Sistem Reproduksi Buk Ayu.docx

  • Uploaded by: yulianti putri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sistem Reproduksi Buk Ayu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,124
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Referensi kesehatan (2008), pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda yang sehat jasmani maupun rohani. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab : 1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya 2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. 3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. 4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan 5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak - anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya dimana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri. Seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi, yaitu haid.

Sebanyak dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat dirumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Perdarahan ovulator merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek atau panjang (Prawirohardjo, 2007). Dari beberapa kasus yang ada diruang ginekologi menometroragia merupakan kasus yang jarang terjadi.Meskipun demikian, bukan berarti menometroragia tidak berpengaruh terhadap meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas karena menometroragia berhubungan dengan salah satu faktor penyebab gangguan dalam organ reproduksi wanita (Soekiman, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menometroragia 2.1.1

Defenisi 1. Menometroragia adalah perdarahan yang banyak, di luar siklus haid dan biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid, perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi 1 yang pertama dinamakan metroragia yang kedua menometroragia (Widjarnako, 2009). 2. Menometroragia adalah perdarahan rahim yang berlebihan dalam jumlah dan lamanya 6 periode menstruasi maupun di antara periode perdarahan, dapat terjadi dalam

menstruasi (Rika, 2009). 3. Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi antara masa 2 haid yang dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional (Prawirohrdjo, 2007). 4. Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung terus / panjang dan dengan jumlah darah yang lebih banyak (Manuaba, 2010). Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka penulis menyimpulkan bahwa menometroragia adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan diluar haid yang berlangsung lama serta dengan jumlah darah yang lebih banyak. 2.1.2

Etiologi Prawirohardjo (2007), etiologi dari menometroragia antara lain: 1. Sebab – sebab Organik

Perdarahan dari uterus,tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada : a.

Servik uteri :Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik,

erosi pada

portio, ulkus portio uteri. b. Vagina : Varices pecah, metostase kario, karsinoma keganasan vagina, karsinoma vagina. c. Rahim :polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa mioma uteri. d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium e. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. 2. Sebab – sebab disfungsional

Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk : a.

Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction bleeding). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tanpa ada sebab - sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai etiologi. Korpus lutheum persistens dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar korpus lutheum ini menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irreguler shedding) sehingga menimbulkan perdarahan.Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual spotting, menorhagia dan polimenorrea, dasarnya adalah kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh gangguan LH releasing factor.Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.Kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah purpura trombosit openik.

b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond bleeding). Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu. Timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi 2.1.3 Patofisiologi Menurut Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari faktorfaktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin (Prawirohardjo, 2007).

2.1.4 Manifestasi Klinik 1. Perdarahan ovulatoar Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk mendiagnosis perdarahan ovulatoar perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid jika sudah di pastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya: a.

Korpus luteum persistens ; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang – kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Prawirohardjo (2007) pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai adanya endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe non sekresi.

b.

Insufusiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya adalah kurang produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH (Luteiniozing hormon)releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat dari hari siklus yang bersangkutan.

c.

Appoleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus

d.

Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

2. Perdarahan anavulator Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen pada sangkut pautnya dengan jumlah yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti dengan folikel-folikel baru.Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.Jika gambaran itu dijumpai pada sedian yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anavulatoar. Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas sesudah menarche , perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realising factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar. Bila masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi avulatoar, pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak

teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.perdarahan disfungsioanl dapat dijumpai pada penderit-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah penyakit umum yang menahun, tumor – tumor ovarium, dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu, terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini sters yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun diluar pekerjaan, kejadiankejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain dapat menyebabkan perdrahan anavulatoar (Prawirohardjo, 2007). 2.1.5 Diagnosis Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis.perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya.Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin,penyakit menahun dan lain-lain.kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (seperti: polip,ulkus,tumor). Pada wanita pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma, submukosum dan sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui

benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan untuk diselamatkan.Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk dilakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas (Prawirohardjo, 2007). 2.1.6 Penatalaksanaan Widjanarko (2009), penanganan pada kasus menometroragia ini antara lain: 1. Bila perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah. 2. Setelah pemeriksaan ginekologis menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus incompletus, maka dapat diberikan : a. Estrogen dosis tinggi supaya kadarnya darah meningkat dan perdarahan berhenti, diberikan secara intra muscular (propionasi estrodiol 25 mg), kerugian therapy ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan maka perdarahan akan timbul lagi atau benzoas ekstradiol/valeras ekstradiol 20 mg. b. Progesterone : pemberian progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium diberikan secara intra muscular hidroksi progesterone 125 mg atau provera 10 mg oral. c. Jika pemberian estrogen saja atau progesterone saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesterone yaitu pil kontrasepsi, pada therapi ini dapat diberikan progesterone untuk 7 hari mulai hari ke 21 siklus haid. 3. Dilakukan kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang tertahan. 4 .Antibiotika untuk infeksi pelvis.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1.

Pengkajian

Nama : Untuk mengidentifikasi pasien agar tidak terjadi kesalahan dan membedakan pasien yang satu dengan pasien yang lain. Umur : untuk mengetahui tingkat kedewasaan pasien Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual Pendidikan : Untuk memudahkan memberi KIE sesuai dengan tingkat pendidikan Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sosial ekonomi keluarga 2. Keluhan Utama Menometharagia terjadi haid lebih dari 8 hari atau darah banyak serta bergumpal. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Menometrorhagia terjadi karena varises pecah, karsinoma vagina, perlukaan serviks, karsioma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri, radang ovarium, vulvitis dan vaginitis. 4. Riwayat penyakit yang lalu Apakah sebelumnya pasien pernah menderita karsinoma vagina, perlukaan servik, karsinoma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri, radang ovarium, kista ovarium, vulvitis dan vaginitis.. 5. Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui adakah keluarga yang menderita penyakit menular, menurun dan apakah keluarga pernah mengalami gangguan haid. 6. Riwayat haid Menarche : pertama kali haid Siklus haid : pada menometrorhagia biasanya siklus haid tidak teratur. Banyaknya : pada menometrorhagia biasanya darah haid banyak dan bergumpal. Keluhan : dismenorhea atau tidak Fluor albus : banyak/ tidak, gatal/ tidak, warna jernih/ keruh. 7. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Pada menometrorhagia memerlukan nutrisi yang cukup terutama bahan makanan yang banyak

mengandung zat besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. b. Pola istirahat Pada menometrorhagia dianjurkan untuk tirah baring atau bedrest untuk menghindari keluarnya darah yang banyak. c. Pola kebersihan Pada menometrorhagia darah banyak keluar sehingga pasien harus selalu menjaga kebersihan alat genetalia dan sering ganti pembalut untuk mencegah terjadinya infeksi. d. Pola eliminasi Untuk mengetahui adakah gangguan pada BAB dan BAK. e. Pola aktivitas Pada menometrarhagia ibu tidak boleh berjalan-jalan karena akan memperbanyak pengeluaran darah. 8. Riwayat psikososial, budaya dan spiritual • Psikologi Pada menometrarhagia biasanya pasien merasa khawatir karena perdarahan. • Sosial Untuk mengetahui hubungan pasien dengan keluarga, dan masyarakat sekitar. • Budaya Untuk mengetahui budaya yang dianut keluarga, seperti jika ada keluarga sakit berobat kemana, selama perdarahan minum obat apa. • Spiritual Untuk mengetahui agama dan kepercayaan untuk memudahkan memberi dukungan spiritual.

1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : baik, cukup, lemah Kesadaran : composmentis, somnolen, apatis TTV : TD : 100/60 s/d 140/90 mmHg Nadi : Normalnya 70 – 90 x/menit Suhu : normalnya 36 0C – 37 0C Rr : normalnya 16 – 24 x/menit 2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi Kepala : rambut rontok/ tidak, kotor/ bersih, warna rambut, adakah benjolan atau tidak. Muka : pucat menandakan adanya anemi karena perdarahan Mata : konjungtiva pucat menandakan adanya anemi, sklera ikterus menandakan adanya penyakit hepatitis. Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid. Payudara : simetris/ tidak, adakah benjolan abnormal Perut : adakah pembesaran perut, adakah luka bekas operasi Genetalia : adakah oedema/ varises, adakah tanda-tanda infeksi (panas, bengkak, kemerahan), biasanya darah keluar banyak dan bergumpal. Ekstremitas : simetris atau tidak, pucat menandakan anemia, oedema atau tidak b. Palpasi Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis atau pembesaran kelenjar limfe Perut : adakah ballotement atau masa, adakah nyeri tekan Ekstremitas : turgor kulit baik/ jelek c. Auskultasi Dada : adanya ronkhi atau wheezing menandakan adanya asma Perut : bising usus positif atau negatif d. Perkusi Reflek patela positif atau negatif 3. Pemeriksaan penunjang Dilakukan pemeriksaan ginekologis untuk mengetahui sumber pendarahan. 4. Terapi Erstrogen : dipropianasi estradiol 25 mg atau benzoas ekstradiol 20 mg. Progesteron : hidroksi progesterone 125 mg atau medroksi progesterone/provera 10 mg Estrogen dan progesteron : pil kontrasepsi komplikasi progesteron dan estrogen selama 7 hari.

ANALISA DATA NO. DATA FOKUS

PATOFISIOLOGI

MASALAH

1.

Etiologi

Resiko pendarahan

DS: -

Klien mengeluhkan darah yang keluar banyak

-

-

Siklus menstruasi terganggu

Klien mengeluhkan darah yang keluar menggupal-

Perdarahan uterus

gumpal

disfungsional (tumor,

Klien mengatakan darah

infeksi, dll)

yang keluar terus menerus DO: -

Perdarahan banyak Adanya perdarahan disfungsional

-

Bekuan darah-darah besar dari 3 cm

2.

-

Trombositopenia

-

Hb menurun

DS:

Etiologi

-

Klien mengatakan lemah

-

Klien mengatakan letih

Siklus menstruasi terganggu

-

Klien mengatakan pusing

Perdarahan uterus (tumor,

DO:

infeksi, dll)

-

Klien tampak lemas

-

Klien tampak lesu

-

Klien tampak letih

-

Dipsneu

-

Nadi meningkat

-

TD meningkat

Perdarahan banyak

Menometroragia

Anemia

Intoleransi aktifitas

Hipovelemia

Kelelahan

3.

DS: -

Menstruasi Klien mengatakn nyeri dibagian perut

-

Nyeri akut

Regresi korpus lutheum

Klien mengatakan oerut terasa keram

Myometrium terangsang

-

Klien tampak meringis

Kontraksi dan disritmia

-

Nadi meningkat

uterus

DO:

Aliran darah ke uterus menurun

Iskemia

Nyeri haid

4.

DS: -

Etiologi Klien mengatakan sangat cemas dengan perdarahan

Siklus menstruasi terganggu

yang tidak berhenti-henti -

-

Klien mengatakan nyeri

Perdarahan uterus

pada perut

disfungsional

Klien mengtakan lemah

DO:

Perdarahan banyak

-

Klien tampak gelisah

-

Peningkatan TD

-

Nadi cepat

Ansietas

Ansietas

-

Pernpasan meningkat

-

Klien tampak lemah

-

Adanya gangguan kognitif

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perdarahan b.d gangguang menstruasi (perdarahan yang banyak dan lama) 2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 3. Nyeri akut b.d agen cidera biologi 4. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perdarahan b.d gangguan

mestruasi (perdarahan yang banyak dan lama)

TUJUAN &KRITERIA HASIL NOC:  Status sirkulasi  Status koagulasi Kriteria hasil:  TTV dalam batas normal  Tidak ada edema teriter  Tidak ada distensi vena leher  Tidak ada klemahan yang berat

INTERVENSI PENGURANGAN PERDARAHAN Aktivitas: Identifikasi etiologi perdarahan  Monitor pasien secara ketat akan perdarahan  Monitor jumlah dan karakter (nature) kehilangan darah pasien  Catat kadar Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah sebagai indikasi  Monitor status atau keadaan cairan termasuk intake dan output  Kaji kecendrungan transport oksigen dtingkat jaringan di tingkat jaringan misalnya melalui (PaO2., SaO2, dan tingkat Hb dan cardiac output)  Instruksikan pasien dan keluarga terhadap tanda-tanda perdarahan dan tindakan pertama yang dibutuhkan segera selama terjadi perdarahan (misalnya mencari perawat)  Berikan tambahan darah (misalnya berupa platelet, dan plasma darah) yang sesuai PENGONTROLAN PERDARAHAN Aktivitas:  Memakai balutan sesuai indikasi  Monitor jumlah dan sifat darah yang hilang  Catat nilai Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi  Evaluasi respon psikologis pasien terhadap perdarahan dan persepsi terhadap peristiwa yang terjadi  Periksa membrane mukosa, luka memar

  2.

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutahan oksigen

NOC:  Enerav conservation  Self care: ADLs Kriteria hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatantekanan darah, nadi, dan RR  Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

karena trauma, pengeluaran darah dari tempat tusukan/bocor Monitor tanda dan gejalan perdarahan persistem Monitor fungsi neurologi

NIC: ENERAV MANAGEMENT  Observasi adanya pembatasan klien dpat melakukan aktivitas  Dorong klien untuk mengungkapkan prasaan terhadap keterbatasan  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan  Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat  Monitor pasien adanya kelelahan fisik dan emosi  Monitor respon kardivarkuler terhadap aktivitas  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien ACTIVITY THERAPY  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas medic dalam merencanakan program teraphy yang tepat  Bantu klien untuk mengidentifikasin aktivitas yang mau dilakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social  Bantuk untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan



3.

Nyeri akut b.d agen cidera biologi

NOC:  Pain level  Pain control  Conver level Kriteria hasil:  Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dantanda nyeri berkurang)  Mengatakan rasa nyaman setelah rasa nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang normal

Bantu untuk mendapatkan alat bantuan akivitas seperti kursi roda, krek

NIC: ANXIETY REDUCTION (penurunan kecemasan)  Gunakan pendekatan yang menenangkan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Pahami prespektif pasien terhap situasi stress  Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tidakan prognosis  Dorong keluarga untuk menemani anak  Identivikasi tingkat kecemasan  bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan untuk mencari dan menemukan dukungan  control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruagan pencahayaan dan kebisingan  kurangi factor persipitasi nyeri  pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal)  kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi nyeri  berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  evaluasi efektif kontol nyeri  tingkat istirahat  kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidsk berhasil  monitor penerimaan pasien tentang management nyeri

jj cfiihhh 4 Anxietas b.d perubhan dalam status kesehatan

NOC:  anxiety control  coping  inpuse contro Kreteria hasil:  klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas  vital sign dalam batas normal  postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.

NIC: ANXIETY REDUCTION ( penurunan kecemasan )  gunakan pendekatan yang menenangkan  nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien  jelaskan semua prosedur dan apa yg dirasakan selama prosedur  pahami prespektif pasien terhadap situasi stress  temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  berikan informasi factual mengenai diagnosis, tidakan prognosis  dorong keluarga untuk menemani anak  lakukan back/neck rub  dengarkan dengan penuh perhatian  identifikasi denagn penuh perhatian  bantu pasien mengenal situasi yg menimbulkan kecemasan.

Related Documents


More Documents from "Danu Kusman"

Mmse.docx
November 2019 32
Medical Treatmant.docx
November 2019 19
Peumonia.docx
November 2019 27