Shelly

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Shelly as PDF for free.

More details

  • Words: 18,502
  • Pages: 96
KATA PENGANTAR

Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul “Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis”. Segala pujian dan syukur saya panjatkan kepada-Nya. Kemudian saya hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Papa dan Mama yang telah membesarkan dan mendidik saya serta selalu berdoa kepada-Nya agar dapat memberikan pilihan yang terbaik bagi diri saya. 2. Bpk. Bobby A. A. Nazief, Ph.D., sebagai pembimbing tugas akhir saya yang terus-menerus membimbing dan memberikan arahan dalam tugas akhir ini. 3. Bapak Zainal A. Hasibuan, Ph.D., selaku pembimbing akademis yang terus-menerus membimbing saya selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Komputer UI. 4. Kakak-kakak dan adik-adik saya yang telah membantu dan berdoa atas kelancaran studi saya. 5. Semua dosen, staf, karyawan dan teman mahasiswa di Fakultas Ilmu Komputer UI atas segala bantuan, perhatian dan dukungannya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kampus kita tercinta.

Penulis, 1999

i

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string analysis. Struktur sintaks kalimat ini sangat diperlukan bagi pengembangan suatu sistem pemrosesan bahasa alami khususnya untuk pemrosesan bahasa Indonesia. Struktur sintaks yang dibangun pada penelitian ini mengacu pada aturanaturan sintaks yang terdapat di dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia.Untuk menguji kebenaran aturan-aturan sintaks yang telah dibuat, dibuat juga pengurai sintaks yang memuat aturan-aturan sintaks tersebut. Pembuatan pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia ini menggunakan alat bantu Lex-Yacc. Jenis-jenis kalimat masukan yang dapat diuraikan oleh pengurai adalah kalimat deklaratif berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat– kalimat ini banyak digunakan pada makalah-makalah ilmiah dan juga dapat digunakan pada sistem interaktif yang memakai pemrosesan bahasa alami dalam proses kerjanya. Hasil uji coba yang dilakukan terhadap kumpulan abstrak ilmiah bidang ilmu komputer cukup baik. Sebanyak 68,04% dari 194 kalimat input dapat diuraikan dengan benar oleh pengurai dan berhasil menolak 26,28% kalimat input yang salah; sedangkan 4,12% dari 194 kalimat masukan ini tidak berhasil diuraikan walaupun struktur kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku dan juga terdapat sebanyak 1,55% kalimat masukan yang berhasil diuraikan struktur kalimat hasil penguraiannya salah.

vi + 88 hlm.; 6 tbl.; 3 gbr.; 4 lmp. Referensi: 7 (1981-1997) ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR________________________________________________________i Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul “Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis”. Segala pujian dan syukur saya panjatkan kepada-Nya._______________________________________________________________i ABSTRAK________________________________________________________________ii DAFTAR ISI_____________________________________________________________iii DAFTAR GAMBAR________________________________________________________v DAFTAR TABEL__________________________________________________________vi BAB I____________________________________________________________________7 PENDAHULUAN__________________________________________________________7 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................7 1.2 TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................................9 1.3 PEMBATASAN MASALAH....................................................................................................10 1.4 METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................................11 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................................12

BAB II__________________________________________________________________14 STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA________________________________14 2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA.................................................................................14 2.1.1 Ciri-Ciri Subjek......................................................................................................................15 2.1.2 Ciri-Ciri Predikat....................................................................................................................17 2.1.3 Ciri-Ciri Objek.......................................................................................................................18 2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap................................................................................................................19 2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan..............................................................................................................20 2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA.................................................................23 2.2.1 Kalimat Dasar........................................................................................................................23 2.2.2 Pola Kalimat Dasar................................................................................................................23 2.2.3 Kalimat Aktif..........................................................................................................................25 2.2.4 Kalimat Pasif...........................................................................................................................26 2.2.5 Perluasan Unsur.....................................................................................................................28 2.3 KALIMAT MAJEMUK............................................................................................................29 2.3.1 Kalimat Majemuk Setara.......................................................................................................30 2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat.................................................................................................30

BAB III_________________________________________________________________32 ANALISA DAN PERANCANGAN___________________________________________32 3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA...................................................................................32 3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT...........................................................36 3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif......................................................................................................37 3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat.................................................................................................38 3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat...............................................................................................41 3.2.4 Aturan String Objek Kalimat..................................................................................................45 3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat.................................................................46 3.2.6 Aturan Sentence Adjunct........................................................................................................47 3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA.................................................................................49 3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA........................................................................................50 iii

Child 1__________________________________________________________________51 BAB IV_________________________________________________________________52 IMPELEMENTASI DAN UJI COBA_________________________________________52 4.1 IMPLEMENTASI .....................................................................................................................52 4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal........................................................................................52 4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata.........................................................................53 4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks..........................................................................................54 4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks.......................................................................55

Hasil penguraian struktur sintaks kalimat yang dilakukan dalam penelitian ini direpresentasikan sebagai suatu struktur yang berbentuk pohon biner (binary tree). Struktur data pada penelitian ini sama struktur data yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan yaitu terdiri dari satu jenis objek yang merepresentasikan sebuah simpul pada struktur pohon. Setiap simpul memiliki pointer ke anaknya yang berada di sebelah kiri dan yang berada paling kanan. Simpul ini juga memiliki pointer ke parentnya dan juga pointer ke simpul-simpul yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanannya untuk tingkat yang sama. ................................55 4.2 UJI COBA .................................................................................................................................57 4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama........................................................................................................57 4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua............................................................................................................60

BAB V__________________________________________________________________73 KESIMPULAN DAN SARAN_______________________________________________73 5.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................73 5.2 SARAN......................................................................................................................................76

REFERENSI_____________________________________________________________79 [Sugo97] Sugono, D., Berbahasa Indonesia dengan Benar; Penerbit Puspa Swara, Jakarta 1997_____________________________________________________________79 LAMPIRAN 1____________________________________________________________80 ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA___________________________________80

Kalimat Deklaratif.......................................................................................................80 String Objek Kalimat______________________________________________________82 String Pelengkap dan Keterangan Kalimat_____________________________________82 LAMPIRAN 2____________________________________________________________84 KELAS KATA____________________________________________________________84 LAMPIRAN 3____________________________________________________________85 KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL ____________________________________85 DIURAIKAN_____________________________________________________________85 LAMPIRAN 4____________________________________________________________92 KALIMAT-KALIMAT _____________________________________________________92 YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN_________________________________________92

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata. ......................................................................................................................................50 Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak....................51

v

DAFTAR TABEL

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.............................34

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke generasi lain. Sedangkan dalam bentuk lisan, bahasa berperan dalam mengarahkan tingkah laku manusia sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain. Salah satu motivasi dalam penelitian bahasa alami adalah bahwa kemampuan pemrosesan bahasa alami akan mengubah cara penggunaan komputer [Alle94]. Karena kebanyakan pengetahuan manusia tersimpan dalam bentuk bahasa, komputer yang dapat mengerti bahasa alami dapat mengakses informasi ini. Selain itu, antar muka sistem komputer yang kompleks yang menggunakan bahasa alami dapat diakses oleh setiap orang. Sistem yang seperti ini akan lebih fleksibel dan intelligent dan sangat mungkin diterapkan pada teknologi komputer sekarang ini. Penelitian dalam bidang pemrosesan bahasa alami sudah banyak dilakukan. Namun kebanyakan penelitian tersebut dilakukan terhadap bahasa Inggris. Penelitian bahasa alami yang dilakukan terhadap bahasa Indonesia masih sedikit dilakukan. Tentunya penelitian ini selayaknya dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Salah satu komponen terpenting dalam pemrosesan bahasa alami adalah pengurai (parser) struktur kalimat. Pengurai sintaks kalimat ini memberi indikasi bagaimana

hubungan

antar

kata

dalam

satu

kalimat.

Struktur

ini

juga

mengidentifikasikan bagaimana kata-kata bersatu membentuk frase, kata-kata yang

mana yang melakukan modifikasi kata yang lain dan kata-kata yang mana yang merupakan kata-kata inti dalam satu kalimat. Dengan informasi ini, komputer dapat menginterpretasikan kalimat sehingga seolah-olah komputer dapat mengerti kalimat tersebut. Proses penguraian kalimat pada bahasa manusia mirip dengan proses penguraian tata bahasa pemrograman dalam dunia komputer. Perbedaan yang mendasar pada keduanya adalah tata bahasa dalam dunia komputer merupakan tata bahasa yang bebas konteks (context free grammar), sedangkan tata bahasa pada bahasa Indonesia merupakan tata bahasa alami yang peka terhadap konteks (context sensitive). Pendefinisian tata bahasa yang peka terhadap konteks untuk diproses oleh komputer merupakan hal yang sangat kompleks. Oleh karena itu, salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah analisa konteks terhadap suatu kalimat dalam bahasa alami dipisahkan dengan analisa sintaks [Alle94]. Walaupun analisa semantik dipisahkan dari analisa sintaks, penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami tetap tidak sederhana. Oleh karena itu, setelah dilakukan penguraian struktur

kalimat

dalam bahasa alami, pengurai perlu melakukan validasi terhadap struktur hasil penguraian tersebut. Penelitian dan pembuatan pengurai sintaks kalimat untuk bahasa Indonesia sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Namun penelitian ini hanya terbatas pada kalimat-kalimat tunggal sederhana karena fokus penelitiannya

lebih mengarah

kepada pengujian penggunaan suatu metode penguraian kalimat yaitu metode linguistic string analysis terhadap kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian yang cukup mendalam dengan memfokuskan penelitian pada pembuatan aturan sintaks kalimat bahasa Indonesia sesuai dengan aturan tata bahasa baku. Setelah itu, penulis mencoba membuat suatu pengurai sintaks

kalimat untuk bahasa Indonesia untuk menguji aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat sebelumnya. Beberapa masalah dalam penguraian bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ♦ Representasi kalimat. Masalah ini bertumpu pada

formalisasi yang akan digunakan untuk

menspesifikasikan kalimat-kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia. Harus ada suatu mekanisme bagaimana suatu kalimat direpresentasikan, sehingga komputer mendapatkan informasi untuk menginterpretasikan kalimat tersebut. ♦ Pendefinisian aturan sintaks. Untuk mendapatkan struktur penguraian suatu kalimat, pengurai memerlukan informasi aturan-aturan sintaks kalimat dalam bahasa Indonesia. Aturan-aturan sintaks ini didefinisikan dalam suatu format tertentu yang mudah dimengerti oleh manusia. Agar dapat dipakai oleh komputer untuk melakukan penguraian kalimat-kalimat bahasa Indonesia, diperlukan alat bantu yang dapat menerjemahkan aturan-aturan sintaks tersebut ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti olehnya. ♦ Kamus kata. Kamus kata ini diperlukan untuk informasi kelas kata dari kata yang akan diuraikan.

1.2 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string

analysis. Sebagai sampel penelitian, digunakan kalimat-kalimat yang terdapat pada abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan di Fakutas ilmu komputer UI.

1.3 PEMBATASAN MASALAH Struktur sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dibuat dalam penelitian ini adalah struktur sintaks kalimat yang sesuai dengan aturan sintaks tata bahasa baku bahasa Indonesia. Struktur ini mengindikasikan bagaimana kata-kata dalam suatu kalimat bahasa Indonesia saling berkaitan. Struktur ini juga mengindikasikan bagaimana kata-kata tersebut membentuk suatu frase, bagaimana suatu kata melakukan modifikasi terhadap kata-kata yang lain dan juga merepresentasikan katakata apa yang menjadi inti dari suatu kalimat. Representasi sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dilakukan pengurai ini berdasarkan tata bahasa yang bebas konteks. Dengan kata lain, representasi struktur kata suatu kalimat tidak tergantung pada makna atau konteks kata lain penyusun kalimat tersebut. Oleh karena itu, penguraian kalimat berdasarkan aturan sintaks bahasa Indonesia ini juga memberi arti bahwa tugas akhir ini tidak melakukan penguraian kalimat secara semantik. Kalimat-kalimat yang dapat diuraikan berdasarkan bentuk sintaksisnya terbatas pada kalimat deklaratif (kalimat berita). Berdasarkan kelengkapannya, kalimat yang diuraikan terbatas pada kalimat lengkap tunggal dan kalimat tunggal yang mengalami perluasan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang mengalami peniadaan unsur-unsurnya tidak diuraikan. Kalimat yang dapat diuraikan adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa tulisan sebab kalimat yang sering mengalami peniadaan unsur adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa lisan.

Hasil keluaran dari pengurai ini adalah struktur pohon pengurai (parse tree) dari struktur kalimat jika kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jika kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku, maka struktur pohon tidak akan terbentuk. Pengecekan validasi atau analisa kesalahan struktur pohon urai secara lebih detil tidak dilakukan dalam tugas akhir ini. Analisa kesalahan kalimat masukan yang tidak dapat dibuat struktur pohon urainya juga tidak dilakukan.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN Strategi penguraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penguraian yang bebas konteks (context free). Hal ini dilakukan karena strategi ini sesuai dengan komputasi komputer dan sudah sangat dikenal dalam bidang ilmu komputer untuk menguraikan kalimat berdasarkan sintaks kalimat tersebut [Sage81]. Pada penelitian ini, juga dipelajari metoda penguraian linguistic string analysis

yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan di dalam penelitiannya.

Linguistic string adalah urutan simbol-simbol yang merepresentasikan kelas-kelas kata dalam suatu kalimat [Sage81]. Tiap-tiap kalimat memiliki inti kalimat dengan urutan simbol-simbol yang sangat sederhana yang dinamakan elementary center string. Kalimat-kalimat kompleks dapat dibentuk dari kalimat inti dengan cara menambahkan kata-kata tertentu yang dikenal dengan nama adjunct string pada beberapa bagian tertentu dalam kalimat inti tersebut. Setelah itu, penulis melakukan penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia yang baku. Penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia ini meliputi kalimat-kalimat dasar yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kemudian penulis juga mempelajari perluasan dari kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu kalimat yang beberapa unsur kalimatnya diperluas dengan menggunakan pola-pola tertentu.

Setelah mempelajari sintaks bahasa Indonesia, penulis mencoba membuat aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana dengan menggunakan definisi BNF. Aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana itu kemudian sedikit demi sedikit dimodifikasi agar dapat menguraikan kalimat yang lebih kompleks. Modifikasi dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan linguistic string analysis, dengan mengacu pada pola kalimat bahasa Indonesia yang sudah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan struktur kalimat tersebut, dibuat suatu pengurai kalimat bahasa Indonesia. Proses uji coba kemudian dilakukan terhadap pengurai kalimat untuk mengecek kebenaran aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat dan juga untuk melakukan analisa struktur kalimat bahasa Indonesia yang juga merupakan tujuan penelitian ini. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Bab pertama memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan dan metode penelitian. Bab 2 membahas struktur kalimat bahasa Indonesia. Struktur kalimat ini akan digunakan dalam pembuatan aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia. Bab 3 membahas tentang analisa dan perancangan pengurai yang dibuat dalam penelitian ini. Bab ini dimulai dengan penentuan kelas-kelas kata yang digunakan, kemudian perancangan pengurai sintaks, dan perancangan struktur data yang digunakan. Bab 4 membahas implementasi dan uji coba terhadap pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia. Implementasi dibuat berdasarkan analisa dan perancangan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sub bab uji coba membahas hasil uji coba yang dilakukan terhadap pengurai dengan input kalimat-kalimat yang terdapat pada bukubuku tentang tata bahasa baku bahasa Indonesia dan juga kalimat-kalimat yang

terdapat pada abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Pada bab ini juga dijelaskan analisa terhadap hasil uji coba yang dilakukan pada sampel kalimat bahasa Indonesia yaitu abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Bab terakhir membahas tentang kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB II STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturanaturan wacana.

2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurangkurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina. Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih— tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

15

yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut. a)

Anak kecil itu // pandai sekali. Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam

unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsurunsurnya. 2.1.1 Ciri-Ciri Subjek Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

16

♦ Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. ♦ Disertai Kata Itu Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. ♦ Didahului Kata Bahwa Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah. ♦ Mempunyai Keterangan Pewatas Yang Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas. ♦ Tidak Didahului Preposisi Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

17

♦ Berupa Nomina atau Frasa Nominal Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu. 2.1.2 Ciri-Ciri Predikat Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci. ♦ Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia. ♦ Kata Adalah atau Ialah Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas. ♦ Dapat Diingkarkan Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

18

♦ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau. ♦ Unsur Pengisi Predikat Predikat suatu kalimat dapat berupa: 1.

Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.

2.

Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa

nominal, frasa numeralia (bilangan). 2.1.3 Ciri-Ciri Objek Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut. ♦ Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. ♦ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

19

perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya. ♦ Tidak Didahului Preposisi Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. ♦ Didahului Kata Bahwa Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif. 2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini : 1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat. 2. Menempati posisi di belakang predikat. 3. Tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap. ♦ Di Belakang Predikat Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. a)

Diah mengirimi saya buku baru.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

b)

20

Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

♦ Tidak Didahului Preposisi Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini. 2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan. ♦ Bukan Unsur Utama Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. ♦ Tidak Terikat Posisi Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

21

♦ Jenis Keterangan Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat. 1.

Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika. 2.

Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. 3.

Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam. 4.

Keterangan Sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

5.

22

Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk. 6.

Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang. Perhatikan contoh berikut. ♦ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan. 7.

Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut. ♦ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa. Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto. 8.

Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

23

♦ Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa. Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.

2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta perubahannya. 2.2.1 Kalimat Dasar Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas. Dengan peniadaan unsur keterangan—baik keterangan kalimat maupun keterangan subjek, predikat, ataupun objek—akan ditemukan kalimat dasar yang merupakan struktur yang paling pokok [Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap tetap harus ada dalam struktur dasar. 2.2.2 Pola Kalimat Dasar Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

24

penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe [Sugo97]. 1. Kalimat dasar berpola SPOK Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. 2. Kalimat dasar berpola SPOPel Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. 3. Kalimat dasar berpola SPO Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. 4. Kalimat dasar berpola SPPel Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. 5. Kalimat dasar berpola SPK Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

25

atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut. ♦

Saya berasal dari Palembang.

6. Kalimat dasar berpola SP (P: Verba) Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib. 7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina) Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi). 8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva) Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6. 2.2.3 Kalimat Aktif Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut intransitif.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

26

Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat, menyeberangi, dan melintasi. 2.2.4 Kalimat Pasif Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa awalan di- plus pelaku. Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. Pengusaha itu meminjami ayah uang. Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif : Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

27

yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini. Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor. Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa awalan di- : Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor. Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif berfungsi sebagai subjek. Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. Kaki saya terinjak orang. Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut. Mereka kena tipu orang . Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut. Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

28

2.2.5 Perluasan Unsur Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap. Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan, pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat. Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa bentuk dialog (lisan). ♦ Perluasan Nomina Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor. Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut. a) Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa b) Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi c) Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis. Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan. Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya adalah sebagai berikut.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

29

a) Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun. b) Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.

♦ Perluasan Verba Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan aspek atau modalitas. Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih, belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat pada kalimat-kalimat berikut: a) Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu. b) Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia. Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin, hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini. a) Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar. b) Saya harus benar-benar belajar.

2.3 KALIMAT MAJEMUK Demi keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan hubungan antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

30

2.3.1 Kalimat Majemuk Setara Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar. Saya datang, dia pergi. Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara. 2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk setara. Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga. Saya masuk, mereka diam. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika. Saya masuk ketika mereka diam. Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat, kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak

BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

31

dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti. Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat kemarin. Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh kalimat berikut. Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan. Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA Ketika menguraikan struktur sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan definisi aturan-aturan kalimat berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur sintaks bahasa Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur sintaks, sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol terminal atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal akan mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan string input yang sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh kategori [Alwi98]. Kelas-kelas kata tersebut adalah sebagai berikut: 1. Verba (kata kerja) 2. Adjektiva (kata sifat) 3. Adverbia (kata keterangan) 4. Nomina (kata benda) 5. Pronomina 6. Numeralia 7. Kata Tugas Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok:

1)

Preposisi

2)

Konjungtor

3)

Interjeksi

4)

Artikula

5)

Partikel

Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas kata tersebut dan juga mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan metode Linguistic String Analysis dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1. Pada tabel III-1 terlihat bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian mengalami penambahan jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona, nomina penggolong yang terbagi menjadi dua bagian, auxiliary, aspek, kelas kata bukan yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi menjadi empat macam, dan juga kelas kata adverbia yang dipecah menjadi dua bagian. Kelas kata modal (M), aspek (ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN) digunakan dalam penelitian karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk frasa verbal [Sugo97]. Dua kelas kata terakhir yaitu aspek dan auxiliary tidak digunakan dalam penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata yang termasuk ke dalam kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam penelitian ini kata-kata

modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.

Simbol ADJ ADV ADVB ART CC

Kelas Kata Adjektiva Adverbia Adverbia Artikula Konjungtor Koordinatif CS Konjungtor Subordinatif M Modal PRO Pronomina N Nomina NPERS Nomina Persona NP Nomina Penggolong NPS Nomina Penggolong NUM Numeralia P Preposisi PAR Partikel TRANS Verba Transitif INTRANS Verba Intransitif PASIF Verba Pasif PASIF2 Verba Pasif NAMA Nomina BUKAN Adverbia AUX Auxiliary ASP Aspek

Keterangan

Contoh Kata sifat Cantik Kata keterangan di depan kata lain Sangat Kata keterangan di belakang kata lain Sekali Si, sang Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu klausa pada kalimat majemuk setara. Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika, bertingkat walaupun Kira, rasa Saya, itu Kata benda Buku Kata benda persona Bos Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir numeralia Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah, numeralia seekor Kata bilangan Seribu Kata depan Di, ke, dari Kah, pun Kata kerja transitif Mencoba Kata kerja intransitif Pergi, lari Kata kerja pasif Dicoba Kata kerja pasif Rasakan Nama seseorang Shelly Kata Ingkar untuk predikat nominal Bukan Boleh Telah

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.

Kelas kata adverbia dibagi menjadi dua berdasarkan posisi kata yang diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB adalah kelas kata adverbia yang posisinya dibelakang kata yang diterangkan. Pemisahan ini dilakukan karena terjadi

konflik pada saat pendefinisian aturan-aturan sintaks dan juga karena masing-masing kategori adverbia ini memiliki ciri pemakaian tertentu. Kelas kata verba yang juga dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan pasif2. Hal ini disebabkan masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks tersendiri ketika pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya dipakai pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina persona yang bertindak sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya. Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas kata nomina yang lain sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan sintaks. Misalkan kesulitan yang terjadi pada kalimat berikut. Ibu // membelikan // adik // baju baru. ( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap) Konflik terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang akan dihasilkan adalah “( Subjek // Predikat // Objek)”

karena baju baru dianggap

perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas kata tersendiri dalam penelitian ini. Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata nomina yang mengikuti kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari kata-kata numeralia

tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat antara numeralia dan nomina lain termasuk ke dalam kelas kata nomina penggolong. Namun, jika nomina penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan suatu nomina dengan jumlah tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial (NPS). Contoh NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti nomina penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara implisit oleh dirinya sendiri. Jadi sebuah buku itu sudah menggambarkan satu buah buku ,seekor cecak menggambarkan satu ekor cecak dan seterusnya. Kelas kata lain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Jadi jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 jenis .

3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT Proses penguraian struktur kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses analisa leksikal dan proses analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh penganalisa leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa sintaks dilakukan oleh alat bantu YACC. Dalam penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap kata dalam kalimat, kemudian menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa leksikal ini digunakan oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbolsimbol kelas kata tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan oleh penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal

berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal ini sudah didefinisikan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya. Rancangan aturan-aturan sintaks menggunakan bentuk backus naur form (BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang memiliki sifat context free [Sage81]. String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas string yang merefleksikan kategori dari string analysis [Sage81]. Oleh karena itu, string inti (center string), adjunct string, atau adjunct set hasil analisa linguistic string terhadap bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic string dalam bahasa Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata misalnya frasa nominal, kelaskelas kata misalnya kata benda, nama unsur gramatikal misalnya subjek atau objek. Berikut ini contoh penulisan dengan menggunakan BNF. <SENTENCE>

::= <SUBJECT><*VERB>.

<SUBJECT>

::= <*N>|<*PRO>.

Definisi di atas adalah aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya. Penulisan aturan sintaks terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku (<X>) diikuti oleh simbol “::=” yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi, dan diakhiri titik. Tanda “*” menandakan simbol tersebut merupakan suatu token terminal , sedangkan tanda “|” menandakan pilihan aturan sintaks. 3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif <SENTENCE>

::=
<*ENDMARK>.



::= .

::= <SAF><SUBJECT>.

Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari rangkaian tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena kalimat yang didefinisikan dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen utama kalimat adalah subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan

ASSERTION di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan pelengkap akan ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata lain, elemen-elemen ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang dipakai dalam kalimat. Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang dapat muncul di awal kalimat, di antara subjek dan predikat ataupun di akhir kalimat. Hal ini dapat dilihat dari adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION. Contoh kalimat ini adalah Ketika saya masuk, mereka diam. Karena urutan keterangan dapat berpindah-pindah, kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka diam, ketika saya masuk ataupun Mereka , ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh terakhir ini memang jarang digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa Indonesia baku. Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct. Definisi ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen kalimat lainnya karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari string lainnya seperti definisi elemen keterangan pada contoh kalimat di atas. 3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat <SUBJECT>

::= |<*BAHWA>.



::= NULL|<*PAR>.

Definisi SUBJECT di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat menempati posisi subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek dapat berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh partikel seperti ibu pun dalam kalimat Ibu pun memberi hadiah atau berupa kata bahwa yang diikuti oleh ASSERTION seperti string Bahwa dia tidak bersalah pada kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan. Berikut ini definisi dari string nomina NOUN_PHRS.

::= .



::= NULL|<*COMMA>|<*CC> .



::= <*ART>||.



::= |.



::= |.



::= <*ADJ>|<*ADJ>.



::= <*PRO>.

Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa subjek bisa berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini dapat dihubungkan dengan “,” (koma) atau kata ”dan” atau “atau” yang memiliki kelas kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu dan saya pada kalimat ibu dan saya pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal. Elemen subjek pada kalimat dapat berupa frase nominal yang dilambangkan dengan LNR atau frase adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk ini sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR ini merupakan definisi dari LNRORLADJR. Simbol LN di atas adalah left adjunct dari nomina. Adjunction ini adalah string yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa nominal. Adjunction dapat berupa numeral NUMS yang diiringi dengan right adjunct RNUM dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM berupa nomina penggolong seperti kata buah pada frase nomina satu buah buku. Simbol NUMS yang dipakai pada LN dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti kata sebuah pada frasa sebuah buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan

pronomina. Simbol ini berupa pilihan antara pronomina atau tidak sama sekali. Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya. Sebaliknya RPRO akan bernilai NULL seperti kata mereka pada kalimat mereka teman saya. Berikut ini definisi dari LN dan RPRO.

::= .



::= <*NUM>|<*NPS>.

::= <*NUM>.

::= NULL|<*NP>.



::= NULL|<*PRO>.

Bentuk dari NOUNS_RN sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku itu baru. Oleh karena itu right adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang didahului oleh kata yang seperti string buku yang baru saya beli itu pada kalimat Buku yang baru saya beli itu dipakai oleh kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.

::= |.



::= <*PRO>.



::= <*PRO>|.



::= <*N>| |<*NAMA>.



::= NULL|<*ADJ>.

Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa muncul setelah nomina. Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya tulis ilmiah remaja. Definisi dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini akan dijelaskan pada sub bagian sentence adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa ataupun nomina persona seperti ibu atau bos saya dan juga dapat berupa nama seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata benda sejenis

sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh simbol NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA. 3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat ::= | <*DEFINISI>| <TIPE7>. ::= . ::= .

::= NULL|<*P>.



::= .



::= <*AUX>|<*ASP>| <MORNOT>.

Predikat kalimat dapat berupa frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan adjunction di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa auxiliary yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh adjunction adverbia. Predikat juga dapat berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap . Simbol CHOICE pada definisi di atas memperlihatkan adjunction tersebut. Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan pilihan bahwa adverbia dapat muncul ataupun tidak pada posisi tersebut. Demikian pula simbol MORNOT memberikan pilihan kemunculan unsur modal. Oleh karena itu, jika kedua simbol tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan ada di dalam kalimat. Setelah CHOICE, pilihan PRECHOICE juga dapat muncul pada kalimat. Pilihan PRECHOICE ini merupakan keterangan adjektival seperti frasa dengan hati-

hati pada kalimat Dia harus dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul dalam kalimat karena merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL terdapat pada definisi PRECHOICE. Selain 2 jenis PREDICATE0 yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini juga dapat berupa predikat nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7. Predikat ini dapat didahului oleh adjunction berupa kata pengingkaran bukan dan juga oleh sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat diikuti oleh elemen keterangan . Berikut ini definisi predikat kalimat pola dasar tipe 7. <TIPE7>

::= .

Karena kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat berupa ADVB yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.

::= |.

::= | <TIPE8>.

::= <TIPE123>|<TIPE456>.

::= .

Predikat

kalimat

didefinisikan

oleh

ACTIVE_PREDICATE

PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE

atau

ini dapat terdiri dari

VERBA yaitu verba transitif dan intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh kalimat dasar tipe 8. Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya di akhir kalimat. Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan dengan PELENGKAPINTORNOT. Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika ada. Oleh karena itu, pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi

kalimat dasar tipe 8. VERBA sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6 yang definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456. Predikat

Pasif

terdiri

dari

tiga

tipe

yang

didefinisikan

dengan

PASIF_TIPE123. Predikat pasif dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur keterangan. Kedua elemen terakhir ini merupakan optional untuk predikat pasif. Jenis-jenis dari predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi aturan-aturan sintaks berikut. <TIPE123>

::= <TIPE_AKTIF_TRANS>.

<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS>.

::= NULL|<SEPARATOR>.



::= .



::= .

Kalimat yang memakai verba aktif dapat memiliki pola kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6. Kalimat dasar tipe 1 sampai tipe 3 adalah kalimat aktif transitif dimana simbol verba aktif transitifnya dilambangkan dengan TIPE_AKTIF_TRANS. Perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya apakah memiliki keterangan, pelengkap, atau tidak sama sekali. Pilihan ini digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KETCHOICE. Kalimat dasar tipe 1 akan memiliki unsur keterangan, sedangkan kalimat dasar tipe 2 memiliki unsur pelengkap, dan kalimat dasar tipe 3 sama sekali tidak memiliki kedua unsur tersebut. Elemen keterangan adalah elemen yang dapat muncul pada beberapa tempat dalam kalimat dan elemen ini juga tidak mempengaruhi makna kalimat. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki elemen pelengkap juga dapat memiliki elemen keterangan seperti frasa preposisi di pasar pada kalimat Ibu membelikan adik buku tulis di pasar. Kata buku tulis pada kalimat ini berfungsi sebagai pelengkap. Selain itu, kalimat masih tetap memiliki unsur keterangan.

Verba transitif dapat berbentuk jamak seperti kata mencoba dan merasakan sehingga simbol NEXT_TRANS termasuk dalam definisi verba aktif transitif. Tentu saja NEXT_TRANS ini bisa saja berbentuk NULL jika predikat berbentuk verba aktif transitif tunggal. Simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kiri dari verba transitif sama seperti definisi adjunction sebelah kiri LPREDICATE. Sedangkan simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kanan berupa adverbia yang terletak dibelakang predikat yaitu ADVBS. Kelebihan dari kalimat yang memiliki verba transitif ini adalah terdapatnya elemen objek. Verba intransitif dipakai oleh kalimat dasar tipe 4 sampai dengan tipe 6. Sama seperti kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 3, perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya yaitu apakah mengandung keterangan, pelengkap untuk kalimat aktif intransitif atau tidak memiliki keduanya sama sekali.

Pilihan ini

digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KET_CHOICE. Jika kedua elemen terakhir ini tidak terdapat dalam kalimat, maka nilai kedua simbol tersebut adalah NULL. Kalimat ini disebut sebagai kalimat dasar tipe 6. Kalimat intransitif yang memiliki pelengkap adalah kalimat dasar tipe 4, sedangkan kalimat yang hanya memiliki unsur keterangan adalah kalimat dasar tipe 5 seperti kalimat Patung ini terbuat dari perunggu. Berikut ini definisi predikat tipe 4 sampai dengan tipe 6 dalam BNF. <TIPE456> ::= <TIPE_AKTIF_INTRANS>. <TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= .

Simbol juga dapat berbentuk adjektif. Kalimat ini adalah kalimat dasar tipe 8. Berikut ini definisi kalimat dasar tipe 8.

::=

<TIPE8>

::= .

Seperti subjek yang berbentuk frasa adjektival, kalimat dasar tipe tipe 8 ini dapat memiliki left adjunction artikula yang digambarkan oleh LTIPE8. Kalimat dasar tipe 8 memiliki predikat adjektival yang didefinisikan dengan LADJR. Karena predikat ini tidak hanya berupa predikat tunggal, predikat adjektival ini dapat terus berlanjut dan didefinisikan dengan NEXT_ADJ. Contohnya adalah kata senang dan bahagia pada kalimat Dia senang dan bahagia. ::= .

::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS>| <*KENA>

Predikat pasif juga dapat berbentuk frase yang dibentuk dengan menambahkan adjunction di sebelah kanan predikat. Adjunction ini didefinisikan oleh RPASIF di atas berupa adverbia ADVB. Kalimat pasif terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah kalimat pasif yang predikatnya diawali oleh awalan di- atau imbuhan ke-an seperti kata kehujanan. Kelas kata pengisi predikat ini disebut kata PASIF. Tipe kedua adalah predikat yang tidak diawali dengan awalan di-, tetapi gabungan antara pronomina atau nomina persona lainnya ditambah dengan kelas kata PASIF2. Tipe terakhir adalah predikat yang diawali oleh kata kena seperti kata kena pukul pada kalimat dia kena pukul kemarin. 3.2.4 Aturan String Objek Kalimat

::= |<*BAHWA>| <TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

Objek kalimat terdapat tepat di belakang predikat kalimat aktif transitif. Objek ini dapat berupa frasa nominal dan berbentuk jamak seperti kata cerpen, sajak dan novel baru pada kalimat Saya menulis cerpen, sajak dan novel baru. Objek dapat berbentuk anak kalimat berpola ASSERTION yang didahului kata bahwa.

Objek juga dapat berupa predikat aktif transitif seperti mempertahankan negaranya pada kalimat Dia mencoba mempertahankan negarannya atau predikat aktif intransitif seperti bersabar pada kalimat Dia mencoba bersabar atas kejadian ini. 3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat ::= NULL|.

::= NULL|.



::= |.



::= .

Pelengkap yang dapat mengikuti predikat adjektival dan predikat pasif ditulis dengan simbol PELENGKAPINT. Pelengkap ini dapat berupa pelengkap yang sama seperti pelengkap kalimat aktif transitif yaitu frasa nominal yang diperlihatkan oleh simbol NOUN_PHRS ataupun dapat juga berupa frasa verbal dan frasa adjektival yang didefinisikan oleh PREDICATE. Berikut ini definisi elemen keterangan.

::= NULL|.



::= NULL|<*COMMA><*COMMA>|.



::= |.



::= .



::= .



::= |.



::= .



::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.



::= <*CS>.



::= <*P>.



::= NULL|<*P>.

Elemen keterangan memiliki dua pilihan definisi. Elemen ini ditandai oleh unsur-unsur konjungtor subkoordinatif CSS pada KET1 atau preposisi PSS pada KET2. Preposisi dapat muncul lebih dari sekali. Hal ini dapat dilihat dari definisi PSS yang memberikan definisi NEXT_PS. Definisi ini dapat berupa NULL atau sebuah preposisi lagi. Contoh kata-kata ini adalah dari dalam hati dimana kata dari dan kata dalam merupakan preposisi. Setelah konjungtor, definisi keterangan pertama kemudian dilanjutkan oleh anak kalimat yang ditandai dengan adanya ASSERTION seperti anak kalimat ketika saya masuk pada kalimat Mereka diam ketika saya masuk atau dilanjutkan oleh frasa verbal PREDICATE1 bila subjek sudah jelas seperti frasa ketika mencoba mengejar kami pada kalimat Dia jatuh ketika mencoba mengejar kami. Simbol PREDICATE1 ini hampir sama seperti simbol PREDICATE0 yang sudah dijelaskan pada aturan string predikat sebelumnya. Perbedaannya adalah PREDICATE1 tidak menggunakan definisi NOUN_PHRS dalam pendefinisiannya sebab kata-kata yang digunakan setelah konjungtor berupa anak kalimat. Keterangan yang didahului oleh preposisi yaitu KET2 biasanya disertai frasa nominal, frasa adjektival atau adverbia. Elemen keterangan ini juga bisa hanya berupa preposisi jika predikat nominal yang akan dijelaskan sudah dijelaskan pada kalimatkalimat sebelumnya seperti kata di atas pada kalimat Saya ada di atas. Hal ini ditandai dari pilihan NULL pada definisi KETOP yang menyertai preposisi. 3.2.6 Aturan Sentence Adjunct Sentence adjunct adalah kumpulan string simbol yang terdapat di antara elemen-elemen dalam suatu kalimat yang berfungsi memperluas kalimat tunggal. Kumpulan string ini di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai anak kalimat pada

kalimat majemuk bertingkat. Pada penelitian ini, parser yang dibangun memiliki 4 macam sentence adjunct. Sentence ajunct yang pertama dapat dilihat pada aturan sintaks berikut :

::= <SAF><SUBJECT>.

Simbol non terminal SAF di atas terdiri dari sebuah sentence adjunct yang juga dapat berfungsi sebagai klausa subordinatif yang letaknya di awal kalimat dan juga dapat berupa frasa preposisional.. Anak kalimat dan frasa preposisional seperti ini juga merupakan elemen keterangan dalam kalimat utama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, aturan sintaks SAF ini adalah sebagai berikut. <SAF>

::= || .

Jika keterangan tersebut berupa anak kalimat, kalimat harus memiliki tanda baca “,” di antara elemen keterangan dan subjek. Elemen keterangan yang menggambarkan anak kalimat ini adalah KET1, sedangkan elemen keterangan yang terdiri dari frasa preposisional adalah KET2. Sentence Adjunct yang kedua adalah simbol YANGSTG yang merupakan konjungtor yang dan diikuti oleh string-string yang dapat menyertainya. String yang dapat menyertai kata ini berupa kalimat dan juga berupa predikat jika subjek yang dimaksud sudah jelas. Karena string yang mengikuti YANGSTG ini berupa kalimat, maka string ini dapat disebut sebagai sentence adjunct. Aturan sintaks dari YANGSTG ini dapat dilihat pada definisi berikut.

::= NULL|<*YANG>.



::= |



::= <*YANG>.

Simbol non terminal KET yang menyatakan elemen keterangan merupakan sentence adjunct yang ketiga. Aturan sintaks string keterangan dapat dilihat pada sub bab Aturan String Pelengkap Dan Keterangan Kalimat. Sentence adjunct terakhir merupakan anak kalimat pengganti nomina yang diawali oleh konjungtor bahwa. Aturan sintaks anak kalimat ini sudah dijelaskan pada bagian subjek.

3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA Untuk melakukan analisa leksikal, pengurai memerlukan sebuah kamus kelas kata. Penganalisa leksikal akan mengembalikan (return) sebuah kelas kata untuk setiap kata yang cocok dengan satu bentuk aturan leksikal atau cocok dengan sebuah ekspresi regular. Informasi jenis kelas kata yang dimiliki oleh sebuah kata input ini didapat dari sebuah kamus leksikal. Pemeriksaan kelas kata ini dilakukan dengan pemanggilan sebuah fungsi pemeriksa kelas kata yang mengambil kata masukan sebagai argumen dan memeriksa kelas katanya. Fungsi tersebut akan mencari kata tersebut di dalam kamus dan menentukan kelas katanya. Dengan demikian rancangan kamus leksikal terdiri dari kata-kata dalam bahasa Indonesia diiringi dengan informasi mengenai jenis kelas kata dari masing-masing kata tersebut. Agar lebih jelas, hubungan antara penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata tersebut digambarkan pada gambar III-1. Rancangan kamus leksikal yang lengkap dan efisien tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian ini. Kata-kata pada kamus kelas kata diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Secara umum, rancangan ini tidak berbeda dengan rancangan Iskak Hendrawan.

Kamus kata dan kelasnya

Kata

Kelas Kata

Kata

Penganalisa Leksikal

Fungsi Pemeriksa Kamus Token Kelas Kata

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata.

3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA Hasil penguraian struktur kalimat dalam bahasa Indonesia ini dapat disusun menjadi

sebuah

pohon

urai.

Tiap-tiap

simpul

dari

pohon

urai

tersebut

menggambarkan simbol-simbol non terminal yang dapat diuraikan menjadi anakanaknya. Daun-daun atau ujung dari setiap cabang pohon urai ini menyatakan bahwa simpul tersebut tidak dapat diuraikan lagi. Dengan kata lain, simpul tersebut sudah mencapai string terakhir yang merupakan terminal simbol atau token. Rancangan struktur pohon urai ini sama seperti rancangan yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya. Setiap simpul perlu menyimpan pointer dari simpul-simpul lain yang satu tingkat dengan dirinya yaitu simpul yang terdapat di sebelah kanan dan di sebelah kirinya. Kemudian simpul juga perlu menyimpan simpul anak yang berada

paling kiri dan simpul anak yang berada paling kanan. Struktur pohon seperti ini dapat dilihat pada diagram berikut.

Parent

Child 1

Child 2

Child n

Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak.

Oleh karena itu, tiap-tiap simpul akan memiliki empat buah pointer. Jika simpul memiliki pointer yang tidak digunakan, pointer tersebut diset ke nilai NULL. Struktur data ini mampu menyimpan informasi dari struktur kalimat secara hirarkis dan proses penyimpanan ini juga cukup mudah.

BAB IV IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

4.1 IMPLEMENTASI Pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan Lex dan YACC sebagai alat bantu untuk menghasilkan penganalisa leksikal dan penganalisa sintaks seperti yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya. Program yang dihasilkan oleh Lex dan YACC ini dapat secara langsung dikompilasi dengan menggunakan kompilator C. Pada penelitian ini kompilator yang digunakan adalah Visual C++ 6.0. 4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal Penganalisa leksikal yang dibuat dengan Lex ini dikenal dengan nama lexer. Peranan penganalisa leksikal ini adalah menentukan token-token kelas kata dari setiap kata dalam kalimat masukan. Secara umum, penganalisa leksikal yang dibuat pada penelitian ini melengkapi penganalisa leksikal yang telah dibuat oleh Iskak Hendrawan. Penganalisa leksikal mengidentifikasikan kata-kata dari kumpulan stream input. Untuk melakukan ini, penganalisa leksikal akan mencocokkan string pada stream input dengan ekspresi regular yang telah didefinisikan sebelumnya [Lesk]. Ekspresi regular yang digunakan untuk mendefinisikan kata-kata baik berupa deretan huruf ataupun deretan angka sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Beberapa kata tidak perlu diperiksa ke dalam kamus. Kata-kata tersebut adalah yang, bahwa, kena, dan kata-kata yang menyatakan definisi yaitu ialah dan adalah. Kata-kata ini memberikan identifikasi tertentu pada aturan-aturan sintaks

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

53

yang didefinisikan dan juga jumlahnya berhingga sehingga langsung didefinisikan di dalam Lex. Sebagai contoh, kata bahwa merupakan konjungtor yang dapat menempati posisi nomina jika diikuti oleh kalimat bahasa Indonesia dan kata yang diikuti oleh kata kena merupakan sebuah predikat untuk kalimat pasif. Demikian juga pada katakata yang menyatakan definisi. Kata-kata yang mengikutinya berperan sebagai pelengkap di dalam kalimat. Sedangkan kata yang adalah konjungtor yang dapat digunakan untuk memperluas nomina. 4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata Di dalam penelitian ini, penganalisa leksikal hanya menjalankan suatu fungsi untuk memeriksa kelas kata dari kata masukan. Implementasi dari pemeriksa kamus leksikal ini sama seperti implementasi yang sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Kata-kata yang terdapat pada kamus kelas kata terlebih dahulu dibaca dan disimpan ke dalam dua buah array ketika pengurai pertama kali dijalankan. Array pertama menyimpan kata-kata yang didapat dari kamus, sedangkan array yang kedua menyimpan kelas kata dari kata-kata tersebut. Berikut ini contoh dari array kata dan array kelas kata. Array Kata Buku Hampa Halus Mencoba

Array Kelas Kata N ADJ ADJ TRANS

Tabel IV-1: Contoh kata-kata pada array kata dan array kelas kata.

Suatu kamus frase juga diimplementasikan untuk frase nomina yang terdiri dari nomina dan diikuti oleh kelas kata lain. Contoh frase nomina seperti ini adalah rumah makan, rumah sakit, meja tulis dan papan tulis. Frase nomina ini tidak dapat dibuat aturan sintaksnya sebab akan menimbulkan konflik dengan aturan sintaks lainnya karena keterbatasan YACC yang digunakan.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

54

Implementasi kamus Frase yang digunakan sama seperti implementasi kamus kelas kata. Array pertama menyimpan frase nomina, sedangkan array kedua menyimpan kelas kata frase nomina tersebut. Impementasi kamus kelas kata dan kelas kata frase yang efisien di luar ruang lingkup penelitian ini. Konjungtor yang yang dapat dipakai untuk memperluas nomina dapat dihilangkan dan digantikan dengan kata penunjuk itu seperti yang telah dijelaskan pada bab II. Contohnya adalah kalimat berikut ini. Anak yang berbakat melukis mendapat bantuan berupa alat-alat tulis. Kalimat di atas akan menjadi, Anak berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat tulis. Aturan sintaks peniadaan konjungtor ini tidak dapat dibuat karena konflik yang dapat terjadi dengan aturan sintaks lainnya. Hal ini sama seperti yang terjadi dengan nomina yang diperluas dengan memakai verba.

4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks Penganalisa sintaks ini dibangun dengan menggunakan alat bantu YACC. YACC menerima aturan sintaks yang sesuai dengan tata bahasa penguraian LALR(1) tanpa ambiguitas yang umum digunakan dalam proses penguraian (parsing) [John]. Program yang dihasilkan oleh alat bantu YACC ini dikenal dengan nama parser. Parser berperan dalam memeriksa urutan token-token kelas kata yang membentuk struktur sintaks kalimat-kalimat dari bahasa Indonesia. Pendefinisian aturan-aturan sintaks ini mengacu pada tata bahasa baku bahasa Indonesia dengan menggunakan metode-metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Definisi aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia yang telah dirancang pada bab III dengan menggunakan notasi BNF dapat langsung dipakai pada bagian

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

55

implementasi. Hal ini disebabkan alat bantu Yacc yang digunakan dapat menerima aturan-aturan produksi yang bebas konteks, sedangkan aturan-aturan produksi seperti ini ekivalen dengan definisi BNF [Sage81]. 4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks Hasil penguraian struktur sintaks kalimat yang dilakukan dalam penelitian ini direpresentasikan sebagai suatu struktur yang berbentuk pohon biner (binary tree). Struktur data pada penelitian ini sama struktur data yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan yaitu terdiri dari satu jenis objek yang merepresentasikan sebuah simpul pada struktur pohon. Setiap simpul memiliki pointer ke anaknya yang berada di sebelah kiri dan yang berada paling kanan. Simpul ini juga memiliki pointer ke parentnya dan juga pointer ke simpul-simpul yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanannya untuk tingkat yang sama. Hasil penguraian sintaks akan disimpan oleh objek-objek struktur pohon. Hasil penguraian sementara akan disimpan ke dalam buffer. Setiap kali penganalisa leksikal memberikan informasi token kelas kata yang sesuai dengan urutan aturan sintaks, informasi ini kemudian disimpan ke dalam buffer beserta kata yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu aksi pada setiap akhir definisi dari simbol non terminal langsung menjadi suatu simbol terminal seperti contoh berikut ini. trans

: TRANS ;

intrans

: INTRANS ;

{pw($1)} {pw($1)}

Pada contoh diatas, bagian akhir aturan sintaksnya ditambahkan pemanggilan fungsi pw. Parameter $1 mengacu pada pointer elemen yang terdapat pada bagian

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

56

definisi aturan sintaks tersebut, yaitu TRANS. Fungsi ini akan menyimpan kata beserta token kelas katanya ke dalam buffer. Informasi tentang simpul-simpul non terminal terutama yang berfungsi sebagai elemen dari kalimat akan disimpan ke dalam buffer ketika penganalisa sintaks telah mendapatkan aturan sintaks yang match. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu aksi pada setiap definisi aturan sintaks, dimana aksi ini akan memberikan informasi kepada buffer tentang simbol non terminal yang bersangkutan dan menjadikan setiap elemen dalam definisi aturan sintaks tersebut sebagai anak dari simpul non terminal yang dibuat sampai ditemukan aksi yang mengakhiri definisi elemen yang bersangkutan. Berikut ini contoh definisi aturan sintaks yang telah disisipi aksi. ketChoice trans

: {p(" ")} ket {p("<END> ")} | ; : TRANS {pw($1)} ;

Pada contoh aturan sintaks dalam YACC di atas, terdapat pemanggilan fungsi p.

Fungsi dengan parameter string “” menyatakan dimulainya definisi simpul

non terminal . Sebaliknya fungsi dengan parameter string “<END>” menyatakan bahwa definisi simpul non terminal yang sebelumnya didefinisikan sudah berakhir. Dengan kata lain, semua simpul anak-anaknya dan simpul yang berada di sebelah kiri dan kanannya sudah didefinisikan. Setelah proses penguraian sintaks selesai dan dinyatakan berhasil, proses pembuatan struktur pohon dapat dimulai berdasarkan informasi yang didapat dari buffer. Buffer ini akan memberikan informasi tentang simpul-simpul terminal atau non terminal yang dapat dibuat beserta hubungan masing-masing simpul. Hal ini dapat dilakukan karena aksi-aksi yang telah diselipkan pada saat pendefinisian aturan sintaks.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

57

Dengan demikian, setelah menjalankan fungsi pembuatan pohon sintaks ini, akan terbentuk satu pohon urai dari kalimat yang diuraikan, yang menyimpan informasi struktur sintaks kalimat tersebut. Informasi yang tersimpan dalam struktur data pohon ini dapat digunakan untuk pemrosesan bahasa alami yang akan menggunakan pengurai kalimat yang dikembangkan dalam penelitian ini. 4.2 UJI COBA Uji coba terhadap pengurai sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah uji coba dengan memakai input kalimat-kalimat yang berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dan buku Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy Sugono. Hal ini dilakukan untuk menganalisa kebenaran proses penguraian dengan aturan-aturan sintaks yang telah dibuat sebab sumber aturan-aturan sintaks yang dibuat dalam penelitian ini adalah buku tata bahasa baku. Tahap kedua adalah uji coba dengan menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam abstrak-abstrak makalah ilmu komputer. Tahap ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana pengurai sintaks kalimat yang dibuat dalam penelitian ini dapat diaplikasikan dalam lingkungan yang tidak terlalu terkontrol kalimat-kalimatnya jika dibandingkan dengan kalimat dalam buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dan juga menganalisa apa saja kekurangannya.

4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama Uji coba tahap pertama memakai contoh-contoh kalimat yang sesuai dengan aturan-aturan sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini. Beberapa contoh kalimat diambil dari buku Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy Sugono selain berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

58

Tujuan uji coba tahap ini adalah melakukan pengecekan kebenaran terhadap proses penguraian kalimat dengan aturan-aturan sintaks yang telah dirancang dan didefinisikan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, contoh-contoh kalimat yang digunakan adalah kalimat tunggal yang strukturnya telah didefinisikan oleh aturanaturan sintaks dalam penelitian ini. Kalimat-kalimat yang dipakai pada uji coba tahap pertama ini lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kalimat yang dipakai oleh Iskak Hendrawan. Hal ini disebabkan pola-pola kalimat yang dibuat oleh Iskak Hendarawan masih sederhana tanpa adanya perluasan elemen-elemen kalimat dan tujuan utama inti penelitian yang dilakukannya adalah mengetahui kemungkinan penerapan LSA untuk kalimat bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat yang dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang memiliki pola dasar seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori. Jadi kalimatkalimat tersebut akan masuk ke salah satu dari 8 pola dasar kalimat. Selain itu, kalimat yang dipakai dapat juga merupakan kalimat yang telah mengalami perluasan pada elemen-elemen pendukungnya seperti subjek, predikat, objek ataupun pelengkapnya. Pola-pola kalimat ini sudah dibuat strukturnya dalam bentuk BNF dan akan diuji kebenaran strukturnya dalam uji coba tahap ini.Beberapa contoh kalimat yang digunakan dalam uji coba adalah sebagai berikut. ♦ Tipe 1 Kalimat dasar berpola SPOK Kita memasukkan prestasinya ke dalam buku catatan. ♦ Tipe 2 Kalimat dasar berpola SPOPel Semua itu memberi kita semangat. ♦ Tipe 3 Kalimat dasar berpola SPO Dia mewakili wanita Indonesia.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

59

♦ Tipe 4 Kalimat dasar berpola SPPel Wanita Indonesia menjadi Dr. Pratiwi. ♦ Tipe 5 Kalimat dasar berpola SPK Dia tergolong ke dalam cendekiawan muda. ♦ Tipe 6 Kalimat dasar berpola SP (P:Verba) Bumi berputar. ♦ Tipe 7 Kalimat dasar berpola SP (P:Nomina) Dia ilmuwan wanita. ♦ Tipe 8 Kalimat dasar berpola SP (P:Adjektiva) Dia hebat. ♦ Kalimat-kalimat yang sudah diperluas.elemen-elemennya atau ditambah dengan elemen keterangan. a. Ayah membawakan saya hadiah dan buah tangan setelah pulang. Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat dasar tipe 2 dengan penambahan unsur keterangan: Subjek : Ayah(NPers) Predikat

: membawakan(Trans)

Objek : Saya(Pro) Pelengkap

: hadiah(N) dan(CC) buah(N) tangan(N)

b. Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu. Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat pasif dengan penambahan elemen keterangan oleh pengusaha itu dan elemen pelengkap uang. c. Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun. Pada kalimat di atas, frase nominal Karya tulis ilmiah remaja merupakan perluasan nomina karya tulis yang menjadi subjek. Kalimat

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

60

ini merupakan kalimat pasif yang mendapatkan elemen keterangan waktu setiap tahun. d. Lamaran saya kirimkan ke kantor. Kalimat ini adalah kalimat pasif tanpa awalan di- yang mendapatkan tambahan elemen keterangan ke kantor. e. Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat tulis. Subjek Anak mendapatkan perluasan nomina yang diawali oleh kata yang. Demikian juga objek bantuan. f. Ketika saya masuk, mereka diam. Kalimat ini mendapatkan unsur keterangan waktu Ketika saya masuk yang merupakan sentence adjunct. Contoh-contoh kalimat di atas dapat memperlihatkan bentuk-bentuk kalimat yang digunakan dalam uji coba tahap pertama. Hasil uji coba ini cukup memuaskan. Kalimat-kalimat input dapat diuraikan berdasarkan elemen-elemennya disertai penjelasan kelas kata masukan. Masalah yang timbul pada uji coba ini adalah tidak lengkapnya kamus leksikal atau kamus kelas kata yang digunakan. Banyak kata-kata yang digunakan tidak dapat ditentukan kelas katanya karena tidak terdapat di dalam kamus. Setelah kamus leksikal dilengkapi, masalah dapat diatasi. 4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua Uji coba tahap kedua ini menggunakan kalimat-kalimat masukan yang berasal dari kumpulan abstrak makalah ilmu komputer. Kalimat-kalimat ini dipilih terlebih dahulu, sebab hanya kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat yang dapat digunakan pada penelitian ini sesuai dengan pengurai yang hanya memuat aturan-

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

61

aturan sintaks untuk kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Tujuan uji coba tahap kedua ini adalah untuk menganalisa sejauh mana aturan-aturan sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini dapat diaplikasikan ke dalam kalimat-kalimat yang digunakan di dalam lingkungan yang tidak terlalu dikontol. Sumber kalimat-kalimat yang digunakan dalam uji coba tahap kedua ini sama seperti yang digunakan dalam uji coba tahap kedua yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Kalimat ini berasal dari 20 abstrak yang dipilih dari 140 abstrak. Kalimat yang terpilih adalah kalimat tunggal sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Dalam pemilihan abstrak ini, panjang kalimat terkecil adalah 3 kata, sedangkan yang terbesar adalah 28 kata. Rata-rata panjang kalimat secara keseluruhan adalah 17,8 kata. Jumlah total kalimat dari 20 abstrak tersebut adalah 245 kalimat, kemudian dipilih 194 kalimat untuk dijadikan kalimat masukan. Jumlah kalimat yang dipakai pada uji coba tahap kedua ini kurang dari jumlah kalimat yang dipakai oleh Iskak Hendrawan. Pada penelitian yang dilakukannya, jumlah kalimat yang dipakai adalah 200 kalimat. Enam buah kalimat yang tidak dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat majemuk setara. Pola kalimat majemuk setara ini tidak termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian sehingga tidak dipakai dalam uji coba tahap kedua. Kesalahan penulisan kalimat yang terdapat pada abstrak sampel ini seringkali terjadi. Kesalahan penulisan ini kemudian diperbaiki secara manual. Selain itu, struktur kalimat-kalimat masukan banyak yang tidak baku. Hal ini akan lebih jelas setelah melihat hasil penguraian. Sebagian besar kegagalan penguraian yang dilakukan disebabkan struktur kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Untuk mengatasi masalah yang sama seperti masalah pada uji coba pertama, kata-kata yang tidak terdapat pada kamus kelas kata akan dianggap sebagai kata

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

62

benda (nomina). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kata-kata yang tidak dikenali kemungkinan besar adalah nama dari sesuatu. Dengan solusi ini kalimat-kalimat yang tidak bisa diuraikan dengan alasan kata-kata yang membentuknya tidak terdapat di dalam kamus sebagian besar dapat diatasi. Selain itu, banyak kata-kata kerja dalam bentuk pasif tidak terdapat di dalam kamus. Untuk mengatasinya, kata-kata yang tidak dikenali ini akan diperiksa apakah kata tersebut berawalan “di-“. Karena kata-kata berawalan “di-“ berpotensi menjadi kata kerja pasif, kata-kata yang tidak dikenali dan berawalan “di-“ ini dianggap sebagai kata kerja pasif. Kalimat-kalimat yang akan dijadikan masukan parser sebelumnya telah dianalisa secara manual kebenaran struktur kalimatnya. Proses penguraian kalimat input kemudian dilakukan setelah persiapan diatas dilakukan. Pada penguraian ini parser berhasil menguraikan 132 kalimat dari 194 (68,04%) kalimat masukan. Kalimat-kalimat yang berhasil diuraikan dapat dilihat pada lampiran 4. Jumlah kalimat yang berhasil diuraikan pada tahap ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah kalimat yang berhasil diuraikan oleh parser yang dibuat oleh Iskak Hendrawan yaitu 27% dari 200 kalimat. Hal ini disebabkan parser yang dibuat oleh Iskak Hendrawan tidak dapat mengatasi masukan-masukan berupa kalimat nominal. Selain itu, kalimat-kalimat input ini juga banyak berupa kalimat yang elemen-elemen penyusunnya telah mengalami perluasan termasuk oleh anak kalimat majemuk bertingkat. Misalnya subjek kalimat yang berupa nomina dapat diperluas oleh kalimat yang sebelumnya didahului oleh kata yang. Demikian juga elemenelemen kalimat yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan tidak menggunakan pola-pola kalimat seperti ini. Pola-pola yang dibuat berupa pola-pola kalimat sederhana bahkan elemen pelengkap kalimat tidak digunakan sehingga

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

63

kalimat masukan yang memiliki elemen ini akan mengalami kesalahan pada proses penguraiannya. Tiga buah kalimat lain (1,55% dari 194 kalimat) juga berhasil diuraikan, tetapi struktur hasil penguraiannya salah. Contoh: ♦ Metode yang digunakan ini cukup efektif dalam pembuatan sistem ini. Kesalahan ini diakibatkan oleh ambiguitas kelas kata. Kata “cukup” bisa berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia. Dalam kamus kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini kata “cukup” termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Oleh karena itu, kata “cukup” pada kalimat di atas kemudian berfungsi sebagai elemen predikat sesuai dengan kalimat dasar tipe adjektival dan kata “efektif” berfungsi sebagai elemen pelengkap. Sehingga hasil penguraian struktur kalimat di atas menjadi: Subjek

: Metode(N) yang(YANG) digunakan(Pasif) ini(Pro)

Predikat

: cukup(Adj)

Pelengkap

: efektif(Adj)

Keterangan

: dalam(P) pembuatan(N) sistem(N) ini(Pro).

Padahal kata “cukup”

di atas seharusnya berfungsi sebagai adverbia yang

menerangkan kata “efektif” yang berfungsi sebagai elemen predikat pada kalimat di atas. Bandingkan dengan kalimat berikut. ♦ Uang yang digunakan sudah cukup. Sebanyak 135 kalimat masukan (69,59% dari 194 kalimat) yang berhasil diuraikan di atas kecuali kalimat pasif kemudian dikelompokkan berdasarkan pola dasar kalimat yang dipakai yaitu salah satu dari 8 tipe pola kalimat dasar. Hasil penguraian tersebut memperlihatkan pola kalimat yang sering dipakai pada abstrak makalah ilmu komputer. Kalimat yang paling sering dipakai adalah kalimat aktif.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

64

Kalimat yang termasuk ke dalam kalimat aktif adalah kalimat berpola dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 6 [Sugo97]. Jumlah kalimat aktif pada kalimat masukan adalah 97 buah, sedangkan kalimat pasif berjumlah 38 buah. Pengelompokkan kalimat masukan dapat dilihat pada tabel IV-2. Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian kalimat pasif hanya terdapat dalam kalimat dasar tipe 1, tipe 2 dan tipe 3.

Pola Dasar

Jumlah

Persentase

Tipe 1: SPOK Tipe 2: SPOPel Tipe 3: SPO Tipe 4: SPPel Tipe 5: SPK Tipe 6: SP(Verba) Tipe 7: SP(Nomina) Tipe

Kalimat 33 13 23 9 3 5 4 7

(dari 194 Kalimat) 17,01% 6,7% 11,86% 4,64% 1,55% 2,58% 2,06% 3,6%

38 135

19,59% 69,59%

8:SP(Adjektiva) Kalimat Pasif Total

Tabel IV-2: Pengelompokkan kalimat masukan ke dalam pola dasar dan pola kalimat pasif.

Pengelompokkan kalimat pasif berdasarkan pola dasar kalimat asal yaitu pola dasar tipe 1, tipe 2 dan tipe 3 dapat dilihat pada tabel IV-3.

Pola Dasar Kalimat Asal

Jumlah Kalimat

Persentase (dari 194 Kalimat)

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

Tipe 1: SPOK Tipe 2: SPOPel Tipe 3: SPO Total

65

34 3 1 38

17,53% 1,54% 0,52% 19,59%

Tabel IV-3 : Pengelompokkan kalimat pasif masukan berdasarkan pola dasar kalimat asal.

Kedua tabel sebelumnya memperlihatkan bahwa pola kalimat yang sering digunakan adalah pola dasar tipe 1 (SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01% berupa kalimat aktif dan 17,53 % berupa kalimat pasif. Pengurai sintaks yang dibuat pada penelitian ini juga dapat menguraikan kalimat masukan berupa kalimat majemuk bertingkat seperti yang telah dijelaskan pada saat membedakan parser yang dibuat oleh Iskak Hendrawan dengan parser yang sedang diuji coba ini. Kalimat masukan seperti ini ditandai oleh adanya anak kalimat yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi unsur-unsur kalimat seperti subjek, objek atau pelengkap dan juga adanya anak kalimat yang memperluas nomina yang didahului oleh konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu. Semua pola dasar kalimat dapat memiliki keterangan yang merupakan anak kalimat, tetapi pada 135 buah kalimat masukan ini hanya kalimat berpola dasar tipe 1 (SPOK) dan tipe 5 (SPK) yang memiliki keterangan berupa anak kalimat. Kalimat pasif yang berpola dasar tipe 1 (SPOK) juga dapat memiliki keterangan berupa anak kalimat. Contohnya adalah kalimat berikut. Aktif Pola1 : Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi kebutuhan ini karena proses pembuatannya kurang efisien. Pasif Pola 1: Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf. Pola 5

: Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi bisnis yang beragam

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

66

Tabel IV-4 memperlihatkan perbedaan jumlah kalimat yang memiliki unsur keterangan berupa anak kalimat atau unsur keterangan berupa kata dan frasa. Secara keseluruhan jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan berupa anak kalimat adalah 30 buah. Jumlah kalimat yang memiliki unsur keterangan berupa kata atau frasa lebih banyak dari jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan berupa anak kalimat yaitu 41 buah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, anak kalimat pengganti nomina yang ditandai oleh kata bahwa dapat mengisi unsur-unsur kalimat yang berupa nomina. Oleh karena itu, unsur-unsur kalimat yang dapat digantikan oleh anak kalimat ini dapat berupa subjek, objek ataupun pelengkap. Pada kalimat masukan hanya terdapat 2 buah kalimat yang memiliki anak kalimat seperti ini. Anak kalimat yang diawali kata bahwa pada sampel ini mengisi posisi objek pada kalimat aktif transitif.

Pola Dasar Kalimat Aktif Pola 1: SPOK Pasif Pola 1: SPOK Pola 5 : SPK

Jumlah

Persentase

Persentase (dari 194

Kalimat 17 16 12 22 1 2

(dari Pola dasar) 51,52% 48,48% 35,29% 64,71% 33,33% 66,67%

kalimat masukan) 8,76% 8,25% 6,19% 11,34% 0,52% 1,03%

Anak Kalimat

Kata/Frasa

Tabel IV-4: Perbandingan kalimat masukan yang memakai keterangan berupa anak kalimat dan keterangan berupa kata/frasa.

Pada kalimat masukan yang benar struktur tata bahasanya terdapat 44 buah kalimat yang memiliki anak kalimat yang diawali oleh konjungtor yang. Dengan kata lain, terdapat 44 buah kalimat yang nominanya diperluas oleh anak kalimat ini. Tabel IV-5 memberikan gambaran anak kalimat yang memperluas nomina elemen kalimat.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

67

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat predikat berupa nomina yang diperluas oleh anak kalimat ini. Anak kalimat yang memperluas nomina subjek 15 buah. Anak kalimat yang memperluas pelengkap dan nomina yang terdapat pada elemen keterangan masing-masing berjumlah 5 dan 15 buah.

Unsur Kalimat Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Total

Jumlah Kalimat

Persentase

15 0 9 5 15 44

(dari 194 Kalimat) 7,73% 0% 4,64% 2,58% 7,73% 22,68%

Tabel IV-5: Jumlah anak kalimat yang memperluas nomina elemen-elemen kalimat.

Pada kalimat masukan yang benar struktur bahasannya tidak terdapat nomina yang diperluas oleh anak kalimat yang diakhiri kata penunjuk itu, tetapi terdapat 4 buah buah kalimat yang memiliki nomina yang diperluas oleh anak kalimat tanpa kata penunjuk itu. Hal ini disebabkan nomina yang dimaksud bersifat umum tanpa mengacu langsung pada sebuah nomina. Dengan kata lain nomina ini tidak terbatas jumlahnya (indefinite). Jadi walaupun nomina yang dipakai dalam bahasa Indonesia kebanyakan bersifat takrif (definite), nomina yang bersifat umum ini tetap bernilai benar [Sugo97]. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat menghasilkan dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek dalam bentuk hiperteks. Anak kalimat yang langsung menyertai nomina ini selalu sama yaitu berupa kata berorientasi objek. Jadi hanya nomina yang diiringi oleh anak kalimat ini yang

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

68

berbeda. Nomina-nomina lain yang terdapat pada kalimat masukan adalah metodologi berorientasi objek, perangkat lunak berorientasi objek. Kalimat masukan juga memiliki kalimat yang benar struktur kalimatnya, tetapi tidak bisa diuraikan oleh parser yaitu sebanyak 8 buah kalimat dari 194 kalimat (4,12 %). Delapan buah kalimat ini adalah kalimat yang memiliki variasi urutan elemenelemennya. Dengan kata lain, kalimat ini adalah kalimat yang pola elemen penyusunnya bukan merupakan pola dasar. Contoh: ♦ Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen bisnis menjadi lebih aman, akurat, dan ekonomis. Seharusnya, kalimat di atas diuraikan menjadi: Subjek

: pertukaran(N) dokumen(N) bisnis(N)

Predikat

: diharapkan(Pasif)

Pelengkap

: menjadi(Trans) lebih(Adv) aman(Adj), akurat(Adj), dan(CC) ekonomis(Adj)

Keterangan

: Dengan(CS) menerapkan(Trans) konsep(N) tersebut(Pro)

Kata diharapkan merupakan elemen predikat pada kalimat di atas. Posisi kata ini mendahului elemen subjek kalimat yaitu pertukaran dokumen bisnis. Pada pola dasar kalimat, elemen predikat selalu mengikuti elemen subjek. Implementasi yang dilakukan pada penelitian ini hanya menerapkan aturan sintaks untuk kalimat-kalimat yang memiliki pola dasar dan belum mengalami variasi urutan elemen pembentuknya. Jika pola variasi ini diimplementasikan dengan menggunakan YACC seperti yang dilakukan pada penelitian ini, alat bantu ini akan menolak aturan pola variasi. Hal ini terjadi disebabkan aturan sintaks pola variasi ini menimbulkan konflik ambigu dengan definisi aturan sintaks lainnya.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

69

Lima puluh satu dari 194 kalimat input yang tersisa (26,28%) juga tidak dapat diuraikan oleh parser. Setelah dilakukan analisa, kalimat input ini memiliki struktur sintaks yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Contoh-contoh kalimat yang struktur sintaksnya tidak sesuai ini adalah sebagai berikut: ♦

Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat

percobaan. ♦

Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah

keamanan yang kritis yang sering terlupakan. ♦

Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun

sistem pengamanan yang dapat menjamin hanya orang yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang dikirim untuknya. ♦

Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma

asimetris, digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Kesalahan-kesalahan sintaks penulisan kalimat seperti di atas dapat dikelompokkan menjadi beberapa kesalahan yaitu: 1. Kesalahan sintaks yang terbanyak adalah kesalahan penempatan tanda baca ‘,’ (koma) dalam kalimat. Contoh: ♦

Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis

Unix, memiliki beberapa keuntungan. Seharusnya diantara kata Unix dan kata memiliki pada kalimat di atas tidak dipisahkan dengan tanda ‘,’ (koma). 2. Kesalahan sintaks kedua adalah penempatan kata-kata konjungtor koordinatif seperti “dan”, “atau”, tetapi” di awal kalimat. ♦

Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat

masalah keamanan yang kritis yang sering terlupakan.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

70

3. Kesalahan berikutnya adalah kalimat masukan yang tidak lengkap elemen kalimat penyusunnya. Contoh: ♦

Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator:

analisa leksikal, analisa sintaks, pengaturan tabel simbol dan pembentuk instruksi (code generator). kalimat di atas tidak memiliki elemen subjek yang merupakan elemen wajib pada kalimat bahasa Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada bab II sehingga menyalahi aturan tata bahasa baku bahasa Indonesia. 4. Kesalahan yang lain adalah kalimat masukan yang menggunakan preposisi sebagai penghubung untuk perluasan nomina. Contohnya adalah sebagai berikut. ♦

Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen

elektronis. Frase preposisi ‘dari penerapan EDI’ adalah keterangan dari kata ‘inti’ pada kalimat di atas. Pola seperti ini tidak benar menurut aturan kalimat baku bahasa Indonesia sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada struktur bahasa Indonesia, perluasan dari nomina hanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Perluasan dengan yang. 2. Perluasan dengan penjajaran unsur nomina tanpa menggunakan konjungtor. Oleh karena itu, contoh kalimat itu seharusnya memiliki struktur sebagai berikut: ♦

Inti penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

71

5. Kesalahan selanjutnya adalah pemakaian kalimat majemuk bertingkat yang tidak jelas unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk kalimat dan bagian mana yang merupakan anak kalimat. Contohnya adalah kalimat berikut ini. ♦

Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program

uji, maka dilakukan langkah perbaikan terhadap kesalahan program tersebut. Dalam contoh ini kedua unsur kalimat majemuk bertingkat didahului konjungtor sehingga tidak diketahui unsur mana yang merupakan induk kalimat. Seperti telah dibicarakan pada bab II, anak kalimat didahului oleh konjungtor dan induk kalimat tidak didahului oleh konjungtor. Dengan demikian, kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat di atas tidak mempunyai induk kalimat. Padahal, di dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat harus ada induk kalimat. Salah satu konjungtor harus dihilangkan agar satu dari dua unsur tersebut menjadi induk kalimat. Hasil analisa penguraian di atas kemudian dikelompokkan berdasarkan pengecekan kebenaran struktur kalimat secara manual

dan hasil penguraian itu

sendiri. Pengelompokkan hasil penguraian itu sendiri dapat dilihat dalam diagram gambar IV-1.

Parser berhasil dan struktur kalimat hasil penguraian benar .

Parser berhasil, tapi struktur kalimat hasil penguraian salah .

68,04%

1,55%

Parser tidak berhasil menguraikan walaupun struktur kalimat masukan

Parser tidak berhasil dan struktur kalimat

BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

72

benar.

masukan salah.

4,12%

26,28%

Gambar IV-1: Pengelompokkan hasil penguraian terhadap 194 kalimat masukan.

Demikian hasil uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini. Parser berhasil menguraikan 68,04% struktur kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil menolak 26,28% kalimat masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar 5,67% kalimat masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik Hal ini disebabkan oleh parser sendiri yang tidak dapat membedakan kelas kata ambigu (1,55%) dan tidak dapat menguraikan struktur kalimat yang memiliki pola variasi (4,12%). Ketidakmampuan ini berhubungan dengan keterbatasan Lex-YACC yang tidak dapat membedakan kata yang memiliki kelas kata ambigu dan tidak dapat membedakan struktur kalimat yang ambigu. Kesimpulan dan saran pengembangan lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa-analisa dan uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil implementasi pengurai yang memuat struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia dengan menggunakan definisi BNF cukup baik. Parser berhasil menguraikan 68,04% struktur kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil menolak 26,28% kalimat masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar 5,67% kalimat masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik 2. Hasil analisa struktur kalimat bahasa Indonesia terhadap kalimat sampel dengan menggunakan pengurai berbasis LSA adalah sebagai berikut. ♦

Kalimat aktif yaitu kalimat berpola dasar tipe 1, tipe 2,

tipe 3, dan tipe 6 sebanyak 74 buah (38,14%). ♦

Kalimat pasif sebanyak 38 buah (19,59%).



Kalimat berpredikat nomina (tipe 7) sebanyak 4 buah

(2,06%). ♦

Kalimat berpredikat adjektiva (tipe 8) sebanyak 7 buah



Kalimat tipe 4 sebanyak 9 buah (4,64%).



Kalimat tipe 5 sebanyak 3 buah (1,55%).

(3,6%).

3. Pola dasar kalimat yang paling sering digunakan adalah pola dasar tipe 1 (SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01% dari kalimat sampel berupa kalimat aktif dan 17,53% berupa kalimat pasif.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

75

4. Penggunaan kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia pada penulisan abstrak ilmiah di bidang ilmu komputer sering terjadi. Kesalahan-kesalahan ini meliputi: ♦

Kesalahan penempatan tanda baca ‘,’ (koma) dalam

kalimat. ♦

Kesalahan penempatan kata-kata konjungtor koordinatif

seperti “dan”, “atau”, tetapi” di awal kalimat. ♦

Kesalahan pada kalimat yang tidak lengkap elemen

penyusunnya. ♦

Kesalahan pada kalimat yang menggunakan preposisi

sebagai penghubung untuk perluasan nomina. ♦

Kesalahan pemakaian kalimat majemuk bertingkat yang

tidak jelas unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk kalimat dan bagian mana yang merupakan anak kalimat. 5. Kesulitan pembuatan aturan sintaks disebabkan keterbatasan kemampuan alat bantu yang dipakai yaitu meliputi: ♦

Ketidakmampuan mengatasi masalah ambiguitas kelas

kata. Contohnya kelas kata “cukup” dapat berupa adverbia atau adjektiva. Alat bantu ini hanya memilih satu solusi tanpa melihat alternatif lain jika mengalami kegagalan. ♦

Ketidakmampuan mengatasi konflik antar aturan sintaks

(aturan sintaks yang ambigu). Jika parser menemukan dua atau lebih aturan sintaks yang dapat dipilih berdasarkan token kelas kata yang sedang diproses untuk mereduksi kalimat masukan pada satu waktu, parser akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

76

Contohnya adalah aturan kalimat yang elemen kalimat penyusunnya bervariasi sehingga menimbulkan konflik dengan aturan sintaks lainnya. 5.2 SARAN Saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut dari apa yang sudah dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengurai sintaks kalimat yang dibuat dalam penelitian ini masih dapat menghasilkan struktur pohon yang salah. Oleh karena itu untuk pengecekan tata bahasa dari suatu kalimat perlu ditambahkan proses validasi terhadap struktur pohon yang dibangun pengurai kalimat dari kalimat tersebut. 2. Kalimat yang berhasil diuraikan oleh pengurai ini adalah kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Aturan-aturan sintaks ini dapat diperluas lagi dan juga alat bantu yang dipakai adalah alat bantu yang harus dapat mengatasi aturan sintaks yang ambigu jika ingin menguraikan kalimat lain seperti kalimat majemuk setara. Perbedaan antara kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara sehingga kalimat majemuk bertingkat dapat diuraikan oleh pengurai ini adalah sebagai berikut. ♦

Kalimat majemuk bertingkat dapat dibangun dengan

menggunakan pengurai ini karena kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh adanya anak kalimat yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi unsur-unsur kalimat seperti subjek, objek atau keterangan dan juga adanya anak kalimat yang memperluas nomina yang didahului oleh konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu. Aturan sintaks

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

77

anak kalimat yang didahului oleh konjungtor-konjungtor ini tidak menimbulkan konflik dengan aturan sintaks yang lainnya. ♦

Kalimat

majemuk

setara

ditandai

oleh

adanya

konjungtor dan, lalu, atau atau tetapi ataupun tanda baca “,” (koma) yang menghubungkan kalimat-kalimat penyusunnya. Konjungtor dan tanda baca ini menimbulkan konflik terhadap aturan sintaks frase nomina. Perhatikan kalimat berikut ini. Ibu membelikan coklat dan pensil warna dan ayah membelikan sepeda. Konjungtor “dan” yang pertama menandakan frase nomina dan konjungtor kedua menandakan adanya kalimat majemuk setara. Pengurai akan mendapatkan dua buah aturan sintaks yang dapat dipilih ketika memproses “dan” yang pertama. Karena adanya konflik ini, pengurai akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan. Jika frase nomina yang dipilih, kata-kata pensil warna dan ayah akan dianggap bagian objek kalimat pertama. Ketika memproses kata membelikan, pengurai akan mengalami kegagalan karena pelengkap kalimat transitif hanya dapat berupa nomina. Aturan sintaks yang kedua tidak akan dipilih karena hanya satu solusi yang dapat dijalankan. 3. Beberapa hal yang tidak dapat diimplementasikan oleh pengurai ini adalah sebagai berikut. ♦

Elemen subjek kalimat berupa kata kerja berakhiran

pronomina penunjuk. Contohnya adalah kalimat berikut. Menangis itu kadang-kadang perlu.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN



78

Kalimat-kalimat yang memiliki variasi urutan elemen-

elemen penyusunnya. ♦

Kelas kata ambigu yang dapat terjadi karena sebuah

kata dapat memiliki lebih dari satu kelas kata. Kalimat-kalimat ini tidak dapat diimplementasi dengan menggunakan alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini karena menimbulkan konflik ambiguitas dengan aturan sintaks kalimat lainnya. Oleh karena itu, hal-hal tersebut bisa diimplementasi dengan menggunakan alat bantu lain yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ambiguitas tersebut. Contohnya adalah alat bantu yang memiliki kemampuan mencatat semua langkah yang telah dilakukan yang biasanya dimiliki oleh alat bantu yang mempunyai kemampuan backtracking. Jika pengurai yang memiliki kemampuan seperti ini menjumpai aturan sintaks ambigu, pengurai dapat mengambil pilihan yang pertama dan mencatat tempat ambigu tersebut agar dapat kembali ke tempat itu jika menemui kegagalan pada pilihan sebelumnya. Hal ini berbeda dengan Lex-YACC yang sekarang dipakai yang hanya akan menjalankan pilihan pertama jika menemui aturan sintaks yang ambigu. Kata yang memiliki lebih dari satu kelas kata juga dapat mencoba aturan sintaks yang sesuai dengan masing-masing kelas kata itu. 4. Kamus leksikal yang sudah ada perlu dikembangkan dan dilengkapi. 5. Penelitian terhadap sintaks kalimat baku bahasa Indonesia harus terus dilakukan baik dari bidang ilmu sastra maupun ilmu komputer untuk meningkatkan penggunaan teknologi terhadap pemrosesan bahasa alami bagi bahasa Indonesia.

REFERENSI

[Alwi98]

Alwi, H., Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono,

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta 1998 [Alle94]

Allen, J., Natural Language Understanding; The Benjamin/Cumming Publishing Company, Inc., Redwood City, CA 1994

[Iska99]

Iskak Hendrawan, Pengurai Sintaks Kalimat untuk Bahasa Indonesia dengan Metode Linguistic String Analysis; Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Depok 1999

[John]

Johnson, S. C., YACC: Yet Another Compiler-Compiler; AT&T Bell Laboratories, New Jersey. http://www.csc. calpoly.edu/~gfischer/450/doc/yacc/paper.txt

[Lesk]

Lesk, M. E. dan Schmidt, E., Lex – A Lexical Analyzer Generator. http://www.cs. ucsb.edu/~cs160/machines/lex-docs.txt

[Sage81]

Sager, N. Natural Language Information Processing: A Computer Grammar of English and Its Aplications; Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts 1981

[Sugo97]

Sugono, D., Berbahasa Indonesia dengan Benar; Penerbit Puspa Swara, Jakarta 1997

79

LAMPIRAN 1 ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA

Kalimat Deklaratif <SENTENCE>

::=
<*ENDMARK>.



::= .

::= <SAF><SUBJECT>.

String Subjek Kalimat <SUBJECT>

::= |<*BAHWA>.



::= NULL|.

String Nomina

::= . ::= NULL|<*COMMA>| <*CC>.



::= <*ART>||.



::= |.



::= |.



::= <*ADJ>|<*ADJ>.



::= <*PRO>.



::= NULL|<*PRO>.



::= .



::= NULL|<*PRO>.



::= .



::= |.



::= <*PRO>. 80



::= <*PRO>|.



::= <*N>| |<*NAMA>.



::= NULL|<*ADJ>.



::= NULL|<*N>.



::= NULL|<*NAMA>.



::= NULL|.

String Numeralia

::= <*NUM>|<*NPS>.

::= NULL|<*NUM>.

::= <*NP>.

String Predikat Kalimat ::= | <*DEFINISI>| <TIPE7>. ::= . ::= .

::= NULL|<*P>.



::= <MORNOT>||<*ASP>.



::= |.



::= .

::= |<TIPE8> .

::= .



::= <TIPE123>|<TIPE456>.

::= .

Predikat Pola Dasar Tipe 123 <TIPE123> ::= <TIPE_AKTIF_TRANS>. 81

<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS>.

::= NULL|<SEPARATOR>.



::= .



::= .



::= .

Predikat Pola Dasar Tipe 456 <TIPE456>

::= <TIPE_AKTIF_INTRANS> .

<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= .

::= .

Predikat Pola Dasar Tipe 7 dan Tipe 8 <TIPE7>

::= .

<TIPE8>

::= .

Predikat Pasif ::= .

::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS>| <*KENA>



::= <*ADVB>

String Objek Kalimat

::= |<*BAHWA>| <TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

String Pelengkap dan Keterangan Kalimat ::= NULL|.

::= NULL|



::= |.



::= .



::= NULL|. 82



::= NULL|<*COMMA><*COMMA>|.



::= |.



::= .



::= .



::= |.



::= .



::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.



::= <*CS>.



::= <*P>.



::= NULL|<*P>.

Sentence Adjunct Keterangan Kalimat <SAF>

::= ||.

Keterangan Nomina

::= NULL|<*YANG>.



::= |



::= <*YANG>.

Pilihan-Pilihan Lain

::= NULL|.



::= <*ADV>.



::= NULL|<*ADV>.



::= NULL|.



::= <*ADVB>.

<MORNOT>

::= NULL|<*M>.



::= NULL|<*BUKAN>.



::= NULL|<*ART>.

83

LAMPIRAN 2 KELAS KATA Simbol ADJ ADV ADVB ART CC

Kelas Kata Adjektiva Adverbia Adverbia Artikula Konjungtor Koordinatif CS Konjungtor Subordinatif M Modal PRO Pronomina N Nomina NPERS Nomina Persona NP Nomina Penggolong NPS Nomina Penggolong NUM Numeralia P Preposisi PAR Partikel TRANS Verba Transitif INTRANS Verba Intransitif PASIF Verba Pasif PASIF2 Verba Pasif NAMA Nomina BUKAN Kata Ingkar AUX Auxiliary ASP Aspek

Keterangan

Contoh Kata sifat Cantik, Kata keterangan di depan kata lain Sangat Kata keterangan di belakang kata lain indah Sekali Si, sang Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu klausa pada kalimat majemuk setara. Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika, bertingkat walaupun Kira, rasa Saya, itu Kata benda Buku, pena Kata benda persona Bos, Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir pimpinan numeralia Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah, numeralia seekor Kata bilangan Seribu, Kata depan Di, ke, dari sedikit Kah, pun Kata kerja transitif Mencoba Kata kerja intransitif Pergi, lari Kata kerja pasif Dicoba Kata kerja pasif Rasakan, Nama seseorang Shelly, coba Penginkaran untuk predikat nomina Bukan Vivi Boleh, Telah, dapat sedang

84

LAMPIRAN 3 KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL DIURAIKAN



Pendekatannya dilakukan secara struktural.



Pola primitif disandikan dengan huruf abjad.



Evaluasi ekspresi menggunakan metoda pohon ekspresi.



SP3 dibuat dengan pendekatan berorietasi objek.



Masalah utama dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik 3D obyek koordinat alam dari titik-titik 2D koordinat citra.



Model transformasi yang digunakan adalah model OTOKO (Ohmura-Tomono-Kobayashi).



Alat penunjang berupa kamera RGB untuk merekam obyek dan komputer PC bagi program perhitungan.



Teknik penyandian tradisional kriptografi dengan algoritma asimetris digunakan untuk mencegah masalah tsb.



Ukuran pesan dalam keadaan terenkripsi ternyata lebih besar daripada ukuran pesan aslinya.



Penelitian ini dibagi lagi menjadi dua kelompok.



Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi bisnis yang beragam.



Bakuan tersebut telah diakui oleh International Strandard Organization sebagai bakuan EDI internasional.



Penelitian ini menerapkan konsep EDI dalam sebuah prototipe.



Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi kebutuhan ini karena proses pembuatannya kurang efisien.



Informasi yang terdapat dalam dokumen harus mudah untuk diakses.



Sistem hiperteks dapat memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.



SPN merupakan sistem pendistribusian artikel Netnews dengan menggunakan disket sebagai media. 85



Pendistribusian paket Netnews dan administrasi pelanggan dilakukan pada komputer PC/AT.



Buck memiliki beberapa kesulitan dalam pemakaiannya.



Perkembangan bahasa pemrograman komputer demikian cepat.



Bahasa generasi keempat pun muncul.



Sistem penterjemah ini dibangun untuk membangun sebuah kompilator.



Dengan demikian, langkah perbaikan dapat dihindari.



Terhadap program P, teknik mutasi akan menghasilkan himpunan mutan.



Data tes T dikembangkan untuk membunuh mutan tersebut.



Jika kesalahan itu dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi, improver akan mengusulkan mutan yang masih hidup sebagai alternatif perbaikan bagi kesalahan program P.



Improver memiliki beberapa kelemahan yang dapat diatasi dengan pengembangan lebih lanjut.



Manipulasi gambar menggunakan teknik-teknik pengolahan citra.



Sistem jaringan telekomunikasi telepon saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.



Model ER adalah sebuah konsep model data tingkat tinggi yang lebih mendekati persepsi data bagi pemakai.



Beberapa paket basis data komersial menggunakan konsep tersebut.



Model ER menggunakan diagram untuk mempresentasikan data dan hubungan antar data dari basis data yang sedang dirancang.



Diagram tersebut akan dipetakan untuk memperoleh tabel-tabel dalam basis data relasional.



Selanjutnya tabel-tabel tersebut akan dinormalisasi berdasarkan konsep Functional Dependency (ketergantungan fungsional).



Tugas akhir ini bertujuan untuk mengembangkan PIRANTI PELAKSANAN NORMALISASI BASIS DATA RELASIONAL (PINOR).



Laporan ini membahas pengenalan huruf tulisan tangan dengan pendekatan heuristik.



Kerangka huruf merupakan masukan bagi metode heuristik



Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf.



Deskripsi disimpan dalam file tex secara akumulatif.



Algoritma ini menggunakan teknik manipulasi bit data sehingga proses pelacakan dapat dilakukan dengan efisien. 86



ARTMAP dapat mempelajari pola-pola baru tanpa menggunakan pola-pola lama.



ARTMAP mampu mengklasifikasikan pola-pola masukan yang diterimanya ke dalam berbagai kategori pengenalan berdasarkan keberhasilan dan kegagalannya melakukan prediksi.



Sistem pada dasarnya terbagi atas dua tahap.



Algoritma ini berdasarkan pada model komputasi Shared-memory MIMD Crew.



Maksimum level sparsitas matrik dihadirkan sebagai kriteria penggunaan algoritma tersebut di atas.



Perkiraan batas bawah speedup dan efisiensi waktu pemrosesan diberikan secara semi analitis.



Bahasa penguraian perangkat keras membantu para perancang rangkaian digital untuk mendapatkan kemudahan dalam mewujudkan rancang bangunnya ke tahap hasil industri.



Berdasarkan metoda yang dipelajari melalui studi literatur, penelitian ini dilakukan secara simulatif untuk menghasilkan perhitungan statistik



Perhitungan numerik pada model ini menggunakan iterasi Newton-Raphsons untuk mendapatkan vektor posisi 3D.



Ini membuktikan bahwa metode OTOKO cukup efektif untuk mencari titik 3D dari titik 2D.



Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus super user.



Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.



Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci pribadi dan kunci publik



Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus “super user”.



Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.



Demikian pula sebaliknya.



Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci publik.



Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan struktur pohon seimbang (Balance Tree), pohon alfabet (alphabetic tree).



Hasil dari percobaan kedua selalu lebih baik dari percobaan pertama dimana jumlah storage cost yang dibutuhkan lebih kecil.



Dari seluruh metode yang diuji, struktur pohon Optimal Alfabet merupakan metode yang terbaik.



Ini dapat dilihat dari nilai ratio pemampatan yang dihasilkan yang dapat mencapai < 50.

87



Electronic Data Interchange (EDI) memberi keunggulan bersaing melalui pertukaran dokumen bisnis secara elektronis.



Salah satu bakuan dokumen elektronis adalah UN/EDIFACT yang disusun oleh United Nations.



UN/EDIFACT dapat digunakan untuk pertukaran dokumen dalam industri sejenis ataupun antar industri.



Selain itu, UN/EDIFACT mendukung perdagangan berskala internasional.



Fokus penelitian adalah translator dan interpreter dokumen EDI serta metode komunikasi data yang digunakan.



Translator dan interpreter berdasarkan pada bakuan UN/EDIFACT.



Metode komunikasi yang ditetapkan adalah keterhubungan melalui pihak ketiga atau EDI mailbox.



Kegiatan pengembangan perangkat lunak membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menyediakan dokumentasi dari sistem yang dikembangkan secara cepat dan efisien.



Informasi yang terdapat pada dokumentasi harus terus diperbaharui agar sejalan dengan kegiatan pengembangan.



Jumlah informasi yang harus dikelola pada kegiatan pengembangan akan semakin besar sejalan dengan kegiatan itu sendiri.



Sistem hiperteks juga memberikan kemudahan dalam pengaksesan informasi dalam jumlah besar.



Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat menghasilkan dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek dalam bentuk hiperteks.



Alat bantu yang dikembangkan adalah bagian dari OO/CASE atau wahana untuk pengembangan perangkat lunak berorientasi objek.



Pengembangan alat bantu pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metodologi berorientasi objek.



Usenet merupakan salah satu sarana diskusi elektronis.



Sistem online merupakan salah satu mekanisme penyebaran informasi yang baik.



Saat ini, sistem online sukar diterapkan di Indonesia karena kurangnya sarana komunikasi.



Administrasi meliputi pencatatan pesanan pelanggan, data pribadi pelanggan, keuangan pemesanan dan modul untuk pencetakan tabel alamat dan label disket.

88



Tulisan ini membahas pembuatan suatu sistem interaktif untuk mempermudah pemakaian perunut sinar DKBTrace tersebut.



Sistem interaktif ini akan membantu pemakai dalam membayangkan letak objek yang hendak didefinisikan.



Dengan penggunaan sistem ini, pemakai tidak harus membuat sendiri berkas masukan tadi karena salah satu keluaran sistem ini adalah berkas masukan untuk DKBTrace tersebut.



Metode yang digunakan cukup efektif dalam pembuatan sistem ini.



Langkah ini dapat menjadi penghambat karena pengujian akan dihentikan menunggu program seleksi diperbaiki.



Mutan terbunuh jika keluarannya berbeda dengan diharapkan.



Alat bantu ini mempunyai kemampuan membuat gambar wajah dari penggabungan gambar bagian-bagian wajah yang ada dalam basis data.



Pengembangan alam bantu ini menggunakan metodologi berorientasi objek



Gambar yang digunakan direpresentasikan sebagai citra raster dengan tingkat keabuan (gray level).



Gambar wajah yang dihasilkan memiliki ciri-ciri gabungan dari gambar bagian-bagian wajah yang digunakan.



Pengoperasian alat ini cukup mudah dan sederhana.



Peranan komputer dalam mengatur jaringan komunikasi telepon menjadi sangat penting.



Peranan komputer dalam jaringan IN meliputi pengaturan dan perawatan jaringan serta pembuatan layanan-layanan baru.



Salah satu contoh layanan IN adalah layanan bebas biaya atau freephone (biasanya nomor telepon yang menggunakan layanan ini diawali dengan 1-800).



Tugas akhir ini menerangkan proses pembuatan layanan pada jaringan IN.



Proses ini menggabungkan fungsi-fungsi modular jaringan agar dapat membentuk suatu layanan baru secara cepat dan efisien.



Proses normalisasi terdiri atas beberapa tahapan yaitu 1NF, 2NF, 3NF, BCNF dan seterusnya.



Normalisasi digunakan untuk membantu mengurangi dan sebagainya sehingga akan didapatkan basis data yang baik.

89



PINOR memiliki fasilitas editor untuk diagram ER, fasilitas pemetaan dan fasilitas normalisasi terhadap tabel sehingga bentuk 3NF atau BCNF.



Masukan dari PINOR adalah diagram ER dari EASYCASE for windows dan diagram ER piranti ini sendiri.



Pengenalan ditujukan untuk huruf latin a..z,A..Z.



File BMP berupa huruf.



Metode bekerja berdasarkan titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan.



Hasil ekstraksi dikelompokkan dalam dua kelompok: kelompok titk dan kelompok garis.



Kelompok titik mencatat jumlah titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan dan jumlah potongan garis.



Kelompok garis mencatat karakteristik setiap potongan garis.



Huruf tidak dapat dikenali selama polanya belum pernah dipelajari oleh sistem.



Pertama kali proses belajar harus dilakukan untuk mendapatkan deskripsi pola huruf a..z, A..Z.



Berdasarkan deskripsi tersebut, sistem diharapkan dapat mengenali huruf latin.



Dalam banyak situasi, string yang dilacak dalam suatu teks tidak diketahui dengan tepat karena adanya salah eja atau kesalahan dalam teksnya sendiri.



Toleransi kesalahan di sini diukur dengan jarak edit.



Tugas akhir ini mengulas dan mengimplementasikan algoritma pelacakan teks dengan toleransi kesalahan (maksimum jarak edit k=2) yang dikembangkan oleh Wu dan Manber.



Hasil uji coba menunjukkan bahwa algoritma tersebut cukup praktis.



Komputer konferensi memberikan keuntungan karena tidak mewajibkan semua peserta konferensi/rapat untuk berada pada tempat yang sama pada waktu bersamaan.



X-Group adalah perangkat lunak komputer konferensi.



X-Group mempunyai fasilitas-fasilitas seperti percakapan lobby, komunikasi group, percakapan pribadi, pengiriman berkas, elektronik mail, dll.



Saat ini X-Group mendukung pertukaran data dalam bentuk teks.



X-Group masih akan dikembangkan hingga dapat mendukung pertukaran data video dan audio.



X-Group sebagai aplikasi yang berjalan dalam jaringan komputer membutuhkan keamanan dan autentikasi. 90



Otak manusia mampu melakukan tugas-tugas sederhana seperti mengenali suara dengan amat baik.



Sedangkan komputer dengan segala kecanggihannya sulit menandingi manusia untuk melakukan tugas-tugas tersebut.



Berdasarkan hal ini, para ilmuwan berusaha membuat suatu model dari otak manusia yang dikenal dengan nama jaringan neural buatan.



Salah satu model jaringan neural ini adalah ARTMAP.



Tahap pertama merupakan tahap pemrosesan awal yang berfungsi untuk mengekstraksi pola dari dunia nyata.



Pola masukan dari dunia nyata diubah bentuknya ke bentuk masukan yang sesuai dengan spesifikasi sistem.



Pemrosesan awal melibatkan transformasi Fourier (FFT) yang digunakan untuk menguraikan data dijital gelombang suara ke dalam domain frekuensi.



Sedangkan tahap kedua merupakan tahap pemrosesan ARTMAP yang berfungsi sebagai modul pengklasifikasi pola masukan agar dapat dipelajari dan dikenali polanya.



Keparalelan dilakukan dengan cara memanfaatkan sparsitas matrik.



Bahasa Penguraian yang dikembangkan pada thesis ini mampu memvisualisasikan ekspresi Boole ke dalam tataletak gerbang digital dengan menggunakan teknologi CMOS.



Aturan rancang bangun tataletak yang digunakan adalah aturan lambda.



Kerumitan ekspresi Boole yang diijinkan sebagai masukan dibatasi pada ekspresi yang rangkaian logikanya maksimum mengandung cabang tingkat 6.



Operator Boole yang digunakan meliputi NOT, AND, dan OR.



Operator Boole lainnya harus diubah dulu ke dalam ketiga operator tersebut.



Ekspresi Boole di atas harus dinyatakan dalam notasi infix.



Oleh interpreter AFRAC, notasi ini berturut-turut akan diubah ke dalam notasi postfix dan simbol khusus.



Proses pembuatan dokumen dalam media elektronik akan jauh lebih cepat dari bentuk dokumen biasa.

91

LAMPIRAN 4 KALIMAT-KALIMAT YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN

1.

Sistem Pakar Pendeteksi Pola (SP3) melakukan klasifikasi terhadap data yang

diberikan menjadi primitif-primitif pola. 2.

Aturan pola merupakan suatu context-free grammar yang diberikan dengan format

3.

Tujuan pengembangan adalah mencari alternatif lain dari alat masukan komputer

tertentu.

yang telah ada untuk komunikasi antara manusia dengan komputer. 4.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, berdasarkan perhitungan statistik didapat

kesimpulan bahwa obuek yang diamati “menggeleng” atau mengangguk”. 5.

Permasalahannya bagaimana mendapatkan kode yang optimal.

6.

Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

7.

Hasil dari PINOR dapat diimplementasikan menjadi suatu skema basis data

Microsoft Access. 8.

Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat percobaan.

9.

Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis UNIX, memiliki beberapa

keuntungan. 10. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering terlupakan. 11. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat menjamin hanya orang yang ditujukan yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang dikirim untuknya. 12. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA) sehingga bila pesan dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat didekripsi berdasarkan kunci publik yang dimilikinya.

92

13. Pesan elektronis (EMAIL-Electronic Mail) pada (Jaringan) komputer berbasis UNIX, memiliki beberapa keuntungan misalnya cepat, mudah digunakan dan efisien. 14. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering terlupakan. 15. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat menjamin hanya orang yang ditujulah yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang dikirim untuknya. 16. Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma asimetris, digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. 17. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA), sehingga bila pesan dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat dideskripsi berdasarkan kunci publik yang dimilikinya. 18. Percobaan yang pertama kode dibuat berdasarkan karakter, sedangkan percobaan kedua berdasarkan kata. 19. Namun percobaan kedua mempunyai kendala, yaitu tidak dapat mengakses data masukan yang berukuran > 30 kbyte disebabkan keterbatasan mesin yang dipergunakan. 20. Secara konsep, prinsip kerja EDI sebenarnya sederhana, yaitu mempertukarkan dokumen bisnis dalam bentuk yang dapat dibaca oleh komputer. 21. Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen bisnis menjadi lebih aman, akurat, ekonomis, dan tepat waktu. 22. Semakin besar informasi akan dapat berakibat semakin sulit informasi tersebut diakses. 23. Idealnya, informasi Usenet tersebut dapat disebarkan dan dibaca oleh individu atau organisasi di luar lingkungan UI, karena kemungkinan besar banyak informasi-informasi yang berguna bagi mereka. 24. Sistem ini meliputi pengolahan data Netnews pada sistem operasi Unix, yaitu dengan melakukan pembungkusan terhadap artikel-artikel Netnews menjadi paket-paket Netnews yang siap didistribusikan. 25. Penggunaan program perunut sinar DKBTrace, yang dibuat oleh David K. 26. Kesulitan dalam pemakaiannya. 93

27. Kesulitan yang paling dirasakan adalah pada saat penulisan berkas masukan untuk program ini dan pada pendefinisian letak objek dalam ruang tiga dimensi. 28. Dua diantaranya adalah INGRES/4GL1 dan INFORMIX-4GL2, kedua bahasa tersebut mempunyai perbedaan dasar pemrograman, tetapi mempunyai ruang lingkup yang sama yaitu basis data. 29. Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator, analisa leksikal, analisa sintaks, pengaturan tabel simbol dan pembentuk instruksi (code generator). 30. Hasil dari sistem dapat ini menjembatani kelebihan maupun kelemahan dari INGRES/4GL dan INFORMIX-4GL. 31. Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program uji, maka dilakukan langkah perbaikan terhadap kesalahan program tersebut. 32. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Improver, yaitu suatu alat penguji otomatis berdasarkan teknik mutasi yang diharapkan dapat memberikan alternatif perbaikan pada kesalahan program selama kondisinya memungkinkan. 33. Jika program P ikut terbunuh maka dideteksi kesalahan pada program P. 34. Kesimpulan penelitian ini adalah: improver dapat memberikan alternatif perbaikan kesalahan program jika kesalahan tersebut dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi. 35. Tugas akhir ini bertujuan alat bantu interaktif untuk keperluan identifikasi wajah berupa perangkat lunak komputer. 36. Dengan alat bantu ini diharapkan dapat mempermudah pekerjaan kepolisian dalam proses penyidikan tindak kejahatan. 37. Alat bantu ini terdiri dari dua modul, yaitu: modul pembuatan basis data dan modul pembuatan gambar wajah. 38. Alat ini memiliki fasilitas manipulasi gambar berupa pengaturan tingkat kecerahan dan kontras gambar, dan perbaikan akibat penggabungan gambar bagian-bagian wajah. 39. Antarmuka dengan pemakai yang digunakan adalah antarmuka berbasis grafik (Graphical User Interface) dengan gaya interaksi pemilihan dan manipulasi langsung. 40. Dari uji coba yang dilakukan diperoleh sebuah gambar wajah baru yang berbeda dari gambar wajah dasar yang ada dalam basis data.

94

41. Selain itu juga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dalam proses pembentukan wajah baru yang diinginkan. 42. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon menjadi sangat penting 43. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon dengan pengaturan komputer sistem jaringan Intelligent Network (IN). 44. Karena sifat modularitas fungsi-fungsi pembentuk layanan dalam IN, maka digunakanlah pendekatan berorientasi objek dalam proses pembentuknya. 45. Untuk memperjelas proses pembuatan dan proses pemanggilan suatu layanan IN, maka pada tugas akhir ini dibuat pula simulasi jaringan IN. 46. Perancangan basis data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model data, salah satunya adalah model ER (Entity Relationship model). 47. Berdasarkan titik-titik tersebut diperoleh potongan-potongan garis pembentuk huruf. 48. Potongan garis memiliki karakteristik tertentu seperti: jenis titik awal dan akhir garis, perubahan derajat kemiringan (slope change), orientasi, panjang relatif terhadap total panjang potongan-potongan garis pembentuk huruf. 49. Hasil yang diperoleh, dengan data uji coba dengan yang digunakan fase belajar mencapai 94.7. 50. Untuk itu dibutuhkan suatu algoritma pelacakan teks yang membolehkan adalnya toleransi kesalahan. 51. Untuk mengetahui kinerja dari algorima ini, dilakukan uji coba pada file yang berisi lemma-lemma dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 52. Komputer konferensi adalah salah satu bentuk dari otomasi perkantoran yang memungkinkan para penggunanya, sebagai kelompok problem solving, untuk bertukar informasi yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi. 53. Untuk mengatasi masalah keamanan dan autentikasi X-Group, digunakan kriptografi dengan teknik RSA (River-Shamir-Adleman) dan DES (Data Encryption Standard). 54. Dalam tugas akhir ini dibuat suatu prototipe penerapan ARTMAP pada proses pengenalan suara manusia. 55. Thesis ini membahas metode penyelesaian langsung faktorisasi LU paralel untuk matrik sparse tak simetri dari sistem persamaan linier Ax=b dengan A e Rnxn dan x,b e Rn. 95

56. Dalam pencarian himpunan pivot kompatibel digunakan strategi Markowitz. 57. Disajikan pula hasil eksperimen dari hasil kerja algoritma di atas yang diimplementasikan secara simulasi. 58. Yang terakhir ini digunakan oleh ASFRAC untuk membisualisasikan tataletak ekspresi Boole yang bersangkutan. 59. Akan jelas bahwa masing-masing perangkat kompilasi itu memiliki kelebihan dan kekurangan.

96

Related Documents

Shelly
July 2020 9
Shelly Resume
November 2019 16
Kevin Shelly
May 2020 6
Shelly Lengefeld
December 2019 6
P.b. Shelly
May 2020 3
Us Shelly Agreement
July 2020 6