Siap Maju Semhas.docx

  • Uploaded by: Kapindra Bagus P
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Siap Maju Semhas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,297
  • Pages: 46
H HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH, PARITAS, DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO HALAMAN JUDUL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh : KAPINDRO BAGUS PRABOWO J500140088

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH, PARITAS, UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO

Yang Diajukan Oleh:

Kapindro Bagus Prabowo J500140088

Telah disetujui oleh Pembimbing Utama Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada hari....................., tanggal..........................................2017.

Pembimbing Utama

dr. Supanji Raharja, Sp.OG (K) NIK: 110.1642 Dekan FK UMS

Prof. Dr. dr. Em Sutrisna, M.Kes NIK: 919

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun. Tidak terdapat pula karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang tertulis dalam naskah ini, kecuali telah disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Januari 2018

Kapindra Bagus Prabowo

iii

MOTTO

“Kesabaran itu dapat menolong segala pekerjaan” (HR. Al-Bukhari)

“Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah : 5-6)

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri” (QS. Al-Ankabut : 6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kemudahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Indeks Masa Tubuh, Umur, dan Paritas dengan Kejadian BBLR”. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program

Sarjana

Kedokteran

di

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Peneliti menyedari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat peneliti mengucapkan terima kasih yang dalam kepada : 1. Prof. Dr. EM Sutrisna, dr., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Dr. Erika Diana Risanti, M. Sc., selaku Kepala Biro Skripsi Fakultas Kedokteran UMS. 3. Dr. Supanji Raharja, Sp.OG (K) selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan nasihat hingga terselesainya skripsi ini. 4. Dr. Anika Candrasari, M.Kes selaku Penguji Utama dan Dr. Erika Diana Risanti M,Sc selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 5. Keluarga tercinta, Ayahanda Suwanto, dan Ibunda Eny Sunarsih, kakak peneliti, Kusumaning Dyah Ristiani, Ruhatin Cakra Kusuma, Fisita Dyah Kusumaningrum, serta keluarga besar yang telah memberi banyak inspirasi, motivasi, semangat, dan doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Para staff Rumah Sakit Umum Ir. Soekarno, terutama Ibu Vin Munawati selaku Kepala Rekam medis, beserta staffnya yang telah v

membantu selama jalannya penelitian. 7. Teman dekat peneliti terutama Ardian Hendra Alfarizi, Fahmi suhandinata, Dony Hermawan, Odi Purwaka jaya dan Lya Ermina yang telah memberikan dukungan serta teman-teman Asclepius 2014, Grup Skill Lab B5, Grup Skripsweet dr. Supanji, Tim 13 Desa Konoha v.2. 8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, namun dengan sepenuh hati peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Surakarta,

Januari 2018

Kapindra Bagus Prabowo

ALAMAN PENGESAHAN

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii PROPOSAL SKRIPSI .............................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A.

Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C.

Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

D.

Manfaat ............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4 A.

Definisi Bayi Berat Lahir Rendah ..................................................... 4

B.

Jenis–Jenis BBLR............................................................................. 4

C.

Bayi Prematur ................................................................................... 5

D.

Karakteristik BBLR.......................................................................... 6

D.

Karakteristik Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) .......................... 7

F.

Faktor Yang Berhubungan dengan BBLR ........................................ 7

H.

Paritas .............................................................................................. 10

I.

Indeks Masa Tubuh......................................................................... 11

J.

Hubungan Umur,Paritas, dan IMT dengan BBLR .......................... 12

K.

Kerangka Teori ................................................................................ 13

L.

Hipotesis ......................................................................................... 15

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 16 A.

Desain Penelitian ............................................................................. 16

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 16

C.

Populasi dan Sampel........................................................................ 16

D.

Sampel dan Teknik Sampel ............................................................. 16

E.

Estimasi Besar Sample .................................................................... 16

F.

Kriteria Restriksi ............................................................................. 17

G.

Identifikasi Variabel ....................................................................... 17

vii

H.

Definisi Variabel Operasional ........................................................ 17

I.

Instrumen Penelitian ...................................................................... 18

J.

Analisis Data.................................................................................. 18

K.

Skema Penelitian ........................................................................... 20

L.

Jadwal Penelitian ........................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22

1

DAFTAR SINGKATAN KMK

: Kecil masa Kehamilan

IMT

: Indeks Masa Tubuh

IUGR

: Intra Uteri Growth Disease

BKKBN

: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BBLR

: Berat Bayi Lahir Rendah

2

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH, PARITAS, UMUR IBU DENGAN KEJADIAN BBLR Kapindro Bagus Prabowo Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Latar Belakang: BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara IMT, Paritas, umur Ibu dengan Kejadian BBLR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Descriptif analitik dengan pendekatan case-control. Sampel yang digunakan sebanyak 97 responden ibu postpartum yang diambil dengan teknik simple random sampling. Data yang didapat merupakan data sekunder yang diambil dari data rekam medis ibu melahirkan tahun 2016 . Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan 20 responden menderita baby blues syndrome dan 20 responden tidak menderita baby blues syndrome. Uji analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-square dimana didapatkan hasil nilai P untuk variabel usia adalah 0,047 dan nilai P untuk variabel paritas adalah 0,327. Hasil ini menunjukkan hanya variabel usia yang memiliki hubungan dengan kejadian baby blues syndrome dan memiliki kemaknaan secara statistik. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara IMT, Paritas, umur ibu dengan kejadian BBLR. Kata Kunci: IMT, Usia, Paritas, BBLR

3

ABSTRACT

ASSOCIATION BETWEEN AGE AND PARIETY IN BABY BLUES SYNDROME INCIDENT Ilham Paramasatya Faculty of Medicine in Muhammadiyah Surakarta University Background: LBW is caused by short pregnancy (prematurity), and IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) which in Indonesian is called Fetal Growth Hampered (PJT) or both. Both of these causes are influenced by risk factors, such as maternal factors, placenta, fetus and the environment. These risk factors cause a lack of nutritional fulfillment in the fetus during pregnancy. Babies with low birth weight generally experience long-term life processes that are less good. If not dying at the onset of birth, LBW infants have a risk of growing and developing more slowly than babies born with normal weight

Aim: This study was conducted with the aim to analyze the relationship between BMI, Parity, maternal age with LBW incidence Method: This research uses Descriptive analytic research design with casecontrol approach. The sample used were 97 respondents of postpartum mother taken by simple random sampling technique. The data obtained are secondary data taken from maternal medical record data in 2016 Result: From the result of this research obtained there is 20 respondents suffer baby blues syndrome and 20 respondents did not suffer baby blues syndrome. Data analize test was done using Chi-square test which obtained the result of P value for age variable is 0,047 and P value for pariety variable is 0,327. These result showed only age variable have an association in baby blues syndrome incident and have statistically significant result. Conclusion: There is a relationship between BMI, Parity, maternal age with LBW incidence. . Keywords: BMI, Age, Parity, LBW

4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi

dan

Kesehatan

Indonesia tahun 2014-2015, angka

prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015). BBLR

disebabkan

oleh

usia

kehamilan

yang

pendek

(prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) .

5

6

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RSU Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara umur ibu hamil dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui apakah terdapat hubungan antara IMT, usia ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah di rumah sakit Sukoharjo. b. Mengetahui hubungan IMT,paritas dan umur ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi post partum.

7

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). a. Untuk masyarakat Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk mencegah berat badan lahir rendah. b. Untuk isntitusi Dapat memberikan informasi pada institusi tentang hubungan IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian BBRL c. Untuk orang tua Dapat memberikan informasi pada orang tua mengenai pencegahan BBRL d. Untuk peneliti lain Dapat digunakan sebagai acuan dan informasi penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bayi Berat Lahir Rendah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Prawiroharjo, 2014).Sedangkan menurut Kemenkes RI (2006), BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.Untuk keperluan bidan didesa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukanpenimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir (Kemenkes RI, 2015). Untuk keseragaman, WHO telah mengubah istilah“premature baby”menjadi “low birth weight baby” (Bayi dengan Berat Lahir Rendah/BBLR) karena tidak semua bayi lahir yang beratnya dibawah 2500 gram adalah prematur (Prawirohardjo, 2014). B. Jenis–Jenis BBLR BBLR dibagi menjadi dua golongan yaitu prematur dan dismatur. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat dan sesuai untuk masa kehamilan, sedangkan bayi dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan

dan

merupakan

bayi

kecil

untuk

masa

kehamilan(Jumiarni,1995). Berdasarkan perawatannya dibagi BBLR dengan berat > 2000 kg boleh dirawat di rumah dengan pengawasan oleh tenaga kesehatan sedangkan bayi yang beratnya < 2000 kg harus dirujuk ke Rumah Sakit karena lebih mudah untuk terkena berbagai masalah seperti infeksi, hipotermi dan masalah pemberian minum (Kemenkes RI,2015).

8

9

C. Bayi Prematur Bayi prematur umumnya lahir pada umur kehamilan 28-36 minggu. Biasanya bayi prematur disebabkan karena tidak mampunya uterus menahan janin, adanya gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat

dari waktunya atau adanya rangsangan yang

memudahkan terjadinya

kontraksi

uterus sebelum mencapai

kehamilan aterm (Kemenkes RI, 2011). Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok ini lebih sering

mendapatkan

penyulit

atau

komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan

umur

kehamilan dan

masalah yang mungkin dihadapinya,maka Usher (1975) dalam Prawirohardjo (2014) menggolongkan bayi prematur menjadi : 1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) Masa kehamilan 24–30 minggu. Kelompok ini sangat sukar bertahan hidup terutama apabilamasa kehamilannya < 27 minggu, bayi dengan masa kehamilan 28-30 minggu mungkin bisa bertahan hidup dengan perawatan sangat intensif dan bantuan alat-alat canggih Prawirohardjo (2014). 2. Bayi yang derajat prematuritas sedang (moderately premature) Masa kehamilan 31–36 minggu. Golongan ini mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan kelompok pertama dan gejala sisa yang dihadapi juga lebih ringan dengan perawatan yang intensif Prawirohardjo (2014). 3. Borderline premature Masa kehamilan 37–38 minggu. Bayi ini sudah mempunyai sifat-sifat bayi matur dan biasanya dirawat seperti bayi aterm tetapi seringkali

mengalami

masalah

sindrom

gangguan

pernafasan,

10

hiperbilirubinemia, ganggguan mengisap dan menelan seperti pada bayi

premature

sehingga

perlu

pengawasan

maksimal

(Prawirohardjo,2014). 4. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di dalam kandungan selama kehamilan.Kelompok ini terjadi karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yanglama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya rendah (Kemenkes RI,2015). Ada 2 bentuk IUGR, yaitu : 5. Proportionate IUGR Janin yang mengalami gangguan pertumbuhan yang lama (berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan) sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang badan dan lingkar kepala dalam porsi yang seimbang tapi dibawah ukuran masa kehamilan yang sesungguhnya. Retardasi biasanya terjadi sebelum pembentukan jaringan adiposa (Prawiroharjo,2014). 6. Disproportionate IUGR Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa hari/minggu sebelum lahir. Panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat badan tidak sesuai umur kehamilan (Prawiroharjo,2014). D. Karakteristik BBLR Karakteristik BBLR menurut Manuaba (1998) adalah berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, kepala tidak mampu tegak, umur kehamilan kurang dari 37 minggu,

11

kepala relatif lebih besar, kulit terlihat tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik–lemah, pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas), frekuensi nafas sekitar 45 sampai 50 kali per menit, frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit, paha terlihat abduksi, sendi lutut/kaki fleksi –lurus (Manuaba, 1998). E. Karakteristik Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi KMK bisa saja cukup bulan, kurang bulan atau malah lebih bulan hanya saja berat badannya kurang dari 2500 gram. Tandatanda bayi KMK adalah gerakannya cukup aktif dan tangisnya cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, kuku lebih panjang, refleks mengisap cukup kuat. Labia mayor sudah menutupi labia minor pada bayi perempuan dan untuk bayi laki - laki testis sudah turun ke dalam skrotum.Terutama bagi bayi yang cukup bulan dan lebih bulan (Kemenkes RI, 2015). Bagi bayi yang kurang bulan pada perempuan jaringan payudara kecil, puting kecil tapi bila sudah cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan (Kemenkes RI , 2015). F. Faktor Yang Berhubungan dengan BBLR Faktor - faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah : 1. Faktor ibu Faktor-faktor dari ibu seperti umur, jumlah paritas, gizi yang kurang/malnutrisi, penyakit yang menyertai kehamilan (hipertensi, jantung,gangguan pembuluh darah), trauma, kelelahan, ibu yang perokok atau pengguna obat terlarang dan mengkonsumsi alkohol bisa menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR (Manuaba, 2012). Umur ibu waktu hamil dan jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat meyebabkan seorang ibu melahirkan BBLR yaitu usia < 16 tahun atau > 36 tahun serta jarak < 1 tahun ( Kemenkes RI, 2015 ).

12

2. Faktor Kehamilan Hidramnion bisa menyebabkan BBLR,Kehamilan ganda, perdarahan antepartum dan komplikasi kehamilan seperti pre eklampsi/eklampsia juga menyebabkan terjadinya BBLR. Hal ini terjadi karena adanya gangguan sirkulasi yang mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi bagi janin (Kemenkes RI, 2015). 3. Faktor Janin Faktor dari janin sendiri seperti adanya kecacatan/kelainan bawaan dan infeksi dalam rahim juga bisa menyebabkan terjadinya BBLR (Manuaba, 2012). Faktor–faktor lain yang belum diketahui Sebagian kelahiran BBLR tidak diketahui penyebabnya ( Institute of Medicine, 1985). Prawirohardjo (2014) menyatakan ada banyak faktor yangmempengaruhi kelahiran prematur/BBLR, antara lain : a. Faktor ibu seperti riwayat

kelahiran prematur sebelumnya,

perdarahan antepartum, malnutrisi,kelainan uterus, hidramnion, penyakit kronik, hipertensi, umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun, jarak kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, dan lain-lain (Prawiroharjo, 2014). b. Faktor

janin

antara

lain

kecacatan,

kehamilan

kembar,

hidramnion,ketuban pecahdini, infeksi (Prawiroharjo, 2014). c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah d. Kebiasaan seperti pekerjaan yang melelahkan, merokok dan minum-minuman keras. Memang banyak faktor yang berkaitan dengan terjadinya BBLR, dan biasanya kejadian BBLR tidak disebabkan oleh satu faktor tapi gabungan dari beberapa faktor (Prawiroharjo, 2014). Dari berbagai pendapat di atas akan diuraikan lebih rinci tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian BBL dari segi ibu, janin, status ekonomi dan kebiasaan (Prawiroharjo,2014).

13

G. Faktor Ibu 1. Umur Ibu Menurut Sitanggang et al. (2013), umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Hamil dan melahirkan mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahundan umur yang tidak aman yaitu < 20 tahun dan > 30 tahun (Prawiroharjo, 2014). Berdasarkan ciri-ciri setiap masa periode perencanaan keluarga usia reproduksi menurut Saifudin (2006), terbagi 3 macam yaitu: a. Masa menunda kesuburan (kehamilan) dibawah 20 tahun. b. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan) 20-30 tahun. c. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi) diatas 30 tahun. Umur ditinjau dari faktor resiko menurut Manuaba (2012), umur pada ibu hamil dibagi menjadi: a. Umur ibu kurang dari 20 tahun b. Umur ibu lebih dari 35 tahun. Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada umur ibu dibawah 20 tahun dan angka kejadian terendah pada umur ibu antara 26 - 35 tahun (Abdoerrahman,2002). Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pertumbuhan linier (Tinggi Badan) selesai pada usia 16 – 18 tahun, baru diikuti dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul ( Departemen Gizi FKM UI, 2010 ). Disebutkan bahwa resiko untuk melahirkan BBLR naik sekitar dua kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995). Itulah sebabnya ibu dengan usia remaja cenderung melahirkan BBLR (Almatsier,dkk,2011). Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi

14

dibandingkan kurun waktu sehat antara 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologis, sosial ekonomi, sehingga memudahkan terjadi keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan dan keracunan kehamilan (gestosis) (Manuaba, 2012). H. Paritas 1. Pengertian paritas Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati (Prawirohardjo, 2014). Menurut Manuaba (2012), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. 2. Klasifikasi Paritas Menurut Prawirohardjo ( 2014), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. a. Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). b. Multipara 1)

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2014).

2)

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2012).

3)

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006)

c. Grandemultipara 1) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2012).

15

2) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005). 3) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006). Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan perubahan- perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi

akan berkurang bila dibandingkan

dengan kehamilan

sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan dan persalinan yang paling aman untuk bayi dan ibu adalah persalinan yang kedua dan ketiga (Perinasia, 1994). I. Indeks Masa Tubuh Angka indeks massa tubuh atau dalam bahasa Inggris adalah body mass index (BMI) digunakan untuk menunjukkan kategori berat badan seseorang apakah sudah proporsional atau belum. Melalui BMI, seseorang akan tahu apakah dia termasuk kategori berberat badan normal, kelebihan, atau justru kekurangan. Perkiraan jumlah total lemak dalam tubuh yang muncul adalah hasil dari pembagian berat badan seseorang dalam satuan kilogram dengan tinggi mereka dalam meter kuadrat. Bagi beberapa kelompok orang, nilai indeks massa tubuh kemungkinan tidak akurat. Mereka yang sedang hamil, adalah binaragawan, atau atlet dengan tingkat aktivitas tinggi adalah golongan yang kemungkinan nilai IMT mereka tidak mencerminkan kesehatan saat itu. Artinya, meski nilai IMT mereka di atas normal, ini bukan berarti mereka memiliki lemak berlebihan.

16

Perhitungan IMT sendiri dibagi menjadi empat kategori : 1.

Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya sama dengan atau di atas 30.

2.

Saat IMT seseorang menyentuh angka 25-29,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan.

3.

IMT normal berada di kisaran 18,5-24,9.

4.

Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.

Sedangkan untuk populasi Asia, termasuk Indonesia, pengelompokan IMT adalah sebagai berikut: 1.

Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya berada di atas 25.

2.

Saat IMT seseorang menyentuh angka 23-24,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan.

3.

IMT normal berada di kisaran 18,5-22,9.

4.

Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.

J. Hubungan Umur,Paritas, dan IMT dengan BBLR Hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit Ambarawa pada tahun 2014 menunjukkan ibu yang mengalami BBLR adalah yang memiliki

riwayat

Grandemultipara,

dikarenakan

fungsi

organ

reproduksi sudah mulai menurun sehingga timbul berbagai masalah kesehatan yang dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. Selain itu ibu yang beresiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR adalah usia kurang dari 20 tahun dikarenakan fungsi dari sistem reproduksi kehamilan belum terbentuk secara sempurna,dan ibu yang memiliki IMT kurang dari 18,5 juga memiliki resiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR dikarenakan distribusi nutrisi ke janin akan cenderung kurang mencukupi.

17

K. Kerangka Teori Berdasarkan penelusuran literatur diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kelahiran BBLR baik dari ibu, faktor kondisi kehamilan, faktor dari janin dan ada juga faktor lain yang belum diketahui.

.

18

Ibu hamil

Paritas

Usia

Primipara

IMT

Grandemultipara

IMT Ibu Kurang

<20 tahun >35 tahun

Alat reprodulsi belum berkembang optimal

Psikologis Ibu belum siap menerima anak

Penurunan fungsi sel otot panggul

Belum memiliki pengalaman dalam menghadapi persalinan

Kunjungan ANC Perhatian janin

Kehamilan Berulang

Nutrisi Janin Terganggu Kerusakan dinding pembuluh darah uterus

Mempersulit saat persalinan Deteksi dini Penyulit Kehamilan

BBLR

Gambar 1.1 Kerangka Teori Hubungan antara IMT, Paritas, dan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR

Nutrisi Janin Terganggu

19

L. Hipotesis Terdapat hubungan antara indeks masa tubuh, paritas ibu dan umur dengan kejadian Berat badan lahir rendah ( BBLR).

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo pada bulan November sampai Desember tahun 2017. Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan salah satu rumah sakit terbesar di provinsi Jawa Tengah. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi target Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi di rumah sakit umum daerah Sukoharjo . 2. Populasi aktual Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi dengan BBLR. D. Sampel dan Teknik Sampel Pada penelitian ini sampel yang akan menjadi fokus penelitian adalah ibu hamil dengan BBLR. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling. E. Estimasi Besar Sample Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑁=

𝑧𝑎2 𝑃𝑄 𝑑2

Dengan keterangan : n

= Besar sample



= Derivat baku dengan nilai α = 5% Sehingga Zα = 1.96

P

= Proporsi kategori variable yang diteliti

20

21

Q 𝑑2

= 1-P (50%)

= Presisi dengan besar 10 %

Dari perhitungan besar sampel tersebut maka besar sampel yang dibutuhkan minimal 96 F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi a. Bayi dengan BBLR maupun tidak BBLR b. Umur ibu saat melahirkan c. Ibu dengan primipara ,multipara,maupun grandemultipara d. IMT ibu saat melahirkan 2. Kriteria Eksklusi a. Ibu dengan anemia b. Ibu dengan preeklamsia/eklamsia c. Ibu dengan plasenta previa d. Ibu dengan solusio plasenta e. Ibu dengan kehamilan ganda G. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Notoatmodjo, 2012).

Variabel

bebas pada penelitian ini adalah IMT, umur dan paritas. 2. Variabel Terikat Variabel terikat atau dependent variable merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2012).

Variabel

terikat pada penelitian ini adalah BBLR. H. Definisi Variabel Operasional 1. Umur Definisi

: Jumlah lamannya kehidupan yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai waktu terakhir.

Alat ukur

: Rekam Medis

Skala

: Numerik

22

2. Paritas Definisi

: Berapa kali ibu melahirkan lebih dari 500 gram, hidup atau mati dan umur kehamilan lebih dari 24 minggu.

Alat ukur

: Rekam Medis

Skala

: Ordinal

3. Indeks Masa Tubuh ( IMT) Definisi

: Alat pengukuran yang berguna untuk mengukur Obesitas

Alat Ukur

: Berat badan x Tinggi bada

Skala

: Rekam Medis

4. BBLR Definisi

: Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Kemenkes RI,2011).

Alat Ukur

: Rekam Medis

Skala

: Ordinal

I. Instrumen Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rekam medis yang diambil di RSUD Sukoharjo J. Analisis Data 1. Analisa Univariat Menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentase masing-masing variabel, dengan menggunakan rumus: 𝑓

P = 𝑛 × 100 % Keterangan : P = Persentase f = Jumlah frekuensi N = Jumlah sampel

23

2. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk menguji hipotesis ada atau tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan Confident Interval (CI) < 95% dengan batas kemaknaan (α<0,05) dan diolah dengan SPSS. Melalui

perhitungan

uji

Chi-Square

selanjutnya

ditarik

suatu

kesimpulan, bila P < α (P < 0,05) maka Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square adalah sebagai berikut: a. Bila pada tabel kontigency 2x2 dan dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. b. Bila pada tabel kontigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. c. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya tabel 3x2, 3x3, 3x4 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Person Chi-Square. d. Bila pada tabel kontigency 3x2 dan ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2. Untuk analisis studi case control adalah penentuan rasio odds (OR) yakni odds pada kelompok kasus dibanding odds pada kelompok kontrol. Odds adalah perbandingan antara peluang terjadinya efek dibagi peluang tidak terjadinya efek. Nilai RO=1 menunujukkan bahwa pajanan/variabel independen bukan merupakan faktor resiko, nilai RO >1 menunjukkan bahwa pajanan benar merupakan faktor resiko, dan nilai RO <1 menunjukkan variabel tersebut merupakan faktor protektif .

24

K. Skema Penelitian

Rekam Medis

Ibu Post Partum

<20 tahun

BBLR

20-35 tahun

Tidak BBLR

BBLR

IMT

Paritas

Usia

>35 tahun

Tidak BBLR

BBLR

Primipara

Tidak BBLR

BBLR

Tidak BBLR

Kurang

Multipara

BBLR

Tidak BBLR

Gambar Skema penelitian Hubungan antara Indeks Masa Tubuh, Paritas, dan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR

BBLR

Tidak BBLR

Normal

BBLR

Tidak BBLR

25

L. Jadwal Penelitian Minggu keMacam kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pembuatan dan pembimbingan proposal Ujian proposal Pengumpulan data Pengukuran Analisis data Pembuatan laporan Ujian laporan skripsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2017 di Rumah Sakit umum Ir. Soekarno. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan Kejadian BBLR di rumah sakit Ir. Soekarno. Subjek penelitian ini adalah ibu postpartum dengan usia 20 tahun ke bawah dan usia lebih dari 20 tahun, ibu yang memiliki IMT rendah, sedang, dan tinggi, dan ibu yang memiliki riwayat paritas Primipara, multipara, grandemultipara. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 97 responden yang telah memenuhi kriteria restriksi. Data yang didapatkan merupakan data sekunder yang didapat dengan melihat dan mencatat rekam medis. A. Hasil Penelitian 1. Baby Blues Syndrome Tabel 4.1 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah 1 BBLR

Jumlah

Persentase

Positif

74

76,3%

Negatif

23

23,7%

Total

97

100%

Sumber : data sekunder, 2016. Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa jumlah sampel 97, jumlah ini dianggap sudah mewakili dari jumlah populasi.

23

2. Usia Tabel 4.2 Distribusi Usia 1 BBLR

Jumlah

Persentase

19-25

21

21,6

26-30

4

4,1

31-40

72

74,2

Total

97

100%

Sumber : data sekunder, 2016. Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu postpartum umur 19-35 tahun yang melahirkan bayi bblr berjumlah 21 orang dengan prosentase 21,6 %, umur 26-30 tahun yang melahirkan bayi bblr berjumlah 4 orang dengan prosentase 4,1 %, sedangkan umur 31-40 tahun yang melahirkan bayi bblr berjumlah 72 orang dengan prosentase 74,2 %. 3. Paritas Tabel 4.3 Distribusi Paritas 1 Paritas

Jumlah

Persentase

Primipara

63

64,9%

Multipara

22

22,7%

Grandemultipara

12

12,4

Total

97

100%

Sumber : data Sekunder, 2016. Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu postpartum dengan bblr yang memiliki riwayat primipara berjumlah 63 orang dengan prosentase 64,9 %, Multipara berjumlah 22 orang dengan prosentase 22,7 %, Grandemultipara berjumlah 12 dengan prosentase 12,4 %.

24

4. IMT Tabel 4.4 Distribusi Jenis IMT 1 Jenis IMT

Jumlah

Persentase

Rendah

66

68,0%

Normal

7

7,2%

Lebih

24

24,7%

Total

97

100%

Sumber : data Sekunder, 2016. Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu postpartum yang Memiliki IMT rendah berjumlah 66 orang dengan prosentase 68,0%, IMT normal berjumlah 7 orang dengan prosentase 7,2 %, IMT lebih berjumlah 24 orang dengan prosentase 24,7 5. Analisis Data Hubungan Usia terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Tabel 4.5 Analisis Bivariat Usia 1 Berat Badan Lahir Rendah

Total

Positif

Negatif

19-25 tahun

21 21,6%

0 0%

21 21,6%

26-35 tahun

4 4,1%

0 0%

4 4,1%

31-40 tahun

72 74,2

0 0%

72 74,2%

Total

97 100%

0 0%

97 100%

Usia

sig

Exp(B)

<0,001

9,188

Sumber : data Sekunder , 2016. Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan usia 19-25 tahun yang mengalami BBLR sejumlah tahun 4,1 %, 31-40 tahun sejumlah 74,2%.

25

21,6%,26-35

sejumlah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 9,188.

6. Analisis Data Hubungan Paritas terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Tabel 4.6 Analisis Bivariat Paritas 1 Baby Blues Syndrome

Total

Positif

Negatif

Primipara

63 64,9

0%

63 64,9%

Multipara

22 22,7%

0%

22 22,7%

Grandemultipara

12 12,4

0%

12 12,4

Total

97 100%

0 0%

97 100%

Paritas

sig

EXP(B)

<0,001

0,066

Sumber : data sekunder, 2016. Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan primipara yang mengalami BBLR sejumlah

65,9, mulripara sejumlah 22,7%,

Grandemultipara sejumlah 12,4 %. Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 0,066.

7.

26

8. Analisis Data Hubungan IMT terhadap Kejadian BBLR Tabel 4.7 Analisis Bivariat Jenis Persalinan1 BBLR

Total

Positif

Negatif

Rendah

66 68,0%

0 0%

66 68,0%

Normal

7 7,2%

0 0%

7 7,2%

Lebih

24 24,7%

0 0%

24 24,7%

Total

97 100%

0 0%

97 100%

IMT

sig

EXP(B)

0,002

5,494

Sumber : data Sekunder, 2016. Hubungan analisis hubungan antara IMT dan BBLR di rumah sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan IMT rendah yang mengalami BBLR sejumlah 68,0, IMT Normal sejumlah tahun 7,2 %, IMT Tinggi sejumlah 24,7%. Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square diperoleh nilai p =

0,002 karena 0,002 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 5,494 Pembahasan 1.

Deskripsi Karakteristik Ibu Postpartum Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2017 di Rumah sakit Ir. Soekarno Sukoharjo. Pada penelitian ini didapatkan sampel 97 responden yang di ambil dari rekam medis. Setelah dilakukan penelitian pada 97 responden didapatkan responden ibu postpartum yang berada pada usia 19-25 tahun yang memiliki resiko BBLR berjumlah 21 orang, Usia 26-30 berjumlah 4 orang, dan 31-40 berjumlah 72 orang. Berdasarkan distribusi paritas didapatkan data 97 responden , didapatkan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan 27

memiliki riwayat primipara 63 orang, Multipara berjumlah 22, dan grandemultipara berjumlah 12 orang. Ditinjau dari distribusi usia, usia ibu postpartum yang paling banyak diteliti pada penelitian ini adalah usia ibu pada rentang usia 31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam usia kurang produktif ketika ibu tersebut dalam kondisi hamil. Pada usia ini organ reproduksi diperkirakan sudah mengalami kelemahan fungsi sehingga dapat terdapat penyulit dalam persalinan.

Ditinjau dari distribusi paritas, paritas ibu postpartum yang paling banyak diteliti pada penelitian ini adalah ibu dengan status primipara. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam paritas yang berisiko menderita BBLR. Ibu postpartum yang berada pada status paritas primipara diperkirakan belum memiliki mental yang stabil dalam mengambil keputusan yang baik maupun menerima status barunya sebagai seorang ibu sehingga terdapat gangguan adaptasi psikologis pasca persalinan. Ditinjau dari IMT, IMT ibu postpartum paling banyak diteliti pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki IMT rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah Sukoharjo dan sekitarnya dimungkinkan memiliki gangguan pada nutrisi sehingga dapat mempengaruhi terjadinnya BBLR. 2.

Usia Ibu Ditinjau dari hasil analisis, usia ibu postpartum memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (<0.001) < 0,05, sehingga didapatkan hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian BBLR. Nilai OR yang didapatkan pada variabel ini bernilai 9,188 yang menunjukkan bahwa ibu postpartum yang berada pada usia 3140 tahun memiliki 9,188 kali kemungkinan menderita BBLR. Hasil

28

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) dengan p value (0,000) < 0,05 dan nilai OR yang bernilai 3,41 yang menunjukkan bahwa usia ibu merupakan faktor paling kuat dalam mempengaruhi kejadian BBLR. Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada usia 31-40 tahun atau pada usia sudah tidak produktif. Umur yang terlalu tua dimungkinkan sang ibu akan memiliki risiko terjadinnya BBLR karena organ reproduksi kehamilan mengalami penurunan fungsi salah satunnya pada otot uterus. Menurut Prawirohardjo (2014) usia ibu yang aman untuk kehamilan dan dilakukan persalinan adalah ibu yang beusia lebih dari 20 tahun dan kurang dari 30 tahun karena dianggap telah memiliki kesiapan baik secara fisik, emosi, psikologi, sosial, maupun ekonomi. 3.

Paritas Ditinjau dari hasil analisis, paritas ibu postpartum memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (<0,001) > 0,05, sehingga didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) dengan p value (0,007) < 0,05 dan nilai OR yang bernilai 1,94 yang menunjukkan bahwa paritas memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian BBLR. Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu postpartum dengan status primipara, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya baby blues syndrome pada ibu postpartum dengan status multipara jika ibu tersebut memiliki riwayat BBLR sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Harini (2017) menyatakan bahwa ibu postpartum dengan status multipara dapat menderita BBLR.

29

4.

IMT Ditinjau dari hasil analisis, jenis persalinan ibu postpartum memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (0,002) > 0,05 sehingga didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2013) dengan p value (0,024) < 0,05 yang menunjukkan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian BBLR.

5.

Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Baby Blues Syndrome Berdasarkan hasil analisis, usia memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai OR yang bernilai 9,188 yang menunjukkan ibu postpartum yang berusia 31-40 tahun memiliki kemungkinan 9,188 kali menderita BBLR dibandingkan dengan ibu postpartum yang berusia 21 – 30 tahun, paritas juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai OR yang bernilai 0,066 yang menunjukkan ibu postpartum dengan riwayat primipara memiliki kemungkinan 0,066 kali menderita BBLR. Sedangkan IMT juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR dengan P value 0,002 dan nilai OR yang bernilai 5,494 yang menun jukkan ibu postpartum dengan IMT yang rendah memiliki kemungkinan 5,494 kali menderita BBLR. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR yaitu dukungan sosial suami dengan p value 0,000 dan nilai OR yang bernilai 2,44. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2015) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR yaitu pendidikan dengan p value 0,017 dan nilai OR yang bernilai 2,625 dan pekerjaan dengan p value 0,018 dan nilai OR yang bernilai 3,684.

30

Dalam proses asuhan kebidanan, bidan dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam kehamilan dan persalinan ibu, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan psikologis pada ibu hamil sebagai contoh dukungan dari tenaga kesehatan. Sehingga tidak terdapat masalah pada kondisi fisik maupun mental pada ibu pasca melahirkan (Kemenkes, 2016). Analisis Multivariat Pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antar variabel (bivariat) digunakan metode uji statistik chi square dengan syarat dan ketentuan uji yang telah terpenuhi dan untuk mengetahui besar pengaruh masing-masing variabel (multivariat) digunakan metode uji regresi logistik.

Hosmer and Lemeshow Test Step 1

Chi-square

df

6,548

Nilai Chi

Sig. 4

,162

Square tabel

untuk

DF

(Jumlah variabel

independen – 4) pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 9,488. Karena nilai Chi Square Hosmer and Lemeshow hitung 6,548 < Chi Square table 9,488 atau nilai signifikansi sebesar 0,614 (>0,05) sehingga menerima H0, yang menunjukkan bahwa model dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan sebab ada tidak perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya. Classification Tablea Predicted BBLR

Percent age

Observed Step 1

Tidak BBLR

BBLR

Correct

Tidak

16

7

69,6

BBLR

2

72

97,3

Overall Percentage

90,7

31

a.the cut value is ,500

Berdasarkan Classification Table di atas, jumlah sampel yang tidak BBLR 16 + 7 = 23 orang. Yang benarbenar tidak stunting sebanyak 16 orang dan yang seharusnya tidak stunting namun mengalami stunting, sebanyak 7 orang. Jumlah sampel yang stunting 2 + 72 = 74 orang. Yang benar-benar stunting sebanyak 72 orang dan yang seharusnya stunting namun tidak mengalami stunting, sebanyak 2 orang Variables in the Equation

95% C.I.for EXP B Step 1a

IMT

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Lower

1,704

,556

9,403

1

,002

5,494

1,849

Paritas

-2,721

,663

16,834

1

,000

,066

,018

UMUR

2,218

,584

14,443

1

,000

9,188

2,927

a. Variable(s) entered on step 1: IMT, Paritas, UMUR.

23

Up

1

2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR . Usia terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40 tahun , Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada kelompok berisiko (primipara) dan IMT ibu yang beresiko mengalami BBLR adalah IMT rendah. B. Saran 1. Diharapkan penelitian selanjutnya menambah variabel penelitian yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti dukungan sosial suami, pendidikan dan pekerjaan . 2. Mampu menentukan solusi untuk mencegah dan mengurangi kejadian BBLR

DAFTAR PUSTAKA Abdoerrahman, 2002. Ilmu kesehatan anak buku ajar 3. Jakarta: FKUI. Abu, S., 2010. Maternal Nutrition and Birth Outcome. Oxford Jurnal, Volume 5, pp. 5-25. Amirudin , Ridwan; , Hasmi, 2014. Determinasi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: CV.Trans info Media.

24

BKKBN, 2015. Kesehatan RI 2014. Endang, Setyawan S, 2014. Umur dan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR. pp. 4-5. F, Feibi Almaria, 2015. Hubungan Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. pp. 4-5. F, Gary Cunningham; Leveno, Kenneth J; Bloom, Steven L; Caterine, Spong Y; Hauth, John C; Rouse, Dwight J, t.thn. Williams OBSTETRICS 23rd edition. Dalam: New York: McGraw Hill Medical. Juaria, Henry, 2014. Hubungan antara umur dan paritsa dengan kejadian berat badan lahir rendah Maret 2014. Volume 3, pp. 48-50. Kemenkes RI, 2011. Modul Mamajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan di Desa. Kementrian Kesehatan RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011, Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2012. Agustus. Kementrian PPN, 2015. MDGs INDONESIA tahun 2015. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Perinasia, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta: Binarupa Aksara. Pramono , M. S., 2013. Pola kejadian bayi berat lahir rendah di indonesia dan faktor yang mempengaruhinya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Pramono, Ms, 2009. Risiko Terjadinnya Berat Badan Lahir Rendah Menurut Determinasi Sosial,Ekonomi dan Demografi di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 12, pp. 32-127. Prawiroharjo, S., 2010. Masalah janin dan bayi baru lahir. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

25

Rangga, Pamungkas S, 2015. Hubungan Usia ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Plered,Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014. pp. 991-992. Restiana, Riska; Arif, Ahmad, 2013. Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Obstetrika, 1(1), pp. 22-17. Reza , Chairul; Puspitasari, Ninik, 2014. Determinasi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Biometri dan Kependudukan, Volume 2, pp. 96-106. Rina, Kundre, 2015. Hubungan Usia ibu Bersalin Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Obsgyn, Volume 3, pp. 12-14. Rini, S., 2015. Faktor Maternal Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013). Rismawati, R., 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badab Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makasar. Rochjati, P., 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Jakarta: University Press. Saifudin, A., 2002. Panduan Perilaku Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka. Saimin, J. & Sartika, D., 2008. BBLR Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit buku EGC. Salawati, L., 2012. Hubungan Usia,Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah. JUrnal Kedokteran Syiah Kual, 12(3). Sarwono, Prawiroharjo, 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Dalam: Jakarta: PT bina pustaka sarwono prawiroharjo. Setyaningrum, Erna ; Aziz, Zulfa Binti, 2014. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta timur: CV.TRans Info Media. Setyawan, Endang B, 2014. Umur dan pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR. pp. 4-5. Sopiyudin, Dahlan M, 2009. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan edisi ke 4. Jakarta: Salemba Medika.

24

Thomson, A. M., 1982. Fetal Growth and Size at Birth. London: Academic Press. Tirta, A., 2013. Hubungan Paritas dan Usia Ibu Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung Tahun 2012. pp. 5-7. Wati, Leni Maulida, 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah) di RSUD Ambarawa tahun 2013. pp. 68. WHO, 2012. WHA Global Nutrition Target 2025 : Low Birth Weight Policy Brief Geneva. WHO penyunt. s.l.:s.n. Wulandari, Fitri; Fitriyanti, Eka, 2014. Hubungan karakteristik Ibu hamil Dengan Kejadian BBLR di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Volume 3, pp. 8-10. Yanti, Linda; Surtaningsih, 2015. Faktor Karakteristik ibu Terhadap Berat Bayi Lahir Rendah. RAKERNAS AIPKEMA 2016.

25

Related Documents

Siap Maju Semhas.docx
June 2020 12
Siap
May 2020 29
Negara Maju
October 2019 47
Rm112b Maju Pantai Timur
October 2019 24
Siap Print.docx
April 2020 25
Siap Unload
October 2019 27

More Documents from ""