Sken 8.docx

  • Uploaded by: oca ralinsa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sken 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,651
  • Pages: 12
Wanita 40 Tahun Dengan Keluhan Pandangan Kabur Goza Ralinsa Nahan 102016035 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510

Abstrak Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf mata yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola mata dan gangguan lapang penglihatan. Kerusakan ini bersifat permanen, dan dapat berakhir pada kebutaan. Tipe glaukoma yang umum terjadi adalah glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup dimana keduanya memiliki mekanisme yang berbeda. Kata kunci: glaukoma, glaukoma primer sudut terbuka, glaukoma primer sudut tertutup. Abstract Glaucoma is an eye disease characterized by damage to the eye nerves which is associated with increased eyeball pressure and visual disturbances. This damage is permanent, and can end in blindness. The most common type of glaucoma is open-angle primary glaucoma and closed-angle primary glaucoma, both of which have different mechanisms. Keywords: glaucoma, primary open-angle glaucoma, closed-angle primary glaucoma.

1

Pendahuluan Glaukoma merupakan istilah penyakit yang diambil dari bahasa Yunani yaitu glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata pada pasien glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang padang.1 Glaukoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena gejala yang sering tidak disadari oleh penderita.Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor tiga di dunia setelah katarak dan kelainan refraksi hal ini disebabkan oleh karena glaukoma dapat merusak saraf optikus sehingga dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan akhirnya kebutaan yang permanen.2,3 Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intaokular ini disebabkan karena bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa eksavasi serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.1 Diperlukan langkah diagnosis dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk mengidentifikasi tipe glaukoma yang dialami oleh seorang pasien dan apakah glaukoma yang dideritanya bersifat akut atau kronik, serta diperlukan juga penatalaksanaan yang tepat dan cepat sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular ini Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membantu mahasiswa kedokteran dalam memahami berbagai penyakit mata salah satunya adalah glaukoma primer sudut terbuka, baik anamnesa, pemeriksaan, diagnosa banding, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patologi, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis, serta klasifikasinya. Pembahasan Skenario 8 Pasien seorang wanita usia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan pandang kabur dan terkadang terasa berat dan nyeri bila memakai laptop sejak 6 bulan yang lalu. Anamnesis Dalam setiap pemeriksaan anamnesis harus selalu dilakukan dengan benar, karena hal ini sangat membantu dalam membuat suatu diagnosis dan juga langkah terapi yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah: 1. Identitas pasien Dalam kasus ini identitas yang didapat wanita usia 40 tahun. 2. Keluhan utama Pada kelainan penglihatan bisa menimbulkan berbagai macam gejala, diantaranya:  Penurunan penglihatan  Mata merah, nyeri, dan berair  Penglihatan berbayang 2

3.

4.

5.

6. 7.

Dalam kasus ini keluhan utama yang dinyatakan bahwa pandangan pasien kabur dan terasa berat dan nyeri bila memakai laptop, keluhan pertama dirasakan hanya dimata kanan lalu mengenai mata kiri juga, pasien sering tersandung bila berjalan dan menaiki tangga, tampak lingkaran-lingkaran disekitar lampu, ada rasa mual namun tidak disertai muntah dan pasien juga menderita sakit kepala. Pada pasien glaukoma sudut terbuka sangat susah untuk menentukan diagnosis dengan hanya melakukan anamnesis, karena tidak adanya gejala sampai stadium akhir sehingga sering menyebabkan telat diagnosis dan penatalaksaan, sehingga biasanya pasien datang sewaktu pasien menyadari ada pengecilan lapangan pandang.2 Keluhan penyerta Ditanyakan apakah ada keluhan lain selain keluhan yang diderita saat itu. Riwayat penyakit sekarang Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat. Pada kasus pasien mengeluh keluhan sudah dirasakan selama bertahun-tahun dan makin memburuk, dan pasien sering menabrak perabotan didalam rumahnya. Riwayat penyakit dahulu  Adakah riwayat hipertensi sebelumnya?  Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus? Dalam kasus ini, pasien menderita DM dan Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Obat-obatan Riwayat keluarga  Adakah riwayat hipertensi dalam keluarga?  Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus pada keluarga?

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital secara umum, berupa : - Tekanan darah - Suhu badan

- Frekuensi napas - Denyut nadi

Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan untuk menegakan diagnosa glaukoma. Dokter akan melihat ke dalam bola mata melalui pupil yang telah dilebarkan. Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) belum bisa digunakan patokan pasti diagnosa glaukoma sebab 25% penderita glaukoma memiliki tekanan bola mata yang normal. Berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa glaukoma:

3



Tes Ketajaman Penglihatan

Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar yang dilakukan ialah dengan menggunakan Snellen chart, yang terdiri dari barisbaris huruf yang ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter. Pada pasien penderita glaukoma ketajaman penglihatan dapat berkisar antara 20/400 hingga hanya persepsi cahaya. 

Pemeriksaan Mata Eksternal 1. Palpebra

Biasanya kelopak mata letaknya sejajar, tepi kelopak terletak dekat bola mata pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah keluar dari bola mata maka terdapat ektropion, jika tepi ini mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan dengan bola mata maka terdapat entropion. Kelopak mata yang jatuh atau ptosis dapat menunjukkan kelainan anatomis dan masalah organik misalnya kelemahan otot levator pada miastenia gravis. 2. Konjungtiva Periksa fornix bawah dan eversi kelopak mata atas dengan cotton buds dilihat apakah mengalami injeksi (inflamasi), apakah terdapat sekret, bagaimana distribusi kemerahan, apakah terdapat perdarahan konjungtiva. 3. Penlight/senter -

Pupil

Gunakan penlight untuk melihat bagian depan mata dan amati baik-baik bentuk pupil dan responnya terhadap cahaya. Pupil dengan bentuk ireguler dan respon cahaya yang menurun dapat mengindikasikan adanya sinekia posterior dari uveitis atau bekas trauma yang pernah dialami, yang keduanya dapat mengarah kepada glaukoma. Jika pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan pupil terlihat masih hitam, katarak bukan penyebabnya -

Kornea dan Lensa

Pemeriksaan kornea dan lensa menggunakan penlight/senter pada orang normal akan terlihat jernih dan bening tidak terlihat adanya benda asing, akan tetapi pada pasien penderita glaukoma kornea dan lensa akan tampak keruh. -

Camera Oculi Anterior

Pemeriksaan COA dengan menggunakan penlight ditujukan untuk melihat kedalaman dari COA. Apabila penlight disenter dari temporal dan sinar tembus ke bagian nasal maka hasilnya normal dan dalam, akan tetapi apabila sinar tidak tembus dan dangkal maka pasien tersebut menderita glaukoma.

4

4. Lapang Pandang -

Tes Konfrontasi

Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di seberangnya, menutup matanya pada sisi yang sama. Satu objek, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek tersebut. Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta ditentukan. Selanjutnya, lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.3 5. Funduskopi Funduskopi dilakukan untuk pemeriksaan retina dengan menggunakan (1) oftalmoskopi direk dan (2) oftalmoskopi indirek yang mampu melihat retina sampai ke area yang sangat perifer. Teknik yang harus dikuasai oleh nonspesialis adalah oftalmoskopi direk. Oftalmoskop direk memberikan (1) suatu bayangan refleks fundus (2) pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator. Oftalmoskopi direk terdiri dari (1) sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya dapat diubah (2) sistem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa dan pasien dikoreksi. Beberapa hal yang perlu dinilai dalam oftalmoskopi direk, antara lain: Temukan lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas), nilailah warna lempeng (apakah pucat), nilailah mangkuk optik. Periksa daerah makula. Apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampak sebagai cahaya pinpoint terang di tengah retina). Apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat atau cotton wool spot. Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap cabang pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V Nipping), apakah terdapat emboli di arteriol. Pada glaukoma dapat terlihat: a. Kelainan papil saraf optik (papil glaukomatous) pembesaran cup yang konsententrik, saraf optik pucat atau atropi, saraf optik tergaung b. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan berwarna hijau c. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar 6. Tonometri untuk mengukur tekanan bola mata Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Rentang tekanan intra okuler normal adalah 10-21 mmHg. Yang paling sering digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman. Ada tiga bentuk tonometri atau pengukur tekanan bola mata :  Tonometri Digital (palpasi) Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa (bila 5

tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, dan tidak ada alat lain). Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola mata sambil penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata. Dilakukan dengan palpasi, dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.  Tonometri Schiotz Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea akan menekan bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer. Penderita diminta berbaring dan matanya ditetesi pantokain 0,5% 1 kali. Penderita diminta melihat lurus ke satu titik di langitlangit. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata, jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahanlahan tonometer diletakkan di atas kornea. Pembacaan skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam mmHg. Tekanan bola mata normal 15-20 mmHg.  Tonometri Aplanasi Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan tekanan intra okuler dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan permukaan kornea. Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Alat yang di gunakan untuk pemeriksaan ini adalah slitlamp dengan sinar biru, tonometer aplanasi, flouresein strip/tetes , obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain).

Teknik pemeriksaannya adalah mata yang akan diperiksa diberi

anestesi topikal lalu pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik warna biru dari slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer aplanasi Goldmann.3 Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: visus 6/60 OD dengan koreksi Spehris +2.75 add + 1.00 : 6/60 lalu visus 6/40 koreksi Spheris +1.75 add + 1.00 : 6/8. Tes konfrontasi ODS menyempit di temporal dan inferior. Segmen anterior OD, camera okuli anterior sedikit dangkal, kornea tampak keruh, lensa tidak terlihat dengan jelas. Tonometer OD: 30 mmHG dan OS: 25 mmHG.

6

Diagnosis Glaukoma Primer Sudut Tertutup Mata merah dengan penglihatan turun mendadak merupakan glaukoma sudut tertutup. Glaukoma sudut tertutup ditandai dengan tekanan tekanan intraokular yang meningkat secara mendadak, dan biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada dibelakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris kedepan menyebabkan terhalangnya cairan mata keluar melalui sudut bilik mata.1 Pada glaukoma primer sudut tertutup terdapat anamnesa yang khas sekali yaitu berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan berlangsung beberapa jam dan akan hilang setelah tidur sebentar, pasien akan melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan terdapat pula gejala gastrointestinal berupa rasa mual dan terkadang muntah. Glaukoma akut sudut tertutup didefinisikan sebagai keadaan dimana paling tidak ada 2 dari gejala berikut: nyeri okuler, mual/muntah, dan riwayat dari penglihatan kabur disertai dengan halo dan paling tidak 3 dari tanda-tanda berikut ini: tekanan intraokuler lebih dari 21 mmHg, injeksi konjungtiva, edema epitelial kornea, pupil dilatasi yang non-reaktif, dan ruang yang lebih dangkal akibat oklusi.1 Etiologi Glaukoma primer merupakan glaukoma dengan etiologi yang tidak pasti, namun glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit. Epidemiologi Pada tahun 2010, di Asia Tenggara total penderita dengan glaukoma berkisar 4,57 juta orang dengan populasi orang dengan umur diatas 40 tahun adalah 178 juta orang.2 Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor tiga di dunia, menurut WHO diperkirakan jumlah kasus kebutaan akibat glaukoma adalah 4,5 juta atau sekitar 12% dari penyebab kebutaan.4 Manifestasi Klinik Manifestasi klinis: Gejala dari glaukoma akut sudut tertutup dapat cukup dramatis dan meliputi nyeri mata yang hebat, kemerahan, penglihatan kabur, melihat halo di sekitar cahaya, sakit kepala, dan biasa ditemani dengan mual dan muntah. Dan biasanya gejala-gejala awal ini justru ditanggapi sebagai sebuah masalah gastrointestinal yang dapat memperlamban diagnosis akurat dari penyakit ini sendiri. Pemeriksaan okuler dapat menyingkap adanya edema kornea, injeksi konjungtiva, ruang anterioir yangg dangkal, sel dan flare di bilik anterior, pupil yang mid-dilatasi dan terkadang juga ada pengeruhan lensa, umumnya dengan flek putih kecil di bawah kapsul anterior lensa (Glaucomflecken). Bila mata tengah cukup jelas untuk melihat fundus mata dengan oftalmoskop, maka optic disc dapat terlihat bengkak dengan pulsasi di arteri retina sentral. Peningkatan tekanan intraokuler yang ekstrim dapat meningkatkan risiko oklusi vena retina sentral atau arteri retina sentral. Gonioskopi menjadi metode definitif yang dapat menentukan diagnosis glaukoma sudut tertutup ini. Bila hanya scleral spur dan band dari badan siler dapat terlihat, maka sudut bilik anterior tidak teroklusi. Bila sudut bilik anterior 7

pada perbatasan oklusi, maka akan nampak bahwa trabecular meshwork terlihat pada posisi paling dalam, biasanya di inferior. Bila hanya garis Schwalbe yang terlihat, maka sudut bilik anterior tertutup. Pasien dengan risiko glaukoma aut sudut terutup harus diingatkan akan gejala mereka dan serangan akut yang dapat terjadi. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup primer mungkin tidak mengalami serangan akut, namun dapat saja mengalami penutupan intermiten dari sudut ini atau dapat saja mengalami penutupan secara progresif dengan gejala yang lebih sedikit hingga akhirnya kerusakan nervus optik terjadi. Secara singkat, glaukoma akut ditandai oleh nyeri mata yang hebat dan gangguan lapang pandang secara mendadak. Individu melaporkan bahwa ia dapat saja melihat cahaya “halo” di sekitar benda. Pembesaran mata dapat terjadi.5-7 Patofisiologi Cronemberger et all menyatakan bahwa kejadian akut ini dapat merupakan jejas dari sebuah imbalans autonomik pada seseorang dengan kasus glaukoma akut sudut tertutup, lebih spesifik lagi ialah terjadi peningkatan pada tonus simpatetik. Lebih jauh, muskulus yang mendilatasi iris pada individu-individu ni ditemukan lebih berkembang dan lebih kuat. Secara singkat, akibat dari peningkatan tonus simpatetik okular, mencakup karena distres emosional, kondisi rendah cahaya, atau setelah penggunaan obat simpatomimetik, kontraksi dari muskulur dilator iris menyebabkan pupil dilatasi dan terjadi pula penebalan dari iris bagian ¬medialperifer. Penebalan ini akan berakibat pada penutupan sudut, yang kemudian akan menghambat aliran keluar dari aqueous humor.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitif, namun ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada pasien glaukoma dapat dilakukan: • Goldmann applanation tonometry masih menjadi pemeriksaan standar untuk menentukan tekanan intraokular. Akurasi pengukuran dipengaruhi oleh ketebalan kornea sentral, oleh karena itu, pengukuran ketebalan korne dengan ultrasound pachymetry diperlukan. • Goniosopy statis dan dinamis digunakan untuk mengevaluasi dan mendokumentasikan penyebab dari penutupan sudut. • Fundus photography dapat dilakukan untuk mendokumentasikan keadaan dari kepala nervus optik dan lapisan serat saraf retina. • Slit lamp biomikroskopi, baik yang menggunakan lensa kontak maupun yang tidak dapat mendokumentasikan adanya penipisan dari tebal lapisan serat saraf retina. • Automated Static Perimetry, saat ini menjadi metode klinis paling umum untuk mengetahui lapang pandang pasien glaukoma. Kelebihannya terletak pada kemampuan alat ini untuk menyediakan prosedur terstandardisasi yang bebas dari bias oleh karena pemeriksa.3

8

Differential Diagnosis Glaukoma Primer Sudut Terbuka Glaukoma primer sudut terbuka adalah gangguan mata yang bersifat kronik, prgoresifnya lambat, neuropati optik dengan gejala kerusakan nervus optikus dan kehilangan lapangan pandang. Peningkatan TIO merupakan faktor risiko yang penting disamping faktor lain seperti ras, penurunan ketebalan kornea sentral, peningkatan usia dan riwayat keluarga menderita glaukoma. Penurunan perfusi ke nervus optikus, kelainan metabolisme sel ganglion atau axon, dan gangguan matriks ekstraseluler dari lamina cribrosa bisa juga berkontribusi sebagai faktor risiko. Namun, bagaimana faktor risiko tersebut saling berhubungan menyebabkan Glaukoma Primer Sudut Terbuka belum bisa dijelaskan.6 Klasifikasi glaukoma primer : 1. Glaukoma sudut terbuka ( glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sederhana kronik) 2. Glaukoma tekanan normal ( glaukoma tekanan rendah) Glaukoma tekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandang yang khas glaukoma tetapi disertai tekanan bola mata yang tidak tinggi. Keadaan ini dihubungkan dengan terdapatnya gangguan pendarahan papil saraf optik walaupun tekanan bola mata tidak tinggi.1 Tatalaksana Medikamentosa Obat yang menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran keluar Latanopros, ialah suatu prodrug dari prostaglandin-F2 (PGF2). Obat ini menembus kornea dan menurunkan TIO melalui peningkatan aliran aquoeous uveosklera. Mekanismenya dengan melibatkan aktivasi amtriks metaloproteinase yang menyebabkan penurunan resistensi keluar. Latanopros sangat efektif dan telah mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan pembedahan. Selain itu, juga memiliki efek samping sistemik minimal dan telah dipakai secara luas. Pilokarpin, menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris. Kontraksi tersebut akan menarik taji sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan terpisah. Jalur cairan akan terbuka dan aliran keluar aquaeous meningkat. Semua parasimpatomimetik menyebabkan miosis, membuat penglihatan malam hari menjadi buruk dan terdapat penglihatan remangremang. Spasme otot siliaris meningkatkan penglihatan dekat. Oleh karena itu, penglihatan kabur biasanya tidak menjadi masalah. Keluhan hanya berupa sakit kepala dan sakit pada alis mata. Obat yang menurunkan TIO dengan mengurangi sekresi aqueous Beta-bloker, misalnya timolol memblok adrenoreseptor beta-2 pada prosesus siliaris, sehingga menurunkan sekresi aquoeus. Selain itu timolol, bisa memblok reseptor beta pada pembuluh darah afeen yang memperdarahi prosesus siliaris. Hal tersebut menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian menurunkan ultrafiltrasi dan pembentukan aqueous. Obat-obat yang diberikan sebagai tetes mata dapat diabsorpsi melalui mukosa nasal dan menimbulkan efek sistemik. Oleh karena itu, beta-bloker bisa mencetuskan bronkospasme pada pasien asma 9

atau bradikardia pada pasien yang peka. Oleh sebab itu, beta-bloker seharusnya dihindari pada pasien dengan asma, gagal jantung, blok jantung, atau bradikardia. Brimonidin, dan apraklonidin, merupakan agonis adrenoreseptor alfa-2. Obat ini menurunkan pembentukan aqueous melalui stimulasi reseptor alfa-2 pada terminal saraf adrenergik yang menginervasi badan siliaris (sehingga menurunkan pelepasan norepinefrin) Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid bekerja pada badan siliaris dan mencegah sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan transpor natrium dan pembentukan aqueous karena transpor bikarbonat dan natrium saling berkaitan. Asetazolamid dapat diberikan secara oral atau intravena, tetapi obat ini terlalu toksik untuk pemakaian jangka panjang. Dorzolamid, merupakan inhibitor aktif karbonat anhidrase yang diberikan topikal. Dorzolamid dapat digunakan tersendiri pada pasien dengan kontraindikasi beta-bloker. Obat ini termasuk golongan sulfonamid dan dapat memberikan efek samping sistemik misalnya ruam kulit dan bronkospasme. Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama satu hari. Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa pengobatan topikal dan sistemik. Tujuan pengobatan ialah merendahkan TIO secepatnya kemudian bila tekanan mata normal dan mata sudah tenang, baru dilakukan pembedahan. Pengobatan topikal diberikan pilokarpin 2%. Sistemik diberikan intravena karena sering disertai mual. Diberikan asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan eneg hilang. Intravena juga dapat diberikan manitol 1,5-2 MK/kgBB dalam larutan 20% namun perlu diperhatikan kelainan ginjal pasien. Gliserol sering dipakai dokter mata dan diberikan per oral 1g/kgBB dalam larutan 50%.5,9 Non-farmakologi Pembedahan trabekular dengan laser, bisa digunakan sebagai alternatif selain obat pada pasien glaukoma. Dengan anestesia lokal, ahli bedah menggunakan laser agon atau diode untuk membuat kira-kira 100 lesi pada permukaan dalam anyama trabekular. Pembakaran laser menyebabkan pengerutan lokal, menghasilkan tegangan pada jaringan terdekat yang tidak diterapi, membuka ruangan pada anyaman trabekular, dan memungkinkan peningkatan aliran aqueous. Pada glaukoma sudut tertutup, bisa digunakan laser yttrium aluminium garnet (YAG) untuk membuat lubang pada bagian pinggir iris. Hal ini mencegah pergerakan iris ke depan yang mempresipitasi glaukoma akut dan biasanya disebabkan oleh blok parsial aliran akueous melalui pupil. Pembedahan lain yang dilakukan ialah iridektomi ketika mata sudah dalam keadaan tenang.1,9 Komplikasi Komplikasi yang paling ditakutkan dari kasus glaukoma akut sudut tertutup ialah kebutaan, yang dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Oleh karena itu, kasus ini merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan dari fungsi jantung, pernapasan atau neurologis. Beberapa komplikasi lain, yaitu: a. Penurunan ketajaman penglihatan permanen b. Episode berulang c. Glaukoma maligna 10

d. e.

Serangan pada mata sebelah Oklusi dari arteri retina sentral dan vena retina sentral5,7

Prognosis Beberapa studi yang mengevaluasi pasien setelah perawatan dari kasus glaukoma akut sudut tertutup sudah mendemonstrasikan hasil yang cukup memuaskan. Dengan perawatan yang adekuat, sebagian besar pasien dapat mengembalikan penglihatan mereka yang hilang. Pada orang berkulit putih, tekanan intraokuler dapat dilakukan hanya dengan LPI (Laser Peripheral Iridotomy) dan pada 65-76% orang Asia seringkali refrakter terhadap pengobatan jenis ini dan membutuhkan pengobatan lain setelah menjalani LPI. Selain itu, orang-orang Asia juga memiliki tingkat kehilangan lapang pandang yang lebih tinggi dengan peningkatan tekanan intraokuler yang sedikit lebih tinggi. Telah banyak yang menduga bahwa serangan awal lebih berat pada orang Asia yang dapat berakhir pada kerusakan trabekular. Kemungkinan lain ialah, dapat terjadi pembentukan sinekia perifer yang menyebabkan penutupan kembali. Semakin cepat diagnosis ditegakkan dengan perawatan yang tepat, maka prognosis dapat membaik.5 Kesimpulan Diagnosis pasien dapat ditentukan berdasakan onset terjadinya gejala. Gangguan psikotik akut memiliki gejala lebih dari satu hari namun kurang atau sama dengan dua minggu. Skizofrenia paranoid onsetnya lebih lama, yaitu sekitar 1-6bulan. Sedangkan psikotik lir skizofrenia adalah pasien yang memebuhi kriteria skizofrenia tapi onsetnya dibawah 1 bulan.

Daftar pustaka 1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta: Badan penerbit FKUI. 2018. 2. Putri PGA, Sutyawan IWE, Triningrat AMP. Karakteristik Penderita Glaukoma Primer Sudut Terbuka Dan Sudut Tertutup. E-Jurnal Medika. 2018;7(1):16-21. 3. Budhiastra P, Djelantik AS, Jayanegara WG. Buku Panduan Koas Ilmu Kesehatan Mata. Bali: Udayana University Press.2017. 4. Ismandary F, Helda. Kebutaan Pada Pasien Glaukoma di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangkusumo Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011;5(4). 5. Freedman J. Acute angle-closure glaucoma. Medscape 2012 Oct 30. Diakses tanggal 18 Mar 2014. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/798811overview 6. Lee DA, Higginbotham EJ. Clinical guide to comprehensive ophtalmology. New York: Thieme Medical Publishers; 2004.p.345-6. 7. Subekti NB, alih bahasa. Buku saku patofisologi corwin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.382-3. 8. Tham CC. Chronic angle-closure glaucoma. Medscape 2012 Aug 7. Diakses tanggal 20 Mar 2014. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1205154overview 9. Surapsari J, alih bahasa. At a glance: farmakologi medis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.27. 11

12

Related Documents

Sken 9 B23.docx
May 2020 6
Sken 12 B22.docx
June 2020 8
Ppt Sken 3.pptx
November 2019 22
Makalaha2 Sken 3.docx
May 2020 12
Novia Sken 3.docx
May 2020 8
Sken 10.docx
May 2020 2

More Documents from "denara"