This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share
it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA
report form. Report DMCA
Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul “Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis”. Segala pujian dan syukur saya panjatkan kepada-Nya. Kemudian saya hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Papa dan Mama yang telah membesarkan dan mendidik saya serta selalu berdoa kepada-Nya agar dapat memberikan pilihan yang terbaik bagi diri saya. 2. Bpk. Bobby A. A. Nazief, Ph.D., sebagai pembimbing tugas akhir saya yang terus-menerus membimbing dan memberikan arahan dalam tugas akhir ini. 3. Bapak Zainal A. Hasibuan, Ph.D., selaku pembimbing akademis yang terus-menerus membimbing saya selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Komputer UI. 4. Kakak-kakak dan adik-adik saya yang telah membantu dan berdoa atas kelancaran studi saya. 5. Semua dosen, staf, karyawan dan teman mahasiswa di Fakultas Ilmu Komputer UI atas segala bantuan, perhatian dan dukungannya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kampus kita tercinta.
Penulis, 1999
i
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string analysis. Struktur sintaks kalimat ini sangat diperlukan bagi pengembangan suatu sistem pemrosesan bahasa alami khususnya untuk pemrosesan bahasa Indonesia. Struktur sintaks yang dibangun pada penelitian ini mengacu pada aturanaturan sintaks yang terdapat di dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia.Untuk menguji kebenaran aturan-aturan sintaks yang telah dibuat, dibuat juga pengurai sintaks yang memuat aturan-aturan sintaks tersebut. Pembuatan pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia ini menggunakan alat bantu Lex-Yacc. Jenis-jenis kalimat masukan yang dapat diuraikan oleh pengurai adalah kalimat deklaratif berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat– kalimat ini banyak digunakan pada makalah-makalah ilmiah dan juga dapat digunakan pada sistem interaktif yang memakai pemrosesan bahasa alami dalam proses kerjanya. Hasil uji coba yang dilakukan terhadap kumpulan abstrak ilmiah bidang ilmu komputer cukup baik. Sebanyak 68,04% dari 194 kalimat input dapat diuraikan dengan benar oleh pengurai dan berhasil menolak 26,28% kalimat input yang salah; sedangkan 4,12% dari 194 kalimat masukan ini tidak berhasil diuraikan walaupun struktur kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku dan juga terdapat sebanyak 1,55% kalimat masukan yang berhasil diuraikan struktur kalimat hasil penguraiannya salah.
vi + 88 hlm.; 6 tbl.; 3 gbr.; 4 lmp. Referensi: 7 (1981-1997) ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR________________________________________________________i Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul “Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis”. Segala pujian dan syukur saya panjatkan kepada-Nya._______________________________________________________________i ABSTRAK________________________________________________________________ii DAFTAR ISI_____________________________________________________________iii DAFTAR GAMBAR________________________________________________________v DAFTAR TABEL__________________________________________________________vi BAB I____________________________________________________________________7 PENDAHULUAN__________________________________________________________7 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................7 1.2 TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................................9 1.3 PEMBATASAN MASALAH....................................................................................................10 1.4 METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................................11 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................................12
BAB II__________________________________________________________________14 STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA________________________________14 2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA.................................................................................14 2.1.1 Ciri-Ciri Subjek......................................................................................................................15 2.1.2 Ciri-Ciri Predikat....................................................................................................................17 2.1.3 Ciri-Ciri Objek.......................................................................................................................18 2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap................................................................................................................19 2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan..............................................................................................................20 2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA.................................................................23 2.2.1 Kalimat Dasar........................................................................................................................23 2.2.2 Pola Kalimat Dasar................................................................................................................23 2.2.3 Kalimat Aktif..........................................................................................................................25 2.2.4 Kalimat Pasif...........................................................................................................................26 2.2.5 Perluasan Unsur.....................................................................................................................28 2.3 KALIMAT MAJEMUK............................................................................................................29 2.3.1 Kalimat Majemuk Setara.......................................................................................................30 2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat.................................................................................................30
BAB III_________________________________________________________________32 ANALISA DAN PERANCANGAN___________________________________________32 3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA...................................................................................32 3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT...........................................................36 3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif......................................................................................................37 3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat.................................................................................................38 3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat...............................................................................................41 3.2.4 Aturan String Objek Kalimat..................................................................................................45 3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat.................................................................46 3.2.6 Aturan Sentence Adjunct........................................................................................................47 3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA.................................................................................49 3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA........................................................................................50 iii
Child 1__________________________________________________________________51 BAB IV_________________________________________________________________52 IMPELEMENTASI DAN UJI COBA_________________________________________52 4.1 IMPLEMENTASI .....................................................................................................................52 4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal........................................................................................52 4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata.........................................................................53 4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks..........................................................................................54 4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks.......................................................................55
Hasil penguraian struktur sintaks kalimat yang dilakukan dalam penelitian ini direpresentasikan sebagai suatu struktur yang berbentuk pohon biner (binary tree). Struktur data pada penelitian ini sama struktur data yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan yaitu terdiri dari satu jenis objek yang merepresentasikan sebuah simpul pada struktur pohon. Setiap simpul memiliki pointer ke anaknya yang berada di sebelah kiri dan yang berada paling kanan. Simpul ini juga memiliki pointer ke parentnya dan juga pointer ke simpul-simpul yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanannya untuk tingkat yang sama. ................................55 4.2 UJI COBA .................................................................................................................................57 4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama........................................................................................................57 4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua............................................................................................................60
BAB V__________________________________________________________________73 KESIMPULAN DAN SARAN_______________________________________________73 5.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................73 5.2 SARAN......................................................................................................................................76
REFERENSI_____________________________________________________________79 [Sugo97] Sugono, D., Berbahasa Indonesia dengan Benar; Penerbit Puspa Swara, Jakarta 1997_____________________________________________________________79 LAMPIRAN 1____________________________________________________________80 ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA___________________________________80
Kalimat Deklaratif.......................................................................................................80 String Objek Kalimat______________________________________________________82 String Pelengkap dan Keterangan Kalimat_____________________________________82 LAMPIRAN 2____________________________________________________________84 KELAS KATA____________________________________________________________84 LAMPIRAN 3____________________________________________________________85 KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL ____________________________________85 DIURAIKAN_____________________________________________________________85 LAMPIRAN 4____________________________________________________________92 KALIMAT-KALIMAT _____________________________________________________92 YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN_________________________________________92
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata. ......................................................................................................................................50 Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak....................51
v
DAFTAR TABEL
Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.............................34
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke generasi lain. Sedangkan dalam bentuk lisan, bahasa berperan dalam mengarahkan tingkah laku manusia sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain. Salah satu motivasi dalam penelitian bahasa alami adalah bahwa kemampuan pemrosesan bahasa alami akan mengubah cara penggunaan komputer [Alle94]. Karena kebanyakan pengetahuan manusia tersimpan dalam bentuk bahasa, komputer yang dapat mengerti bahasa alami dapat mengakses informasi ini. Selain itu, antar muka sistem komputer yang kompleks yang menggunakan bahasa alami dapat diakses oleh setiap orang. Sistem yang seperti ini akan lebih fleksibel dan intelligent dan sangat mungkin diterapkan pada teknologi komputer sekarang ini. Penelitian dalam bidang pemrosesan bahasa alami sudah banyak dilakukan. Namun kebanyakan penelitian tersebut dilakukan terhadap bahasa Inggris. Penelitian bahasa alami yang dilakukan terhadap bahasa Indonesia masih sedikit dilakukan. Tentunya penelitian ini selayaknya dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Salah satu komponen terpenting dalam pemrosesan bahasa alami adalah pengurai (parser) struktur kalimat. Pengurai sintaks kalimat ini memberi indikasi bagaimana
hubungan
antar
kata
dalam
satu
kalimat.
Struktur
ini
juga
mengidentifikasikan bagaimana kata-kata bersatu membentuk frase, kata-kata yang
mana yang melakukan modifikasi kata yang lain dan kata-kata yang mana yang merupakan kata-kata inti dalam satu kalimat. Dengan informasi ini, komputer dapat menginterpretasikan kalimat sehingga seolah-olah komputer dapat mengerti kalimat tersebut. Proses penguraian kalimat pada bahasa manusia mirip dengan proses penguraian tata bahasa pemrograman dalam dunia komputer. Perbedaan yang mendasar pada keduanya adalah tata bahasa dalam dunia komputer merupakan tata bahasa yang bebas konteks (context free grammar), sedangkan tata bahasa pada bahasa Indonesia merupakan tata bahasa alami yang peka terhadap konteks (context sensitive). Pendefinisian tata bahasa yang peka terhadap konteks untuk diproses oleh komputer merupakan hal yang sangat kompleks. Oleh karena itu, salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah analisa konteks terhadap suatu kalimat dalam bahasa alami dipisahkan dengan analisa sintaks [Alle94]. Walaupun analisa semantik dipisahkan dari analisa sintaks, penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami tetap tidak sederhana. Oleh karena itu, setelah dilakukan penguraian struktur
kalimat
dalam bahasa alami, pengurai perlu melakukan validasi terhadap struktur hasil penguraian tersebut. Penelitian dan pembuatan pengurai sintaks kalimat untuk bahasa Indonesia sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Namun penelitian ini hanya terbatas pada kalimat-kalimat tunggal sederhana karena fokus penelitiannya
lebih mengarah
kepada pengujian penggunaan suatu metode penguraian kalimat yaitu metode linguistic string analysis terhadap kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian yang cukup mendalam dengan memfokuskan penelitian pada pembuatan aturan sintaks kalimat bahasa Indonesia sesuai dengan aturan tata bahasa baku. Setelah itu, penulis mencoba membuat suatu pengurai sintaks
kalimat untuk bahasa Indonesia untuk menguji aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat sebelumnya. Beberapa masalah dalam penguraian bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ♦ Representasi kalimat. Masalah ini bertumpu pada
formalisasi yang akan digunakan untuk
menspesifikasikan kalimat-kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia. Harus ada suatu mekanisme bagaimana suatu kalimat direpresentasikan, sehingga komputer mendapatkan informasi untuk menginterpretasikan kalimat tersebut. ♦ Pendefinisian aturan sintaks. Untuk mendapatkan struktur penguraian suatu kalimat, pengurai memerlukan informasi aturan-aturan sintaks kalimat dalam bahasa Indonesia. Aturan-aturan sintaks ini didefinisikan dalam suatu format tertentu yang mudah dimengerti oleh manusia. Agar dapat dipakai oleh komputer untuk melakukan penguraian kalimat-kalimat bahasa Indonesia, diperlukan alat bantu yang dapat menerjemahkan aturan-aturan sintaks tersebut ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti olehnya. ♦ Kamus kata. Kamus kata ini diperlukan untuk informasi kelas kata dari kata yang akan diuraikan.
1.2 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string
analysis. Sebagai sampel penelitian, digunakan kalimat-kalimat yang terdapat pada abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan di Fakutas ilmu komputer UI.
1.3 PEMBATASAN MASALAH Struktur sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dibuat dalam penelitian ini adalah struktur sintaks kalimat yang sesuai dengan aturan sintaks tata bahasa baku bahasa Indonesia. Struktur ini mengindikasikan bagaimana kata-kata dalam suatu kalimat bahasa Indonesia saling berkaitan. Struktur ini juga mengindikasikan bagaimana kata-kata tersebut membentuk suatu frase, bagaimana suatu kata melakukan modifikasi terhadap kata-kata yang lain dan juga merepresentasikan katakata apa yang menjadi inti dari suatu kalimat. Representasi sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dilakukan pengurai ini berdasarkan tata bahasa yang bebas konteks. Dengan kata lain, representasi struktur kata suatu kalimat tidak tergantung pada makna atau konteks kata lain penyusun kalimat tersebut. Oleh karena itu, penguraian kalimat berdasarkan aturan sintaks bahasa Indonesia ini juga memberi arti bahwa tugas akhir ini tidak melakukan penguraian kalimat secara semantik. Kalimat-kalimat yang dapat diuraikan berdasarkan bentuk sintaksisnya terbatas pada kalimat deklaratif (kalimat berita). Berdasarkan kelengkapannya, kalimat yang diuraikan terbatas pada kalimat lengkap tunggal dan kalimat tunggal yang mengalami perluasan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang mengalami peniadaan unsur-unsurnya tidak diuraikan. Kalimat yang dapat diuraikan adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa tulisan sebab kalimat yang sering mengalami peniadaan unsur adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa lisan.
Hasil keluaran dari pengurai ini adalah struktur pohon pengurai (parse tree) dari struktur kalimat jika kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jika kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku, maka struktur pohon tidak akan terbentuk. Pengecekan validasi atau analisa kesalahan struktur pohon urai secara lebih detil tidak dilakukan dalam tugas akhir ini. Analisa kesalahan kalimat masukan yang tidak dapat dibuat struktur pohon urainya juga tidak dilakukan.
1.4 METODOLOGI PENELITIAN Strategi penguraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penguraian yang bebas konteks (context free). Hal ini dilakukan karena strategi ini sesuai dengan komputasi komputer dan sudah sangat dikenal dalam bidang ilmu komputer untuk menguraikan kalimat berdasarkan sintaks kalimat tersebut [Sage81]. Pada penelitian ini, juga dipelajari metoda penguraian linguistic string analysis
yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan di dalam penelitiannya.
Linguistic string adalah urutan simbol-simbol yang merepresentasikan kelas-kelas kata dalam suatu kalimat [Sage81]. Tiap-tiap kalimat memiliki inti kalimat dengan urutan simbol-simbol yang sangat sederhana yang dinamakan elementary center string. Kalimat-kalimat kompleks dapat dibentuk dari kalimat inti dengan cara menambahkan kata-kata tertentu yang dikenal dengan nama adjunct string pada beberapa bagian tertentu dalam kalimat inti tersebut. Setelah itu, penulis melakukan penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia yang baku. Penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia ini meliputi kalimat-kalimat dasar yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kemudian penulis juga mempelajari perluasan dari kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu kalimat yang beberapa unsur kalimatnya diperluas dengan menggunakan pola-pola tertentu.
Setelah mempelajari sintaks bahasa Indonesia, penulis mencoba membuat aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana dengan menggunakan definisi BNF. Aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana itu kemudian sedikit demi sedikit dimodifikasi agar dapat menguraikan kalimat yang lebih kompleks. Modifikasi dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan linguistic string analysis, dengan mengacu pada pola kalimat bahasa Indonesia yang sudah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan struktur kalimat tersebut, dibuat suatu pengurai kalimat bahasa Indonesia. Proses uji coba kemudian dilakukan terhadap pengurai kalimat untuk mengecek kebenaran aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat dan juga untuk melakukan analisa struktur kalimat bahasa Indonesia yang juga merupakan tujuan penelitian ini. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Bab pertama memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan dan metode penelitian. Bab 2 membahas struktur kalimat bahasa Indonesia. Struktur kalimat ini akan digunakan dalam pembuatan aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia. Bab 3 membahas tentang analisa dan perancangan pengurai yang dibuat dalam penelitian ini. Bab ini dimulai dengan penentuan kelas-kelas kata yang digunakan, kemudian perancangan pengurai sintaks, dan perancangan struktur data yang digunakan. Bab 4 membahas implementasi dan uji coba terhadap pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia. Implementasi dibuat berdasarkan analisa dan perancangan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sub bab uji coba membahas hasil uji coba yang dilakukan terhadap pengurai dengan input kalimat-kalimat yang terdapat pada bukubuku tentang tata bahasa baku bahasa Indonesia dan juga kalimat-kalimat yang
terdapat pada abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Pada bab ini juga dijelaskan analisa terhadap hasil uji coba yang dilakukan pada sampel kalimat bahasa Indonesia yaitu abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Bab terakhir membahas tentang kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturanaturan wacana.
2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurangkurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina. Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih— tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
15
yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut. a)
Anak kecil itu // pandai sekali. Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam
unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsurunsurnya. 2.1.1 Ciri-Ciri Subjek Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
16
♦ Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. ♦ Disertai Kata Itu Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. ♦ Didahului Kata Bahwa Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah. ♦ Mempunyai Keterangan Pewatas Yang Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas. ♦ Tidak Didahului Preposisi Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
17
♦ Berupa Nomina atau Frasa Nominal Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu. 2.1.2 Ciri-Ciri Predikat Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci. ♦ Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia. ♦ Kata Adalah atau Ialah Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas. ♦ Dapat Diingkarkan Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
18
♦ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau. ♦ Unsur Pengisi Predikat Predikat suatu kalimat dapat berupa: 1.
Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2.
Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa
nominal, frasa numeralia (bilangan). 2.1.3 Ciri-Ciri Objek Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut. ♦ Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. ♦ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
19
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya. ♦ Tidak Didahului Preposisi Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. ♦ Didahului Kata Bahwa Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif. 2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini : 1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat. 2. Menempati posisi di belakang predikat. 3. Tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap. ♦ Di Belakang Predikat Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. a)
Diah mengirimi saya buku baru.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
b)
20
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
♦ Tidak Didahului Preposisi Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini. 2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan. ♦ Bukan Unsur Utama Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. ♦ Tidak Terikat Posisi Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
21
♦ Jenis Keterangan Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat. 1.
Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. 2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. 3.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam. 4.
Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
5.
22
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk. 6.
Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang. Perhatikan contoh berikut. ♦ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan. 7.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut. ♦ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa. Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto. 8.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
23
♦ Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa. Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta perubahannya. 2.2.1 Kalimat Dasar Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas. Dengan peniadaan unsur keterangan—baik keterangan kalimat maupun keterangan subjek, predikat, ataupun objek—akan ditemukan kalimat dasar yang merupakan struktur yang paling pokok [Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap tetap harus ada dalam struktur dasar. 2.2.2 Pola Kalimat Dasar Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
24
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe [Sugo97]. 1. Kalimat dasar berpola SPOK Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. 2. Kalimat dasar berpola SPOPel Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. 3. Kalimat dasar berpola SPO Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. 4. Kalimat dasar berpola SPPel Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. 5. Kalimat dasar berpola SPK Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
25
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut. ♦
Saya berasal dari Palembang.
6. Kalimat dasar berpola SP (P: Verba) Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib. 7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina) Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi). 8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva) Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6. 2.2.3 Kalimat Aktif Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut intransitif.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
26
Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi. 2.2.4 Kalimat Pasif Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. Pengusaha itu meminjami ayah uang. Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif : Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
27
yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini. Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor. Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa awalan di- : Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor. Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek. Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. Kaki saya terinjak orang. Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut. Mereka kena tipu orang . Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut. Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
28
2.2.5 Perluasan Unsur Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap. Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan, pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat. Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa bentuk dialog (lisan). ♦ Perluasan Nomina Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor. Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut. a) Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa b) Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi c) Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis. Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan. Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya adalah sebagai berikut.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
29
a) Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun. b) Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.
♦ Perluasan Verba Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan aspek atau modalitas. Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih, belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat pada kalimat-kalimat berikut: a) Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu. b) Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia. Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin, hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini. a) Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar. b) Saya harus benar-benar belajar.
2.3 KALIMAT MAJEMUK Demi keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan hubungan antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
30
2.3.1 Kalimat Majemuk Setara Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar. Saya datang, dia pergi. Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara. 2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk setara. Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga. Saya masuk, mereka diam. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika. Saya masuk ketika mereka diam. Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat, kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
31
dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti. Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat kemarin. Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh kalimat berikut. Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan. Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA Ketika menguraikan struktur sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan definisi aturan-aturan kalimat berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur sintaks bahasa Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur sintaks, sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol terminal atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal akan mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan string input yang sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh kategori [Alwi98]. Kelas-kelas kata tersebut adalah sebagai berikut: 1. Verba (kata kerja) 2. Adjektiva (kata sifat) 3. Adverbia (kata keterangan) 4. Nomina (kata benda) 5. Pronomina 6. Numeralia 7. Kata Tugas Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok:
1)
Preposisi
2)
Konjungtor
3)
Interjeksi
4)
Artikula
5)
Partikel
Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas kata tersebut dan juga mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan metode Linguistic String Analysis dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1. Pada tabel III-1 terlihat bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian mengalami penambahan jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona, nomina penggolong yang terbagi menjadi dua bagian, auxiliary, aspek, kelas kata bukan yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi menjadi empat macam, dan juga kelas kata adverbia yang dipecah menjadi dua bagian. Kelas kata modal (M), aspek (ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN) digunakan dalam penelitian karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk frasa verbal [Sugo97]. Dua kelas kata terakhir yaitu aspek dan auxiliary tidak digunakan dalam penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata yang termasuk ke dalam kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam penelitian ini kata-kata
modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.
Simbol ADJ ADV ADVB ART CC
Kelas Kata Adjektiva Adverbia Adverbia Artikula Konjungtor Koordinatif CS Konjungtor Subordinatif M Modal PRO Pronomina N Nomina NPERS Nomina Persona NP Nomina Penggolong NPS Nomina Penggolong NUM Numeralia P Preposisi PAR Partikel TRANS Verba Transitif INTRANS Verba Intransitif PASIF Verba Pasif PASIF2 Verba Pasif NAMA Nomina BUKAN Adverbia AUX Auxiliary ASP Aspek
Keterangan
Contoh Kata sifat Cantik Kata keterangan di depan kata lain Sangat Kata keterangan di belakang kata lain Sekali Si, sang Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu klausa pada kalimat majemuk setara. Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika, bertingkat walaupun Kira, rasa Saya, itu Kata benda Buku Kata benda persona Bos Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir numeralia Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah, numeralia seekor Kata bilangan Seribu Kata depan Di, ke, dari Kah, pun Kata kerja transitif Mencoba Kata kerja intransitif Pergi, lari Kata kerja pasif Dicoba Kata kerja pasif Rasakan Nama seseorang Shelly Kata Ingkar untuk predikat nominal Bukan Boleh Telah
Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.
Kelas kata adverbia dibagi menjadi dua berdasarkan posisi kata yang diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB adalah kelas kata adverbia yang posisinya dibelakang kata yang diterangkan. Pemisahan ini dilakukan karena terjadi
konflik pada saat pendefinisian aturan-aturan sintaks dan juga karena masing-masing kategori adverbia ini memiliki ciri pemakaian tertentu. Kelas kata verba yang juga dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan pasif2. Hal ini disebabkan masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks tersendiri ketika pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya dipakai pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina persona yang bertindak sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya. Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas kata nomina yang lain sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan sintaks. Misalkan kesulitan yang terjadi pada kalimat berikut. Ibu // membelikan // adik // baju baru. ( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap) Konflik terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang akan dihasilkan adalah “( Subjek // Predikat // Objek)”
karena baju baru dianggap
perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas kata tersendiri dalam penelitian ini. Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata nomina yang mengikuti kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari kata-kata numeralia
tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat antara numeralia dan nomina lain termasuk ke dalam kelas kata nomina penggolong. Namun, jika nomina penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan suatu nomina dengan jumlah tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial (NPS). Contoh NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti nomina penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara implisit oleh dirinya sendiri. Jadi sebuah buku itu sudah menggambarkan satu buah buku ,seekor cecak menggambarkan satu ekor cecak dan seterusnya. Kelas kata lain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Jadi jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 jenis .
3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT Proses penguraian struktur kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses analisa leksikal dan proses analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh penganalisa leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa sintaks dilakukan oleh alat bantu YACC. Dalam penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap kata dalam kalimat, kemudian menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa leksikal ini digunakan oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbolsimbol kelas kata tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan oleh penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal
berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal ini sudah didefinisikan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya. Rancangan aturan-aturan sintaks menggunakan bentuk backus naur form (BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang memiliki sifat context free [Sage81]. String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas string yang merefleksikan kategori dari string analysis [Sage81]. Oleh karena itu, string inti (center string), adjunct string, atau adjunct set hasil analisa linguistic string terhadap bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic string dalam bahasa Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata misalnya frasa nominal, kelaskelas kata misalnya kata benda, nama unsur gramatikal misalnya subjek atau objek. Berikut ini contoh penulisan dengan menggunakan BNF. <SENTENCE>
::= <SUBJECT><*VERB>.
<SUBJECT>
::= <*N>|<*PRO>.
Definisi di atas adalah aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya. Penulisan aturan sintaks terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku (<X>) diikuti oleh simbol “::=” yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi, dan diakhiri titik. Tanda “*” menandakan simbol tersebut merupakan suatu token terminal , sedangkan tanda “|” menandakan pilihan aturan sintaks. 3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif <SENTENCE>
::=
<*ENDMARK>.
::= .
::= <SAF><SUBJECT>.
Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari rangkaian tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena kalimat yang didefinisikan dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen utama kalimat adalah subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan
ASSERTION di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan pelengkap akan ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata lain, elemen-elemen ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang dipakai dalam kalimat. Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang dapat muncul di awal kalimat, di antara subjek dan predikat ataupun di akhir kalimat. Hal ini dapat dilihat dari adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION. Contoh kalimat ini adalah Ketika saya masuk, mereka diam. Karena urutan keterangan dapat berpindah-pindah, kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka diam, ketika saya masuk ataupun Mereka , ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh terakhir ini memang jarang digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa Indonesia baku. Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct. Definisi ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen kalimat lainnya karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari string lainnya seperti definisi elemen keterangan pada contoh kalimat di atas. 3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat <SUBJECT>
::= |<*BAHWA>.
::= NULL|<*PAR>.
Definisi SUBJECT di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat menempati posisi subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek dapat berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh partikel seperti ibu pun dalam kalimat Ibu pun memberi hadiah atau berupa kata bahwa yang diikuti oleh ASSERTION seperti string Bahwa dia tidak bersalah pada kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan. Berikut ini definisi dari string nomina NOUN_PHRS.
::= .
::= NULL|<*COMMA>|<*CC> .
::= <*ART>||.
::= |.
::= |.
::= <*ADJ>|<*ADJ>.
::= <*PRO>.
Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa subjek bisa berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini dapat dihubungkan dengan “,” (koma) atau kata ”dan” atau “atau” yang memiliki kelas kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu dan saya pada kalimat ibu dan saya pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal. Elemen subjek pada kalimat dapat berupa frase nominal yang dilambangkan dengan LNR atau frase adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk ini sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR ini merupakan definisi dari LNRORLADJR. Simbol LN di atas adalah left adjunct dari nomina. Adjunction ini adalah string yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa nominal. Adjunction dapat berupa numeral NUMS yang diiringi dengan right adjunct RNUM dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM berupa nomina penggolong seperti kata buah pada frase nomina satu buah buku. Simbol NUMS yang dipakai pada LN dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti kata sebuah pada frasa sebuah buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan
pronomina. Simbol ini berupa pilihan antara pronomina atau tidak sama sekali. Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya. Sebaliknya RPRO akan bernilai NULL seperti kata mereka pada kalimat mereka teman saya. Berikut ini definisi dari LN dan RPRO.
::= .
::= <*NUM>|<*NPS>.
::= <*NUM>.
::= NULL|<*NP>.
::= NULL|<*PRO>.
Bentuk dari NOUNS_RN sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku itu baru. Oleh karena itu right adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang didahului oleh kata yang seperti string buku yang baru saya beli itu pada kalimat Buku yang baru saya beli itu dipakai oleh kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.
::= |.
::= <*PRO>.
::= <*PRO>|.
::= <*N>||<*NAMA>.
::= NULL|<*ADJ>.
Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa muncul setelah nomina. Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya tulis ilmiah remaja. Definisi dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini akan dijelaskan pada sub bagian sentence adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa ataupun nomina persona seperti ibu atau bos saya dan juga dapat berupa nama seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata benda sejenis
sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh simbol NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA. 3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat ::= | <*DEFINISI>| <TIPE7>. ::= . ::= .
::= NULL|<*P>.
::= .
::= <*AUX>|<*ASP>| <MORNOT>.
Predikat kalimat dapat berupa frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan adjunction di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa auxiliary yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh adjunction adverbia. Predikat juga dapat berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap . Simbol CHOICE pada definisi di atas memperlihatkan adjunction tersebut. Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan pilihan bahwa adverbia dapat muncul ataupun tidak pada posisi tersebut. Demikian pula simbol MORNOT memberikan pilihan kemunculan unsur modal. Oleh karena itu, jika kedua simbol tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan ada di dalam kalimat. Setelah CHOICE, pilihan PRECHOICE juga dapat muncul pada kalimat. Pilihan PRECHOICE ini merupakan keterangan adjektival seperti frasa dengan hati-
hati pada kalimat Dia harus dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul dalam kalimat karena merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL terdapat pada definisi PRECHOICE. Selain 2 jenis PREDICATE0 yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini juga dapat berupa predikat nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7. Predikat ini dapat didahului oleh adjunction berupa kata pengingkaran bukan dan juga oleh sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat diikuti oleh elemen keterangan . Berikut ini definisi predikat kalimat pola dasar tipe 7. <TIPE7>
::= .
Karena kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat berupa ADVB yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.
::= |.
::= | <TIPE8>.
::= <TIPE123>|<TIPE456>.
::= .
Predikat
kalimat
didefinisikan
oleh
ACTIVE_PREDICATE
PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE
atau
ini dapat terdiri dari
VERBA yaitu verba transitif dan intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh kalimat dasar tipe 8. Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya di akhir kalimat. Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan dengan PELENGKAPINTORNOT. Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika ada. Oleh karena itu, pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi
kalimat dasar tipe 8. VERBA sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6 yang definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456. Predikat
Pasif
terdiri
dari
tiga
tipe
yang
didefinisikan
dengan
PASIF_TIPE123. Predikat pasif dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur keterangan. Kedua elemen terakhir ini merupakan optional untuk predikat pasif. Jenis-jenis dari predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi aturan-aturan sintaks berikut. <TIPE123>