Sistem Pengkodean Data Print.docx

  • Uploaded by: Icha
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sistem Pengkodean Data Print.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,947
  • Pages: 15
TUGAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI NAMA :SRI KAMSIANI.S NO.STB : 16 401 097

1. SISTEM PENGKODEAN DATA Pengkodean adalah suatu teknik yang dilakukan untuk memberikan penegasan pada suatu proses yang terlibat (data dan pensinyalan) transmisi data. Dalam proses tersebut perlu diperhatikan pula fasilitas-fasilitas komunikasi dan media yang tersedia.Pengkodean data adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menjadikan tiap karakter dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat ditransmisikan.Adapun tujuan pengkodean data adalah : • Tidak ada komponen dc • Tidak ada urutan bit yang menyebabkan sinyal berada pada level 0 dalam waktu lama • Tidak mengurangi laju data • Kemampuan deteksi kesalahan . Kesalahan (error) merupakan masalah pada sistem komunikasi, sebab dapat mengurangi kinerja dari sistem. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat mengkoreksi error. Oleh karena itu pada sistem komunikasi diperlukan sistem pengkodean. Untuk maksud tersebut, banyak kode yang dapat digabungkan antara lain : Kode BCH, kode Reed Salomon, kode Hamming, kode konvolusi dan lain-lain. Pemilihan kode Konvolusi [1] karena kemampuannya yang dapat mengkoreksi semua acak dari “t” error dengan algoritma decoding yang sederhana. Pentingnya kode Reed Salomon disebabkan kemampuannya untuk mengkoreksi kesalahan jamak (multiple error). Kode Hamming mampu untuk mengkoreksi semua kesalahan tunggal dalam satu blok. Kode Konvolusi memiliki algoritma encoding yang efisien. A. Macam-Macam Kode 1. Kode Baudot Berawal dari kode morse. Ada kode 4-an, 5-an, 6-an, dan 8-an yang digunakan untuk pengiriman telegraph yang disimpan di pita berupa lubang tutup. Untuk lubang sebanyak 6x berturut-turut disebut sebagai kode 6-an. Begitu juga yang lainya. Kode ini juga digunakan sebagai satuan kecepatan pengiriman data. Kode baudot ini ada sejak 1838 ditemukan oleh Frenchman Emile Baudot sebagai bapak komunikasi data. Terdiri dari 5 bit perkarakter (sehingga dapat dibuat 32 karakter) dan untuk membedakan huruf dengan gambar dipakai kode khusus, yakni 111111 untuk letter dan 11011 untuKode ASCII.

2. Standard Code (Americank figure. for Information Interchange). Didefinisikan sebagai kode 7 bit (sehingga dapat dibuat 128 karakter). Masingmasing yaitu 0-32 untuk karakter kontrol (unprintable) dan 32-127 untuk karakter yang tercetak (printable). Dalam transmisi synkron tiga karakter terdiri dari 10 atau 11 bit : 1 bit awal, 7 bit data, 1 atau 2 bit akhir dan 1 bit paritas. 3. Kode 4 atau Kode 8. Kombinasi yang diijinkan adalah 4 bit “1” dan 4 bit “0” sehingga dapat dibuat kombinasi 70 karakter. 4. Kode BCD (binary code desimal). Terdiri dari 6 bit perkarakter dengan kombinasi 64 karakter. Untuk asynkron terdiri dari 9 bit: 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir. 5. Kode EBCID. Menggunakan

8

bit

perkarakter

dengan

256

kombinasi

karakter.

Asynkron: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir. Penggunaan Sistem Pengkodean Data Sejak ditemukannya radio maka penggunaannya semakin lama semakin banyak dan berbagai macam. Hal ini menimbulkan permasalahan yaitu padatnya jalur komunikasi yang menggunakan radio. Bisa dibayangkan jika pada suatu kota terdapat puluhan stasiun pemancar radio FM dengan bandwidth radio FM yang disediakan antara 88 MHz – 108 MHz. Tentunya ketika knob tunning diputar sedikit maka sudah ditemukan stasiun radio FM yang lain. Ini belum untuk yang lain seperti untuk para penggemar radio kontrol yang juga menggunakan jalur radio. Bahkan untuk pengontrollan pintu garasi juga menggunakan jalur radio. Jika kondisi ini tidak ada peraturannya maka akan terjadi tumpang tindih pada jalur radio tersebut. Alternatifnya yaitu dengan menggunakan cahaya sebagai media komunikasinya. Cahaya dimodulasi oleh sebuah sinyal carrier seperti halnya sinyal radio dapat membawa pesan data maupun perintah yang banyaknya hampir tidak terbatas dan sampai saat ini belum ada aturan yang membatasi penggunaan cahaya ini sebagai media komunikasi. Pada dasarnya penggunaan modulasi cahaya penggunaannya tidak ada batasnya namun modulasinya harus menggunakan sinyal carrier yang frekuensinya harus sangat tinggi yaitu dalam orde ribuan megahertz. Biasanya modulasi dengan frekuensi carrier yang tinggi ini digunakan untuk madulasi sinar laser atau pada transmisi data yang menggunakan media fiberoptic sebagai

media perantaranya. Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier yang jau lebih rendah yaitu sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Pengkodean Pada Infra Merah Pengkodean pada remote infra merah pada dasarnya ada tiga macam dan semuanya berdasarkan pada panjang jarak antar pulsa atau pergeseran urutan pulsa. Pulse-Width Coded Signal. Pada pengkodean ini panjang pulsa merupakan kode informasinya. Jika panjang pulsa ‘pendek’ (kira-kira 550us) maka dikatakan sebagai logika ‘L’ tetapi jika panjang pulsa ‘panjang’ (kira-kira 2200us) maka menyatakan logika ‘H’. Space-Coded Signals. Pada pengkodean ini didasarkan pada panjang/pendek space. Jika panjang pulsa sekitar 550us atau kurang maka dinyatakan sebagai logika ‘L’ sedangkan jika panjang space lebih dari 1650us maka dinyatakan sebagai logika ‘H’. Shift Coded Signal. Pengkodean ini ditentukan pada urutan pulsa dan space. Pada saat ‘space’ pendek, kurang dari 550us dan ‘pulse’ panjang, lebih dari 1100us maka dinyatakan sebagai logika ‘H’. Tetapi sebaliknya jika ‘space’ panjang dan ‘pulse’ pendek maka dinyatakan sebagai logika ‘L’. Pengkodean Shift Coded Signal ini merupakan hal yang sangat penting karena tanpa mengetahui sistem pengkodean pada sisi transmitter infra merah maka disisi receiver tidak bisa mendekodekan data/perintah apa yang dikirImkan. Selain itu didalam pengkodean ini perlu disisipkan suatu data yang dinamakan sebagai ‘device address’ sebelum data atau perintah. Device addres ini menyatakan nomor alamat peralatan jika terdapat lebih dari satu alat yang dapat dikendalikan oleh sebuah remote kontrol pada suatu area tertentu. B. Pengkodean Data/ Data Enconding Dalam proses kerja komputer mengolah data secara digital, melalui sinyal listrik yang diterima atau dikirimkan, pada prinsipnya komputer hanya mengenal dua arus, yaitu on atau off, atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan 1 (satu) atau 0 (nol). Kombinasi dari arus on atau off inilah yang yang mampu membuat komputer melakukan banyak hal, baik dalam mengenalkan huruf, gambar, suara, bahkan film menarik yang anda tonton dalam format digital. Sistem yang merubah sinyal analog menjadi sinyal digital disebut Sistem Akuisisi Data. Dalam Sistem Akuisisi data ada 4 komponen yang penting yaitu :  Input analog yaitu mengubah sinyal input analog dari sensor menjadi bentuk bit.  Output analog yaitu mengubah data digital yang tersimpan dalam

komputer menjadi sinyal digital.  Input / output digital yaitu untuk masukan dan keluaran nilai digital (tingkat logika) kedua dari perangkat keras.  Counter / timer dignakan pada saat perhitungan, pengukuran frekwensi dan perioda, pembangkit pulsa. C. Teknik Encoding Modulasi adalah proses encoding sumber data dalam suatu sinyal carrier dengan frekuensi. Empat kombinasi yang muncul dari komunikasi adalah:  Data digital, sinyal digital  Data analog, sinyal digital  Data digital, sinyal analog  Data analog, sinyal analog Sinyal digital merupakan deretan pulsa voltase terputus-putus yang berlainan dan masingmasing memiliki ciri-ciri tersendiri , Setiap pulsa merupakan sebuah elemen sinyal. Elemen sinyal merupakan data yang ditranmisikan melalui pengkodean bit data, dimana biner 0 = level voltase lebih rendah dan biner 1 = level voltase yang lebih tinggi. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog, yaitu:  Mampu mengirikan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.  Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri.  Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.  Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif. Ketentuan Dalam Proses Encoding 1. Unipolar : Semua elemen-elemen sinyal dalam bentuk yang sama 2. Polar : Satu state logic dinyatakan oleh tegangan positif dan sebaliknya oleh tegangan negatif. 3. Rating Data : Rating data transmisi data dalam bit per secon 4. Durasi atau panjang suatu bit Waktu yang dibutuhkan pemancar untuk 5. memancarkan bit.

6. Rating modulasi : Rating dimana level sinyal berubah dan diukur dalam bentuk baud=elemen-elemen sinyal per detik 7. Tanda dan ruang : Biner 1 dan biner 0 berturut-turut Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary ditransmisikan dengan meng-encode-kan tiap bit data menjadi elemen-elemen sinyal. Sinyal unipolar adalah semua elemen sinyal yang mempunyai tanda yang sama, yaitu positif semua atau negatif semua. Sinyal polar adalah elemen-elemen sinyal dimana salah satu logic statenya diwakili oleh level tegangan positif dan yang lainnya oleh level tegangan negatif. Durasi atau lebar suatu bit adalah waktu yang diperlukan oleh transmitter untuk memancarkan bit tersebut. Modulation rate adalah kecepatan dimana level sinyal berubah, dinyatakan dalam bauds atau elemen sinyal per detik.  Lima faktor yang perlu dinilai atau dibandingkan dari berbagai teknik komunikasi : 1. Spektrum sinyal : disain sinyal yang bagus harus mengkonsentrasikan kekuatan transmisinya pada daerah tengah dari bandwidth transmisi; untuk mengatasi distorsi dalam penerimaan sinyal digunakan disain kode yang 2. Clocking : menentukan awal dan akhir dari tiap posisi bit dengan mekanisme synchronisasi yang berdasarkan pada sinyal transmisi. 3. Interferensi sinyal dan Kekebalan terhadap noise 4. Deteksi error : dibentuk dalam skema fisik encoding sinyal. 5. Biaya dan kesulitan : semakin tinggi kecepatan pensinyalan untuk memenuhi data rate yang ada, semakin besar biayanya. D. Format Pengkodean Sinyal Digital NONRETURN TO ZERO (NRZ) 1. Nonreturn-to-Zero-Level (NRZ-L) yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya. Memiliki ciri dua tegangan yang berbeda antara bit 0 dan bit 1, tegangan konstan selama interval bit, tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero, 0 = level rendah dan 1 = level tinggi. 2. Nonreturn to Zero Inverted(NRZI) yaitu suatu kode dimana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai binary ‘1′ untuk bit time tersebut; tidak ada transisi berarti

binary ‘0′. Nonreturn to Zero Inverted (NRZI) dalam kesatuan, pulsa tegangan konstan untuk durasi bit, data dikodekan / diterjemahkan sebagai kehadiran(ada) atau ketiadaan sinyal transisi saat permulaan bit time, 0 = tanpa tranmisi pada permulaan interval(satu bit waktu) dan 1 = tranmisi pada permulaan interval. Keuntungan differensial encoding : lebih kebal noise, tidak dipengaruhi oleh level tegangan. Kelemahan dari NRZ-L maupun NRZI : keterbatasan dalam komponen dc dan kemampuan synchronisasi yang buruk.

MULTILEVEL BINARY 1. Bipolar-AMI (Alternate Mark Inversion) yaitu suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan binary ‘1′ diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif. Zero menggambarkan tidak adanya line signal. Satu menggambarkan positif atau negatif sinyal. 2. Pseudoternary yaitu suatu kode dimana binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan binary ‘0′ oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif. Satu menggambarkan adanya jalur sinyal. Zero menggambarkan perwakilan dari positif dan negatif.

BIPHASE 1. Manchester yaitu suatu kode dimana ada suatu transisi pada setengah dari periode. Tiap bit : transisi low ke high mewakili ‘1′ dan high ke low mewakili ‘0′. Zero dari tinggi ke rendah di pertengahan interval. Satu dari rendah ke tinggi di pertengahan interval.

2. Differential manchester yaitu suatu kode dimana binary ‘0′ diwakili oleh adanya transisi di awal periode suatu bit dan binary ‘1′ diwakili oleh ketiadaan transisi di awal periode suatu bit. Zero Transisi di pertengahan interval. Satu tidak ada transisi di permulaan interval.

Gambar perbandingan Format Pengkodean Sinyal Digital

DAFTAR PUSTAKA https://dokumen.ts/documents/makalah-sistem-pengkodean-data. http://fisika-bumi.blogspot.com/2011/03/sistem-pengkodean-data-makalah.html http://siraith.files.wordpress.com/2009/10/pengkodean-data.pdf http://teknik-informatika.com/sistem-pengkodean/rkan Fungsi Sistemhttp://viamol.blogspot.com/2009/04/sistem.html missa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6785/Bab5.pdf

2. SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGERTIAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN (Ikatan AkuntanIndonesia, 2001) mendefinisikan pengertian struktur pengendalian intern sebagai: Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas (organisasi) yang mereka desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: 1. Kehandalan pelaporan keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi operasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Menurut (Mulyadi, 2002), dari pengertian struktur pengendalian intern tersebut terdapat beberapa konsep berikut ini:  Bahwa struktur pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.



Struktur pengendalian intern merupakan suatu rangkaian yang bersifat pervasive(merembes) dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.  Struktur pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain.  Struktur pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris, entitas, bukan keyakinan mutlak.  Struktur pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Struktur pengendalian intern memegang peranan penting dalam organisasi perusahaan untuk dapat merencanakan, mengkoordinasikan dan menguasai atau mengontrol berbagai aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. Pengendalian intern mencakup kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan tertentu perusahaan. Konsep struktur pengendalian intern didasarkan atas tanggung jawab manajemen dan jaminan yang memadai untuk menetapkan dan menyelenggarakan struktur pengendalian intern dan dikaitkan dengan manfaat dan biaya pengendalian. Jadi pengertian Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usahayang spesifik akan dapat dicapai. pengendalian intern meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.

PENTINGNYA PENGENDALIAN INTERN Pengendalian intern menjadi penting berkaitan dengan: a) Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen harus mengandalkan laporan dan analisis yang banyak jumlahnya agar peranan pengendalian dapat berjalan efektif. b) Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi. c) Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi biaya ataupun fee audit. Oleh karena itu bagi manajemen mempertahankan terus adanya Struktur pengendalian intern (SPI) termasuk struktur pelaporan yang baik adalah sangat tepat diperlukan agar dapat melepaskan, menyerahkan atau mendelegasikan wewenangdan tanggung jawabnya dengan tepat. Struktur pengendalian intern satuan usaha terdiri dari tiga unsur: 1. Lingkungan Pengendalian 2. Sistem akuntansi 3. Prosedur pengendalian

Lingkungan Pengendalian Faktor-faktor yang terkandung dalak lingkungan pengendalian  Phlisopi manajemen dan gaya operasi  Struktur organisasi  Komite pemeriksa  Metode pengendalian manajemen  Pengaruh eksternal Sistem Akutansi System akutansi didenifikasikan sebagai suatu elemen struktur pengendalian, motede dan pencatatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan. Sistem akutansi yang efektif haru memenuhi : o Mengidentifikasi dan mencatat transaksi yang valid o Ketepatan waktu dalam, pencatatan transaksi o Pengukuran nilai transaksi dan mencatat dalam nilai yang tepat dalam laporan keuangan o Menyajikan secara tepat transaksi dan yang berhubungan dengan pengungkapannya dalam LK Prosedur Pengendalian Prosedur pengendalian melengkapi setruktur pengendalian internal, prosedur pengendalian diterapkan dalam pada satu jenis transaksi, misalnya penjualan. Klafikasi dari prosedur pengendalian adalah :    

Prosedur otorisasi Pemisahan tugas Dokumen dan catatan Pengendalian akses Jika struktur pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar.

ADA 3 KONSEP DASAR YANG BERKENAAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

DENGAN

Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern. Konsep dasar tersebut meliputi: 1. Pertanggungjawaban Manajemen Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian intern. Pengendalian-pengendalian khusus yang harus termasuk pada tiga elemen struktur pengendalian intern untuk suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya entitas; karakteristik organisasi dan kepemilikan; sifat kegiatan usahanya; keanekaragaman dan kompleksitas operasinya; metode pemrosesan data; persyaratan perundang-undangan yang harus dipatuhi. 2. Kewajaran atau Keyakinan Rasional yang Memadai Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak kualitas struktur pengendalian intern manajemen mencari tingkat yang ”wajar”. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa sasaran struktur pengendalian intern dapat tercapai. Ada dua alasan penggunaan kata ”wajar” dan bukan tingkat absolut. Kedua alasan tersebut adalah:

a) b) 3.

a)

b)

Kriteria biaya-manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi. Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dna profitabilitas perusahaan. Keterbatasan Bawaan Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan bawaan yang melekat pada struktur pengendalian intern tersebut. Keterbatasan bawaan tersebut diakibatkan antara lain oleh: Faktor manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian. Keterbatasan ini hanya dapat diminumkan, tidak dapat dihilangkan sama sekali oleh orang dari dalam maupun dari luar yang independen. Sebaik-baiknya sistem bagaimanapun, akan dapat dikalahkan oleh kolusi. Pengendalian tidak dapat mengarah pada seluruh transaksi. Pengendalian tidak dapat diterapkan pada transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti kejadian luar biasa, bonus, dan lain sebaginya. Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

STRUKTUR PENGENDALIAN KOMPONEN :

INTERN

TERDIRI

DARI

5

1. Lingkungan Pengendalian  Integritas dan Etika  Komitmen terhadap Kompetensi  Struktur Organisasi  Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab  Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik 2. Penilaian Resiko Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut: 

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko



Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan



Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko

3. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi: 

Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup



Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai



Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup



Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan



Evaluasi secara independen atas kinerja



Pengendalian terhadap pemrosesan informasi



Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan

4. Informasi dan Pengawasan Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal. 5. Pengawasan Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi : 

Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.



Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan review.



Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen. Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).

TUJUAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan :

(1) keandalan informasi keuanagn, (2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3) efektivitas dan efisiensi operasi.

AKTIFITAS DAN PROSES PENGENDALIAN SIA Secara umum, prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini :  Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai  Pemisahan tugas  Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai  Penjagaan aset dan catatan yang memadai  Pemeriksaan independen atas kinerja

ANCAMAN TERHADAP SIA Jenis-Jenis Ancaman Terhadap Sistem Informasi Keamanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem informasi, yang dimaksudkan untuk mencegah ancaman terhadap sistem serta untuk mendeteksi dan membetulkan akibat segala kerusakan sistem. Ancaman terhadap sistem informasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ancaman aktif dan ancaman pasif. a. Ancaman aktif, mencakup: 1. kecurangan 2. kejahatan terhadap komputer b. Ancaman pasif, mencakup: 1. kegagalan system 2. kesalahan manusia 3. bencana alam Ancaman lain berupa kecurangan dan kejahatan komputer. Ancaman ini mendasarkan pada komputer sebagai alat untuk melakukan tindakan yang tidak benar. Penggunaan sistem berbasis komputer terkadang menjadi rawan terhadap kecurangan (fraud)dan pencurian. Metode yang umum digunakan oleh orang dalam melakukan penetrasi terhadap sistem berbasis komputer ada 6 macam (Bonar dan Hopwood, 1993), yaitu:      

Pemanipulasian masukan. Penggantian program. Penggantian secara langsung. Pencurian data. Sabotase. Penyalahgunaan dan pencurian sumber daya komputasi.

Dalam banyak kecurangan terhadap komputer, pemanipulasian masukan merupakan

metode yang paling banyak digunakan, mengingat hal ini bisa dilakukan tanpa memerlukan ketrampilan teknis yang tinggi. Pemanipulasian melalui program biasa dilakukan oleh para spesialis teknologi informasi.Pengubahan berkas secara langsung umum dilakukan oleh orang yang punya akses secara langsung terhadap basis data. Pencurian data kerap kali dilakukan oleh “orang dalam” untuk dijual. Salah satu kasus terjadi pada Encyclopedia Britanica Company (bodnar dan Hopwood, 1993). Perusahaan ini menuduh seorang pegawainya menjual daftar nasabah ke sebuah pengiklan direct mail seharga $3 juta. Sabotase dapat dilakukan dengan berbagai cara. Istilah umum untuk menyatakan tindakan masuk kedalam suatu sistem komputer tanpa otorisasi, yaitu hacking. Pada masa kerusuhan rahun 1998, banyak situs Web badan-badan pemerintah di Indonesia diacakacak oleh para cracker.

KLASIFIKASI PENGENDALIAN INTERN 1.

Menurut tujuannya, bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a.

Pengendalian preventif dimaksudkan untuk mencegah masalah sebelum masalah tersebut benar-benar terjadi. b. Pengendalian detektif untuk menemukan masalah segera setelah masalah tersebut terjadi. c. Pengendalian korektif dimaksudkan untuk memcahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian detektif. 2. Menurut waktu pelaksanaannya, dibagi dalam dua kelompok yaitu: a.

Pengendalian umpan balik (feedback control) adalah pengendalian yang termasuk dalam kelompok pengendalian preventif karena jenis pengawasan ini memonitor proses dan input untuk memprediksi masalah yang akan terjadi (potential problem). b. Pengendalian dini (feedforward control) pengendalian yang masuk dalam kelompok pengendalian detektif, karena jenis pengawasan ini mengukur sebuah proses dan menyesuaikannya apabila terjadi penyimpangan dari rencana semual. 3. Menurut objek yang dikendalikan, maka dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a.

Pengawasan umum (general control) adalah pengawasan yang dirancang untuk menjamin bahwa lingkungan pengawasan oragnisasi mantap dan dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas pengawasan aplikasi. b. Pengawasan aplikasi (application control) adalah pengawsan yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan membetulkan kesalahan transaksi saat trnsaksi tersebut diproses. 4. Menurut tempat implementasi dalam siklus pengolahan data, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a.

Pengawasan input dirancang untuk menjamin bahwa hanya data yang sah (valid), akurat, dan diotorisasi saja yang dimasukkan dalam proses. b. Pengawsan proses dirancang untuk menjamin bahwa semua transaksi diproses secara akurat dan lengkap, dan semua file dan record di-update secara tepat. c. Pengawasan output dirancang untuk menjamin bahwa keluaran sistem diawasi dengan semestinya.

PENGENDALIAN CBIS CBIS atau Computer Base Information System mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi, meskipun secara teoritis, penerapan sebuah sistem informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya, namun pada prakteknya dengan data dan kebutuhan informasi yang begitu kompleks maka peran teknologi komputer begitu dibutuhkan, peran komputer inilah yang dikenal dengan istilah “computer based” karena digunakan untuk mengolah informasi dalam sebuah sistem maka disebut “Computer Base Information System” atau sistem informasi berbasis komputer.

CBIS ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang berkualitas, sehingga tujuan organisasi (user) dapat tercapai secara effisien dan efektif dengan hasil yang maksimal dalam proses yang optimal dan 5 (lima) hal pokok yang merupakan manfaat dari Sistem Informasi dalam pengendalian Manajemen Organisasi adalah :     

Penghematan waktu (time saving) Penghematan biaya (cost saving) Peningkatan efektifitas (effectiveness) Pengembangan teknologi (technology development) Pengembangan personil akuntansi (accounting staff development)

Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan basis komputer. Berikut penjelasan masing-masing istilah tersebut : 





Data : merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi. Informasi : merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan. Sistem : merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata, dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objek yang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlah komponen dari sistem tersebut.

DAFTAR PUSTAKA http://anjanyrayki.blogspot.com/2015/12/sistem-pengendalian-intern-tugas-ke-5.html https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/pemahaman-spi-sistempengendalian-intern/

Related Documents


More Documents from "Zulkifli Abu Bakar"

Orlep 6...docx
November 2019 40
Sejarah Komputer
November 2019 38
Orlep 7.docx
November 2019 29