Siaran Pers Badan Pengawas Periklanan

  • Uploaded by: manik cinderano
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Siaran Pers Badan Pengawas Periklanan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,250
  • Pages: 4
Manik cinderano 08562888643

SIARAN PERS BADAN PENGAWAS PERIKLANAN Untuk Penyiaran Segera ------------------------------TANTANGAN ETIKA: ANTARA KREATIVITAS DAN BISNIS Perkembangan dunia periklanan sekarang ini memang luar biasa. Banyak sekali karyakarya anak negeri, baik di media elektronik maupun media cetak yang membuat kita tercengang, bangga dengan kreativitas mereka. Tapi jika kita mencermati lebih lanjut, dari karya-karya tersebut, masih banyak juga iklan-iklan yang melanggar tata krama dan tata cara periklanan di Indonesia, baik yang disengaja maupun tidak. Jelas terasa adanya pergulatan antara etika di satu pihak dan kepentingan bisnis di pihak lain. Kondisi ini bagian besar akibat masih awamnya para pelaku periklanan maupun masyaraakt sendiri dalam etika berrklan, dan diperparah oleh masih rendahnya tingkat kreativitas dari kebanyakan praktisi periklanan kita, sehingga sering harus mengambil jalan pintas. Gejala Umum Dua bentuk pelanggaran ternyata paling sering terjadi, yaitu yang merendahkan produk pesaing, dan penggunaan atribut profesi atau "setting" tertentu yang menyesatkan atau mengelabui khalayak. Beberapa iklan mengolah temuan-temuan riset tanpa menyinggung sumber, metode dan waktunya, sehingga seolah-olah mengesankan suatu kebenaran. Dalam hal kategori produk, pelanggaran paling banyak ditemui pada iklan-iklan obatobatan dan makanan. Padahal, beberapa produk seperti obat-obatan (OTC), obat tradisional, makanan dan minuman sudah mempunyai aturan baku dalam beriklan. Meskuipun hal ini sering dianggap menghambat kreativitas, namun sebenarnya di sinilah tantangannya. Karena menciptakan sebuah iklan yang dapat diterima semua kalangan tanpa dianggap menyesatkan atau membodohi masyarakat, memang tidak mudah. Bentuk-bentuk Pelanggaran Ketentuan hukum positif dan etika yang saat ini banyak dilanggar adalah: I. a. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II C No. 2 yang berbunyi: "Dokter, ahli farmasi, tenaga medis dan paramedis lain atau atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk obat-obatan, alat kesehatan maupun kosmetika. b. SK Menkes 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas Bagian A No. 9 yang berbunyi : "Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau

c. d. e. f.

aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan "setting" yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium". Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II C No. 10 ayat g yang berbunyi: "Iklan tidak boleh memanipulasi rasa takut seseorang terhadap sesuatu penyakit karena tidak menggunakan obat yang diiklankan" Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab II B No. 1 Ayat a yang berbunyi: "Iklan tidak moleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan janji yang berlebihan". SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman Bagian A No. 8 yang berbunyi: "Iklan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan, sehingga dapat menyesatkan konsumen". SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas, Bagian B No. 103 yang berbunyi: "Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum" Contoh Iklan-Iklan yang melanggar ketentuan adalah iklan-iklan TV Adem Sari, iklan TV Segar Dingin, dan iklan TV Kuku Bima yang melanggar butir I a dan b, sedangkan iklan TV Vegeta melanggar butir I a dan e. Di samping itu, iklan TV Marem Salep Kulit dianggap melanggar butir I f, dan iklan TV Betadine Mouth Wash melanggar butir I a, c, d dan f.

II. a. Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab B II B No. 3 Ayat a yang berbunyi: "Iklan tidak boleh mengunakan kata-kata "ter", "paling", "nomor satu" dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam hal apa keunggulannya itu dan harus dapat membuktikan sumber-sumber otentik pernyataan tersebut. b. SK Menkes No. 368, Pedoman Periklanan Obat Bebas No. 8 yang berbunyi "Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anakanak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak". Contoh Iklan-Iklan yang melanggar ketentuan-ketentuan di atas adalah iklan TV Lactamil dan Iklan Cetak Mobil Ford, keduanya melanggar butir II a, dan iklan TV Betadine Plester yang melanggar butir II a dan b. III. a. Tata Krama dan tata Cara Periklanan Indonesia Bab II B No. 3 Ayat b yang berbunyi: "Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat. Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan konsumen". b. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II B Ayat c yang berbunyi "Iklan tidak boleh secara langsung ataupun tidak langsung merendahkan produk-produk lain". Diantara iklan-iklan yang melanggar ini terdapat iklan TV Motor Honda yang melanggar butir III b, iklan Cetak Tantum Verde melanggar butir III a, serta iklan

TV Adem Sari dan Iklan TV Ellips Facial Creamy Foam yang melanggar butir III a dan b. IV. a. Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999, Pasal 17 Ayat a yang berbunyi: "Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa". b. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, bab II B No. 1 Ayat a yang berbunyi: "Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan janji yang berlebihan". Contoh Iklan yang melanggar ketentuan ini adalah iklan TV "Jeruk Minum Jeruk" Nutrisari. V. a. Undang-Undang No. 40 tahun 1999, Paal 13 Ayat b yang berbunyi: "Perusahaan Pers dilarang memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku". b. Peraturan pemerintah No. 69 tahun 1999 Pasal 58 Ayat 1 yang berbunyi :"Setiap orang dilarang mengiklankan minuman beralkohol dalam media massa manapun". Sebagai contoh yang melanggar, tercatat iklan media cetak Bir Bintang. VI. a. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II A Ayat 1 yang berbunyi : "Iklan harus jujur, bratanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku". b. Peringatan "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" harus ditayangkan dengan durasi yang cukup. Contohnya adalah iklan TV LA Light. Arahan dan Teguran Beberapa kasus memang sudah ditangani oleh Badan Pengawas Periklanan PPPI, baik yang dipanggil secara langsung maupun secaraa tertulis. Hal ini dilakuikan dengan tujuan untuk memberikan arahan yang benar tentang aturan-aturan atau pedoman yang dipakai dalam kegiatan periklanan di Indonesia. Pada umumnya anggota-anggota PPPI selalu menanggapi dengan baik, karena memang sasaran akhir dari semua ini adalah untuk menciptakan iklim berusaha atau bersaing yang sehat, demi kemajuan industri periklanan di Indonesia. Perlu dukungan industri Sasaran di atas tidak mungkin tercapai jika tidak didukung oleh para mitra usaha seperti media, baik media elektronik maupun media cetak, karena segala sesuatu di sini saling terkait dan menunjang satu sama lain. Misalnya masih banyak kita dengar 'talk show di

media radio yang menggunakan tenaga medis seperti dokter atau ahli gizi yang bukan hanya memberi informasi kepdada khalayak, tetapi juga ikut meng-endorse sesuatu produk. Dukungan juga sangat diharapkan dari pihak pengiklan, agar tidak memaksakan kehendaknya pada perusahaan periklanan mereka untuk ikut melanggar etika. Juga dalam mematuhi tata cara periklanan seperti menghormati kontrak yang telah disepakati dengan perusahaan periklanan mereka. Badan Pengawas menengarai adanya beberapa pengiklan yang "nakal" dengan mengabakan kontrak yang sudah mereka tandatangani sendiri. Berkaitan dengan peran pihak pengiklan ini, di masa mendatang ini Badan Pengawas juga akan mempertegas pengawasan terhadap etika dalam penyelenggaraan "pitching" oleh pihak pengiklan. Badan Pengawas akan mengupayakan adanya semacam perlindungan, khususnya kepada anggota PPPI . Sungguh sebuah tugas yang tidak mudah, sebuah pekerjaan yang masih sangat panjang dan sangat tergantung kepada kerja sama semua pihak yang terkait dalam industri periklanan secara keseluruhan. Tetapi dengan dukungan sepenuhnya dari semua unsur yang terkait dan mudah-mudahan dengan kesadaran sepenuhnya akan perlunya sebuah tata krama dan tata cara beriklan di Indonesia akan tercipta sebuah sinergi kemitraan yang harmonis antara semua komponen dalam dunia periklanan di Indonesia. Jakarta, …… Agustus 2003 Badan Pengawas Periklanan PPPI

Related Documents


More Documents from "Aji Putra Darmawan"