LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN SIKLUS ESTRUS
OLEH NAMA
: PANJI CHRISTY
NO. BP
: 1710422037
KELOMPOK
:7A
ANGGOTA KELOMPOK : 1. WILKA RAMADHIA (1710422031) 2. ANNISA ARYANI P.
(1710423019)
3. YELLA PRASTIKA Y (1710422031) 3. INDAH FADHILA ASISTEN PJK
(1710422020)
: ARDEA MUSFAR
LABORATORIUM PENDIDIKAN II JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Siklus estrus adalah suatu siklus reproduksi yang ditemukan pada hewan betina yang tidak hamil. Siklus ini pada primates disebuk siklus mensturasi, yang mempunyai hubungan erat dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada organ reproduksi. Pada siklus ini dikenal adanya proestrus, estrus, meastrus, dan diestrus. Semua tingkatan ini dapat kita lihat dengan membuat apusan vagina (Adnan. 2006) Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004). Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus pada mencit. Salah satunya dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan
sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan
leukosit
berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990) Perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus estrus : 1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat terlihat folikel kecil-kecil (folicle primer) 2. Sebelum estrus folikel_folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya hanya satu yang berisi ovum matang. 3. Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), saat disebut waktu estrus. 4. Kalau telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui. 5. Kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan tumbuh lagi, siklus diulangi (Eddiman, 2013). Banyak hal penyebab estrus Menurut, Ganong (2003) menyatakan bahwa, siklus estrus terjadi oleh karena meningkatnya kadar estrogen dalam darah. Pada spesies-spesies tersebut, ovulasi terjadi karena reflex neuroe ndokrin. Perangsangan pada organ genitalia atau rangsang sensorik lain pada saat hubungan seksual dapat membangkitkan pelepasan LH oleh kelenjar hipofisis dan menyebabkan pecahnya folikel ovarium. Pada banyak spesies lain, ovulasi spontan dengan jangka waktu tertentu, dan periode estrus terjadi bersamaan dengan ovulasi tersebut. Siklus estrus dipengaruhi oleh kerja hormone pituari, anterior gonatropin yaitu estrogen, progesterone dan factor eksteroseptis seperti suhu, struktur nutrisi dan lingkungan social. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan pada praktikum siklus estrus adalah untuk menentukan tahap siklus estrus yang sedang dialami oleh mencit betina.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Siklus estrus merupakan sutu siklus reproduksi yang dialami oleh hewan betina yang tidak hamil. Siklus ini pada primata disebut dengan siklus menstruasi yang mempunyai hubungan erat dengan perubahan-perubahan pada organ reproduksi. Pada siklus estrus ini dikenal adanya empat fase yaitu, fase proestrus, estrus, metaestrus, dan diestrus. Semua fase ini memiliki ciri-ciri tersendiri dan dapat dilihat dengan membuat apusan vaginanya (Adnan, 2010). Fase proestrus dapat diketahui dengan mengamati tanda-tanda yang terjadi, sevara anatomi fase proestrus akan mengakibatkan perkembangan dari folikel dengan awal sekresi Estrogen dan sekresi yang lemah dari Progesteron. Pada fase ini terjadi multipikasi sel epitel yang akan terlihat jelas bila diamati melalui mikroskop sel-sel epitelnya. Pada saat proestrus, estrogen diproduksi seiring dengan perkembangan folikel di ovarium. Karena aktivitas estrogen menyebabkan proliferasi sel-sel epitel vagina, maka gambaran ulasan vagina pada fase ini ditandai dengan keberadaan sel-sel epitel berinti (Kusdiantoro, 2005). Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit Progesteron. Namun pada fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi sel epithel atau epithel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi (Karlina, 2003). Fase metaestrus adalah tingkatan setelah tingkatan setelah estrus setelah pembentukan corpus luteum dan sekresi progesteron. Pengamatan dapat dilakukan dengan pengamatan dengan melihat preperat sitologis apusan vagina yang digumakan u tuk mengetahui tahap-tahap estrus pada mencit, dan praktikum ini merupakan dasar dari embriologi dan perkembangan hewan lainnya (Sa’roni, 2001). Fase diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron yaitu hormon yang dihasilkan dari cor” atau “gairah”. Pada fase ini hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan GRH. Pada fase ini ini juga estrogen berpengaruh penting dalam perubahan prilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi
pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan (Basri, 2012) Fase estrus biasanya membuat mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, yaitu dengan cara terlihat mencari perhatian si pria. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, sehingga mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi (Karlina, 2003). Pendarahan pada mamalia kecil atau non primata yang keluar atau dapat pula disebut dengan external bleeding, dapat terjadi namun dalam hanya sedikit atau tidak sebanyak pada primata dan manusia. Pendarahan yang terjadi ini sering disalah artikan sebagai menstruasi. Padahal faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini berbeda dengan yang terjadi pada mamalia oleh karena itu pendarahan pada hewan mamalia ini disebut pula pseudomenstruasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya psedeumenstruasi yaitu titer estrogen yang bersifat anabolik bukan dikarenakan adanya penurunan jumlah progesteron seperti pada primata. Sejalan dengan pertumbuhan folikel yang sangat cepat, terjadi pengeluaran sel-sel darah yang menembus dinding pembuluh darah atau disebut juga diapedesis (Campbell, 2008). Menstruasi dan psedeumenstruasi memilki beberapa perbedaan berupa perubahan perilaku, external bleeding yang terjadi, dan pada waktu perkawinan. Pada siklus estrus terlihat adanya perubahan perilaku pada setiap tahapannya namun pada siklus menstruasi perubahan perilaku tidak terlalu terlihat. Pada saat External Bleeding, atau disebut juga dengan pendarahan keluar. Pada siklus menstruasi pendarahan keluar terjadi akibat adanya arteri spiral yang mengalami konstriksi bersamaan dengan luruhnya endometrium bagian (pars) fungsionalis. Pars basalis
tidak meluruh dan permukaannya yang berbatasan pars fungsionalis akan diperbaiki pada fase reparasi, sehingga pars fungsionalis beserta arteri spiral akan utuh kembali (Isnaeni, 2006). Fase estrus tidak mengalami pendarahan keluar karena tidak adanya arteri spiral jadi yang terjadi adalah adanya perobakan endometrium dan sel-sel yang sudah tidak dibutuhkan akan dimakan oleh sel-sel darah putih pada tubuhnya sendiri. Peluruhan sel endometrium ini disebabkan karena adanya pengurangan jumlah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum. Pada hewan non primata yang mengalami siklus estrus perkawinan hanya terjadi pada fase estrus saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi perkawinan dapat terjadi kapan saja (Campbell, 2008). Estrus pada beberapa hewan dapat berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada hewan seperti mencit ia mengalaminya selama 4-5 hari. Pada sapi anjing dll mengalaminya selama 21 hari. Lama estrus pada kuda rata-rata adalah enam hari dengan masa metestrus 2-3 hari, diestrus sekitar 15 hari dan proestrus 2-3 hari. Ovulasi biasanya terjadi secara spontan menjelang hari terakhir estrus. Kuda dengan lama estrus 1-3 hari hendaknya dikawinkan pada hari pertama setelah terlihat gejala estrus (Saktiyono, 2004).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 13 februari 2018 di Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, kamera, cotton bud, kaca objek, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Mus muculus betina dewasa, alkohol 96%, larutan NaCl 0,9 % dan pewarna metilen blue. 3.3. Cara Kerja Mencit betina dewasa berusia 2,5 bulan diulas vaginanya dengan cotton bud yang telah dibasahi dengan NaCl 0,9%. Ulasan ini diapuskan secara searah pada kaca objek yang telah dibersihkan terlebih dahulu, biarkan hingga kering. Untuk mempercepat proses, pengeringan dapat dilakukan di atas api lampu spiritus. Tetesi apusan dengan alkohol 96% dibiarkan selama 3 menit dan diwarnai dengan metilen blue. Dibiarkan hingga agak kering dan warna menempel pada ulasan. Kelebihan metilen blue dapat dicuci dengan alkohol 70%. Diamati di bawah mikroskop. Ditentukan fase apa yang diamati dan ciri-cirinya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL No
Gambar
1.
Proestrus
Keterangan
1. Uterus agak membesar 2. Folikel tumbuh 3. Pada apusan vagina terdapat sel epitel epitel berinti
2.
Estrus 1. Terjadi ovulasi 2. Glandular membengkak 3. Pada apusan vagina banyak sel epitel menanduk
3.
Metestrus 1. Terbentuknya korpus luteum 2. Dinding uterus meluruh 3. Pada apusan vagina terdapat sel epitel berinti dan sel epitel menanduk serta sedikit leukosit
4.
Diestrus 1. Uterus tipis (kecil halus) 2. Folikel muda tumbuh 3. Pada
apusan
vagina
terdapat sel epitel berinti dan banyak leukosit
4.2 PEMBAHASAN Praktikum menentukan siklus estrus dengan apusan vagina yang telah kami lakukan dapatkan hasil bahwa mencit betina dewasa yang kami teliti sedang memasuki siklus estrus. Kami mendapatkan empat fase siklus estrus yang terdiri dari fase proestrus, fase estrus, fase metestrus, dan fase diestrus. Perbedaan masing-masing fase dapat dilihat dari apusan vagina, ovarium dan uterus mencit. Pada fase proestrus terlihat pada apusan vaginanya terdapat sel epitel yang berinti dan folikel pada ovarium mulai tumbuh serta uterus mulai agak membesar. Pada fase estrus, apusan vagina mencit terdapat banyak sel epitel menanduk. Selain itu glandular pada uterus membengkak dan terjadi ovulasi. Pada fase metestrus, apusan vagina mencit terdapat banyak sel epitel berinti, sel epitel menanduk dan sedikit leukosit serta pada ovarium korpus luteum terbentuk. Dinding uterus meluruh. Sedangkan pada fase diestrus, apusan vagina pada mencit terdapat sel epitel berinti dan leukosit. Sedangkan pada dinding uterus menipis dan folikel muda mulai tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Lytle (2005), bahwa siklus Estrus pada hewan betina kecuali primata terdiri dari empat fase yaitu fase proestrus, fase estrus, fase metestrus, dan fase diestrus. Fase proestrus yang ditandai dengan sel epitelnya bulat dan berinti. Fase ini dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati. Menurut Nalbondov (1990), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan
pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal.. Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit. Fase Estrus dicirikan dengan sel epitelnya tidak berinti (kornifikasi), terlihat membesar, dan terlihat sel epitel menanduk. Fase ini juga ditandai dengan masa keinginan kawin dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva. Bentuk
dari sel
darah putih
itu
sendiri
juga
berukuran besar sehingga
diperkirakan bahwa sel tersebut sedangmenanduk, selain itu, inti selnya tidak terlihat. Dapat dipastikan bahwa mencit betina sedang dalam fase estrus (Kusdiantoro, 2005). Fase Metaestrus dapat dicirikan dengan sel kornifikasi banyak dan terdapat leukosit dengan hanya satu inti pada satu sel saja. Fase ini ditandai juga dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas. Fase metaestrus dicirikan dengan Sel epitel menanduk sedikit dan terdapat leukosit dan diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding (Sherwood, 2001). Fase diestrus dapat dicirikan dengan jumlah leukosit yang banyak, terdapat inti sel pada epitel. Ciri khas dari fase ini adalah terdapat mucus atau lendir. Menurut Adnan (2010), pada fase ini corpus luteum bekerja secara optimal terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru. Siklus estrus dan siklus menstruasi memiliki perbedaan. Siklus menstruasi terjadi pada primata yang ditandai dengan keluarnya darah dari rahim karena sel telur yang tidak dibuahi oleh sperma. Sedangkan siklus estrus terjadi pada hewan betina kecuali primata yang ditandai dengan perubahan prilaku dan hormon yang hewan betina keluarkan untuk menarik si jantan.
Menurut Priyambodo (1995), Siklus estrus hanya terjadi padanonprimata saja dan terjadi perubahan secara fisiologi maupun morfologi pada organ seksual dan tingkah
lakuserta pseudomenstruation pada nonprimata. Sedangkan
untuk siklus
menstruasi hanya terjadi pada primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Terjadi perubahan fisiologi dan morfologi sama dengan yang terjadi pada siklus estrus. Siklus
berahi
(estrus) tikus
betina
timbul
setelah
mencapai
masa
pubertas. Menurut Sukra (2000), siklus ini akan berulang secara periodik dengan jarak waktu antara 4-6 hari, kecuali bila tikus tersebut dalam keadaan bunting. Pubertas timbul ketika bobot badannya mencapai kurang lebih setengah dari bobot badan tikus dewasa, dan keadaan ini dicapai pada umur 50-70 hari. Pada umur 28-29 hari, mulai terjadi pembukaan vagina dan berahi pertama timbul setelah 1-2 hari mulainya pembukaan vagina tersebut.
\
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Siklus Estrus terdiri dari empat fase yaitu fase proestrus, fase estrus, fase metestrus, dan fase diestrus. 2. Fase Proestrus dicirikan dengan sel epitelnya berinti. 3. Fase Estrus dicirikan dengan sel sel epitel menanduk dan terjadi ovulasi. 4. Fase Metaestrus terdapat leukosit dan sel sel epitel berinti. 5. Fase diestrus dicirikan dengan jumlah leukosit yang banyak dan terdapat sel berinti pada epitel. 6. Siklus menstruasi hanya terjadi pada primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Sedangkan siklus estrus terjadi pada non primata dan terjadi perubahan secara fisiologi maupun morfologi pada organ seksual dan tingkah laku. 5.2 Saran Diharapkan kepada praktikkan untuk aktif dalam praktikum dan memperhatikan dengan baik setiap pengamatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2006. Reproduksi danEmbriologi. JurusanBiologi. FMIPA UNM: Makasar Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassa. Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar. Basri. 2012. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Campbell, N. A.2004. Biologi.Edisike 5 Jilid III. Erlangga: Jakarta Campbell. 2008. Biologi Edisi Ke 8 Jilid III. Erlangga: Jakarta Eddiman W, Ferial.2013. Biologi Reproduksi. Erlangga: Jakarta Isnaeni, Wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Kanisius.Yogyakarta Karlina, Y., 2003, Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Kusdiantoro, M, Hernadi, H, Djuwita, I. 2005. Allotransplantasi ovarium mencit baru Lahir ke mencit dewasa : Pengaruhnya terhadap siklus estrus resipien dan morfologi ovarium donor. Veteriner; 6(4): 20-25. Lytle, Charles F. dan John R. Meyer.2005.General Zoology.McGraw- Hill Companies, Inc.New York. Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Terjemahan: Srigandono, B. dan Praseno. Universitas Indonesia. Jakarta Priyambodo, S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu, Penebar Swadaya, Jakarta. Sa‘roni dan Adjirni. 2001. Pengaruh infus buah Foeniculum vulgare Mill pada kehamilan tikus putih serta toksisitas akutnya pada mencitnya. Cermin Dunia Kedokteran; 133 : 57-59. Saktiyono.2004.Biologi.Erlangga.Jakarta. Sherwood. 2001. Fisiologi Hewan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. Sukra, Yuhara, 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. DIRJEN: Jakarta