru-paru untuk

mengumpulkan oksigen. d.

Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)

Duktus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik dibawah tempat terdapat arteri subklavia dan arteri carotid. e.

Arteri hipogastik

Percabangan dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk ke korda umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5 menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal4 Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Pada saat lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas. Sebagaian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan usus ). Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien, sedangkan absorpsi monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter jantung, sambungan esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena usus bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang peristaltiknya sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya. Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses penutupan usus ( permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan rentan terhadap infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen melalui penyerapan molekul-molekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami kompilasi kehilangan cairan, misalnya gangguan diare.

Perubahan imunitas4 Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital. Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis. istem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami: a. perlindungan oleh kulit membran mukosa b. fungsi saringan saluran napas c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa

anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan. IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus. Perubahan Sistem Ginjal4 Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram /hari.

Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc permenit.Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal. Fungsi ginjal belum sempurna karena : 

Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa



Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal



Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa

Perubahan Sistem Termoregulator 4

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan

mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–37,00C Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh: 

Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.



Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.



Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.



Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala hipotermi : 

Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.



Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.



Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.



Muka bayi berwarna merah terang



Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.

a.

Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir. b.

Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin. c.

Radiasi

Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok. d.

Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh 4 Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia.

Bayi dilahirkan dengan beberpa kemampuan melawan infeksi. Lini pertama dalam pertahanan adalah : kulit dan membran mukosa yang melindungi dari mikroorganisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imonologi yang menghasilkan jenis- jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti neutrofil, monosit , eosinofil. Lini ketiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen. Bayi umumnya tidak dapat menghasilkan ig ( immunoglobin ) sendiri sampai usia 2 bulan . bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu , antibody tersebut akan mengalir ke bati melalui plasenta.

5. Bagaimana tindakan resusitasi pada bayi tersebut? Jawaban :5

Alur resusitasi: A. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika diperlukan, mengeringkan, merangsang) B. Ventilasi C. Kompresi dada D. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume

Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus: 

Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.



Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara dibanding dengan oksigen 100%.



Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen) , dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.



Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).



Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.



Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.



Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.



Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

Langkah Awal Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas. Membersihkan jalan napas: a. Jika cairan amnion jernih. Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP. b. Jika terdapat mekonium. Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten. Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma. Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika: 

Resusitasi diantisipasi



VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas



Sianosis menetap



Oksigen tambahan diberikan.

Pemberian oksigen tambahan Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik

resusitasi dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan frekuensi denyut jantung normal. Ventilasi Tekanan Positif (VTP) Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai. Pernapasan awal dan bantuan ventilasi Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit. Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung. Tekanan akhir ekspirasi Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin. Alat untuk ventilasi Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea. Pemasangan intubasi endotrakeal Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah: 

Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.



Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.



Jika dilakukan kompresi dada.



Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat sangat rendah.

Kompresi dada Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih dari 60 per menit. Medikasi Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume atau ke duanya dapat dilakukan. Epinefrin Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 – 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL). Pengembang volume Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan darah dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat diulangi. Perawatan pasca resusitasi Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal, mempunyai risiko untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan. Nalokson Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang bersalin untuk bayi dengan depresi napas. Glukosa Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian hipoksik iskemik.

Pemberian glukosa intravena harus dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan menghindari hipoglikemia. Hipotermia untuk terapi Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian ini menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang memadai.

6. Jelaskan mengenai skor APGAR dan interprestasi pada kasus? Jawaban :6 PENGERTIAN APGAR SCORE APGAR score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang pada menit ke 10 – 15. Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari. (Adelle, 2002). Kata APGAR dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952. Lalu tahun 1962, Joseph membuat akronim dari kata APGAR tersebut, yaitu Appearance (colour = warna kulit), Pulse (heart rate = denyut nadi), Grimace (refleks terhadap rangsangan), Activity (tonus otot) dan Respiration (usaha bernapas).

TUJUAN DILAKUKANNYA APGAR Hal yang penting diketahui, bahwa penilaian skor ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi bayi baru lahir secara umum dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini bukan sebagai prediksi terhadap kesehatan bayi atau intelegensi bayi dimasa mendatang. Beberapa bayi dapat mencapai angka 10, dan tidak jarang, bayi yang sehat mempunyai skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru lahir. Sampai saat ini , skor apgar masih tetap digunakan karena selain ketepatannya, juga karena cara penerapannya yang

sederhana, cepat dan ringkas. Yang terpenting dalam penentuan skor apgar ini adalah untuk menetukan bayi tersebut asfiksia atau tidak.

CARA PENILAIAN APGAR Skor Apgar dinilai pada menit pertama, menit kelima dan menit kesepuluh setelah bayi lahir, untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut. Namun dalam situasi tertentu. Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20 hingga total skor 10

1. Appearance (warna kulit) : Menilai kulit bayi. Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan, nilai 1 jika kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas , dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh badan (Biru atau putih semua). 2. Pulse (denyut jantung) : Untuk mengetahui denyut jantung bayi, dapat dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi. Denyut jantung dihitung dalam satu menit, caranya dihitung 15 detik, lalu hasilnya dikalikan 4 sehingga didapat hasil total dalam 60 detik. Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali per menit dan diberi nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut jantungnya di bawah 100 kali per menit . Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0. 3. Grimace (respon reflek) : Ketika selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya akan terlihat bagaimana reaksi bayi. Jika ia menarik, batuk, ataupun bersin saat di stimulasi, itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1 dan jika bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.

4. Activity (tonus otot) : Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif dan spontan begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2. Tapi jika bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk, nilainya hanya 1. Bayi yang lahir

dalam keadaan lunglai atau terkulai dinilai 0.

5. Respiration (pernapasan) : Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih, nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).

Kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut : o Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi baik atau dinyatakan bayi normal. o Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang , sehingga memerlukan bersihan jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat bernafas normal . o Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat , sehingga memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali.

7. Bagaimana penatalaksanaan bayi baru lahir? Jawaban :7

8. Apa penyebab bayi tersebut tidak bernafas saat baru lahir? Jawaban :8 Keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir disebut juga asfiksia, yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksi adalah keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Selain itu juga akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia atau dari kondisi bayi tersebut yang sudah mengalami asfiksi di dalam kehamilan seperti kehamilan ganda, prematur, aspirasi mekonium. Asfiksia dimulai periode apneu disertai dengan penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi menunjukkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti dengan pernafasan teratur, namun pada asfiksi berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apneu kedua dan jika terlambat dilakukan resusitasi, maka gawat nafas dapat terjadi. Pada kasus di skenario, ibu bayi tidak melakukan pemeriksaan ANC saat hamil. Masalah yang terjadi dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sehingga ada kemungkinan bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia. Asfiksia dapat ipengaruhi oleh keadaan ibu dan bayi yang tidak baik pada masa kehamilan, sehingga kebutuhan oksigen janin tidak terpenuhi dengan baik pada masa kehamilan, sehingga timbul manifestasi bayi tidak bernapas spontan saat lahir.

9. Apa penyebab tonus otot pada bayi kurang baik? Jawaban :9 Tonus otot yang kurang baik kontraksi otot dengan baik,

adalah kondisi dimana otot tidak mengalami

tonus otot yang kurang baik merupakan salah satu

manifestasi klinis dari adanya gangguan pernafasan atau kondisi asfiksia .

Dimana ketika seorang bayi mengalami asfiksia maka kondisi akan diikuti oleh kondisi hipoksia dan lama – kelamaan akan mengalami hipoksia yang bersifat progresif dan terjadi peningkatan karbon dioksida didalam tubuh . kondisi tubuh yang kekurangan oksigen ini yang akan mempengaruhi organ vital dan otot yang terdapat pada tubuh.sehingga akan menyebabkan gangguan pada sistem kerja organ tubuh baik central maupun perifer.

10. Apa hubungan kondisi bayi dengan riwayat kehamilan ibu? Jawaban :10

11. Bagaimana interprestasi dan hasil catatan kesehatan ibu dan tujuannya? Jawaban : Skrining tanda vital, HBsAg, gula darah, TORCH pada ibu hamil. Pada masa kehamilan, ibu sebaiknya diperiksa secara berkala dengan teliti untuk memastikan kondisi terbaik bagi ibu, maupun bayi yang dikandungnya. Pemeriksaan tanda vital penting sebagai skrining awal.Sebagai contoh diketahui pada ibu dengan hipertensi tidak terkontrol menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauteri, serta kematian janin intrauteri dengan terjadinya insufisiensi plasenta dan hipoksia janin. Ibu dengan asma mengalami komplikasi preeclampsia 11%, IUGR 12%, dan prematuritas 12%. Komplikasi tersebut bergantung pada derajat asma yang dimiliki.Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada ibu terjadi. Pemeriksaan gula darah pada ibu hamil juga penting dilakukan.Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes sangat bervariasi. Dapat meningkatkan resiko preeclampsia, sesksio sesarea, dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari; sedangkan pada janin mengingkatkan resiko makrosomia,

trauma

persalinan,

hiperbilirubinemia,

hipoglikemi,

hipokalsemia,

polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal RDS, serta kematian janin.

Skrining HBsAg perlu dilakukan karena walaupun kehamilan tidak memperberat infeksi hepatitis, tetapi jika infeksi akut pada kehamilan ditemukan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan

bayi.Dapat juga terjadi abortus dan perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi hati oleh adanya hepatitis. Pada bayi masalah muncul pada masa dewasa jika terdapat peularan vertical dengan 60-90% menjadi penderita VHB kronik dan 30% menjadi penderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian. VHB juga mudah menimbulkan infeksi nosocomial pada tenaga menis dan paramedic bila terjadi tertusuk jarum atau luka lecet terutama dari pasien HBsAg dan HBeAg positif, dengan kemungkinan yang lebih besar dari HIV.

Dilakukannya pemeriksaan TORCH juga sangat penting sebagai skrining awal pada ibu hamil. Transmisi CMV dapat mengakibatkan kematian perinatal bayi, serta timbulnya cacat neurologic berat pada lebih dari 90% kehamilan.Manifestasi klinik yang dapat ditemui berupa hepatosplenomegali, ikrosefali, retardasi mental, gangguan psikomotor, icterus, peteki, korioretinitis, dan kalsifikasi serebral. Ditemukan juga bayi yang terinfeksi asimptomatisdengan kemungkinan akan memperoleh cacat neurologic (misal retardasi mental, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan) sekitar 1-2 tahun kemudian. Ibu dengan infeksi rubella dapat menyebabkan terjadinya campak janin dengan cara penyebaran transplasenta. Rubela pada trimester pertama memberikan kemungkinan besar terjadinya kelainan bawaan (misal defek jantung, katarak, retinitis, dan ketulian), sehingga infeksi yang diketahui pada trimester pertama memberi pilihan untuk aborsi. Toxoplasmosis kongenital atau toxoplasmosis tanpa gejala dapat diderita janin jika ibu menderita toxoplasmosis. Herpes simpleks tipe II transplasenta dapat menyebabkan HSV kongenital; sedangkan yang melalui vagina asendens dapat menyebabkan ensefalitis neonates, maupun viremia diseminata.

12. Jelaskan persyaratan rawat gabung antara bayi baru lahir dengan ibu? Jawaban : Pengertian Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama terus menerus. Pada rawat gabung / rooming-in bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain, bedding-in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama di ranjang ibu.

Manfaat rawat gabung 1. Mempercepat

mantapnya

dan

terus

terlaksananya

proses

menyusui.

Dengan rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan ASI. Adanya kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera mengenali tanda-tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat menyusui/menyusu on demand. Ibu yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini, menyusui lebih lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat gabung. 2. Memungkinkan

proses bonding

Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Makin banyak waktu ibu bersama bayinya, makin cepat mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan respon setiap saat. Rawat gabung juga menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi. 3. Menurunkan

biaya

Pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun dan memelihara ruang bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga biaya yang harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn over lebih cepat. 4. Peralatan

minimal

Bila dilakukan bedding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi. Tidak memerlukan botol susu. 5. Tidak

ada

tambahan

tenaga

Tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena untuk rawat gabung dapat memanfaatkan tenaga yang sudah ada di ruang nifas. 6. Menurunkan

infeksi

Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kumankuman berbahaya. Kolostrum yang mengandung banyak antibodi, yang segera didapat bayi, juga melindungi bayi terhadap penyakit infeksi.

7. Keuntungan

untuk

bayi

Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang menangis, lebih mudah ditenangkan, lebih banyak tidur. Mereka minum lebih banyak dan berat badannya lebih cepat naik. Ikterus lebih jarang terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak terus menerus dengan kulit ibunya. 8. Melatih

ketrampilan

ibu

merawat

bayinya

sendiri

Tindakan perawatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih ketrampilan merawat bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Persiapan 1. Mempersiapkan alat dan sarana 1. Kebutuhan

bayi

Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau di dalam boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah dijangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakkan di samping tempat tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat perawatan bayi dan pakaian bayi di dekat ibu, agar ibu juga dapat merawat bayinya dengan mudah. 2. Kebutuhan

ibu

Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu supaya ibu tidak kesulitan naik turun tempat tidur bila ingin menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia tinggi, sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun tempat tidur. Sediakan juga meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya dan keperluan bayinya di tempat yang terjangkau. 3. Sarana

lain

Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu dan pakaian bayinya. Untuk di

ruangan

perlu

disiapkan

tempat

mandi

bayi

yang portabel

serta

perlengkapannya agar kegiatan memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga tempat cuci tangan ibu, kamar mandi dan wc tersendiri. Bel untuk

memanggil petugas harus disediakan di tempat yang mudah dijangkau ibu. Bahan bacaan, leaflet mengenai petunjuk perawatan ibu menyusui dan perawatan nifas dapat disediakan untuk dibaca oleh ibu. 2. Membuat kriteria/syarat rawat gabung Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung. Perlu dibuat suatu kriteria/syarat untuk menentukan bayi mana saja yang dapat menjalani rawat gabung. Kriteria yang dapat dipakai adalah sebagai berikut: 1. Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat 2. Nilai APGAR menit ke 5 lebih dari 7 3. Keadaan stabil 4. Berat badan lahir >2500-4000 gram 5. Umur kehamilan 37-42 minggu 6. Tak ada faktor risiko 7. Ibu sehat Masalah atau kekhawatiran yang timbul Dalam melaksanakan rawat gabung, dapat muncul masalah atau kekhawatiran baik di pihak petugas maupun di pihak ibu dan keluarganya. Masalah dan kekhawatiran yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan pertentangan antara ibu atau keluarganya dengan petugas, atau antar petugas sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan resistensi dari petugas

untuk

melanjutkan

pelaksanaan rawat gabung. Karenanya hal-hal ini harus segera dikenali dan diatasi. Masalah atau kekhawatiran yang sering timbul adalah: 1. Masalah: Sulit memantau kondisi bayi yang menjalani rawat gabung. Cukup satu petugas untuk Cara

memantau

semua

bayi

bila

dirawat

di

ruang

bayi

sehat.

mengatasi:

Yakinkan petugas bahwa bayi akan lebih baik dekat dengan ibunya, dengan

adanya keuntungan tambahan berupa kenyamanan, kehangatan dan dapat menyusu on demand. Bedding-in (bayi seranjang dengan ibu), bila sesuai dengan budaya setempat, memberikan situasi terbaik untuk memperoleh semua keuntungan tadi dan menghilangkan kebutuhan untuk membeli ranjang bayi. Bila ada masalah pada bayi yang menjalani rawat gabung atau seranjang dengan ibu, maka ibu dapat segera memberitahu petugas. Tekankan bahwa tidak diperlukan pengawasan 24 jam. Yang diperlukan hanya pemeriksaan berkala dan kesiapan petugas menanggapi kebutuhan ibu pada saat dibutuhkan. 2. Masalah: Ibu perlu istirahat setelah melahirkan, terutama di malam hari, dan bayi harus minum. Terutama setelah operasi sesar, ibu perlu waktu untuk pemulihan. Pada saat

tersebut

harus

bayi

diberi

pengganti

ASI.

Cara

mengatasi:

Ajak para petugas untuk meyakinkan ibu bahwa dengan rawat gabung ibu memberikan yang terbaik untuk bayinya, tidak perlu banyak kerja tambahan, dan bahwa

para

petugas

siap

membantu

bila

dibutuhkan.

Ajak para petugas untuk membahas dengan ibu bahwa semakin lama bayi bersama ibu semakin baik mereka akan mengenal mana yang normal dan mana yang abnormal, dan bagaimana memberikan perawatan yang baik. Lebih baik berlatih mengurus bayinya saat masih di rumah sakit, karena banyak petugas yang dapat

menolong.

Beri pengertian pada petugas bahwa setelah menyusui dengan baik, ibu dapat tidur

lebih

nyenyak

bila

bayinya

bersamanya.

Pastikan bahwa petugas tahu bagaimana menolong ibu yang menjalani bedah sesar untuk memilih tehnik dan posisi menyusui yang nyaman dan efektif. Bila operasi Caesar memakai anestesi regional atau lokal, menyusui dini kurang menjadi masalah. Walaupun begitu, ibu yang mendapat anestesi umum pun dapat segera menyusui begitu ibu sadar, bila petugas mendukung ibu. 3. Masalah: Tingkat kejadian infeksi lebih tinggi bila ibu dan bayi bersama-sama, daripada

bila

bayi

di

ruang

bayi

Cara

sehat. mengatasi:

Tekankan bahwa bahaya infeksi lebih sedikit bila bayi bersama ibu daripada bila di ruang rawat bayi sehat dan terpapar pada lebih banyak petugas. Sediakan data untuk petugas yang memperlihatkan bahwa dengan rawat gabung dan menyusui tingkat infeksi lebih rendah, misalnya diare, sepsis neonatus, otitis media dan meningitis. 4. Masalah: Bila pengunjung diperbolehkan memasuki ruang rawat gabung, bahaya infeksi dan kontaminasi akan meningkat. Sebagian ibu merasa perlu menerima tamu, dan dapat

mengurusi

bayinya

nanti

setelah

pulang

dari

Cara

rumah

sakit.

mengatasi:

Tekankan bahwa bayi mendapat kekebalan dari kolostrum terhadap infeksi, dan penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa infeksi lebih sedikit terjadi di bangsal

rawat

gabung

daripada

di

ruang

bayi

sehat.

Untuk membantu ibu merawat bayinya sebaik mungkin, batas jam berkunjung, jumlah pengunjung, dan larang merokok. 5. Masalah

:

Ruang

rawat

terlalu

kecil

Cara

mengatasi:

Tidak perlu mengadakan ranjang bayi. Bedding-in tidak memerlukan ruang tambahan. 6. Masalah Bayi

: bisa

jatuh

dari

tempat

tidur

Cara

ibu

mengatasi:

Tekankan bahwa bayi baru lahir tidak bergerak. Bila ibu masih khawatir, atur tempat tidur agar berada dekat dinding, atau bila budaya setempat memungkinkan, rapatkan dua tempat tidur agar dua ibu dapat menaruh bayi-bayi mereka di tengah. 7. Masalah Rawat

: gabung

penuh

sulit

dilakukan

karena

ada

prosedurprosedur

yang

harus

dilakukan

pada

bayi

di

luar

ruang

Cara

rawat

ibu.

mengatasi:

Pelajari betul-betul prosedur-prosedur ini. Beberapa prosedur mungkin tidak perlu (misalnya menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusu). Prosedur lain dapat dilakukan di kamar ibu.Ulas keuntungan bagi ibu dan waktu yang dapat dihemat dokter bila dokter memeriksa bayi di hadapan ibu. 8. Masalah

:

Pasien-pasien di ruangan privat merasa punya hak untuk menaruh bayinya di ruang bayi sehat dan memberi bayinya pengganti ASI, dan mengharapkan bantuan

dari

petugas

perawat

Cara

bayi. mengatasi:

Apa pun yang terbaik untuk pasien umum tentu juga baik untuk pasien privat. Pertimbangkan untuk melakukan pilot-project untuk menguji rawat gabung di kamar privat sebagaimana di bangsal umum. 9. Masalah: Beberapa rumah sakit swasta mendapat pemasukan dari pemakaian ruang rawat bayi

sehat

dan

karenanya

enggan

Cara

menutup

unit

ini.

mengatasi:

Perhitungkan biaya yang dapat dihemat dari rawat gabung karena berkurangnya pemakaian pengganti ASI, berkurangnya jumlah petugas yang dibutuhkan untuk menyiapkan botol dan mengurus ruang bayi sehat, berkurangnya bayi yang menjadi

sakit,

dsb.

Pertimbangkan untuk tetap menarik biaya dari perawatan bayi di ruang rawat gabung. 10. Masalah: Bayi lebih mudah diculik bila dirawat gabung daripada bila dirawat di ruang rawat Cara

bayi

sehat. mengatasi:

Wajibkan petugas untuk memberitahu ibu agar meminta tolong orang lain (ibu lain, anggota keluarga, petugas) untuk mengawasi bayinya bila ibu keluar ruangan.

Ibu perlu tahu bahwa tidak ada alasan untuk memindahkan bayi tanpa sepengetahuan ibu. Pada umumnya, rumah sakit yang belum mengadakan rawat gabung akan merasa khawatir bila akan memulai program rawat gabung di sarananya. Berbagai penolakan biasanya akan muncul baik dari para petugas rumah sakit, baik medis maupun non medis, maupun dari para ibu dan anggota keluarganya. Semua masalah yang timbul sebaiknya segera diidentifikasi dan dicari pemecahannya agar tidak berlarut-larut yang pada akhirnya akan makin membuat para petugas enggan melanjutkan program ini. Umumnya masalah dapat diatasi bila ada komitmen yang kuat di pihak pengelola rumah sakit dan para petugas pelaksana di ruangan. Perlu diadakan pelatihan tenaga kesehatan, pendampingan dan evaluasi berkala terhadap program yang berjalan. Kesimpulan Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi dan ibu yang sehat karena dapat meningkatkan pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan rumah sakit. Mengadakan program rawat gabung di rumah sakit membutuhkan komitmen yang kuat dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, pengetahuan yang cukup bagi para petugas kesehatan dan pendampingan bagi para ibu dan keluarganya. Tidak ada kata sulit untuk memulai, yang dibutuhkan hanya tekad yang kuat. Saat ini Kementerian Kesehatan telah menentukan bahwa Rawat Gabung menjadi item untuk akreditasi rumah sakit. sumber : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/rawat-gabung 13. Jelaskan mengenai IMD! Jawaban : A. Definisi Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi menyusu sendiri.1 Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early inisiation

breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara.2

B. Prinsip Inisiasi Menyusui Dini Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.3 Sehingga dapat disimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan,

tidak

membungkus (bedong) kemudian meletakkannya

ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

C. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini Menurut Roesli (2008), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis, yaitu sebagai berikut:2 

Ibu Sentuhan

dan

hisapan

payudara

ibu

mendorong

keluarnya

oksitoksin.Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.  Bayi Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga

napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.  Manfaat secara Psikologis : 1. Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) : a. Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang. b. Ibu merasa lebih bahagia. c. Bayi lebih jarang menangis. d. Ibu berperilaku lebih peka (affectionately). e. Lebih jarang menyiksa bayi (child abused). 2. Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.

D. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Menurut Depkes (2009), dalam buku pedoman pelaksanaan program rumah sakit sayang ibu dan anak, tatalaksana IMD yaitu:4 a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma therapy atau gerakan. c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok. d. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan lemak putih alami (vernix) yang melindungi kulit barru bayi. e. Bayi di tengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan

minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi sectio caesarea. i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. j. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24 jam, bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. Depkes (2009) juga menjelaskan tatalaksana IMD pada persalinan sectiocaesarea, yaitu : a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif. b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25° C. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. c. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural. d. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum diatas. e. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih. E. Faktor-faktor yang menghambat IMD Maryunani (2012) menjelaskan, ada faktor-faktor yang dapat menghambat IMD

baik pada persalinan normal maupun pada persalinan sectio caesarea.5 

Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan normal, yaitu : 1. Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai keberhasilan, mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu jam. 2. Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang mengeluhkan beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan IMD. 3. Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan persalinan normal tersebut, antara lain :  Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post-partum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).  Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.



Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan sectio caesarea, yaitu : 1. Rooming-in (Rawat Gabung). 2. Kondisi sayatan di perut ibu. Pada pasien caesar, dimana terdapat sayatan di perut, ibu cenderung masih mengeluhkan sakit pada daerah sayatan dan jahitan di perut, sehingga ibu memilih untuk istirahat, dahulu, dan memulihkan kondisinya yang lemas sebelum memberikan IMD pada bayinya. Oleh karena itu, maka

pada pasien dengan

persalinan caesar, ibu baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya kepada bayi setelah lebih dari satu jam pasca melahirkan. 3. Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan sebelumnya.

F. Tahapan Perilaku Bayi Dalam IMD Menurut Roeli (2008) menyampaikan, semua bayi dalam proses IMD akan melalui lima tahapan perilaku (free- feeding behavior)sebelum ia berhasil menyusui. Tahapan

tersebut adalah sebagai berikut :2 a. 30 menit pertama Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage).Bayi diam tidak bergerak dan sesekali mata terbuka lebar melihatibunya.Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan.Bounding( hubungan kasih sayang) merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. b. 30 –40 menit Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu. c. Mengeluarkan air liur Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya. d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik Sumber : Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Roesli, U. 2008.Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.Jakarta : Pustaka Bunda Rosita, S. 2008.ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media.

14. Bagaimana manajemen laktasi?

Jawaban : 1. Keberhasilanmenyusui Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain : 1) Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi. 2) Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi 3) Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya. Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi

dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring. Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi. 1. Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut: 

Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)



Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)



Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi



Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik



Ada kontak mata antara ibu dengan bayi



Pegang belakang bahu jangan kepala bayi



Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

2. Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut : 

Leher bayi terputar dan cenderung kedepan



Badan bayi menjauh badan ibu



Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu



Hanya leher dan kepala tersanggah



Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi



C-hold tetap dipertahankan

3. Bagaimana

sebaiknya

bayi

menghisap

pada

payudara

?

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk puting buatan/ DOT yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ DOT. Hal ini dapat kita lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisapan dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yangditelan. 4. Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik 

Dagu menyentuh payudara



Mulut terbuka lebar



Bibir bawah terputar keluar



Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah



Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering. Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik : 

Dagu tidak menempel pada payudara



Mulut bayi tidak terbuka lebar-



Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah



Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat



Terasa sakit pada puting

Bibir mencucu/ monyong

Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui 

Bayi datang dari arah bawah payudara



Hidung bayi berhadapan dengan puting susu



Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan)



Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi



Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut



Putting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang terbentuk dari jaringan payudara

Cara bayi mengeluarkan ASI 1. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman melalui sedotan 2. Bayi mengisap untuk membentuk dot dari jaringan payudara 3. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang masuk kedalam mulut 4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot buatan ke atas langit-langit 5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi mudah memeras ASI Berapa

lama

sebaiknya

bayi

menyusu

?

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara

Berapa

mendapat

sering

stimulasi

bayi

yang

sama

menyusu

untuk

dalam

menghasilkan

ASI.

sehari

?

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya.

Bagaimana menilai kecukupan ASI? 1. Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar 2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak pekat dan bau tidak menyengat 3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia 2 minggu 4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu Kesimpulan Sejak awal kelahiran, bayi hanya diberikan ASI dan selanjutnya disusui sesering mungkin tanpa dibatasi. Bayi dapat mengukur sendiri kemampuan dan kebutuhan cairan yang diperlukan. Kita hanya perlu meluangkan waktu dan memberi kesempatan padanya untuk mendapat yang terbaik yang ia butuhkan. Sumber : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/manajemen-laktasi

15. Apa saja kandungan dan manfaat pemberian ASI? Jawaban : ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu, berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu.

Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari (stadium laktasi) sebagai berikut: 1. Kolostrum (colostrum/susu jolong) Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan total energi lebih rendah. Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam. 2. ASI transisi/peralihan ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan makin meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke10/ke-14. 3. ASI matang (mature) Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan. 4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan bayi. 5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi

Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung enzim lipase yang mencerna lemak. Susu formula tidak mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan menyerap lemak susu formula. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf yang penting untuk pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi. Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan jantung dan arteriosklerosis pada usia muda. 6. Karbohidrat ASI Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.

Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen. 7. Protein ASI Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein.

ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI

eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6 bulan usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.

Protein istimewa lainnya yang hanya

terdapat di ASI adalah taurine yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurine sama sekali. 8. Faktor pelindung dalam ASI ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu dengan adanya SIgA (secretory immunoglobulin A) yang melindungi usus bayi pada minggu pertama kehidupan dari alergen. 9. Vitamin, mineral dan zat besi ASI ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap oleh bayi. Sumber : Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya 16. Apa saja kontraindikasi pemberian ASI pada bayi baru lahir? Jawaban : Kontra indikasi pada bayi, antara lain: -

pertama, bayi kejang. Kejang – kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.

-

Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan untuk menyusu, namun setelah keadaan

membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah. -

Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.

-

Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.

Sumber : Behrman, Richard E dan Kliegman, Robert M. 2010. Nelson Essentials of Pediatric Edisi 15. Jakarta: EGC.

17. Apakah ada hubungan pemberian ASI yang sedikit dengan keadaan bayi tampak kuning? Jawaban : Bilirubin

diproduksi

dari

proses

katabolisme

hemoglobin

di

sistem

retikuloendotelial. Cicin heme tetrapirole dipecah oleh heme oksigenase menjadi biliverdin dan karbonmonoksida yang keduanya mempunyai jumlah yang sama. Karena tidak ada sumber biologik lain yang menhasilkan karbon monoksida, maka ekskresi gas ini yang diperiksa secara stoikiometrikindentik dengan bilirubin yang di produksi. Biliverdin dikonversi menjadi bilirubin oleh biliverdin reduktase. Dimana 1 gram hemoglobin memproduksi 35 mg bilirubin. Dua puluh persen dari seluruh produksi bilirubin berasal dari hemoglobin yang bersikulasi. Sumber – sumber tersebut adalah produksi hemoglobin yang tidak efisien ( pirau ) dan lisisnya sel prekusor di sumsum tulang. Berbeda dengan orang dewasa, bayi baru lahir memproduksi bilirubin dua sampai tiga kali lebih banyak . peningkatan produksiini disebabkan antara lain karena massa SDM meningkat dan usia eritrosit yang lebih pendek yaitu 70 sampai 90 hari dibandingkan usia eritrosit dewasa yaitu 120 hari. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut dalam lemak dan akan diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam hati bilirubin dikonyugasi oleh enzim

glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut dalam air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu di dalam dan di luar hati ke usus. Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan sebagai sterkobilin bersama bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI), yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan diikat oleh albumin dan kembali ke dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik (rantai usus-hati).penumukkan bilirubin yang berlebih ini lah yang menyebabkan munculnya ikterus pada bayi. Sumber : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-ikterus 18. Apa saja dan jelaskan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir? Jawaban :

19. Jelaskan mekanisme dan perbedaan ikterus fisiologis dengan patologis pada bayi! Jawaban : Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL (Cloherty, 2004). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit. Klasifikasi Terdapat 2 jenis ikterus: ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002). 1. Ikterus fisiologis Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Timbul pada hari kedua-ketiga. b. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan. c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.

d. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL. e. Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan. f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.

2. Ikterus patologis Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut: a) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. b) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature. c) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari. d) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama. e) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patologis lain yang telah diketahui. f) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.

Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Bilirubin

indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah , hipoksia, dan hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313027_bab2.pdf 2. Kosium S. Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Sari Pediatri, Vol11. No.5, Februari 2010 3. Dewi,L. Nanny Vivian. Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan. Jakarta:Salemba Medika.2010 4. Behrman,dkk. Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC. 2000 5. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2000. Buku Saku Anak : Sari Pediatri, Vol. 2, No. 1; hal: 48 – 49. 6. Carolus W , Rompis J , Wilar R. Hubungan Apgar Skor Dan Berat Badan Lahir Dengan Sepsis Neonatorum. 2013. Diunduh dari: Http://Download.Garuda.Ristekdikti.Go.Id/Article.Php?Article=107440&Val=10 01&Title=Hubungan%20apgar%20skor%20dan%20berat%20badan%20lahir%20 dengan%20sepsis%20neonatorum 7.

Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial: Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta

8. Marfuah, Barlianto W, Susmarini D. Faktor risiko kegawatan nafas pada neonatus di RSD. Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang Tahun 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan 2013; 1: 119–127. 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Jakarta : JNPK 10.

Related Documents

Skenario Kontrak.docx
May 2020 11
Ronde Skenario
October 2019 38
Skenario C.ppt
December 2019 27
Skenario Pembelajaran.docx
November 2019 51
Skenario Mikroskop
August 2019 59

More Documents from "Asmi Putry"

Skenario 6.docx
December 2019 3
Media Ict.docx
May 2020 3
Konsep Fakta.docx
May 2020 4
Sk Wakasek.docx
October 2019 5