Food record merupakan suatu cara untuk menulis makanan atau minuman yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu (Rolfes et al, 2012). Sedangkan menurut Monsen dan Horn (2008), food record merupakan suatu cara untuk menimbang, mengukur, mengestimasi, selanjutnya mencatat makanan yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu, biasanya 3 sampai dengan 7 hari atau beberapa waktu dalam satu tahun. Mahasiswa diminta untuk mencatat makanan yang dikonsumsi setiap hari selama 2 hari berturut-turut kemudian melakukan penilaian terhadap kandungan zat yang dikonsumsi menggunakan Nutrisurvey dan DKBM. Bila dibandingkan hasil dari ke dua metode tersebut tidak jauh berbeda. Bila dibandingkan Angka Kecukupan Gizi pada wanita, usia 16- 18 tahun maka hasil yang diperoleh menurut Peraturan Mentreri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013 yaitu Energi = 2125 kcal, protein 59 gram, lemak 71 gram, karbohidrat 292 gram. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pemenuhan gizi sehingga harus dilakukan penambahan jumlah konsumsi makanan serta modifikasi makanan. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam melakukan survei konsumsi menggunakan food record terletak pada memperkirakan jumlah makanan yang dikonsumsi terutama makanan yang dalam jumlah sedikit (seperti sayuran, lauk pauk, minyak yang terkandung dalam makanan). Menurut Sudibjo et al (2013), terdapat kelebihan dari metode food record yaitu mudah, cepat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar, dapat mengetahui konsumsi zat gizi sehari, hasilnya relatif lebih akurat. Sedangan kelemahan metode ini adalah terlalu membebani responden, tidak cocok untuk responden yang buta huruf. SGA (Subjective Global Assessment)SGA bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien (perubahan berat badan, perubahan asupan gizi, gejala gastrointestinal, kemampuan fungsional, penyakit dan kaitannya dengan kebutuhan gizi) dan 5 kriteria dari pemeriksaan fisik (hilangnya lemak subkutan di daerah tricep, musclewasting, edema di pergelangan kaki, edema di daerah pinggul, dan ascites) (Anthony, 2014).Pada SGA tidak memiliki kriteria penilaian yang baku, dan sifatnya subjektif dengan penekanan pada penurunan berat badan, asupan gizi yang kurang, hilangnya jaringan subkutan, muscle wasting.Penggolongan pada SGA terbagi menjadi:a. Gizi baikb. Gizi agak kurang/Berisiko malnutrisic. Malnutrisi beratSGA dikenal sebagai Gold Standard dari skrining gizi, karena dalam penilaiannya selain memperhitungkan aspek fisik, tetapi juga melihat riwayat pasien. Untuk pencatatan dalam metode estimasi yang digunakan dapat berupa formulir khusus atau buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu. Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan dengan deskripsi lengkap jenis dan kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada subjek atau responden. Umumnya, dengan pencatatan-segera ini diharapkan kelupaan akan menjadi minimal. Pencatatan ini kemungkinan akan mengubah perilaku makan. Hal ini tidak diinginkan karena data yang diinginkan adalah asupan pangan yang lazim pada subjek atau keluarganya. Deskripsi lengkap makanan atau minuman yang harus dijelaskan berupa kuantitas (URT : piring, sendok, dll), jenis, metode pemasakan dan merk (bagi produk olahan). Untuk makanan yang terdiri atas campuran bahan makanan (mixed dishes) (misalnya seperti gado-gado), kuantitas dari setiap bahan mentah yang digunakan dalam resep makanan, berat akhir dari campuran makanan, dan kuantitas yang dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan. Ukuran porsi makanan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan berbagai prosedur, yang masingmasing berbeda taraf presisinya. Untuk mengukur porsi pangan dapat digunakan URT baku seperti piring, sendok makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris (untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti). Ukuran porsi biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan zat gizi. Berdanier, 2008 menuliskan cara pengisian sederhana untuk food records adalah sebagai berikut : 1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form 2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan 3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
4. Makanan/tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan siang, makan malam, snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah/restoran) 5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang dimakan 6. Deskripsi/persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan makanan tersebut disiapkan 7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan menggunakan URT atau lakukan penimbangan. Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka responden harus memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form yaitu : 1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba untuk memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan di catat. 2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua snack . termasuk juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari. 3. Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan jelas. Cara pengisian food records ini lebih jelas lagi diuraikan dalam Supariasa, 2012. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan) 2. Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi 3. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM 4. Membandingkan dengan AKG Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Kelebihan metode estimated food records : 1. 2. 3. 4.
Metode ini relatif murah dan cepat Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari Hasilnya relatif lebih akurat
Kekurangan metode estimated food records : 1. Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makannya. 2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf 3. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.