Sistem Pencernaan Dan Makanan Haram

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sistem Pencernaan Dan Makanan Haram as PDF for free.

More details

  • Words: 3,672
  • Pages: 12
SISTEM PENCERNAAN DAN MAKANAN HARAM TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Mahasiswa mampu menjelaskan Ke-Maha Besar- an Allah berkaitan dengan mekanisme kerja sistem pencernaan, kaidah-kaidah yang berhubungan dengan fungsi makanan, adab makan, hukum dasar makanan, sertifikasi makanan halal, TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Mahasiswa mampu menjelaskan Ke-Maha Besar- an Allah berkaitan dengan mekanisme / sistem kerja pencernaan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi makan bagi seorang muslim 3. Mahasiswa mampu menjelaskan adab makan bagi seorang muslim 4. Mahasiswa mampu menjelaskan hukum dasar makanan 5. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat makanan halal 6. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar sertifikasi makan halal

SISTEM PENCERNAAN Air liur, yang berperan pada awal proses pencernaan, berfungsi membasahi makanan supaya makanan mudah dikunyah gigi dan turun melalui kerongkongan. Air liur juga merupakan zat khusus untuk mengubah, melalui sifat kimiawinya, zat pati menjadi gula. Coba pikirkan apa yang terjadi andai air liur tidak dihasilkan di dalam mulut. Kita tidak akan mampu menelan apa pun atau bahkan berbicara karena mulut kita kering. Kita tidak akan mampu mengonsumsi makanan padat, dan harus meminum cairan saja. Dalam sistem lambung terdapat keseimbangan yang menakjubkan. Di dalam lambung, makanan dicerna oleh asam klorida. Asam ini sangat kuat, sehingga dapat mencerna bukan hanya makanan yang masuk, melainkan juga dinding lambung. Namun, sebuah solusi disediakan untuk manusia: zat bernama mukus, yang dihasilkan selama proses pencernaan, melapisi dinding lambung dan melindunginya dengan sangat baik terhadap efek merusak dari asam tersebut. Dengan demikian, lambung tidak akan merusak dirinya sendiri. Terdapat kesesuaian sempurna antara asam pencerna makanan dan mukus yang dihasilkan untuk melindungi lambung dari asam tersebut. Ketika kosong, lambung tidak memproduksi cairan pengurai protein (zat gizi yang berasal dari hewan seperti daging). Sebaliknya, cairan yang dihasilkan berbentuk zat

tidak berbahaya tanpa sifat merusak. Begitu makanan berprotein memasuki lambung, asam klorida dihasilkan dalam lambung dan menguraikan zat netral ini menjadi protein. Dengan begitu, ketika lambung kosong, asam ini tidak melukai lambung yang juga terbuat dari protein. Marilah kita melihat hal ini dari sudut pandang yang berbeda. Sel-sel lambung memproduksi asam di dalam perut. Baik sel ini maupun sel lain di bagian tubuh lain (misalnya sel mata) merupakan sel kembar yang berasal dari pembelahan sel tunggal awal di dalam rahim ibu. Lebih jauh lagi, kedua jenis sel ini mempunyai kombinasi genetis yang sama. Ini berarti, bank data pada kedua sel sama-sama mengandung informasi genetis tentang protein yang dibutuhkan mata dan asam yang digunakan di dalam lambung. Namun, dengan ketundukan pada perintah dari suatu sumber yang tidak diketahui, di antara jutaan informasi yang ada, sel mata hanya menggunakan informasi untuk mata dan lambung hanya menggunakan informasi untuk lambung. Apa yang terjadi andaikan sel mata yang memproduksi protein yang dibutuhkan mata (karena sesuatu hal yang tidak diketahui) mulai memproduksi asam yang digunakan di dalam lambungkarena memang memiliki informasi yang dibutuhkan untuk memproduksinya? Andaikan hal seperti ini terjadi, seseorang akan melumat dan mencerna matanya sendiri. Proses pencernaan selanjutnya juga terencana dengan baik. Bagian makanan hasil cernaan yang berguna diserap oleh lapisan usus halus dan berdifusi dalam darah. Lapisan usus halus ditutupi lipatan-lipatan lateral yang mirip kain kusut. Dalam setiap lipatan terdapat lipatan lebih kecil yang disebut "villus". Lipatan ini meningkatkan penyerapan usus secara luar biasa. Pada permukaan-atas sel yang meliputi villus terdapat tonjolan kecil yang disebut mikrovillus. Tonjolan ini menyerap makan dan berfungsi sebagai pompa. Bagian-dalam pompa ini terhubung dengan sistem peredaran darah melalui sistem pengangkutan yang dilengkapi dengan berbagai rute. Beginilah cara zat gizi yang telah diserap mencapai seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Setiap villus memiliki hampir 3000 mikrovillus. Daerah sebesar satu milimeter persegi pada lapisan usus halus ditutupi oleh kurang-lebih 200 juta mikrovillus. Pada daerah seluas satu milimeter persegi, 200 juta pompa bekerja tanpa rusak atau lelah untuk mempertahankan hidup manusia. Pompa yang begitu banyak ini, yang normalnya mengambil wilayah yang sangat luas, dimampatkan ke dalam ruang yang sangat kecil. Sistem ini mempertahankan hidup manusia dengan memastikan tubuh memanfaatkan makanan yang dikonsumsi semaksimal mungkin.

Fungsi Makanan Bagi seorang muslim hendaknya memiliki kesadaran sepenuhnya bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki fungsi untuk mempertahankan hidupnya. Hidup yang dijalani dalam kerangka mengabdi (beribadah) kepada Allah, oleh karenanya untuk memperoleh tenaga dan mempertahankan hidupnya di perlukan makanan. Prinsip yang mendasar bahwa makan untuk hidup dan bukan sebaliknya hidup untuk makan.

Selanjutnya makanan yang dikonsumsi untuk tenaga ibadah hendaknya memiliki nilai halal dan thoyib. Halal dalam arti jenis dan cara perolehannya. Thoyib dalam arti memiliki nilai kebaikan dan kemanfaatan pada tubuhnya. Jenis yang dimakan dan cara perolehannya mungkin halal namun karena dikonsumsi secara berlebihan akan berdampak tidak baik atau berakibat buruk pada tubuhnya (tidak thoyib).

Terkait dengan fungsi makan, Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan hadits : “ Tidaklah Bani Adam memenuhi kantong yang lebih jelek dari perutnya, hendaknya Bani Adam makan sekedar menegakkan punggungnya, jika tidak bisa (terpaksa) maka makanlah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya untuk nafasnya.” (HR. Imam Tirmidzi)

Adab makan-minum Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW melihat salah seorang cucunya mengambil makanan dengan tangan kirinya, beliau memberikan nasihat, ''Makanlah dengan menyebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang paling dekat darimu.'' (HR Bukhari Muslim). Ajaran Islam adalah ajaran yang mulia dan sempurna, termasuk mengatur norma di dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Ini membuktikan bahwa kualitas spiritual seorang Muslim juga dinilai dari kesempurnaan akhlaknya dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Ada tiga poin penting berkenaan dengan akhlak mengonsumsi makanan dan minuman. Pertama, berdoa dengan menyebut nama Allah ketika hendak memulai makan dan minum. Ini mengandung pengertian bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia sesungguhnya adalah karunia Allah yang harus disyukuri. Ketika nama Allah disebut oleh orang yang hendak makan dan minum, berarti ia mengharap berkah dari makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Kedua, menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Dalam Islam, kanan adalah simbol kebajikan yang mengandung nilai terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW senantiasa membiasakan yang kanan (al-tayamun) dalam setiap aktivitas kesehariannya, baik yang berhubungan dengan ibadah maupun akhlak. Secara kontekstual, pembiasaan tangan kanan dalam makan dan minum ini, dapat dimaknai pula sebagai perintah untuk selalu mendapatkan makanan dan minuman dengan cara yang baik dan terpuji. Makanan dan minuman harus mengandung kehalalan sempurna. Rasulullah SAW bersabda, ''Daging apa saja dalam tubuh manusia yang tumbuh dari makanan yang tidak halal, maka neraka lebih pantas baginya.''

Ketiga, mengutamakan makanan atau minuman yang paling dekat. Adalah sangat indah dan santun ketika seorang Muslim lebih mengutamakan makanan yang paling mudah diraihnya daripada yang jauh dan sulit diraihnya walaupun lebih lezat dan menarik. Akhlak ini sesungguhnya mengandung esensi bahwa setiap Muslim dilarang bersikap tamak dan serakah sehingga selalu mengharap sesuatu yang tidak dimilikinya. Setiap Muslim diperintahkan untuk selalu menghiasi dirinya dengan sifat qana'ah, yaitu menerima dan merasa cukup sekaligus mensyukuri apa yang dimilikinya sebagai nikmat dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, ''Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya harta dan benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.'' (HR Abu Ya'la). Terkait dengan tercelanya banyak makan dan kenyang yang dapat menimbulkan berbagai penyakit dan memberatkan seseorang untuk melaksanakan hukum syar’i/ ibadah terdapat beberapa hadits dan riwayat yang perlu diperhatikan seperti Rasulullah bersabda : “Orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lama lapar di akhirat.” (HR. Al-Bazzar ) Luqman al Hakim berwasiat pada putranya : “Wahai putraku jika kamu penuhi lambungmu maka akan tidur pikiranmu, membisukan hikmah, mendudukkan anggota badan dari beribadah dan pada perut kosong itu banyak faedahnya yaitu menjernihkan hati , mencerdaskan manusia dan menajamkan bashiroh. Kenyang itu menyebabkan kedunguan, membutakan hati dan memperbanyak uap dan cairan dalam lambung. Al-Imam Thabrani dan Ibnu Abi Dunya meriwayatkan hadits : “Akan terjadi pada ummatku seseorang memakan semua jenis makanan, meminum semua jenis minuman, memakai semua jenis pakaian dan banyak berbicara. Maka, mereka itulah paling jeleknya ummatku.” Al-Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadits : ‘Dunia adalah penjaranya orang mukmin dan surganya orang kafir.”

Manfaat lapar terhadap kesehatan badan adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Masiwaih : “Sekiranya manusia mau mengamalkan hadits ini (riwayat Tirmidzi) mereka akan selamat dari sakit dan berbagai penyakit, menutup rumah sakit dan mengistirahatkan toko obat/ apotik. Hal itu karena sumber segala penyakit adalah kenyang.” Al-Harits seorang dokter (Arab) mengatakan : “Yang banyak membunuh manusia adalah karena manusia suka memasukkan makanan pada perut sebelum makanan dalam perut dicerna Kehidupan Rasulullah dan para shahabat lebih memilih banyak lapar dari pada kenyang karena kefahamannya terhadap faedah lapar dan bahaya kenyang, lebih

memilih mengekang syahwatnya daripada menurut syahwat, dan bukannya pada mereka tidak ada makanan tetapi beliau-beliau lebih memilih keadaan yang lebih baik dan lebih sempurna daripada lawannya. Mereka makan dan minum sekedar dapat melaksanakan ibadah, karena hanya untuk itu (untuk beribadah) diciptakannya jin dan manusia. Mengkonsumsi makanan yang halal adalah keharusan sebagaimana firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman makanlah diantara rizki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu.." (QS Al Baqarah : 172). Dampak mengkonsumsi makanan yang haram adalah ancaman siksa dan mudharat dari segi kesehatan. Sabda Rasulullah SAW, ''Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih utama baginya.'' Artinya, makanan yang haram itu akan mendorong perilaku yang jahat, yang menyebabkan kecelakaan yang bersifat abadi di akhirat nanti. Makanan haram berdampak menghalangi terkabulnya do'a, Rasul bersabda : "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman serupa dengan apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Kemudian Rasul SAW menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut penuh debu, dia mengangkat kedua tangannya kelangit dan berdo'a :"Ya Rabb, ya Rabb! sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, bagaiamana ia akan diterima do'anya". (H.R Muslim )

HUKUM DASAR MAKANAN Pada dasarnya semua makanan hukumnya adalah halal, kecuali yang di haramkan oleh dalil, firman Allah: "Dialah yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk kamu…" (QS Al Baqarah : 29). Syeikh Abdurrahman As-Sa'dy berkata :"Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu halal dan suci karena ayat tersebut konteksnya adalah menyebutkan nikmat".

SYARAT MAKANAN HALAL 1. Suci, bukan najis atau yang terkena najis, sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan nama selain Allah". (QS Al Baqarah : 173) 2. Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah kamu menjerumuskan diri kamu kedalam kebinasaan". (QS Al Baqarah 195)

3. Tidak memabukkan, sabda Rasul yang artinya :"Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram". (HR.Muslim ). 4. Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari'at jika makanan itu berupa daging hewan.

ASAL-USUL MAKANAN 1. Makanan nabati: hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah surat Al Baqarah ayat 29 dan hadits Salman, Rasulullah SAW bersabda : "Yang halal adalah yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang haram adalah yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang diidamkan maka itu dimaafkan". (HR At Tirmidzi). 2. Makanan hewani: a. Hewan air: hukum dasarnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah yang artinya: "Dihalalkan bagimu binatang buruan laut". (QS Al Maidah : 96). Juga sabda Rasulullah SAW: "(air laut) itu suci dan bangkainya halal". (H.R Abu Daud dan Tirmidzi) kecuali buaya karena ia termasuk hewan bertaring dan buas juga ular dan kodok. Abdurrahman bin Utsman ra berkata:"telah datang seorang tabib kepada Rasulullah SAW meminta idzin menjadikan kodok sebagai ramuan obat, maka Rasulullah SAW melarangnya untuk membunuh kodok". (H.R Abu Dawud, Nasaa'i ). b. Hewan darat Binatang buas Ibnu Abbas ra berkata: "Rasul melarang memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang bercakar". (Muslim ). Berpijak dari hadits ini maka binatang buas yang diharamkan adalah yang bertaring. Binatang jinak Hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah: "Dihalalkan bagimu binatang ternak". (QS Al Maidah : 1) Binatang jinak halal dikonsumsi, kecuali keledai, ia diharamkan dalam hadits Jabir ia berkata :"Rasulullah SAW melarang pada perang khaibar untuk makan daging keledai dan mengizinkan memakan daging kuda". (Al Bukhary, dan Muslim ) Unggas Hukum dasarnya adalah halal, Zahdam Al Jarmi berkata :"Saya pernah datang kepada Abu Musa Al Asy'ari ra dan ia sedang makan daging ayam, lalu ia berkata :"Mendekat dan makanlah ! karena aku melihat Rasulullah memakannya". (At Tirmidziy ) Kecuali burung pemangsa dengan cakar sebagai senjatanya, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas di atas, juga burung pemakan bangkai seperti gagak sebagaimana sabda Nabi yang artinya :"Lima fawaasiq dibunuh baik dalam

wilayah haram atau diluar wilayah haram : gagak, elang, tikus, kalajengking, dan anjing penggigit". (Al Bukhari dan Muslim). Hewan yang halal tidak dibunuh melainkan disembelih karena jika dibunuh maka ia menjadi bangkai. Serangga Serangga yang menjijikkan haram hukumnya, dalilnya adalah firman Allah: "Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala yang buruk". (QS Al A'raaf : 157) Dan sesuatu yang buruk dan menjijikkan tidak termasuk dalam kategori ath thayyibaat, sebagaimana firman Allah yang artinya :"Katakanlah dihalalkan bagi kalian yang baik-baik". (QS Al Maidah : 4). Belalang Belalang bersifat halal tanpa ragu, Abdullah bin Abi Aufa bekata :"Kami telah berperang sebanyak tujuh peperangan dengan memakan belalang bersama Rasulullah SAW ". (Al Bukhary , dan Muslim).

Sertifikasi Makanan Halal Salah satu pasal dalam Undang-Undang Pangan menyebutkan tentang label, dinyatakan bahwa pencantuman label halal merupakan jaminan bahwa makanan dan minuman yang diberi label tersebut adalah halal menurut syariat Islam dan merupakan tanggung jawab produsen yang memproduksi makanan atau minuman tersebut. Jika pencantuman label halal menjadi tanggungjawab produsen sepenuhnya tanpa melalui pemeriksaan oleh pihak yang berwenang berlaku, hal ini akan sangat membahayakan konsumen karena konsumen berada pada pihak yang sangat lemah dan yang kritis, hal tersebut juga sangat bertentangan dengan aturan pelabelan yang berlaku di seluruh dunia. Oleh karenanya diperlukan adanya badan sertifikasi Kehalalan suatu produk sangat bergantung pada tingkat pengetahuan, baik ilmu pengetahuan mengenai bahan dan asal usul bahan juga hukum Islam, dan kejujuran / keimanan (Islam) yang tinggi semua pihak. Badan sertifikasi diharapkan memiliki kriteria sebagai berikut - mewakili aspirasi umat Islam, dimana anggotanya hanya terdiri dari orang Islam saja, hali ini diupayakan untuk menghindari adanya bias dan conflict of interest. Oleh karena masalah kehalalan berkaitan dengan keimanan sehingga sebenarnya bukan hanya anggotanya orang Islam saja, akan tetapi juga harus terdiri dari orang-orang yang beriman dengan benar. ( keimanan seseorang tidak mudah dinilai, hanya Allah saja yang bisa menilainya, walaupun ada ciri-cirinya seperti yang dijelaskan dalam AlQur’an). Oleh karena itu, sepanjang anggota-anggotanya orang Islam dan reputasi loyalitas, kejujuran dan kebaikan ahlaknya telah diketahui dengan baik, maka lembaga itulah yang memenuhi kriteria pertama ini.

- anggotanya tdr atas ahli fiqih dan ahli berbagai keahlian yang berkaitan dengan teknologi pangan seperti ahli teknologi pangan, kimia, biokimia, dll. - Badan sertifikasi hendaknya bersifat nonprofit oriented (tidak mencari keuntungan). Walaupun diperlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk menghidupi kegiatan lembaga ini dan melengkapi sarananya, akan tetapi biaya tersebut tidak boleh berlebihan sehingga akhirnya justru akan memberatkan konsumen. - Mempunyai jaringan yang luas melingkupi seluruh wilayah Indonesia - Harus bersifat independen, tidak mewakili atau dipengaruhi oleh produsen maupun pemerintah. Pemerintah jelas diperlukan perannya yaitu membuat peraturan yang mempunyai kekuatan hukum (seperti peraturan pemerintah) dan pengawasan, akan tetapi pemerintah tidak perlu terlibat langsung dalam proses sertifikasi karena di samping akan memperpanjang birokrasi, juga dapat saja terjadi conflict of interest apabila unsur pemerintah masuk kedalam lembaga pemeriksa tersebut mengingat pemerintah juga mempunyai kepentingan terhadap produsen, misalnya dalam hal pemasukan uang negara

Referensi 1. Muhammad Irfan Helmy, Akhlak Saat Makan dan Minum – Republika.co.id 2. Anton Apriyantono, Masalah Halal: Kaitan Antara Syar’i, Teknologi dan Sertifikasi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor 3. Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi,1993. Halal dan Haram dalam Islam. Bina Ilmu, 4. Harun Yahya, 2002. Kejaiban di dalam Tubuh Kita. www.harunyahya.org

Makalah Suplemen : Makanan Haram 1.. BANGKAI Yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu. Hukumnya jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan manusia sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang mengendap sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Bangkai ada beberapa macam sbb : [a].Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja atau tidak. [b].Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras hingga mati olehnya atau disetrum dengan alat listrik. [c]. Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau jatuh ke dalam sumur sehingga mati. [d]. An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: " Dihalalkan untuk dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati dan limpa." Rasululah juga pernah ditanya tentang air laut, maka beliau bersabda: "Laut itu suci airnya dan halal bangkainya".: 2. DARAH Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam ayat lainnya : "Atau darah yang mengalir" (QS. Al-An'Am: 145). Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair. Diceritakan bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang diantara mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat ini. Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada pengecualian yaitu hati dan limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar di atas tadi. Demikian pula sisa-sisa darah yang menempel pada daging atau leher setelah disembelih. Semuanya itu hukumnya halal. Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: " Pendapat yang benar, bahwa darah yang diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada daging, maka tidak ada satupun dari kalangan ulama' yang mengharamkannya". 3. DAGING BABI Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan dalam al-Qur'an, hadits dan ijma' ulama.

4. SEMBELIHAN UNTUK SELAIN ALLAH Yakni setiap hewan yang disembelih dengan selain nama Allah hukumnya haram, karena Allah mewajibkan agar setiap makhlukNya disembelih dengan nama-Nya yang mulia. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, taghut, berhala dan lain sebagainya , maka hukum sembelihan tersebut adalah haram dengan kesepakatan ulama. 5. HEWAN YANG DITERKAM BINATANG BUAS Yakni hewan yang diterkam oleh harimau, serigala atau anjing lalu dimakan sebagiannya kemudia mati karenanya, maka hukumnya adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya yang kena. Semua itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Orang-orang jahiliyah dulu biasa memakan hewan yang diterkam oleh binatang buas baik kambing, unta, sapi dsb, maka Allah mengharamkan hal itu bagi kaum mukminin. Adapun hewan yang diterkam binatang buasa apabila dijumpai masih hidup (bernyawa) seperti kalau tangan dan kakinya masih bergerak atau masih bernafas kemudian disembelih secara syar'i, maka hewan tersebut adalah halal karena telah disembelih secara halal. 6. BINATANG BUAS BERTARING Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: "Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram dimakan" (HR. Muslim ). Maksudnya "dziinaab" yakni binatang yang memiliki taring atau kuku tajam untuk melawan manusia seperti serigala, singa, anjing, macan tutul, harimau, beruang,kera dan sejenisnya. Semua itu haram dimakan". Hadits ini secara jelas menunjukkan haramnya memakan binatang buas yang bertaring bukan hanya makruh saja. 7. BURUNG YANG BERKUKU TAJAM Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan berkuku tajam" (HR Muslim) "Demikian juga setiap burung yang berkuku tajam seperti burung garuda, elang dan sejenisnya". 8. KHIMAR AHLIYYAH (KELEDAI JINAK) Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Jabir berkata: "Rasulullah melarang pada perang khaibar dari (makan) daging khimar dan memperbolehkan daging kuda". (HR Bukhori dan Muslim ). 9. AL-JALLALAH Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah melarang dari jalalah unta untuk dinaiki". (HR. Abu Daud). "Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah melarang dari memakan jallalah dan susunya." (HR. Abu Daud : Tirmidzi dan Ibnu Majah). "Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah melarang dari keledai jinak dan jalalah, menaiki dan memakan dagingnya " (HR Ahmad ).

Maksud Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki dua-yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran manuasia/hewan dan sejenisnya. Sebab diharamkannya jalalah adalah perubahan bau dan rasa daging dan susunya. Apabila pengaruh kotoran pada daging hewan yang membuat keharamannya itu hilang, maka tidak lagi haram hukumnya, bahkan hukumnya hahal secara yakin dan tidak ada batas waktu tertentu. Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan : "Ukuran waktu bolehnya memakan hewan jalalah yaitu apabila bau kotoran pada hewan tersebut hilang dengan diganti oleh sesuatu yang suci menurut pendapat yang benar.". Pendapat ini dikuatkan oleh imam Syaukani dalam Nailul Authar. 10.AD-DHAB (HEWAN SEJENIS BIAWAK) BAGI YANG MERASA JIJIK DARINYA Berdasarkan hadits : "Dari Abdur Rahman bin Syibl berkata: Rasulullah melarang dari makan dhab (hewan sejenis biawak). (Hasan. HR Abu Daud). 11.HEWAN YANG DIPERINTAHKAN AGAMA SUPAYA DIBUNUH "Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: Lima hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram yaitu ular, tikus, anjing hitam." (HR. Muslim dan Bukhari ) "Dari Ummu Syarik berkata bahwa Nabi memerintahkan supaya membunuh tokek/cecak" (HR. Bukhari dan Muslim) "Tokek/cecak telah disepakati keharaman memakannya". 12. HEWAN YANG DILARANG UNTUK DIBUNUH "Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah melarang membunuh 4 hewan : semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad " (HR Ahmad , Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban). Haramnya hewan-hewan di atas merupakan pendapat mayoritas ahli ilmu sekalipun ada perselisihan di dalamnya kecuali semut, nampaknya disepakati keharamannya. "Dari Abdur Rahman bin Utsman Al-Qurasyi bahwasanya seorang tabib pernah bertanya kepada Rasulullah tentang kodok/katak dijadikan obat, lalu Rasulullah melarang membunuhnya. (HR Ahmad, Abu Daud , Nasa'i , Al-Hakim, Baihaqi dan dishahihkan Ibnu Hajar dan Al-Albani). Haramnya katak secara mutlak merupakan pendapat Imam Ahmad dan beberapa ulama lainnya serta pendapat yang shahih dari madzab Syafe'i. Al-Abdari menukil dari Abu Bakar As-Shidiq, Umar, Utsman dan Ibnu Abbas bahwa seluruh bangkai laut hukumnya halal kecuali katak. 13. BINATANG YANG HIDUP DI DUA ALAM Sejauh ini belum ada dalil dari Al Qur'an dan hadits yang shahih yang menjelaskan tentang haramnya hewan yang hidup di dua alam (laut dan darat). Dengan demikian binatang yang hidup di dua alam dasar hukumnya "asal hukumnya adalah halal

kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Berikut contoh beberapa dalil hewan hidup di dua alam : Kepiting - hukumnya halal sebagaimana pendapat Atha' dan Imam Ahmad. Kura-kura dan Penyu - juga halal sebagaimana madzab Abu Hurairah, Thawus, Muhammad bin Ali, Atha', Hasan Al-Bashri dan fuqaha' Madinah. Anjing laut - juga halal sebagaimana pendapat imam Malik, Syafe'i, Laits, Syai'bi dan Al-Auza'i. Katak/kodok - hukumnya haram secara mutlak menurut pendapat yang rajih karena termasuk hewan yang dilarang dibunuh sebagaimana penjelasan di atas.

Related Documents