Shipyard Labour Productivity

  • Uploaded by: Bag's
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Shipyard Labour Productivity as PDF for free.

More details

  • Words: 2,826
  • Pages: 7
EKSPLORASI ASPEK-ASPEK PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA GALANGAN KAPAL DI INDONESIA* Bagiyo Suwasono1, Sjarief Widjaja2, Achmad Zubaydi2, Zaed Yuliadi2 1. Graduate Student, Faculty of Ocean Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS) 2. Lecturer, Faculty of Ocean Technology, Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS)

ABTRACT The shipyard productivity improves the ability of ship product competitiveness at global, regional and local. Productivity improvement at individual level occupy is very important position than another productivity factors. Approach various about productivity, elementary difference between productivity for mass product more oriented output per input, while for ship product more oriented input per output. Measurement of partial productivity in shipyard is man-hours per ton material (compensated gross tonnage or CGT). This study proposes the exploration of labour productivity aspects at shipyard in Indonesia with shipyard productivity model (SPM) and screw management model (SMM). The SPM and SMM are analysis the probability of labour productivity aspects. The result showed that the labour productivity aspects were influenced by education level, age of labour, period of work, ergonomic and motivation. Keywords: productivity aspects, labor productivity, shipyard in Indonesia * Dipublikasikan pada Seminar Nasional, Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan V 2005, Potensi Migas Laut Dalam di Indonesia: Kesiapan SDM, Teknologi dan Industri Penunjangnya, FTK-ITS dan Komunitas Migas Indonesia Jatim, 24 Nopember 2005.

I. PENDAHULUAN Variabel faktor internal produksi (produk, fasilitas, teknologi, material, energi, manusia, organisasi & sistem, metode kerja, dan manajemen) dan faktor eksternal produksi (sumberdaya alam, kebijakan pemerintah, dan kondisi politik, sosial, ekonomi & Hankam) pada proses pembangunan kapal di beberapa galangan kapal nasional akan berupaya secara kontinue dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas kerja yang berdampak pada kecepatan proses dan peningkatan mutu pembangunan, harga yang lebih kompetitif dan mengurangi adanya kerja ulang serta timbulnya barang sisa dari proses produksi. Peningkatan produktivitas terutama faktor total baik di tingkat makro, tingkat sektoral industri, tingkat perusahaan dan tingkat individu adalah sangat menentukan kemampuan daya saing produk perusahaan pada tingkat global, regional maupun dalam negeri. Peningkatan produktivitas pada tingkat individu diantara peningkatan produktivitas faktor-faktor yang lain menempati posisi yang sangat penting (Soembodo, 2004). APO (2004) melaporkan bahwa rata-rata pertumbuhan GDP per tahun untuk negaranegara Asean selama tahun 1980 hingga 2000 adalah Singapore 7,12%, Malaysia 6,48%, Vietnam 6,36%, Thailand 5,93%, Indonesia 5,4% dan Philipina 2,51%. Sementara dalam periode yang sama, rata-rata TFP (Total Factor Productivity) adalah Vietnam 3.27, Malaysia 1.29, Thailand 1.00, Singapore 0.78, Philipina -0.37, dan Indonesia -0.80. WEF (2003) melaporkan bahwa daya saing Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat 37, tahun 2000 turun menjadi 44, tahun 2001 turun menjadi 49, tahun 2002 turun menjadi 69 dan tahun 2003 di peringkat terendah, yaitu ke-72. Disini terlihat bahwa daya saing Indonesia terus merosot terutama bila dibandingkan dengan negara-negara Asean. Di tingkat Asean, Singapore tahun 2002 dan 2003 ada di peringkat 6, Malaysia tahun 2002 di peringkat 27 dan tahun 2003 turun menjadi 29, Thailand tahun 2002 di peringkat 30 dan tahun 2003 turun menjadi 32, Vietnam tahun 2002 di peringkat 56 dan tahun 2003 turun menjadi 60, Philipina tahun 2002 di peringkat 62 dan tahun 2003 turun menjadi 66.

hal: 1

Porter (1998) secara tegas menyatakan produktivitas merupakan akar penentu tingkat daya saing, baik pada level individu, perusahaan, industri maupun pada level negara. Produktivitas sendiri merupakan sumber standar hidup dan sumber pendapatan individual maupun perkapita, sedangkan daya saing sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk menciptakan suatu tingkat kemakmuran. Pilat (1996) mendefinisikan daya saing sebagai tingkat kemampuan suatu negara menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar internasional dan bersamaan dengan itu kemampuan menciptakan suatu kesejahteraan berkelanjutan bagi warga negara. Jadi terdapat hubungan yang sejalan antara tingkat produktivitas dengan tingkat daya saing. Penelitian ini bertujuan menjelaskan fenomena perbedaan dasar pengukuran produktivitas terhadap produk masal dengan produk kapal dan fenomena aspek geografis dalam mempengaruhi aspek-aspek produktivitas tenaga kerja pada suatu galangan kapal. Hasil akhir akan diperoleh suatu model teoritik “shipyard productivity model (SPM) and screw management model (SMM)” yang menjelaskan secara empiris probabilitas aspek-aspek produktivitas tenaga kerja yang meliputi: pendidikan, usia, masa kerja, ergonomi dan motivasi terhadap tingkat produktivitas dan daya saing pada galangan kapal di Indonesia. II. DEFINISI DAN PENDEKATAN PRODUKTIVITAS Definisi dasar terhadap produktivitas menurut Sumanth (1985) dibedakan menjadi tiga, diantaranya adalah: § Produktivitas Parsial adalah rasio output dengan satu jenis input. Untuk contoh produktivitas tenaga kerja (output dibagi input tenaga kerja). § Total Faktor Produktivitas adalah rasio output bersih dengan jumlah input faktor tenaga kerja dan modal. § Total Produktivitas adalah rasio total output dengan jumlah semua faktor input. Ukuran total produktivitas mencerminkan gabungan terhadap semua input dalam menghasilkan ouput. Definisi produktivitas menurut APO (2004) adalah hubungan antara kuantitatif output dan kuantitatif input yang digunakan dalam menghasilkan output.

produktivitas =

output input

(1)

Produktivitas secara kualitatif merupakan suatu "sikap yang menyangkut pikiran", yaitu disekitar orang-orang yang menambahkan nilai bagi suatu proses pekerjaan dari ketrampilan mereka, semangat team, efisiensi, merasa bangga atas pekerjaan dan berorientasi pelanggan serta dibantu dengan sistem dan mesin. Produktivitas bukan hanya tentang efisiensi yang maksimum oleh “kegiatan dari hal-hal yang benar”, tetapi juga menuju keberhasilan efektivitas maksimum oleh “kegiatan yang benar”. Produktivitas perlu barangkali digambarkan sebagai: Produktivitas = efisiensi + efektivitas = kegiatan dari hal-hal yang benar + kegiatan yang benar (2) Di tingkat perusahaan dalam rangka mencapai jumlah maksimum hasil yang diperoleh dalam operasi bisnis, manajemen akan berhadapan dengan semua sumber daya yang secara terusmenerus beroperasi di dalam suatu kondisi seimbang, yaitu: tenaga kerja, material, metode dan mesin. Pengukuran produktivitas dalam pembangunan kapal didekati sebagai jam orang per ton baja atau man-hours per compesated gross ton (CGT) untuk keseluruhan kapal. Hasil analisa mempertimbangkan dalam 72 elemen dari teknologi dan proses pembangunan kapal yang berhubungan dengan produktivitas (Storch et al, 1995). Persamaan prediksi produktivitas pembangunan kapal yang dikembangkan didasarkan pada karakteristik galangan kapal menurut Lamb & Hellesoy (2002) adalah sebagai berikut: PD = a × TE b × BP c × PR d × ST e × VI f × DP g (3) dimana PD = produktivitas (jam orang/kompensasi gross ton) TE = total jumlah karyawan BP = penilaian praktisi terbaik dalam pengembangan teknologi hal: 2

PR = total jumlah karyawan/jumlah produksi karyawan ST = jumlah kapal yang diserahkan di atas tiga tahun/jumlah jenis kapal yang diserahkan pada periode di atas tiga tahun VI = rasio nilai tambah oleh galangan kapal versus total nilai kapal dan ditentukan pula oleh prosentase biaya tenaga kerja terhadap total biaya DP = maksud ganda, yaitu bernilai 1 apabila digunakan bangunan komersial & kapal, sedangkan bernilai 2 digunakan pembangunan kapal saja a = koefisien dan b,c,d,e,f,g = eksponensial dalam prediksi produktivitas Menurut Gebhardt & Jarvis (2003) empat dasar pendekatan dalam produktivitas merupakan sistem faktor yang kompleks dan berubah melalui mekanisme adaptif seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. SENESCO dalan Pengukuran Peningkatan Produktivitas (Gebhardt & Jarvis, 2003)

Dari Gambar 1 terlihat bahwa: § Faktor manajemen – mengintegrasikan antara manusia – teknologi - eksternal stakeholder, menstimulasi dan penghargaan prestasi, memperhatikan kinerja, akuntabilitas dan perubahan fasilitas. § Faktor manusia – produktivitas dikendalikan oleh dasar ilmu pengetahuan, ketrampilan dan keterkaitan belajar serta sikap seperti kesediaan menerima naungan kultur perusahaan § Faktor teknologi – produktivitas teknologi tergantung pada kemampuan manusia, kemudahan pilihan, pengaturan produksi, alat pendukung dan perkakas, sistem komunikasi dan informasi, pemeliharaan dan keselamatan kerja § Faktor stakeholder – eksternal stakeholder mempengaruhi produktivitas: unik, overlap kemampuan dan ketrampilan investor, konsumen, pemasok, penjual dan sub kontraktor, asuransi dan publik, informasi, atau yang melengkapi kemampuan SENESCO Shipyard dalam pembangunan kapal dan reparasi. Dari berbagai pendekatan tentang produktivitas, muncul suatu perbedaan mendasar bahwa produktivitas untuk produk masal lebih berorientasi pada output per input, sedangkan untuk pembangunan kapal lebih berorintasi pada input per output. III. ASPEK-ASPEK PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang lebih maju tentu saja melahirkan kekhawatiran, mengingat Indonesia makin dituntut untuk mampu melakukan kompetisi di pasar internasional akibat makin kuatnya sistem perdagangan bebas. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi merupakan salah satu variabel penting dalam keunggulan persaingan (Hadisuwito, 1996). Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Diasumsikan makin tinggi tingkat pendidikan sesorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Karena ini barangkali, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting tahap-tahap awal program industrialisasi (Wie, 1995). Pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi dibutuhkan ketrampilan teknik yang lebih maju. Model kuadrat dalam menentukan pengaruh dari beberapa faktor terhadap produktivitas tenaga kerja di industri kecil menunjukkan bahwa 1) pengalaman kerja tidak berpengaruh tetapi umur mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan dengan produktivitas; 2) pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan walaupun hubungannya kurang jelas; 3) tingkat pendidikan tidak dapat diabaikan tetapi menjadi kurang penting dibandingkan dengan umur; 4) hal: 3

orang yang lebih muda menjadi lebih produktif dalam analisis ini, mungkin karena mereka lebih semangat atau dapat bekerja lebih keras (Indrawati & Liewelyn, 1999) Perspektif sosial terhadap ketenagakerjaan di Indonesia ternyata sedikit banyak dapat memberikan visi lain tentang produktivitas tenaga kerja Indonesia. Terlihat bahwa hubungan sosial yang kurang serasi, menciptakan situasi yang tidak kondusif terhadap tumbuhnya semangat kompetitif di kalangan pekerja, yang pada gilirannya berpengaruh pula pada munculnya sikap yang cepat puas diri terhadap hasil pekerjaan, inisiatif yang terbatas, dan bahkan sikap yang skeptis dan statis di kalangan pekerja. Tentu saja semua ini akan menghambat tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia. Apapun kebijaksanaan yang diterapkan, apabila dapat memperkecil atau menghilangkan faktor-faktor penghambat tersebut, maka produktivitas yang tinggi tentu saja akan dapat diharapkan (Masyuri, 1999). Variabel-variabel motivasi yang terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan serta kebutuhan aktualisasi diri terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan variabel-variabel yang dominan dari motivasi adalah kebutuhan fisiologis mempunyai pengaruh yang paling kuat diantara variabel lainnya. Sedangkan variabel kebutuhan aktualisasi diri tidak berpengaruh sama sekali terhadap perubahan produktivitas tenaga kerja (Djati, 1999). Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja, yaitu kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Depkes, 2004) Bagaimanapun juga beberapa aspek-aspek produktivitas tenaga kerja sangat sulit dilakukan pengukuran secara pasti, seperti: § Intensitas dan kualitas dari upaya tenaga kerja secara umum. § Aktivitas kreatif tenaga kerja yang melibatkan inovasi teknik produksi. § Efek produktif dari tenaga kerja yang satu dengan yang lainnya. § Efek lingkungan dan tempat kerja terhadap kenyamanan tenaga kerja Satu hal penting dalam produktivitas adalah merujuk kepada dimensi kualitatif daripada dimensi kuantitatif. Kita mungkin mampu mengamati peningkatan output, walaupun tidak tahu secara pasti bentuk yang dapat dihubungkan terhadap adanya peningkatan itu. Untuk itu diperlukan pengertian yang mendalam terhadap kondisi ini, dimana banyak dikatakan seputar produktivitas sebagai kebenaran retorik atau ideologi apabila dibandingkan dengan cerminan realitas. Manajemen galangan kapal masa depan akan menekankan efek budaya produktivitas tenaga kerja yang merujuk pada gabungan dimensi kualitatif dan kuantitatif sebagai upaya peningkatan daya saing perusahaan. IV. USULAN MODEL PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA A. Shipyard Productivity Model Berdasarkan kondisi di atas dan modifikasi Mekanika Operasi Bisnis (APO, 2004) dikembangkan suatu bentuk model produktivitas untuk galangan kapal yang dipengaruhi oleh 5 (lima) komponen input, 5 (lima) tahapan proses produksi dan 3 (tiga) komponen output seperti terlihat pada Gambar 2. Komponen input terdiri dari tenaga kerja, mesin hal: 4

produksi, material, metode produksi dan penggunaan teknologi, sedangkan komponen output terdiri dari kapal, dampak lingkungan, kerja ulang atau barang sisa hasil proses produksi. Tahapan proses produksi terdiri dari fabrication, sub assembly assembly, grand assembly dan erection.

Gambar 2. Shipyard Productivity Model

Pengukuran produktivitas tenaga kerja galangan kapal yang dilaksanakan secara parsial pada shipyard productivity model (SPM) dapat didefinisikan sebagai rasio kombinasi input jam orang normal dan jam orang kerja ulang dengan kombinasi output ton material normal dan ton material tambahan. Produktivitas tenaga kerja galangan kapal = dimana:

x 0 + x1 y 0 ± y1

(4)

x0 = input jam orang normal x1 = input jam orang kerja ulang y0 = output ton material atau konpensasi gross ton y1 = output ton material atau konpensasi gross ton kerja ulang

Sumberdaya input berupa tenaga kerja merupakan pusat penggerak dan pendorong bagi sumberdaya yang lain, seperti mesin produksi, material, metode produksi dan penggunaan teknologi sebagai upaya menghasilkan output berurutan berupa komponen pelat dan profil, panel seksi, blok, dan terakhir adalah sebuah kapal dengan bentuk disain, kualitas produk, biaya dan waktu pembangunan telah disepakati oleh pemilik kapal. Output lain yang dihasilkan dari tahapan proses produksi adalah dampak lingkungan dan terjadinya proses kerja ulang atau munculnya barang sisa. Output dampak lingkungan akan mempengaruhi terhadap situasi dan kondisi kenyamanan kerja, sedangkan output terjadinya proses kerja ulang akan memberikan dampak pada penambahan jam orang, penambahan material atau penambahan barang sisa. Alat-alat untuk peningkatan produktivitas secara kontinue dapat menggunakan beberapa metode, yaitu: ISO 9000, TQM, QC, 6Σ, TPM, MRP, JIT, 6S, 7W, EMS, dan ISO 4000. Metode-metode tersebut disesuaikan dengan kesiapan dan karakter operasioal suatu galangan kapal di Indonesia dalam memenuhi kepuasan pemilik kapal terhadap kualitas produk, biaya yang lebih kompetitif dan waktu yang relatif cepat. B. Screw Management Model Hasil pengukuran produktivitas tenaga kerja di atas sangat dipengaruhi oleh probabilitas aspek-aspek tenaga kerja yang diasumsikan sebagai pusat keseimbangan gerakan proses produksi kapal yang membutuhkan sarana material, mesin produksi, metode produksi dan penggunaan teknologi seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Screw Management Model hal: 5

Probabilitas aspek-aspek produktivitas tenaga kerja galangan kapal yang digambarkan dalam screw management model (SMM), meliputi: § Aspek pendidikan – makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Kemampuan membaca dan menulis dalam pemahaman sistem operasi dan prosedur merupakan elemen penting dalam kegiatan proses produksi. § Aspek usia – dalam usia produktif antara 18 ~ 45 tahun mempunyai kemampuan fisik dan memori otak untuk lebih produktif yang di dorong oleh semagat kerja keras dan bekerja secara cerdas. § Aspek masa kerja – makin lama masa kerja seseorang, makin tinggi pula tingkat pengalaman dan ketrampilan yang mungkin dapat dicapainya. Pengalaman dan ketrampilan dalam penguasaaan terhadap teknologi merupakan elemen penting dalam kegiatan proses produksi. § Aspek ergonomi – upaya menyesuaikan tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh berupa penyesuaian tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya, kelembaban udara, getaran dan kebisingan. § Aspek motivasi – Kebutuhan dasar meliputi: kecukupan fisiologis, keselamatan dan keamanan kerja. Kebutuhan pertumbuhan meliputi: keterlibatan dan hubungan sosial, harga diri dan aktualisasi diri. V. KESIMPULAN Shipyard productivity model (SPM) and screw management model (SMM) menjelaskan probabilitas keseimbangan aspek-aspek produktivitas tenaga kerja yang di pengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia produktif, masa kerja ergonomi dan motivasi. Aspek tingkat pendidikan meliputi: membaca, menulis, berhitung dan menggambar. Aspek usia produktif tenaga kerja meliputi: fisik tubuh, memory otak, kecepatan dan ketelitian. Aspek masa kerja meliputi: pengalaman, ketrampilan dan penguasaan teknologi. Aspek ergonomi meliputi: dimensi tubuh, suhu, cahaya, kelembaban udara, getaran dan kebisingan. Aspek motivasi meliputi: fisiologis, harga diri, aktualisasi diri, hubungan sosial, keselamatan dan keamanan kerja. Hasil penelitian ini akan dilanjutkan pada pengaruh letak geografis terhadap probabilitas keseimbangan aspek-aspek produktivitas tenaga kerja pada galangan kapal di Indonesia. VI. DAFTAR PUSTAKA APO, 2004, Achieving Higher Productivity Through Green Productivity, Asian Productivity Organization, Training Manual-Participants’Handbook. Depkes, 2004, Ergonomi, Pusat Kesehatan Kerja, Departemen Kesehatan RI. Djati, S.P., 1999, Pengaruh Variabel-variabel Motovasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan pada Industri Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 1, No.3:3. Gebhardt, L.P., & Jarvis R.G., 2003, Productivity Improvement at the SENESCO Shipyard, Journal of Ship Production, Vol. 19, No. 3, pp. 187 – 193. Hadisuwito, S., 1996. Manfaat Momentum Kenaikan Upah, Prisma, No.7. Indrawati & Liewelyn R.V., 1999. Pengujian Model Regresi untuk Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja: Kasus Industri Kecil di Jawa Tengah, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 1, No.3:1. Lamb, T., & Hellesoy, A., 2002, A Shipbuilding Productivity Predictor, Journal of Ship Production, Vol. 18, No. 2, pp.79 – 85. Masyuri, 1999, Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Aneka Industri: Perspektif Sosial, Jurnal Studi Indonesia, Vol. 9, No.1:5. Pilat D., 1996, Labour Productivity Levels in OECD Countries: Estimates for Manufacturing and Selected Service Sector, Organization for Economic Co-Operation and Development, Paris

hal: 6

Porter, M., 1998, Competitive Advantage Creating and Sustaining Superior Performance, SimonSays.com Soembodo, D.P., 2004, Daya Saing dan Produktivitas Indonesia dan Negara-Negara Asean, APINDO. Storch, R,, Clark, J. & Lamb, T., 1995, Requirement and Assessments for Global Shipbuilding Competitiveness, NSRP Sumanth, D. J., 1985, Productivity Engineering and Management, McGraw-Hill, Inc., USA. WEF, 2003, Global Competitiveness Report 2003 – 2004, World Economic Forum, Wie, T.K., 1995, Pengembangan Kemampuan Teknologi di Indonesia. Jakarta: PEP-LIPI.

hal: 7

Related Documents