Silent

  • Uploaded by: Cahya Tunshorin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Silent as PDF for free.

More details

  • Words: 1,635
  • Pages: 7
Curiculum Vite (CV) Nama

: Cahya Tunshorin

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat Tanggal lahir

: Gresik, 26 Agustus 1994

Nama Ayah

: Naf’an Abu Mansur

Ibu

: Tutik Mujiyatun

Alamat

: Mojopetung Dukun Gresik 61155

E mail

: [email protected]

Sekolah

: 1. Tingkat dasar : MI Islamiyah Mojopetung Dukun 2. MTs. Pondok Pesantren Maskumambang Dukun Gresik

Judul Cerpen

: Silent

Silent Siluet senja bergelantung hiasi jalanan semesta . aku masih memandang lekat mega merona itu dengan semburat sesosok wajah yang tersenyum dalam bayang-bayang sang jingga . “ Mega “ desisku lirih Angina pantai menyambar pelan . gerakkan perlahan seuntai demi untai batang rambutku. Perlahan kesamaran menerawai jiwaku . tetes demi tetes mengalir rapi dari dua kelopak mataku . masih teringat dalam pikirku 3 tahun yang lalu, saat terayun kaki-kaki kecil diatas gundukan pasir pantai ini . 2 orang bocah dengan tawa lebar dan lesung kecil pada pipi mereka berlari dan berteriak atas kepuasan nilai UAN yang mereka dapat . dan mereka bersiap untuk menduduki bangku SMA namun harapan mereka kandas akan peristiwa naas yang memisahkan keduanya . Aku masih mengingatnya , Mega, salah satu dari kedua bocah tersebut yang harus terbaring lemah diatas ranjang putih dengan berjuta-juta cairan medis yang memasuki tubuh rampingnya. Dan aku, hanya bias mengalirkan berjuta-juta tetes air mata untuknya. Dapat kurasakan sakitnya ia harus berjuang melawan koma yang 3 tahun ini masih hinggap dalam tubuhnya . akankah aku melangkah pada jenjang meraih cita-citaku tanpa Mega ? “DOKTER” seuntai cita-cita yang kami rangkul berdua sejak kecil .

Akankah Mega harus melepas rangkulannya dan merelahkan nyawanya ? ataukah ia harus tetap berada dalam lubang kesakitan ? 3 tahun aku lewati tanpa Mega bukanlah hal mudah bagiku . Duri-duri keperihan menghias hari-hariku . hujatan-hujatan kepedihan terlempar dalam jiwaku. “menangis bukanlah cara untuk menyelesaikan masalahmu dina .” Kalimat itulah yang diucapkan Mega saat aku terlarut dalam kesedihanku dan kalimat itu pula yang terlontar dalam hatiku saat tertetes dengan mudah air-air kesengsaraan jika teringat akan wajah pucatnya yang masih terbaring lemah tanpa daya . Malam ini, kembali terukir wajah Mega dalam fikirku . angin malam semilir menghapus perlahan goresan wajahnya dan menenggelamkanku dalam dunia mimipiku. “ Dina….Dina…. tolong aku , aku tidak mau pergi Dina, mereka mau mencabut nyawaku . tolong aku Dina .” Mega berteriak dalam samarnya kegelapan . terlihat 2 sosok berbaju perak mengambil perlahan nyawa Mega . “Mega..” jeritku perih . Kuseka keringatku dan kubasu air mataku . kuamati sekelilingku . “tuhan …. Jangan jadikan mimipiku itu kenyataan tuhan…” ucapku lirih . Sejak aku terbangun dari mimpi buruk itu, sulit bagiku tuk pejamkan kembali kedua mataku hingga kuputuskan untuk tetap terjaga menunggu pagi . Mentari mulai tampak perlahan . burung-burung berlomba mengepakkan sayap mereka . Hari minggu adalah hari yang menyenangkan bagiku . sehari penuh menghabiskan waktu bersama Mega . walau tanpa kata, aku tahu Mega mendengarkan semua ceritaku dan keluh kesahku . dan aku yakin Mega akan mrasakan apa yang aku rasakan seperti saat aku merasakan penderitaan Mega melawan komanya . Koridor rumah sakit masih terlihat sepi . “Kamar Melati No. 14 “ aku segera mengayunkan langkahku memasuku ruang an dengan haw obat tersebut . “Mega ….” Sapaku riang kala kujumpai sesososk tubuh Yang terbaring lemah dengan guratan kepucatannya .

“ Mega, kau tahu kemarin aku kembali berkunjung kepantai kesukaan kita dulu . mega sore itu begitu indah seindah wajahmu “ ujarku dengan tawa persahabatan “ kau harus bertahan Mega , kau pasti bisa . aku yakin itu. Demi persahabatan kita , kuharap kau bisa terus berjuang “ gumamku seraya menggenggam erat tangan Mega . “ Dina ..” sapa seorang perempuan paru baya yang tiba-tiba berdiri dibelakangku “ tante Ema “ balasku setelah mengetahui kehadiran kedua orang tua Mega . “ pagi sekali kau hari ini ?” Tanya tante Ema seraya mendekat kearahku . Aku hanya tersenyum tipis seraya memandanglekat wajah Mega . “ oh ya Dina tante mau menyampaikan sesuatu padamu “ uajar tante Ema ragu “ ada apa tante..? “ Tanyaku dengan nada keingin tahuan “ tante dan om sepakat membawa Mega ke Singapura . ini mungkin hal yang berat bagimu . namun, ini semua demi kesembuhan Mega . tante harap kamu dapat selalu mendo’akannya dan menerimanya “ penjelasan tante Ema cukup membuatku ternganga . Cukup bagiku jauh darinya dengan keadaan mengenaskan ini. Kenapa tuhan memisahkan persahabatan ini berlandaskan jarak ? kenapa tuhan ? . hening sesaat . “kapan tante membawanya ?” Tanya ku terhenyak sadar . “ rencananya nanti sore . ya mungkin ini terlalu mendadak tapi, ini semua demi kesembuhan Mega . Din, lebih cepat lebih baik bukan?” Aku hanya mengangguk pelan . kupandang wajah Mega yang terlihat seperti mayant hidup itu tajam . “ Meg, aku harap kau cepat kembali dengan membawa kesembuhan “ gumamku lirih . Terlihat sebuah pesawat melaju cepat menelusuri awan-awan yang bearak pelan . “cepat sembuh Mega “ lirihku seraya memandang pesawat itu dengan butiran embun kesedihan . Hari-hari kulewati . hanya sendiri . tanpa Mega menghiasi . hanya ronanya mega jinggalah yang mampu hadirkan kembali guratan wajah itu pelepas rinduku . “Mega kau sedang apa ?” Tanya ku pada batu karang yang terhempas lemah . “Dina…Dina “ terdengar seuntai suara menggelantung di belakangku . ku arahkan pandanganku tajam kerah suara itu berasal. “ Novi..” gumamku saat melihat seorang teman sebangku menghampiriku . “ Din.. nih ada surat dari Singapura “ ujarnya dengan nafas tersengal-sengal .

“ Singapura?” uajrku terperanga Novi hany mengangguk seraya perlahan pergi “ Nov thanks “ ujarku menyeringai kepergian Novi. Segera kubuka perlahan amplop coklat kemudah mudahan tersebut . Untuk sahabatku, Dina Aribah Bagaimana kabarmu sahabatku..? aku harap kau baik-baik saja . kau tahu aku begitu gembira saat dapat kuucapkan perlahan huruf-huruf abjad dengan mulutku sendiri . aku sangat rindu padamu . aku ingin pergi kepantai kita dulu . namun, keadaanku sekarang tak memungkinkanku kembali ke Indonesia terlebih dulu . masih banyak terapih-terapih membosankan yang harus kujalani disini. Do’akan aku tetap hidup kawan .

Sahabatmu yang tercantik Mega Septriasa

“Mega” gumamku denagn wajah gemerlap . Setiap hari , selalu kunanti kepulangan Mega dengan senyum manisnya seperti dulu . UANpun kulalui dengan perasaan gelisah menunggu kepulangan Mega . dan detikdetik pengumuman kelulusanpun tiba . dengan menyandang bintang pelajar mulai ku gores pena pada selembar kertas menuju jenjang berikutnya . harapanku menyandang gelar sebagai dokter semakin besar dengan kabar kesembuhan Mega yang selalu memberi semangat dalam setiap langkah menuju karirku. Setiap kali terlangkah kaki menuju cahaya kesuksesan disitu pula terdesis nama Mega . setiap kali aku berada pada pntu keputus asaan disitu pula tergambar wajah Mega yang menjadikan semangatku kembali tumbuh . Mega , dialah penyemangat hidupku . aku tak pernah membayangkan akan terpisah dengannya untuk selama-lamanya . Sore itu kembali kunikmati khayalku seiring bergulirnya matahari menutup 12 jam yang terlalui tanpa Mega . “senja begitu indah Mega…” gumamku lirih.

“ Dina………..” kembali kudengar suara Novi memanggilku . “Dina ada titipan dari tante Ema “ ujar Novi seraya memberikan selembaran yang terbungkus rapi dalam amplom putih. “apa mereka sudah dating ?” tanyaku dengan nada keingin tahuan dan pengharapan dapat kembali bertemu Mega . “ya sudah sejak siang tadi” jelas Novi” yah sudah aku harus pulang sudah mau malam “ lanjutnya seraya perlahan meninggalkanku “makasih Nov “ ucapku riang. Jemarikupun segera menggeluti ujung amplom itu. Dan perlahan membaca huruf demi huruf yang tertera dala lembaran putih itu. Untuk sahabatku yang tercinta : Dina Aribah Persahabatan itu ibarat janji yang dibuat dalam hati. tak dapat dibaca oleh mata . tak kan terpisah oleh jarak dan tak kan terhapus oleh masa . Din, sejak aku tervonis mengidap kanker otak yang membuatku harus terbaring lemah. tak dapat menikmati sedikitpun masa-masa SMA. Itu adalah hal terburuk yang dialami oleh seorang remaja sepertiku . aku ingin menikmati sweet seventeen ku bersama para remaja lainnya dengan keadaan yang normal . namun, itu semua tak pernah aku dapatkan dalam hidupku. Din, walau sekarang kita akan terpisah untuk selama-lamanya namun, kau takkan menghapus namaku dalam lembar persahabatan di hatimu bukan? Aku harap tidak . Aku sangat bersyukur tuhan memberikanku seorang sahabat sepertimu . Dalam kediamanku 3 tahun itu, kau selalu menemaniku dengan semua ceritamu yang membuat aku kembali merasa hidup .namun, kekuatan manusia pasti ada batasnya. begitu pula kekuatanku untuk menahan rasa sakitku . minggu lalu aku merasa sangat senang dapat kembali mengeja huruf-huruf abjad dengan mulutku sendiri dan aku merasa sangat senang dapat menggoreskan tinta penaku untuk menerbangkan sepucuk suratku padamu . aku berharap dapat kembali bertemu denganmu . namun, umur manusia sudah di gariskan oleeh yang diatas . dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan bukan begitu ? Aku harap kau mengerti keadaanku dan memaafkanku . Din, teruslah berjuang meraih cita-citamu untuk menjadi seorang dokter ahli kanker hingga kau dapat menyembuhkan setiap remaja yang mengalami nasib sama sepertiku . aku tak ingin

perjalanan persahabatan kita yang menyedihkan ini dialami oleh pasangan sahabat yang lainnya . cukup kita Din . Din, mega senja akan menjadi penghantar rindu kita berdua walau sebatas dalam tatapan kediaman , namun, batin kan slalu bersatu bukan? Kenanglah peristiwa ini sebagai kebahagiaan dalam hidupmu jangan jadikan duru yang hiasi harimu . karena ini adalah tulisan takdir yang tak dapat dirubah oleh apapun .bahkan tulusnya persahabatanpun tak dapat merubah takdir seseorang . Din, tersenyumlah untukku dan jangan keluarkan air matamu untukku . itu akan membuatku lebih sedih disana…. Di dunia yang terpisah dengan dunia persahabatan kita .namun, takkan memisahkan rasa persahabatan ini . Sahabatmu Mega Septriasa Air mata mengalir pelan membasahi dinding pori-poriku. Mega kau akan selalu abadi terukir dalam hatiku . “Senja kini, berganti malam . menutup hari yang lelah . dimanakah engkau berada ? aku tak tahu dimana…… pernah kita lalui semua. jerit tangis canda tawa. Kini hanya untaian kata . hanya itulah yang aku punya …. Sesungguhnya aku tak bias jalani waktu tanpamu… perpisahan bukanlah duka meski harus menyisahkan luka………… “ Senandung terakhir yang terlontar merdu dari kedua bibirku “Mega………….I miss you 4ever……….”

.

Related Documents

Silent
June 2020 25
Silent
May 2020 26
Silent 3
June 2020 1
Silent Assassination
November 2019 17
Silent 2
June 2020 3
Silent Night
June 2020 9

More Documents from ""