Shock Anafilaksis Akibat Alergi Sengatan Lebah

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Shock Anafilaksis Akibat Alergi Sengatan Lebah as PDF for free.

More details

  • Words: 1,947
  • Pages: 9
SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ALERGI SENGATAN LEBAH Lebah Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal, karena suka hidup berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.1 Mulut lebah digunakan untuk menggigit dan menjilat. Pada ujung abdomen lebah betina dan pekerja terdapat alat penyengat yang mengeluarkan toksin.2 Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.1 Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing. Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga "kasta", yaitu: •

lebah ratu;



lebah betina (juga dikenal sebagai "lebah pekerja"); dan



lebah jantan.

Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan. Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan khasiat. Tugas utamanya ialah kawin dan bertelur. Lebah ratu yang aktif 1

mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari. Harapan hidup lebah ratu ialah tiga tahun. Lebah betina atau lebah pekerja mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Madu merupakan produk hasil pengolahan makanan ini dalam tubuhnya dan disimpan dalam sarang lebah untuk makanan, termasuk untuk larva dan pupa. Ada juga lebah betina yang bertugas membersihkan sarang dan menjaga anak-anak lebah. Harapan hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa melalui perkawinan ("partenogenesis") dan mandul (steril) karena hanya memiliki satu set kromosom (haploid). Lebah jantan bertugas mengawini lebah ratu dan akan mati setelah kawin. Lebah jantan merupakan lebah hasil perkawinan (sehingga diploid) yang diberi makanan nektar dan madu biasa (bukan "royal jelly"). Terdapat pula lebah yang hidup menyendiri, tidak dalam kelompok. Jenis lebah yang demikian disebut lebah soliter.

Siklus Hidup Lebah Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk kehidupan: 1.

telur;

2.

larva;

3.

pupa (kepompong);

4.

imago (lebah dewasa).

Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.1

Toksin Lebah Pada umumnya gejala klinis yang berat disebabkan oleh sengatan lebah yang termsuk famili APIDAE, VESPIDAE, dan BOMBIDAE.

2

Gejala-gejala yang timbul akibat sengatan lebah adalah akibat toksin yang dikeluarkan sewaktu menyengat. Toksin lebah mengandung apamin, melitin, histamin, asetilkolin, 5-hidroksitriptamin, enzim, dan substansi serupa protein. Zat-zat ini bersifat anafilaktogenik, hemolitik, neurotoksik, antigenik, dan sitolitik.2

Penyebab Insect Bites ( Sengat Lebah) Serangga tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi.3 Walaupun telah terlepas dari badan lebah, otot pada pundi racun tersebut masih berkontraksi. Hal ini mengakibatkan bertambah banyak toksin yang dikeluarkanya. Sengat dan pundi toksin tersebut perlu dibuang dengan segera, untuk mengurangi shock pada sengatan. Ini karena pundi hanya membutuhkan waktu 2 - 3 menit untuk menyuntikkan seluruh toksinya ke tubuh.4

Alergi Istilah alergi, pada tahun 1906, untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh VON PIRQUET, untuk menggambarkan setiap perubahan respon terhadap suatu substansi tertentu yang diberikan untuk kedua-kalinya. Alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh suatu reaksi imunologik yang spesifik; suatu keadaan yang ditimbulkan oleh alergen atau antigen, sehingga terjadi gejala -gejala patologik. alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan. Secara garis besar, maka reaksi alergi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu reaksi tipe cepat ('immediate type') dan tipe lambat

3

('delayed type ' ). Yang pertama adalah 'humoral-mediated' sedangkan yang kedua, ' cell-mediated' Secara singkat, maka perbedaan antara kedua macam reaksi alergi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Contoh dari reaksi cepat : anafilaksis, urticaria, Arthus fenomen dll. Sedang contoh dari reaksi lambat : reaksi tuberkulin, kontak dermatitis yang alergik dll.5

Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik Reaksi ini terjadi pada waktu alergen atau antigen bereaksi dengan zat anti yang spesifik, yang dikenal dengan nama reagin. Berdasarkan penyelidikan ISHIZAKA dan ISHIZAKA, ternyata bahwa aktivitas reagin itu bukan dibawakan

4

oleh IgG, IgA, IgM maupun IgD, melainkan oleh satu kelas imunoglobulin yang disebut IgE. Imunoglobulin ini mempunyai suatu keistimewaan, yaitu dapat melekat pada sel basofil dan/atau mastosit ('mast cell'); oleh karena itu IgE disebut juga sebagai zat anti homositotropik. Dengan timbulnya reaksi antara antigen dengan zat anti itu, maka terjadilah proses degranulasi di dalam sel tersebut, yang diikuti dengan keluarnya zat farmakologik aktip, yaitu: histamin, zat bereaksi lambat ('slow-reacting substance'), serotonin dan bradikinin. Zat-zat ini pada umumnya menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi dan meningginya permeabilitas pembuluh darah kapiler. Akibat reaksi alergi ini, maka secara klinik ditemukan penyakit-penyakit seperti : asma bronkial, demam rumput kering (Hay-fever), rinitisalergika.5 Shock anafilaksis biasanya merupakan manifestasi alergi obat atau makanan, ini bisa juga terjadi setelah gigitan serangga. Gambaran pertama adalah gatal seluruh tubuh, terutama telapak kaki dan telapak tangan yang disusul kemerahan dan pembengkakan wajah dan leher yang disebabkan terbentuknya edema yang cepat, yang meluas ke dalam faring sehingga menyebabkan obstruksi saluran nafas atas. Kehilangan cairan intravaskuler secara mendadak menyebabkan hipovolemia dan berkurangnya perfusi ke berbagai organ (Bayley dan Leinter, 1995). Anafilaksis adalah suatu kondisi alergi yang sering dapat mengakibatkan turunnya tekanan arteri dan denyut jantung secara drastis. Terutama menghasilkan reaksi antigen antibodi yang berlangsung dengan tiba-tiba setelah antigen yang diberikan kepada pasien yang sensitif telah berada dalam sirkulasi darah. Salah satu efek yang terutama adalah menyebabkan basophil dalam darah dan sel mast pada perikapiler mengeluarkan histamin atau sejenis histamin. Histamin dapat menyebabkan peningkatan kapasitas vaskuler karena adanya dilatasi vena, meningkatkan permeabilitas kapiler dengan banyaknya cairan dan protein yang terlepas dengan cepat ke jaringan. Dampak pada jaringan adalah pengurangan venous return dan sering menyebabkan kematian mendadak pada pasien.6. Akut: terjadinya beberapa menit setelah kontak dengan alergen (injeksi anestesi lokal, antibiotika, sengatan lebah dsb.). Gejalanya: kolaps (circulatory collaps) dengan tekanan darah yang (hampir) tidak bisa diukur dan takikardi. Kehilangan kesadran/pingsan. Sering disertai pembeng- kakan mukosa saluran pernafasan dengan edema glotis, sesak nafas. Kematian bisa terjadi dalam beberapa menit.

5

Proses lambat/berlarut: gatal-gatal, rasa panas pada telapak tangan dan kaki, di rongga mulut (sering dengan rasa metalik/logam), keluhan sirkulatoris (pusing, lemah, perasaan tidak enak badan dsb.), eksantem (bercak-bercak merah di seluruh tubuh, urtikaria dengan gatal yang hebat, pembengkakan mukosa dalam rangka edema Quincke. Bronkospasmus (pengerutan otot-otot bronki) yang mengakibatkan sesak nafas. Hipertensi!!! Hiperperistaltik (meningkatnya kerja saluran pencernaan) dengan akibat muntah-muntah dan berak-berak (tidak harus diare!). Kejang-kejang otot tubuh karena gangguan pusat syaraf. Selain itu: lekopeni, trombo- peni, hambatan koagulasi darah.7

Terapi -

Sengat lebah yang tertinggal harus segera dibuang

-

Bila pasien kehilangan kesadaran, letakkan dalam posisi samping yang

stabil. -

kemudian injeksikan1 mg epineprin (adrenalin atau suprarenin) yang

telah dicampur dengan 9 ml NaCl o,9%. Berikanintravenos beberapa kali (setiap kali 1 ml sampai seluruhnya. Kemudian Prednisolon 250 s/d 1000 mg. Sebagai pelengkap antialergikum (clemastinhidrogenfumarat atau dimetindenmaleat 4 mg), infus dengan cairan koloidal (HAES), Dopamin, Noradrenalin . Jika terjadi aspiksia, maka intubasi atau trakeotomi darurat.7 -

Imunoterapi untuk hipersenitif terhadap sengat,.Walaupun jarang,

sengatan lebah dapat menyebabkan anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian. IgE spesifik terhadap sengat dapat ditemukan pada 30-40% individu yang tersengat dan menghilang setelah beberapa bulan. Pada beberapa penderita, IgE ini bertahan beberapa tahun, pada golongan ini sengatan berikutnya akan menyebabkan anafilaksis dan beberapa akan menyebabkan kematian. Keputusan untuk memberikan imunoterapi pada penderita semacam ini harus berdasarkan pemeriksaan yang akurat dan pendalaman yang baik mengenai perjalanan penyakit. Penggunaan sengat murni dalam imunoterapi sengat menunjukkan perbaikan efektifitas imunoterapi untuk hipersensitifitas terhadap sengat. Preparat yang lama menggunakan ekstrak seluruh badan lebah menunjukkan hasil yang sama dengan plasebo. Setelah menggunakan ekstrak sengat murni, terdapat 10% reaksi sistemik ringan terhadap sengatan.

-

Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai

6

pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan. Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.3

Pemeriksaan Fisisi Umum. 1.

Nadi

Dilakukan dengan palpasi pada arteri radialis kanan dan kiri di dekat pergelangan tangan. Palpasi dilakukan dengan 2 atau 3 jari. -

Frekuensi denyut nadi normal : 80x/menit; takikardia : >100x/menit;

bradikardia : <60x/menit. -

Irama denyut nadi : ditentukan apakah teratur (reguler) atau tidak

teratur (ireguler). Nadi dibawah 50X permenit kadang disebabkan karena kelainan hantaran rangsang pada jantung. Sinus aritma: keadaan normal dimana inspirasi denyut nadi lebih cepat daripada saat ekspirasi. Ekstrasistolik: keadaan dimana terdapat sekali-sekali denyut nadi yang datang lebih cepat(premature) dan disusul dengan suatu istirahat yang lebih panjang. Fibrilasi Atrial: keadaan dimana denyut nadi sama sekali tidak teratur(tidak ada irama dasar). Blok Atrioventrikular: keadaan dimana tidak semua rangsang pada nodus SA diteruskan ventrikel, sehingga saat itu ventrikel tidak berkontraksi. -

Besarnya pengisisan nadi : dinilai apakah cukup, kecil (pulsus parvus),

atau besar (pulsus magnus). 2.

Tegangan nadi Pemeriksaan tekanan darah

Menggunakan tensimeter, yaitu dengan melingkarkan manset 1,5 cm diatas fossa kubiti anterior dan dihitung berdasarkan bunyi Korotkov. Normal tekanan darah : sistole 110-120 mmHg, diastole 70-80 mmHg. 3.

Frekuensi pernapasan

7

Normal : 16-24x/menit Bradipneu : <16x/menit Takipneu : >24x/menit.8

Pemeriksaan Lab 1.

Pemeriksaan IgE total

IgE tinggi menunjukan rentan terhadap reaksi hipersensitivitas 2.

Pemeriksaan IgE spesifik / RAST (Radioallergosorbent test)

Dengan cara pasien diberi alergen tertentu, bila pasien termasuk hipersensitivitas, di dalam serum darahnya pasti ada IgE spesifik untuk alergen tersebut. Lalu diberikan anti IgE. Kompleks alergen-IgE-anti IgE akan menghasilkan perpendaran, diperiksa dengan mikroskop uv. 3.

Hitung eosinofil

Jumlah eosinofil akan meningkat pada reaksi alergi Norrnal : dewasa : 2-4 sel; anak dan bayi : 0-1 sel.9

8

DAFTAR PUSTAKA 1.

Lebah. Diunduh dari : id.wikipedia.org, 31 Oktober 2007

2.

Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI. Parasitologi Kedokteran.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 1998 3.

Insect Bites. FKUII. Diunduh dari : id.wikipedia.org, 31 Oktober 2007

4.

Ahmad RB. Kesan Bisa Sengatan Serangga Himenoptera-Lebah. Pusat

Racun Negara, Usm. Diunduh dari : www.google.com, 31 Oktober 2007 5.

Tjokronegoro A. Dasar-Dasar Alergi. Majalah Cermin Dunia

Kedokteran no.6 1976 6.

Shock Anafilaktik. Diunduh dari :www.psmkgi.org, 31 Oktober 2007

7.

Alergi(bagian 2). Diunduh dari : www.worldpress.com, 31 Oktober

2007 8.

Markum H.M.S, editor. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Jakarta :

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. 9.

Modul Infeksi dan Imunitas Bagian Patologi Klinik Ukrida.

Pemeriksaan Laboratorium Imunologik. Kuliah : dr.Iskandar H,SpPK, 30 Oktober 2007.

9

Related Documents

Madu Lebah
November 2019 31
Shock
June 2020 19
Shock
June 2020 31
Shock
October 2019 23