Sgd 6 Filariasis.docx

  • Uploaded by: AlexSusanto
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sgd 6 Filariasis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,669
  • Pages: 44
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Filariasis merupakan suatu penyakit yang dikenal di dunia dan penyakit terbesar setelah penyakit mental. Penyebab dari penyakit vilariasis adalah kecacatan menetap dan berjangka sangat lama. Di Indonesia, mereka yang terkena penyakit vilariasis dapat terbaring ditempat tidur lebih dari lima minggu pertahunm karena gejala klinis mewakili 11% dari masa usia produktiv. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Vilariasis yaitu : Wucheria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Indonesia 70% kasus vilariasis disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup pada kelenjar dan saluran getah bening yang menyebabkan kerusakan pada saluran limfatik sehingga dapat menimbulkan kronis ataupun akut. Berdasarkan laporan dari kabupaten atau kota jumlah kasus vilariasis dilaporkan sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus. Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus vilariasis adalah Nanggroe Aceh Darusalam (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang), dan Papua (1.158 orang). Tiga provinsi dengan kasus terendah adalah Bali (18 orang), Maluku Utara (27 orang), dan Sulawesi (30 orang). Menurut kabupaten, pada tahun 2009 tiga kabupaten dengan kasus terbanyak vilariasis adalah Aceh Utara (1.353 kasus), Manokwari (667 kasus), dan Mappi (652 kasus). Tampak perbedaan jumlah kasus yang cukup besar di kabupaten Aceh Utara dibanding kabupaten lainnya (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). Pada umumnya laki-laki lebih banyak terkena infeksi, karena lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan infeksi. Gejalanya lebih Nampak karena pekerjaan fisik yang lebih berat. Penderita laki-laki mengalami penyakit genital (umumnya menderita hydrcocele). Wanita juga bisa terkena

1

infeksi tersebut, kebanyakan wanita menderita hymphoedema atau elephantiasis pada kakinya. Selain penyakit Vilariasis ada juga penyakit acariasis. Penyakit ascariasis disebabkan oleh cacing gelang yang cara penularannya melalui tanah. Nama lain dari cacing gelang yang menyebabkan penyakit ascariasis adalah cacing Ascariasis lumbricoides. Angka kejadian tertinggi ditemukan dinegara berkembang dengan lingkungan yang buruk serta didaerah tropis dengan suhi optimal 23° C sampai 30° C, seperti Indonesia (Rampengan 2005; Sutanto dkk, 2008). Prevalensi penyakit cacingan di Indonesia masih sangat tinggi, terutama golongan penduduk yang kurang mampu dari segi ekonomi. Pada kelompok ekonomi lemah mempunyai tinggi risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang adanya kemampuan menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan (Sumanto D, 2010). Khususnya di pedesaan, tidak adanya jamban membuat masyarakat mempunyai kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, kemudia tanah terkontaminasi dengan telur cacing. Usia anak sekolah dasar sering terkena infeksi cacing tersebut karena pada usia anak-anak tersebut masih sering kontak dengan tanah. Mengingat media untuk penularan cacing tersebut adalah tanah. Berdasarkan hasil pemeriksaan tinja dilakukan di 8 provinsi di Indonesia tahun 2008, didapat angka prevelansi cacingan yang tinggi yakni Banten 60,7%, Nanggroe Aceh Darussalam 59,2%, Nusa Tenggara Timur 27,7%, Kalimantan Barat 26,2%, Sumatera Barat 10,1%, Jawa Barat 6,7%, Sulawesi Utara 6,7%, dan Kalimanran Tengah 5,6% (Ditjen PPL – RI Depkes RI, 2009). Pencegahan infeksi sangat penting dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan terkontaminasi feses manusia, cuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum memgang makanan, lindungi makanan dari tanah.

2

1.3.1 Rumusan Masalah 1.2.1

Apa pengertian dari vilariasis dan ascariasis ?

1.2.2

Apa saja etiologi dari vilariasis dan ascariasis ?

1.2.3

Bagaimana patofisiologi vilariasis dan ascariasis ?

1.2.4

Bagiamana WOC dari vilariasis dan ascariasis ?

1.2.5

Bagaimana Manifestasi klinis dari vilariasis dan ascariasis ?

1.2.6

Bagaiamana penatalaksanaan dari vilariasis dan ascariasis ?

1.2.7

Apa saja komplikasi vilariasis dan ascariasis ?

1.2.8

Bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani vilariasis dan ascariasis ?

1.2.9

Buatlah sebuah contoh kasus dan tentukan asuhan keperawatan kasus tersebut

1.3

Tujuan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah : 1.3.1

Tujuan Umum Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep vilariasis dan ascariasis sehingga mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan.

1.3.2

Tujuan Khusus Setelah menyelesaikan makalah ini mahasiswa diharapkan mampu : 1.

Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari filariasis dan ascariasis

2.

Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari filariasis dan ascariasis

3.

Mahasiswa mengerti dan paham tentang patofisiologi filariasis dan ascariasis

4.

Mahasiswa mengetahui WOC dari filariasis dan ascariasis

5.

Mahasiswa mengerti gejala dari filariasis dan ascariasis

6.

Mahasiswa dapat

mengetahu komplikasi

filariasis

dan

ascariasis

3

7.

Mahasiswa

mengetahui

masalah

keperawatan

yang

ditimbulkan dari vilariasis dan ascariasis 8.

Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan secara mandiri

.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Definisi

2.1.1 Definisi Filariasis

2.1.1 Gambar cacing Filariais Filariasis (Kaki gajah) adalah penyakit yang menular karena disebabkan infeksi cacing filarial dan ditelurkan oleh berbagai jenis nyamuk diantaranya Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Penyakit tersebut dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filarial hidup di saluran dan kelenjar betah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan pada saluran dan kelenjar betah bening, infeksi cacing dapat menyebabkan gejala klinis ataupun kronik (Depkes RI, 2005). Penyakit Filariasis ditemukan pada daerah khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah. Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga spesies yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori (Elmer R. Noble & Glenn A. Noble, 189). Tempat hidup cacing filaria tersebut dapat berupa hewan atau manusia. Manusia mengandung parasit yang mampu menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Hewan diantaranya Brugia malayu yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda, ataupun sapi.

5

Penyakit filariasis terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah. Pemeriksaan dilakukan pada malam hari karena micrifilaria akan menampkkan

diri

didalam

darah

(Nocturnal

periodicity).

Selain

pemeriksaan tersebut pemeriksaan dikenal sebagai penjaringan membrane, metode konsentrasi knott dan teknik pengendapan metode pemeriksaaan kearah diagnose yang diakui oleh pihak WHO dengan pemeriksaan sistem “tes kartu”. Caranya mengambil sample darah dengan system tusukan jari droplets. Siklus hidup cacing filaria adalah seseorang dapat tertular dari gigitan nyamuk yang terinfeksi laeva stadium III (L3). Ketika nyamuk mengginggit tubuh manusia maka mikrofilia berselubung (didapatkan ketika mengginggit penderita valiariasis), akan melepaskan selubung tubuhnya kemudian akan menembus perut tengah lanjut menuju ke otot dada nyamuk. Larva stadium I (L1). Kemudian berkembang menjadi L3, semua itu membutuhkan waktu 12 – 14 hari. Ketika nyamuk mengandung L3 tersebut menginggit manusia, maka akan terjadi infeksi mikrofilia dalam tubuh orang tersebut kemudian memasuki pembuluh limfe dimana L3 akan tumbuh menjadi cacing dewasa, dan berkembang biak menghasilkan mikrofilaria

banyak.

Semakin

banyak

cacing

berkembang

biak

makapembuluh limfe akan terjadi penyumbatan sehingga aliran sekresi kelenjar limfe menjadi terhambat dan menumpuk disuatu lokasi. Penumpukan tersebut akan terjadi pembekakan kelenjar limfe, biasanya disertai infeksi sekunder dengan fungi dan bakteri karena kurang terawatt daerah lipatan kulit yang mengalami pembengkakan tersebut.

2.1.1 Gambar siklus cacing Vilariasis

6

Klasifikasi cacing filaria Kingdom

: Animalia

Clasiss

: Secernentea

Ordo

: Spirurida

Upordo

: Spirurina

Family

: Onchocercidae

Genus

: Wuchereria

Species

: Wuchereria bancrofti

2.1.2 Definisi ascariasis

Gambar 2.1.2 Cacing Ascariasis Lumbicoides dewasa Ascariasis

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

cacing

A.lumbricoides (Cacing gelang) yang hidup di usus halus manusia dan penularannya melalu tanah. Frekuensi terbesar berada di Negara tropis yang lembap angka prevalensi mencapai diatas 50%. Angka prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi anak usia 5 – 15 tahun. Manusia merupakan satu-satunya hospes untuk A.lumbricoides (Ditjen PP & PPL Dep. Kes. RI, 2005 ; Bethony dkk, 2006). Cacing A.lumbricoides golongan nematoda. Nematode berasal dari kata nematos artinya benang dan oidos artinya bentuk, sehingga cacing tersebut sering disebut cacing gilik atau cacing gelang. Cacing tersebut tinggal di usus halus bagian atas dan mengeluarkan telur bersama feses sehingga akan menyebabkan gangguan keseimbangan fisiologi yang normal pada usus, diantaranya dapat mengiritasi yang dapat mengganggu gerakan peristaltic dan penyerapan makanan.

7

Cacing tersebut lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan lembab, diantaranya pada daerah tropik. Umumnya ditemukan pada anak-anak usia 5 – 10 tahun sebagai host penjamu). Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot somatik dilumpuhkan dengan obat antelmintik, maka cacing akan keluar dengan gerakan peristaltic normal. Siklus hidup cacing ini membutuhkan waktu empat sampa delapan minggu

untuk

menjadi

dewasa.

Manusia

bisa

terinfeksi

karena

mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing. Telur tersebut menetas dan menjadi larva di usus halus. Selanjutnya larva bergerak menembus pembuluh darah dan limfe usus mengikuti aliran darag ke hati menuju ke jantung. Larva dipompa ke paru setelah mencapai alveoli larva akan menetap selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila larva telah berukuran 1,5 mm ia kemudian berimigrasi ke saluran nafas ke epiglottis kemudian ke esofagus lalu ke lambung dan akhirnya kembali ke usus halus menjadi dewasa (Beaver dkk, 1984; Markel dkk, 1999; Strikland, G.T. dkk. 2000)

Gambar 2.2.2 Siklus cacing Ascariasis Klasifikasi cacing A.lumbricoides Kingdom

: Animalia

Filum

: Nematoda

8

2.2

Class

: Secernentea

Ordo

: Ascaridida

Family

: Ascarididae

Genus

: Ascaris

Spesies

: A.lumbicoides

Etioligi

2.2.1 Etiologi vilariasis Penyakit filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria : Wucheria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Dia dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yag beredar dalam darah terutama malam hari. Ciri-ciri cacing microfilaria : 1) Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih, dan hidup didalam sistem limfe 2) Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm 3) Cacing jantan lebih kecil 55 mm x 0,09 mm 4) Berkembang secara ovovivipar Faktor yang mempengaruhi perkembangan microfilaria 1) Lingkungan fisik : iklim, geografis, air, dan lainnya 2) Lingkungan biologic : lingkungan hayati yang mempengaruhi penularan 3) Lingkungan social ekonomi budaya : pengetahuan, sikap, dan perilaku 4) Ekonomi : cara bertani, mencari rotan, getah, dsb 2.2.2 Etiologi ascariasis Ascariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Stadium infektif Ascariasis Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Sesudah tertelan oleh hospes manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus dinding usus sebelum migrasi ke paru-paru melalui sirkulasi vena. Mereka memecah jaringan paru-paru dan masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, kemudian tertelan kembali. Setelah sampai ke usus kecil larva berkembang menjadi cacing dewasa yang mempunyai

9

ukuran 15-25 cm x 3 mm itu laki-laki, betina 25-35 cm x 4 mm. cacing betina hidupnya 1-2 tahun dan menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi infektif dalam 5-10 hari, pada kondisi lingkungan yang mendukung. 2.3.1 Patofisiologi 2.3.1 Patofisiologi Filariasis Penyakit kaki gajah atau Bancroftian filariasis adalah infeksi cacing nematoda Wucheria bancrofi yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium seksual) dan menjadi dewasa di dalam kelenjar getah bening

manusia

sebagai

pejamu

definitif.

Cacing

betina

akan

memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran darah perifer menusia pada malam hari (nocturnal periodicity) dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10.00 dan 2.00 pagi. Bentuk lain mikrofilaria dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diurnal sub-periodicity). Penyakit ini endemis di daerah Pasifik Selatan tempat vektor nyamuk mempunyai kebiasaan menggigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan. Bila penderita penyakit kaki gajah ini digigit nyamuk dan nyamuk mengisap darahnya, maka mikrofilaria di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami multiplikasi dan nyamuk menjadi pejamu intermediate. Seandainya nyamuk infeksius ini mengigit orang lain, maka air liur nyamuk yang banyak mengandung mikrofilaria akan masuk ke dalam alirah darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa. Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium : stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun.

10

Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin berbeda dengan yang terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran, 2008). penderita

mikrofilaremia tanpa

gejala

klinis,

Pada

pemeriksaan dengan

limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing yang mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus tertutup menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di sekitar daerah yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005). Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise. Gajala peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan pada sistem limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadangkadang saluran sperma yang meradang tersebut menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang kadang terjadi kiluria, yaitu urin yang bewarna putih susu yang terjadi karena dilatasi pembuluh limfe pada sistem ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukkan peradangan yang berat walaupun mereka mengadung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008). 2.3.2 Patofisologi ascariasis Manusia merupakan satu satunya hospes definit Ascariasis lumbricoides, jika terelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan menetas dan melepaskan lara infektof (larva

11

rhabditiform) kemudian menembus dinding usus masuk ke dalam vena portaehati, mengikuti aliran darah masuk ke jantung kanan dan selanjutnya ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama 1 – 7 hari. Larva tumbuh didalam paru dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk ke bronkus, trachea, laring, kemudian merayap melalui epiglottis masuk ke dalam traktus digestivus dan berkahir sampai kedalam usus halus bagian atas. Larva berganti kulit menjadi cacing dewasa.umur cacng dewasa kira-kira satu tahun, kemudian secara spontan keluar bersama tinja. Menurut penelitian stadium larva dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III yang bersifat infektif. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus menerus sehingga beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Apabila makan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak atau melalui kontak langsung dengan kulit. Selama emigrasi, larva askaris menyebabkan peradangan dengan terjadinya infiltrasi eosinophilia. Antigen ascaris dilepaskan selama migrasi larva yang merasang respon imunologi dalam tubuh dan respon ini telah dibuktikan adanya pelepasan antibody terhadap kelas Ig G spesifik yang dapat membentuk reaksi complement-fixationdan precipitating. Gejala utama berasal dari adanya cacing dalam usus atau akibat migrasi kedalam lumen usus yang lain atau perforasi kedalam peritoneum. 2.4

WOC (Web of Causation)

2.4.1 WOC Filarasis Nyamuk

Menggigit manusia

12

Parasit masuk merusak jaringan

Masuk saluran getah bening

MK: Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Peradangan saluran dan kelenjar limfe

Disfungsi sistem limfatik

Sirkulasi tersumbat

Terjadi pembengkakan

Kaki membesar

MK: Gangguan mobilitas fisik

13

2.4.2 WOC ascariasis Telur Askaris Lumbricoides yang Infektif didalam Tanah

Telur Askaris Lumbricoides yang Kering

Menempel pada tangan tanpa cuci tangan

Terbang Melalui Udara

Mengkontaminasi Makanan

Tertelan masuk ke Lambung dan Duodenum

Telur Menetas dan Melepaskan Larva Larva menembus dinding Usus Masuk ke dalam vena porta ke jantung kanan

Sirkulasi pulmonal ke paru-paru

Melepas antigen askaris

Tembus kapiler masuk alveoli dan bronkhi

Reaksi alergi

Migrasi ke lambung

Pelepasan histamin

14

Sensasi gatal Mual, muntah, nyeri epigastrik MK: Nyeri

Dalam usus cacing matur menjadi cacing dewasa

Cacing mengeluarkan anti enzim sebagai proteksi dan mengambil nutrisi

Eosinofilia

MK : Kerusakan Integritas Kulit

Absorbsi nutrisi terganggu

Hipoglikemi

MK : Gangguan Nutrisi

2.5

Manifestasi Klinis

2.5.1 Manifestasi Klinis filariasis 1) Demam verulang – ulang selama 3-5 hari 2) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha 3) Radang saluran kelenjar getah bening 4) Filariasis abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening dapat pecah dan mengeluarkan nanah 5) Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema) 2.5.2 Manifestasi klinis ascariasis Umumnya askariasis ringan tidak disertai dengan gejala. Tetapi ketika usus telah penuh dengan ratusan cacing Ascariasis lumbricoides, gejala serius, dan komplikasinya dapat terjadi. Diantaranya : 1) Demam dan batuk kering

15

2) Mengi 3) Sakit perut 4) Mual atau muntah 5) Gizi bruk, terutama pada anak-anak 6) Diare atau BAB berdarah 7) Cacing keluar baik dari mulut, hidung atau rectum (anus) 2.6

Penatalaksanaan

2.6.1 Penatalaksanaan filariasis Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh,

baik

untuk

filariasis

bancrofti

maupun

brugia,

bersifat

makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik. Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas : 1.

Pemberantasan nyamuk dewasa a. Anopheles : residual indoor spraying b. Aedes

2.

: Aerial spraying

Pemberantasan jentiknyamuk a. Anopheles : Abate 1% b. Culex

: Minyak tanah

c. Mansonia : Melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa, dan saluran air

16

3.

Mencegah gigitan nyamuk a. Menggunakan kawat nyamuk/ kelambu b. Menggunakan repellent Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya

dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis. Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah endemis, dengan harapan

bahwa

penderita

dengan

gejala

klinik

filariasis

segera

memeriksakan diri ke puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah lima tahun, dengan melakukan pemeriksaan ektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria. 2.6.2 Penatalaksanaan ascariasis Cacing ascariasis lumbricoides sering berada dalam usus manusia bersama-sama dengan cacing tambang. Cacing ini sebaiknya dibasmi lebih dahulu baru kemudian cacing tambang. Obat-obat yang digunakan adalah : 1) Levamisole hydrochlorida diberikan sebagai dosis tunggal 2,5 – 5 mg per-kg berat badan 2) Gram piparizine, 75 mg per-kg berat badan, maksimum 3,5 gram diberikan 2 hari sebagai dosis harian tunggal 3) Albendazole, untuk orang dewasa dan anak-anak diatas usia dua tahun yang diberikan dengan dosis tunggal 400 mg 4) Mebendazole, diberikan dengan dosis 100 mg dua kali per hari selama 3 hari berturut-turut 5) Cyclobendazole adalah derivat benzimidazole baru yang dapat membunuh A.lumbricoides (Struchlet, et.al., 1980) 6) Heksilresorsinol, diberikan 1 gram heksilresorsinol sekaligus disusul pemberian laksans sebanyak 30 gram MgSO4 yang diulangi lagi 3 jam kemudian tujuannya untuk mengeluarkan cacing. Tetapi, pasien harus puasa dulu

17

2.7

Komplikasi

2.7.1 Komplikasi filariasis 1) Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena 2) Elephantitis tungkai 3) Limfedema :infeksi Wucheria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan payudara 4) Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfamgitis pada saluran limfe testis berulang :pecahnya tunika vaginalis hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan viseralis tunika baginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada didalam rongga itu memang adadan berada dalam keseimbanan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya 5) Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih. 2.7.2 Komplikasi ascariasis Selama larva sedang berimigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat dan pneumonitis, bahkan dapat menyebabkan pneumonia. 2.5

Asuhan Keperawatan Teori Pada Klien Infeksi Parasit : Filariasis, Ascariasis

2.8.1 Filariasis 1) Pengkajian a) Riwayat kesehatan Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama sifat kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari. Demam ini dapat hilang pada istirahat dan muncul setelah bekerja berat. Pemeriksaan fisik (objektif) – dan keluhan (subjektif) 1) Aktifitas/istirahat Gejala

: mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur

18

Tanda

: kelamahan otot, menurunnya masa otot, respon fisiologi

aktivitas (perubahan TD, frekuensi jantung) 2) Sirkualasi Tanda

: perubahan TD, menurunya volume nadi

perifer,

perpanjangan pengisian kapiler 3) Integritas dan Ego Gejala

: stres berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan

penampilan, putus asa dan sebagainya Tanda

: mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, dan

marah 4) Integumen Tanda

: kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek

5) Makanan / cairan Gejala

: anoreksia, permeabilitas cairan

Tanda

: turgor kulit buruk, edema

6) Hygiene Gejala

: tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda

: penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri

7) Neurosensoris Gejala

: pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera

peraba, kelemahan otot Tanda

: ansietas, refleks tidak normal

8) Nyeri atau kenyaman Gejala

: nyeri umum atau lokal, rasaterbakar, sakit kepala

Tanda

: bengkak, penurunan rentan gerak

9) Keamanan Gejala

: riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyskit difesiensi

imun, demam berulang, berkeringat malam Tanda

: perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe

10) Seksualitas Gejala

: menurunya libido

Tanda

: pembengkakan daerah skrotalis

19

11) Interaksi sosial Gejala

: masalah yang ditimbulkan diagnosis, isolasi, kesepian

Tanda

: perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri

b) Pemeriksaan diagnostik Menggunakan sediaan darah makam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien suda terdeteksi kuat mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa di tali sperma atau kelenjar mamae wanita. 2) Diagnosa keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe 3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik 4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, deficit imun, lesipda kulit 3) Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening Hasil yang diharapkan : suhu tubuh pasien dalam batas normal Intervensi 1. Berikan respon pada daerah frontalis dan axial 2. Monitor vital sign, terutama suhu tubuh 3. Pantau suhu lingkungan dan

Rasional 1. Mempengaruhi pengaturan

pusat suhu

di

hipotalamus, mengurangi panas

tubuh

mengakibatkan

yang darah

modifikasi lingkungan sesuai

vasokontriksi

sehingga

kebutuhan, misalnya sediakan

pengeluaran panas secara

selimut yang tipis

konduksi

20

4. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 5. Anjurkan

klien

mengetahui

kemungkinan memakai

pakaian tipis dan menyerap keringat

2. Untuk

jika

panas

perubahan

tanda-tanda vital 3. Dapat membantu dalam mempertahankan

tinggi’kolaborasi dengan tim

menstabilkan suhu tubuh

medis dalam pemberian terapi

pasien

pengobatan (anti piretik)

4. Diiharapkan keseimbangan

cairan

tubuh 5. Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan

mengurangi

penguapan

Diagnosa Keperawatan nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang Intervensi 1. Berikan

Rasional tindakan

1. Meningkatkan

relaksasi,

kenyamanan (pijat atau atur

memfokuskan

kembali

posisi)

perhatian

ajarkan

teknik

relaksasi

dapat

menigkatkan koping

2. Observasi intensitas,

nyeri

(kualitas,

durasi,

dan

frekuensi nyeri)

2. Menentukan

intervensi

selanjutnya

dalam

mengatasi nyeri

3. Anjurkan pasien melaporkan

3. Nyeri

berat

dapat

dengan segera apabila nyeri

menyebabkan syok dengan

4. Kolaborasi dengan tim medis

merangsang sistem syaraf

dala

pemberian

terapi

pengobatan (obat anelgetik)

simpatis,

mengakibatkan

kerusakan lanjutan 4. Diberikan

untuk

21

menghilangkan nyeri Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik Hasil yang diharapkan : Menyatakan gambaran diri lebih nyata, menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pada pandangan idealism, mengakui diri sebagai idividu yang mempunyai tanggung jawab sendiri Intervensi

Rasional

1. Akui kenormalan perasaan 2. Dengarkan keluahn pasien dan

tangapan-tanggapannya

mengenai

keadaan

yang

dialami

negatif,

penggunaan

penolakan atau tidak terlalu mempermasalahkan

dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan, dan

kepada

terdekat

untuk

memberikan pada

informasi

saat

tahap

penerimaan 2. Mengidentifikasi

perubahan aktual 4. Anjurkan

pasien dalam memandang

berguna

3. Perhatikan perilaku menarik diri

1. Memberi petunjuk bagi

tahap

kehilangan / kebutuhan orang

intervensi.

untuk

3. Melihat

memperlakukan pasien secara

kluarga,

normal

perasaan tidak berguna,

keluarga)

(bercerita

tentang

pasien

dalam

mengurangi

tidak berdaya, dan persaan terisolasi dari lingkungan dan

dapat

memberikan

pula

kesempatan

pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan. 4. Membina teraupetik

suasana pada

untuk

pasien memulai

penerimaan diri

22

Diagnosa keperawatan mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh Hasil yang diharapkan : menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas Intervensi

Rasional

1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)

otot

2. Tingkat tirah baring / duduk 3. Berikan

lingkungan

yang

tenang

toleransi

kekuatan

dan

mencegah

kekakuan sendi 2. Meningkatkan dan

4. Tingkatkan aktivitas sesuai

5. Evaluasi

1. Meningkatkan

istirahat ketenangan,

menyediakan enegi untuk penyembuhan

respon

pasien

terhadap aktivitas

3. Tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan Menetapkan kemampuan / 4. kebutuhan

pasien

memudahkan

dan

pilihan

intervensi

Diagnosa Keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri defisit imun, lesipadakulit Hasil yang diharapkan : Mempertahankan keutuhan kulit, lesipadakulit dapat hilang Intervensi 1. Ubah posisi ditempat tidur

Rasional 1. Mengurangi resiko abrasi

dan kursi sesering mungkin

kulit

dan

penurunan

(tiap 2 jam sekali) gunakan

tekanan

pelindung kaki, bantalan busa

menyebabkan kerusakan

atau air pada waktu berada di

aliran darah seluler.

yang

dapat

23

tempat tidur dan pada waktu duduk dikursi

udara

2. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin 3. Anjurkan

2. Tingkatkan

pasien

untuk

melakukan rentan gerak

sirkulasi

pada

permukaan

kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban. 3. Kerusakan

kulit

dapat

terjadi dengan cepat pada untuk

daerah – daerah yang

rentan

beresiko

gerak’kolaborasi : rujuk pada

nekrotik.

4. Anjurkan

pasien

melakukan

ahli

kulit

sirkulasi,

meningkatkan dan

mencegah

terjadinya dekubitus

terinfeksi

4. Meningkatkan dan

dan

sirkulasi,

meningkatkan

partisipasi pasien.

4) Implementasi 1. Melakukan kompres pada daerah frontalis dan axial 2. Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih 3. Melakukan tindakan kenyaman (pijatan/aturposisi), ajarkan teknik relaksasi 4. Melakukan retang pergerakan sendi 5. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas 6. Memeriksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin 5) Evaluasi Setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapatkan perubahanyang lebih baik, jika tidak ada hasil yang didapatkan maka tindakan akan dihentikan mengkaji kembali keadaan klien dengan membuat intervensi baru. 2.8.2 Ascariasis 1) Pengkajian Jenis infeksi memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Askariasis adalah infeksi usus kecil yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides.

Cacing ini merupakan cacing gelang besar yang

24

panjangnya dapat mencapi 40 cm dan setebal pensil. Askariasis seiring terjadi pada daerah yang beriklim tropis dan subtropics a. Pemeriksaan fisik : 1) Aktifitas dan istirahat Gejala: kelemahan, cepat lelah, tidak tidur semalam Tanda: ansietas 2) Sirkulasi Tanda: takikardi (respon atas demam) 3) Nutrisi/cairan Gejala: mual, muntah Tanda: hipoglemia, perut buncit, dehidrasi, berat badan turun 4) Eliminasi Tanda: diare, penurunan jumlah urine 5) Nyeri Gejala: nyeri epigastrik 6) Integritas ego Gejala: ansietas Tanda: gelisah, ketakutan 7) Keamanan Tanda: kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat b.

Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan mikroskopis pada feses untuk memeriksa sejumlah besar telur yang dieksresikan melalui anus. 2) Pada pemerikasaan darah ditemukan periferal eosinofilia. 3) Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru

2) Diagnosa Keperawatan 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh karena diare 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorekisia dan muntah

25

3. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi 4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (adanya cacing dalam usus) 3) Intervensi Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh karena diare Kriteria hasil: Kekurangan volume cairan teratasi Intervensi

Rasional

1. Monitor vital sign

1. Untuk

2. Monitor intake dan output 3. Kaji adanya tanda-tanda terjadinya

syok

hipovelemik 4. Kolaborasi cairan intravena jika diinstruksikan

mengetahui

keadaan umum dari klien 2. Membantu

untuk

menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan 3. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan klien untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok hipovolemik 4. Untuk membantu cairan dalam tubuh klien

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorekisia dan muntah Kriteria Hasil: Menunjukkan status nutrisi yang adekuat Intevensi 1. Pantau nilai laboratorium,

Rasional 1. Untuk mengetahui berapa

26

khususnya

trasnferin,

albumin dan elektrolit

banyak

nutrisi

yang

diperlukan klien

2. Timbang berat badan setiap hari

2. Agar mengetahui adanya peningkatan berat badan

3. Kolaborasi dengan ahli gizi (diet TKTP, jenis zat dan gizi yang dibutuhkan)

atau tidak pada klien 3. Untuk mengetahui gizi yang seimbang dan yang diperlukan oleh tubuh

Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi Kriteria hasil: mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-tanda dan gejala hipertermia Intervensi

Rasional

1. Lakukan kompres

1. Mempengaruhi

2. Monitor intake dan ouput cairan

suhu

di

hipotalamus, mengurangi

3. Monitor suhu dan tanda vital 4. Kolaborasi

pengaturan

pusat

panas

tubuh

mengakibatkan dalam

pemberian obat antipiretik

vasokonstriksi

yang darah sehingga

pengeluaran panas secara konduksi 2. Membantu

untuk

menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan 3. Untuk

mengetahui

adanya perubahan tandatanda vital klien 4. Obat antipiretik berfungsi

27

untuk pengatur kembali pusat pengatur panas

Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (adanya cacing dalam usus) Kriteria hasil: menunjukkan penurunan tingkat nyeri/nyeri hilang Intervensi 1. Kaji skala nyeri

Rasional 1. Mengetahui

daerah

2. Lakukan pengkajian nyeri

nyeri, kualitas, kapan

yang komprehensif (PQRST)

nyeri dirasakan, faktor

3. Ajarkan klien dan keluarga

pencetus,

berat

tentang teknik distraksi dan

ringannya nyeri yang

reileksasi

dirasakan

4. Kolaborasikan dengan dokter mengenai penanganan nyeri

2. Menentukan intervensi selanjutnya

dalam

mengatasi nyeri 3. Untuk klien

mengedukasi apabila

nyeri

timbul lagi 4. Diberikan

untuk

menghilangkan nyeri. 4) Implementasi 1. Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih 2. Mengevaluasi tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien 3. Mengajarkan kien dam keluarga tentang makanan yang bergizi 4. Memantau berat badan klien 5. Melakukan kompres hangat untuk mengurangi panas tubuh 5) Evaluasi Setelah melakukan tindakan keperawatan hal yang diharapkan adalah klien mendapatkan perubahan yang signifikan, dan jika tidak ada

28

hasil yang didapatkan maka tindakan akan dihentikan dan mengkaji kembali keadaan klien dengan membuat intervensi baru.

29

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1

Kasus An. D berusia 7 tahun bersama ibunya datang ke RS UA dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir dan terdapat cacing, muntah 2x/hari dan terasa gatal pada daerah anus. Ibu An. D mengatakan gejala timbul setelah An. D bermain kelereng dengan teman – temannya dan dirumah An. D langsung makan tanpa membersihkan diri. Hasil pemeriksaan TTV diketahui bahwa An. D memiliki nadi 100x/menit, TD 90/80mmHg, suhu 40oC, RR 30x/menit, BB sebelum sakit 22 kg, BB sekarang 17kg, CRT=3 detik, tampak gelisah kesakitan sembari memegang perut, dan lemah.

3.2

Pengkajian

3.2.1 Data Demografi Nama

: An. D

Usia

: 7 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kenjeran, Surabaya

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Suku bangsa

: Jawa

Tanggal MRS

: 26 November 2016

Tanggal pengkajian

:26 November 2016

3.2.2 Keluhan Utama Panas sejak 3 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir dan terdapat cacing, muntah 2x/hari dan sesak napas. 3.2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang An. D berusia 7 tahun bersama ibunya datang ke RS UA dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu,

BAB 5x/hari warna kuning kehijauan

bercampur lendir dan terdapat cacing, muntah 2x/hari dan sesak napas.Hasil pemeriksaan TTV diketahui bahwa An. D memiliki nadi 100x/menit, TD 90/80 mmHg, suhu 40oC, RR 30x/menit, BB sebelum sakit 22 kg, BB

30

sekarang 17 kg, CRT=3 detik tampak gelisah kesakitan sembari memegang perut, dan lemah. 3.2.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu An. D tidak memiliki riwayat penyakit tertentu yang mempengaruhi kondisinya saat ini. 3.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada penyakit yang diturunkan 3.2.6 Pemeriksaan Fisik  B1 (Breath) Suara napas vesikuler, dada simetris, RR: 30x/menit, tidak ada suara napas tambahan, dan tidak ada pernapasan cuping hidung.  B2 (Blood) Suara jantung S1/S2 iramanya tunggal, nadi: 100x/menit, tekanan darah: 90/80 mmHg, CRT=3 detik, suhu = 40°C.  B3 (Brain) An. D tampak gelisah kesakitan sembari memegang perut, dan lemah.  B4 (Bladder) BAB 5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir dan terdapat cacing.  B5 (Bowel) BB sebelum sakit : 25 kg , BB saat sakit : 17kg  B6 (Bone) Terjadi kelemahan pada An. D 3.2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan feses, ditemukan cacing dalam feses klien (+) 2. Abdominal x-ray,  Bayangan gas usus tampak normal dan bercampur fecal material  Bayangan hepar dal lien tampak normal  Tak tampak adanya bayangan step ladder patologis  Tampak adanya udara bebas  Tak tampak adanya gambaran obstruksi

31

3. USG atau foto perut, tampak dilatasi dengan motilitas yang meningkat gambaran bolus askaria sispa dakua dan kiri abdomen. 3.3

Analisa Data Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

DS:

Larva menembus dinding Nyeri akut

-

usus

DO: 

Domain 12.

Klien tampak gelisah

Masuk ke dalam vena

Kenyamanan

kesakitan

porta ke jantung kanan

Kelas 1.

sembari

Kenyamanan fisik

memegang perut, dan Sirkulasi pulmonal paru

lemah. 

(00132)

Hasil pengkajian: P:

nyeri

terasa

dimalam hari

Tembus kapiler masuk alveoli dan bronkhi

Q: nyeri terasa seperti teriris

Migrasi ke lambung

R:left lumbar S: 7

Mual, muntah, nyeri

T: nyeri terasa sejak 3 hari yang lalu DS: Ibu klien mengatakan

Nyeri akut Dalam usus cacing matur menjadi cacing dewasa

An. D BAB 5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir dan terdapat cacing, muntah 2x/hari

Ketidak seimbangan nutrisi:

Cacing mengeluarkan anti enzim sebagai proteksi dan mengambil nutrisi

dari

kurang kebutuhan

tubuh (0002) Domain 2. Nutrisi Kelas 1. Makan

DO: 

Antropometri measurements:

Absorpsi nutris terganggu

TB= 119 cm

32

BB= 17 kg

Hipoglikemi

IMT= 13,1 

Bichemical data:

Ketidakseimbangan

Hb= 13 gr/dl

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Ht= 45% 

Clinical Signs: Klien tampak lemah



Dietry history: Hasil recall:

 Kalori: 1400 kkal  Karbohidrat: 700 kkal  Protein: 210 kkal  Lemak: 420 kkal DS:

Larva menembus dinding Kerusakan

Ibu An. D mengatakan

usus

klien sering terasa gatal

Integritas

Kulit

(00046)

pada bagian anus, BAB

Masuk ke dalam vena

Domain

5x/hariwarnakuningkehij

porta ke jantung kanan

Keamanan/Perlin

auanbercampur

lendir

dan terdapat cacing.

11.

dungan Reaksi alergi

Kelas 2. Cedera Fisik

DO:

Pelepasan histamin



Suhu 40oC



Dinding

anterior

rektum

tampak

merah.

Sensasi gatal

Eosinofilia

Kerusakan Integritas Kulit

33

3.4

Diagnosa 1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (mis., infeksi) 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis. 3. Kerusakan integritas kulit b.d nutrisi tidak adekuat dan hipertemia.

3.5

Intervensi Nyeri Akut (00132) Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik NOC

NIC

Dalam waktu 3 x 24 jam klien

Pemberian obat : Oral (2304)

dapat meningkatkan harga dirimya

1. Mencatat riwayat alergi klien

dengan outcomes : Fungsi Gastrointestinal (1015) 1. Nafsu makan klien meningkat 2. Frekuensi BAB tidak terganggu 3. Warna, jumlah, konsistensi feses tidak terganggu

terhadap obat secara oral 2. Menentukan

kontraindikasi

obat terhadap kondisi klien 3. Mengikuti lima cara pemberian obat secara benar 4. Membantu

klien

untuk

4. BB klien meningkat

meminum obat sesuai seperti

5. Klien tidak merasakan nyeri

Albendazole; 2 tablet (400 mg) atau 20 ml suspense, Pyrantel Pamote; 10 mg / kg BB / hari, Mebandazole; 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari 5. Memonitor

klien

mengenai

efek samping interkasi obat 6. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan Ketidak Seimbangan Nutrisis : Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) Domain 2. Nutrisi Kelas 1. Makan NOC

NIC

34

Dalam waktu 3 x 24 jam klien

Manajemen Nyeri (1100)

dapat meningkatkan harga dirinya

1. Menentukan status gizi klien

dengan outcomes :

dan

Status Nutrisi (1004)

memenuhi kebutuhan gizi

1. Klien menerima asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya 2. Klien

kemampuan

klien

2. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi

yang dibutuhkan

menerima

asupan

untuk memenuhi persyaratan

sesuai

dengan

gizi

makanan

kebutuhan tubuh

3. Memberikan pilihan makanan

3. Klien menerima asupan cairan

sambil menawarkan bimbingan

sesuai dengan kebutuhan tubuh

terhadap pilihan makanan yang lebih sehat jika diperlukan

Nafsu Makan (1014) 1. Klien hasrat

menunjukkan

adanya

atau

tahuan

keingin

makan 2. Klien

membawa klien

memiliki

peningkatan

intake makanan 3. Klien

4. Menganjurkan keluarga untuk

memiliki

peningkatan

tubuhnya

disesuaikan

gizi

yang

perawatan

yang

5. Melakukan monitor klorida dan asupan makanan

4. Klien memiliki nutrisi yang dengan

dengan

favorit

dianjurkan

intake cairan

sesuai

makanan

kebutuhan

Manajemen Gangguan Makanan (1030) 1. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan asupan

kalori

harian

diperlukan

yang untuk

mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan 2. Membantu klien (dan orangorang terdekat klien dengan tepat)

untuk

mengkaji

dan

memecahkan masalah personal yang

berkontribusi

terhadap

35

terjadinya gangguan makanan 3. Melakukan

monitor

asupan

cairan secara tepat Bantuan

Peningkatan

Berat

Badan (1240) 1. Memberikan obat



obatan

untuk meredakan mual dan nyeri sebelum makan kolaborasi dengan

dokter

dan

tim

farmokologis 2. Menyediakan variasi makanan yang tinggi kalori dan bernutrisi tinggi berkolaborasi dengan tim gizi 3. Melakukan

perawatan

mulut

sebelum makan 4. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan

dan

menenangknan 5. Menyajikan makanan dengan menarik 6. Kerusakan Integritas Kulit (00046) Domain 11. Keamanan / perlindungan Kelas 2. Cedera fisik NOC

NIC

36

Dalam waktu 3 x 24 jam klien

Perlindungan Infeksi (6550)

dapat meningkatkan harga dirinya

1. Memberikan perawatan kulit

dengan outcomes :

pada dinding rectum klien 2. Meningkatkan asupan nutrisi

Keparahan infeksi (0703) 1. Dinding rectum klien tidak

yang cukup

tampak merah 2. Suhu

tubuh

3. Mengajarkan klien

dalam

klien

peningkatan

ambang normal 37° C

dalam

mobilitas

dan

latihan 4. Memonitor kulit dan selaput lender

setelah

perawatan

kulit

dilakukan dan

atau

pemberian obat

3.6

Evaluasi Diagnosa

Evaluasi

Nyeri akut (00132)

S: -

Domain 12. Kenyamanan

O: Klien tidak tampak gelisah

Kelas 1. Kenyamanan fisik

sembari memegang perutnya dan klien mampu berakivitas dengan baik. A: Laporan subjektif dano bjektif memuaskan, criteria hasil tercapai, masalah teratasi P:Intervensi diberhentikan

Ketidak seimbangan nutrisi: kurang

S: Ibu klien mengatakan An. D sudah

dari kebutuhan tubuh (0002)

tidak muntah, tidak sering BAB dan

Domain 2. Nutrisi

cacing dalam feses tidak ada.

Kelas 1. Makan

O: 

Antropometri measurements: TB= 119 cm BB= 22 kg IMT= 15,5

37



Bichemical data: Hb= 13 gr/dl Ht= 45%



Clinical Signs: Klien tampak sehat dan ceria



Dietry history: Hasil recall:

 Kalori: 1800 kkal  Karbohidrat: 900 kkal  Protein: 270 kkal  Lemak: 540 kkal A:Laporan subjektif dan objektif memuaskan, criteria hasil tercapai, masalah teratasi P:Intervensi diberhentikan Kerusakan Integritas Kulit (00046)

S: Ibu An. D mengatakan klien sudah

Domain 11. Keamanan /

tidak terasa gatal.

Perlindungan

O: Warna dinding anterior rektum

Kelas 2. Cedera Fisik

tampak sesuai kulit sekitar klien dan suhu tubuh menjadi normal 37oC A:Laporan subjektif dan objektif memuaskan, criteria hasil tercapai, masalah teratasi P:Intervensi diberhentikan

38

BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyebab filariasis biasanya dalam musim hujan nyamuk dapat berkembang bisak secara cepat. Salah satu yang dapat ditularkan adalah kaki gajah. Penyakit ini dapat ditularkan berbagai gigitan nyamuk kecuali nyamuk mansoni. Sedangkan ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing ascaris lumbriciudes. Penyakit cacing tersebut hidupnya di daerah tropis, bersifat kosmopolit (dimana-mana). Penularannya dimulai ketika feses dikeluarkan oleh si penderita. Di tanah, dia akan berkembang selama 3 minggu untuk menjadi larva infektif. Bila larva termakan manusia, maka akan pecah diusus, kemudian akan masuk ke pembuluh darahbalik (vena) menuju jantung kemudiamn ke paru-paru. Dari paru-paru menuju ke tenggorokan, ke lambung, dan berakhir di usus halus. di usus halus larva akan berganti kulit kemudian menjadi dewasa. Setelah dewasa cacing betina akan bertelur dua puluh ribu butir perhari dan akan menginfeksi usus tersebut.

4.2

Saran Pada dasarnya penyakit kaki gajah ketidakbersihan

manusia

dalam

menjaga

ini disebabkan oleh lingkungan.

Sehingga

menimbulkan sarang nyamuk yang ditularkan oleh kotoran hewan lalu dibawa oleh nyamuk sehingga dapat ditularkan ke manusia. Untuk itu pentingnya menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan sarang nyamuk. Untuk menghindari ascariasis diantaranya tidak makan mentah (sayuran, daging), minum air mineral yang sudah dimasak mendidih baru aman, menjaga kebersihan diri sesering mungkin guntung kuku dan membiasakan mencuci tangan sebelum makan atau sesudah buang air besar, dan hal yang paling terpenting untuk menjaga hegiene masing-masing personal serta sanitas lingkungan.

39

DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).Missouri, USA : Elsevier. Diettary guidelines for Americans, 2005 Doenges, M.E, Moorhiuse, M.F, Geissler A C.1996.Parasitologi Kedokteran (terjemahan).Jakarta : EGC Garcia, L.S., Bruchner, D.A.1996.Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan).Jakarta : EGC Hayes Peter C dan Mackay Thomas W. 1997. Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Herdman, T.H danKamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16639/4/Chapter%20II.pdf (diakses 25 November 2016) http://scholar.unand.ac.id/4863/2/pendahuluan-bab6pdf.pdf (diakses 25 November 2016) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21349/3/Chapter%20II.pdf (diakses 25 November 2016 http://www.medkes.com/2015/02/penyebab-gejala-pengobatan-askariasis.html (diakses 30 November 2016) Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri, USA : Elsevier Soedarmo, Sumarmo. 2015.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Soedarmo, Sumarmo. 2015.Buku Ajar InfeksidanPediatriTropisEdisiKedua.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

40

Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi Kedua. Jakarta: EGC. www.depkes.go.id/dwonload.php?file=dwonload/pusdatin (diakses 27 November 2016)

41

42

43

44

Related Documents

Sgd 6 Kritis Fix.docx
December 2019 7
Lbm 6-repro Sgd Agni.docx
October 2019 39
Sgd 1 Lbm 6.docx
June 2020 10
Sgd Kritis.doc
April 2020 19
Sgd Jiwa.docx
May 2020 18

More Documents from "MohammadDheniArdhi"

Isi.docx
May 2020 2
Trauma Ureter.docx
December 2019 6