1 SISTEM PENYALAAN PADA MOTOR BAKAR Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009
Sistem penyalaan (ignition system) mempunyai output yaitu dihasilkan suhu yang cukup tinggi untuk pembakaran. Cara mencapai suhu yang cukup tinggi ini, pada motor diesel dengan cara mengkompresi udara pada silinder, suhu yang dihasilkannya sekitar 600 oC. Pada motor bensin, suhu yang cukup tinggi dihasilkan dari loncatan banga api listrik pada busi. Prinsip kerja sistem penyalaan disajikan pada Gambar 1. Ada dua kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, dan ada juga sumber arus (misalnya accu, baterai, dinamo, atau magneto). Sumber arus dihidupkan, maka di sekeliling kumparan ada medan magnet. Pada saat arus diputus, maka timbul arus induksi. Pada saat pemutusan arus primer, maka terjadi loncatan listrik. Pemutusan arus primer dilakukan oleh kondensor (yang sehari – hari disebut ”platina”). Arus induksi terjadi hanya sesaat, yaitu pada saat garis gaya hilang.
Gambar 1. Rangkaian Sistem Penyalaan pada Motor Bensin Pada motor letup, agar terjadi loncatan listrik, memerlukan tegangan yang besar, sekitar 10.000 volt. Karena loncatan listrik hanya dibutuhkan sesaat saja, maka digunakan induksi elektromagnetik, yang terjadi pada waktu torak pada kondisi akhir langkah kompresi. Kondensor merupakan pemutus arus primer (breaker point), yang berguna agar tidak terjadi loncatan listrik pada tempat pemutusan arus primer tersebut. Kondensor merupakan logam yang keras, yang tidak mudah terbakar.
Dengan
2 dilakukannya pemutusan arus primer secara cepat, maka hilangnya garis gaya magnet juga cepat, sehingga arus induksi yang dihasilkan menjadi lebih cepat. Arus induksi ini yang menyebabkan terjadi loncatan listrik pada elektroda busi. Kondensor terbuat dari lempeng – lempeng timah yang diisolasi satu sama lain.
Ketika arus primer diputus : (a) pada arus primer, arus ditampung pada
kondensor, sehingga kembali segar, (b) hilangnya garis gaya menjadi lebih cepat, (c) tidak terjadi loncatan listrik pada arus primer, dan (d) terjadi loncatan listrik pada elektroda busi yang lebih tinggi. Penjelasan lebih lanjut tentang sistem penyalaan pada motor bensin disajikan pada Gambar 2. Besi lunak (soft iron) pada rangkaian tersebut berfungsi, yaitu jika ada magnet, maka akan menjadi medan magnet.
Cara kerja kondensor adalah,
menghubungkan kondensor dengan arus ditarik dengan per, sedangkan memutus kondensor dengan arus ditarik dengan knoke. Mobil adalah contoh alat penyalaan baterai, sedangkan sepeda motor adalah alat penyalaan magnet. Sumber arus baterai dan aki (accu) adalah arus searah atau direct current (DC), sedangkan pada sumber arus magneto, dihasilkan arus bolak balik (AC).
Gambar 2. Rincian Rangkaian Sistem Penyalaan pada Motor Bensin Tampak pada Gambar 2 tersebut, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan body. Hal ini sering disebut sebagai negatif grounded. Prinsip ini biasa diaplikasikan pada motor atau mobil. Pada motor bensin empat silinder, alat penyalanya disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan putaran poros engkol, diatur agar pada akhir langkah kompresi, terjadi lompatan listrik pada elektroda busi.
Gambar poros engkol untuk motor empat
3 silinder disajikan pada Gambar 4.
Pada Gambar 3, urutan penyalaan (firing order)
yang dipakai adalah 1 – 2 – 4 – 3. Model firing order lainnya adalah 1 – 3 – 4 - 2.
Gambar 3.
Pembagian / Distributor untuk Urutan Penyalaan pada Motor Bensin Empat Silinder
Pada Gambar 3, putaran rotor sama atau seporos dengan putaran knock. Jadi, yang memutar knock, juga memutar rotor. Pada motor empat tak empat silinder, sudut antar engkol pada poros engkolnya diatur sebesar 720 o / 4 = 180 o. Penyalaan pada busi diatur sedemikian rupa sehingga penyalaan tidak terjadi pada saat yang sama.
Gambar 4. Poros Engkol untuk Empat Silinder DAFTAR PUSTAKA Soenjoto S. 1985. Hand Out Daya Dalam Bidang Pertanian II. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.