GAMBAR TEKNIK
Disusun Oleh : Setyo Supratno, S.Pd., M.T
Fakultas Teknik Universitas Islam “45’’ Bekasi 2015
TINJAUAN MATA KULIAH Gambar Teknik merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan Bidang Teknik Elektro. Sebelum memasuki bidang ilmu elektro yang lebih advance, mahasiswa perlu dibekali dengan kemampuan mengenal berbagai simbol-simbol komponen listrik dan elektronika, mengenal berbagai macam bentuk gambar teknik (Gambar denah, Gambar Rancangan Teknis, Diagram garis tunggal, diagram pengawatan dan Gambar rangkaian listrik dan elektronika). Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, mahasiswa juga dibekali dengan kemampuan menggambar secara manual maupun dengan software komputer. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam 14 kali pertemuan dengan menitikberatkan praktek menggambar teknik secara konvensional maupun dengan software. Sedangkan penugasan gambar teknik dirumah bertujuan untuk memperkuat pengusaaan konseptual maupun praktek mengenai bambar teknik. Dalam satu semester materi perkuliahan gambar teknik dibagi dalam beberapa modul, diantaranya : Modul 1 : Ruang lingkup gambar teknik Modul 1. Kegiatan belajar 1. Ruang lingkup gambar teknik Kegiatan belajar 1, berisi tentang definisi gambar teknik ditinjau dari beberapa keilmuan. Fungsi dari pada gambar teknik dilihat dari segi teknik maupun non teknik. Jenis gambar teknik dilihat dai proses pembuatannya dan fungsinya. Modul 2 : Alat Gambar dan Elemen Gambar Teknik Modul 2. Kegiatan belajar 2. Alat Gambar dan Elemen Gambar Teknik Kegiatan belajar 2 ini berisi: Berbagai macam alat gambar diantaranya: Rapido, mal, pensil, jangka, busur dan lain-lain. Alat-alat gambar teknik ini banyak dipakai dalam praktek pembuatan sebuah gambar teknik, dijelasakan juga fungsi diripada alat gambar teknik tersebut sehingga mahasiswa akan semakin terampil dalam menggunakan peraltan gambar teknik.
i
Modul 3 : Ukuran, Skala dan Arsiran Modul 3. Kegiatan belajar 3. Ukuran, Skala dan Arsiran Kegiatan belajar 3 ini berisi: teknik-teknik memberikan ukuran, skala dan teknik memberikan skala pada obyek. Definisi arsiran dalam gambar teknik, jenis arsiran dan cara menggambar arsiran itu sendiri. Modul 4: Komponen elektronika dan listrik, Softaware Protel 99 dan tahapan instalasi listrik. Modul 4. Kegiatan belajar 4. Komponen elektronika dan listrik, Softaware Protel 99 dan tahapan instalasi listrik. Kegiatan belajar 4 ini berisi: mengenali komponen elektronika dan listrik beserta lambangnya. Penggunaan software protel 99 digunakan untuk mendisain PCB dan mencoba mensimulasikannya. Tahapan instalasi listrik dalam modul ini diberikan mulai dari perhitungan beban, perhitungan lampu sampai dengan perhitungan penampang kabel. Modul 5: Pegenalan pengendalian motor dan penggambaran dengan softaware AutoCad 2014 Modul 5. Kegiatan belajar 5. Pegenalan AutoCad 2013 Kegiatan belajar 5 ini berisi: tentang penggunaan dasar dari pada AutuCad 2014. Penggunaan AutoCad 2014 dalam gambar teknik sangat mutlak diperlukan. AutoCad 2014 memberikan kemudahan bagi pengguna dalam pembuatan proyek gambar teknik untuk berbagai disiplin ilmu. Tujuan akhir dari mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu menguasai konsep gambar teknik baik dari penguasaan teori dan penerapannya. Diharpakan juga mahasiswa mampu menerapkannnya dalam aplikasi software.Untuk mendukung hal tersebut maka mahasiswa harus menguasai kompetensi dibawah ini : 1. Hakikat gambar teknik dan menggambar Proyeksi (Konsep dan Praktek) 2. Elemen gambar teknik dan peralatan gambar teknik serta cara penggunaannya. 3. Teknik arsiran, Gambar belahan, potongan, skala, dan ukuran. 4. Menggunakan AutoCad dan Software elektro yang lain
ii
DAFTAR ISI TINJAUAN MATA KULIAH................................................................................. i DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I.......................................................................................................................2 1.1 Pendahuluan................................................................................................2 1.2 Definsi gambar Teknik ...............................................................................2 1.3 Fungsi Gambar Teknik ...............................................................................3 1.4 Menggambar Mistar....................................................................................4 1.5 Menggambar Proyeksi ................................................................................5 1.6 Menggambar Potongan .............................................................................29 BAB II....................................................................................................................37 2.1 Alat dan Bahan Konvensional ..................................................................37 2.2 Pensil dan Pena (Rapido) ..........................................................................38 2.3 Jangka .......................................................................................................39 2.4 Macam-Macam Penggaris ........................................................................39 2.5 Alat-Alat Lain dan Software Pendukung ..................................................41 2.6 Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya..............................................47 BAB III..................................................................................................................55 3.1 Pedoman pemberian ukuran......................................................................55 3.2 Ukuran Skala Pada Gambar ......................................................................63 3.3 Arsiran pada Obyek ..................................................................................65 BAB IV..................................................................................................................72 4.1 Komponen Elektronika .............................................................................72 4.2 Gambar Skematik Rangkaian Elektronika ..............................................79 4.3 Disain PCB dengan Protel 99..................................................................82 4.4 Komponen Listrik .....................................................................................99 4.5 Gambar Instalasi Listrik ........................................................................102 BAB V..................................................................................................................129 5.1 Pengendalian Langsung (Direct On Line) ..............................................129 5.2 Pengendalian Motor Dengan 2 Tombol..................................................130 5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan ...................................................131 5.4 Menggambar dengan AutoCad 2014 ......................................................132
iii
5.5 Tutorial AutoCad Dasar ......................................................................... 135 5.6 Penskalaan Gambar ................................................................................ 145 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 147
iv
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi ini diharapkan memahami ruang lingkup gambar teknik (Deskripsi, fungsi, tujuan) dan macam-macam metode gambar teknik. Sub pokok Bahasan : 1. Definisi gambar teknnik 2. Definsi gambar Teknik 3. Menggambar Mistar 4. Menggambar Proyeksi 5. Menggambar Potongan. Deskripsi Singkat
: Penguasaan konsep gambar teknik sangat diperlukan dalam praktek menggambar teknik, baik menggambar secara manual maupun dengan menggunakan software aplikasi.
Pertanyaaan Kunci : Bagiamana cara menggambar teknik dengan baik dan benar?
1
BAB I RUANG LINGKUP GAMBAR TEKNIK 1.1 Pendahuluan Gambar teknik merupakan perpaduan antara gambar seni dan gambar science yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan beberapa persoalan keteknikan. Seni dalam hal ini mengenai aspek keindahan bentuknya, sedangkan science menyangkut segi ukuran, kekuatan, ketahanan, bahan, efisiensi, cara mengerjakan dan sebagainya. Gambar teknik berfungsi sebagai bahasa tertulis dalam bentuk gambar antara perencana dan pelaksana, sebagai konsekuensinya kedua pihak harus betul-betul memahami dalam arti harus dapat membuat, membaca dan mengoreksi gambar. Gambar teknik juga mengandung unsur seni, tetapi juga harus memperhatikan aturan-aturan tertentu, seperti di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan analisa. Gambar adalah bahasa teknik yang diwujudkan dalam kesepakatan simbol. Gambar ini dapat berupa gambar sket, gambar perspektif, gambar proyeksi, gambar denah serta gambar situasi. Gambar denah ruangan atau bangunan rumah (gedung) yang akan dipasang instalasi digambar dengan menggunakan lambang-lambang (simbol-simbol) yang berlaku untuk instalasi listrik.
1.2 Definsi gambar Teknik 1. Penyampaian Informasi 2. Penyimpanan dan penggunaan keterangan (data teknis) 3. Cara-cara pemikiran (perencanaan) dala penyiapan informasi Sehingga: Gambar Teknik merupakan suatu bentuk ungkapan dari suatu gagasan atau pemikiran mengenai suatu sistim, proses, cara kerja, konstruksi, diagram,
2
rangkaian dan petunjuk yang bertujuan untuk memberikan instruksi dan informasi yang dinyatakan dalam bentuk gambar, atau lukisan teknis.
1.3 Fungsi Gambar Teknik Gambar teknik adalah bahasa teknik dan pola penyampaian informasi seperti yang telah dibahas pada bab diatas. Fungsi-fungsi gambar dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu : 1. Penyampaian Informasi Gambar berfungsi untuk meneruskan maksud dari perancang dengan tepat kepada orang-orang yang bersangkutan, kepada perencanaan proses, pembuatan, pemeriksaan dan sebagainya. Orang-orang yang bersangkutan bukan hanya orang-orang pabrik atau orang dibengkel sendiri, tetapi juga orang-orang dalam pabrik atau bengkel sub kontrak atau orang-orang asing dengan bahasa lain. Penafsiran gambar diperlukan untuk penentuan gambar secara objektif. Untuk
itu
standar-standar
sebagai
bahasa
teknik
diperlukan
untuk
menyediakan “ketentuan-ketentuan yang cukup”. 2. Pengawetan, penyimpanan dan Penggunaan Keterangan Gambar merupakan data teknik yang sangat ampuh, dimana teknologi dari suatu perusahaan dipadatkan dikumpulkan. Oleh karena itu gambar bukan saja diawetkan untuk mensuplai bagian-bagian produk untuk perbaikan (reparasi) atau untuk diperbaiki, tetapi gambar diperlukan juga disimpandan dipergunakan
sebagai
bahan
informasi
untuk
rencana-rencana
baru
dikemudian hari. Sehingga diperlukan penyimpanan, kondifikasi nomor urut gambar dan sebagainya. 3. Cara-cara Pemikiran Dalam Penyiapan Informasi Dalam perencanaan, konsep abstrak yang terlintas dalam pikiran diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses. Masalahnya pertama-tama dianalisa dan disintesa dengan gambar. Kemudian gambarnya diteliti dan dievaluasi. Proses ini diulang-ulang, sehingga dapat dihasilkan gambargambar yang sempurna.
3
Dengan demikian menggambar tidak hanya melukis gambar, tetapi berfungsi juga sebagai peningkat daya berfikir untuk perencanaan. Oleh karena itu siswa tanpa kemampuan menggambar, kekurangan cara penyampaian keinginan, maupun kekurangan cara menerangkan yang sangat penting.
1.4 Menggambar Mistar Menggambar mistar sebenarnya hampir mirip dengan menggambar bentuk. Menggambar bentuk adalah menggambar kemiripan bentuk/model suatu benda dengan mengunakan keterampilan tangan (tanpa bantuan mistar), ukuranukuran perbandingan dari benda yang kita gambar hanya dibuat berdasarkan perkiraan kemampuan pengamatan. Mengenai menggambar mistar adalah menggambar ketepatan bentuk suatu benda dengan menggunakan penggaris (mistar) dan alat bantu lainnya seperti jangka, trekpen, rapido, dll. Perbandingan ukuran skala sangat diperhatikan dalam menggambar mistar, selain itu juga harus memperhatikan ketepatan ketebalan garis, kerataan garis dan juga sambungan atau hubungan garis. Dengan demikian gambar mistar dapat diartikan membuat suatu gambar baik berupa hiasan atau bangun-bangun geometris melalui konstruksi matematis dengan bantuan mistar. 1.4.1 Fungsi dan tujuan menggambar mistar Berdasarkan fungsinya, menggambar mistar juga sering disebut dengan menggambar teknik, menggambar konstruksi, atau gambar kerja, hal itu karena gambar mistar memiliki fungsi atau tujuan untuk : 1. Membuat hiasan berupa bangun-bangun geometris yang banyak digunakan dalam kegiatan perancangan tekstil dan tata ruang. 2. Sebagai gambar kerja yang dapat menjelaskan bagian-bagian konstruksi dari suatu bangun atau benda secara terperinci , misalnya gambar konstruksi bangunan, rancangan furniture, rancangan mesin, dan sebagainya. 3. Sebagai gambar penjelasan
dari wujud suatu benda atau bangun dengan
perbandingan ukuran yang akurat sehingga mendekati wujud yang sebenarnya.
4
1.5 Menggambar Proyeksi Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi suatu benda yang mana dapat kita ketahui tentang kejelasan suatu objek secara matematis. Dalam menggambar proyeksi dituntut keterampilan menggunakan alat-alat seperti mistar, jangka, pinsil, rapido/trek-pen, dan alat-alat matematis lainnya. Di samping itu, juga harus mampu menarik garis secara terukur seperti ketebalan garis, kerataan garis dan sambungan garis. Secara umum proyeksi dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini : PROYEKSI
Proyeksi Piktorial (Posisi benda)
-
Proyeksi Ortogonal (Posisi Pemproyeksian)
Proyeksi isometric Proyeksi dimetri Proyeksi Miring Proyeksi perspeksif
-
Proyeksi Pandangan (Posisi Pandangan)
Sebuah titik Sebuah garis Sebuah bidang Sebuah benda
- Proyeksi Eropa - Proyeksi Amerika
Gambar 1.1 Proyeksi
1.5.1 Proyeksi Piktorial Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain : 1. Proyeksi piktorial isometri Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut : a). Ciri pada sumbu
5
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar. - Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°. b). Ciri pada ukurannya Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya. Contohnya ada pada Gambar 1.2.
20
50 20
Gambar 1.2 Proyeksi isometri
120°
y 30°
30°
x
x
y
z
titik referensi
z
Gambar 1.3 Proyeksi isometri dengan posisi normal
Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horisontal. (1) Proyeksi isometri dengan posisi normal (Gambar 1.3)
6
(2) Proyeksi isometri dengan posisi terbalik (Gambar 1.4) z
z
30°
30°
titik referensi
120°
y
x y
x
Gambar 1.4 Proyeksi isometri dengan posisi terbalik
(3) Proyeksi isometri dengan posisi horisontal (Gambar 1.5) y
30°
y
120 °
titik referensi
z
x
30°
z
x
Gambar 1.5 Proyeksi isometri dengan posisi horisontal
2. Proyeksi Dimetri Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu diketahui seperti di bawah ini. Contohnya pada Gambar 1.6.
7
a. Ciri pada sumbu Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut 40°. b. Ketentuan ukuran Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
40
40
40
Gambar 1.6 Proyeksi dimetri
Keterangan : - Ukuran pada sumbu x 40 mm - Ukuran gambar pada sumbu y digambar - Ukuran pada sumbu z 40 mm
1 nya, yaitu 20 mm 2
3. Proyeksi miring Pada
proyeksi
miring,
sumbu
x
berhimpit
dengan
garis
horisontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45° dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring sama dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1. Contoh ada pada Gambar 1.7.
8
z z y 45°
y
x
x
Gambar 1.7 Proyeksi miring
4. Gambar Perspektif Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Perspektif dengan satu titik hilang TH (Titik Hilang)
Gambar 1.8 Perspektif dengan satu titik hilang
9
Perspektif 1 titik hilang berarti gambar perspektif yang terjadi saat sebuah objek dilihat dengan garis pusat pandangan tegak lurus terhadap salah satu permukaannya. Sistem perespektif ini digunakan untuk menggambar obyek (benda) yang terletak relatif dekat dengan mata. Karena letak obyek yang cukup dekat, akibatnya mata memiliki sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis batas benda akan menuju satu titik lenyap saja, kecuali bila sejajar dengan horizon dan
tegak
lurus
terhadapnya.
Gambar
yang demikian
sering
disebut
dengan parallel perspektif sebab banyak menggunakan garis-garis bantu yang sejajar horizon dan vertikal. Penerapan gambar ini banyak digunakan pada gambar rancang bangun (desain) interior seperti pada Gambar 1.8. 2. Perspektif dengan dua titik hilang
Gambar 1.9 Perspektif dengan dua titik hilang
10
Perspektif dua titik hilang menggambarkan objek dengan menggunakan dua titik hilang yang terletak berjauhan di sebelah kanan dan kiri pada garis cakrawala. Perspektif dengan dua titik hilang digunakan untuk menggambar perspektif obyek yang memiliki kelompok garis horizontal yang tidak sejajar dengan bidang gambar, atau dengan kata lain kelompok garis horizontal tersebut selalu membentuk sudut dengan bidang gambar. Dalam gambar arsitektur perspektif dengan dua titik hilang biasanya dipergunakan untuk menggambarkan ruang luar (eksterior) suatu bangunan. Gambar perspektif dua titik hilang merupakan gambar perspektif yang paling mudah dan banyak digunakan, hal ini dikarenakan hasilnya cenderung tidak statis dan tidak simetris sehingga lebih wajar dilihat. Dapat digunakan untuk situasi apapun baik interior maupun eksterior bangunan. 3. Perspektif dengan tiga titik hilang
Gambar 1.10 Perspektif dengan tiga titik hilang
11
1.5.2 Gambar proyeksi ortogonal Berikut ini akan dibicarakan tentang Gambar Proyeksi Ortogonal secara terinci. Gambar proyeksi ortogonal yang lazim digunakan ada dua cara yaitu cara Eropa dan cara Amerika. Pada cara Eropa mempergunakan tiga bidang proyeksi saling berpotongan tegak lurus satu sama yang lain, di mana benda yang diproyeksikan berada di antara ketiga bidang tersebut. Sedangkan cara Amerika mempergunakan enam bidang proyeksi yaitu benda dipandang dari enam sisi. Berikut yang dibahas hanya gambar proyeksi cara Eropa. z P2
P3 x
o
P1 y Gambar 1.11 Bidang Perpotongan
Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi cara Eropa akan membentuk sebuah ruangan yang disebut dengan ruang nyata. Bidang-bidang proyeksi tersebut adalah : 1. Bidang mendatar, disebut Bidang Proyeksi 1 (benda dilihat dari arah atas) 2. Bidang tegak, disebut Bidang Proyeksi 2 (benda dilihat dari arah depan) 3. Bidang samping, disebut Bidang Proyeksi 3 (benda dilihat dari samping) Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi cara Eropa akan membentuk sebuah ruangan yang disebut dengan ruang nyata. Bidang-bidang proyeksi tersebut adalah :
12
1. Bidang mendatar, disebut Bidang Proyeksi 1 (benda dilihat dari arah atas) 2. Bidang tegak, disebut Bidang Proyeksi 2 (benda dilihat dari arah depan) 3. Bidang samping, disebut Bidang Proyeksi 3 (benda dilihat dari samping) Perhatikan Gambar 1.11! Selanjutnya, dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa perpotongan tiga bidang proyeksi tersebut membentuk tiga buah sumbu, masing-masing adalah : 1. Sumbu o-x, sebagai perpotongan bidang P1 dan P2. 2. Sumbu o-y, sebagai perpotongan bidang P1 dan P3. 3. Sumbu o-z, sebagai perpotongan bidang P2 dan P3 z Gambar A
P2 X P3
P1
Y
o z
Gambar B
P3
P2
Y
X
o P1 Y
Gambar 1.12 Bidang Proyeksi
P1
Susunan bidang-bidang proyeksi seperti di atas yang membentuk ruang nyata disebut dengan bidang gambar proyeksi stereometri. Dalam gambar stereometri ini, di samping menampilkan gambar proyeksi 1, 2, dan 3 juga menampilkan gambar ruang objeknya. Dari bentuk gambar stereometri akan
13
disederhanakan menjadi bentuk gambar proyeksinya saja. Perhatikan bentuk Gambar 1.12. Penjelasan Gambar 1.12: Untuk mendapatkan bidang-bidang proyeksi yang datar, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Sumbu o-x dan o-z dianggap sebagai engsel, sedangkan sumbu o-y dianggap dapat dibagi menjadi dua bilah. 2. Bidang P1 diputar ke bawah hingga datar dengan bidang P2. 3. Bidang P3 diputar ke samping hingga datar dengan P3 (perhatikan Gam bar. B). Setelah memahami bagaimana terbentuknya bidang-bidang proyeksi dan sumbu-sumbu proyeksi, sekarang kita mulai membuat gambar proyeksi itu sendiri. Kita akan mempelajarinya secara bertahap, dimulai dari proyeksi sebuah titik, kemudian garis, bidang, baru selanjutnya memproyeksikan suatu benda (benda geometris tiga dimensi). 1. Proyeksi Sebuah Titik z P2
A2 P3
A3
AA o
x x A1
P1 y Gambar 1.13 Stereometri sebuah titik A
14
z P3
P2
A3
A2
y
x
o A1
P1 y Gambar 1.14 Proyeksi sebuah titik A
Untuk membuat gambar proyeksi dari sebuah titik, atau juga objek lainnya, sebaiknya dilakukan dua tahapan kerja, yang pertama membuat gambar stereometrinya (Gambar 1.13) dan kedua membuat gambar proyeksinya (Gambar 1.14). Perhatikan Gambar 1.14 yang merupakan gambar proyeksi titik A yang terletak 2 cm di atas bidang P1, 1 cm di depan bidang P2 dan 3 cm di samping bidang P3. Penjelasan Gambar 1.14. 1) Titik A1 adalah proyeksi titik A pada bidang P1 dengan koordinat (x,y) dengan nilai (3,1). Tarik garis proyeksi dari nilai x tegak lurus sumbu o-x dengan jarak nilai y dan sebaliknya. 2) Titik A2 adalah proyeksi titik A pada bidang P2 dengan koordinat (x,z) dengan nilai (3,2). Tarik garis proyeksi dari nilai x tegak lurus sumbu o-x dengan jarak nilai z dan sebaliknya.
15
3) Titik A3 adalah proyeksi titik A pada bidang P3 dengan koordinat (y,z) dengan nilai (1,2). Tarik garis proyeksi dari nilai y tegak lurus sumbu o-y dengan jarak nilai z dan sebaliknya. 4) Titik A pada gambar stereometri adalah benda yang sebenarnya dengan koordinat (x,y,z) dengan nilai (3,1,2). Titik A didapat dengan menarik garis proyeksi dari titik A1, A2 dan A3 tegak lurus dengan bidang-bidang proyeksinya. Latihan Soal : 1. Diketahui titik B yang terletak pada koordinat (4,3,5). Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya! 2. Diketahui titik C dengan koordinat (4, 6, 0).
Cari dan buat gambar
stereometri serta gambar proyeksinya! 2. Gambar Proyeksi Sebuah Garis Menggambar proyeksi sebuah garis dapat diartikan menggambar proyeksi dua buah titik. Namun dalam membuat gambar proyeksinya harus kita pandang sebagai sebuah garis yang utuh, hal itu menyebabkan terdapatnya beberapa kemungkinan hasil gambar proyeksi sebuah garis, antara lain : Proyeksi dari sebuah garis lurus akan berupa garis lurus juga, tetapi bila garis tersebut tegak lurus dengan bidang proyeksinya maka hasil proyeksinya berupa sebuah titik. Proyeksi dari sebuah garis yang sejajar dengan bidang priyeksinya maka hasil proyeksinya akan sama panjang dengan garis tersebut, dan bila sebuah garis yang tidak sejajar dan tidak tegak lurus dengan bidang proyeksinya maka hasil proyeksinya lebih pendek dari garis tersebut. Perhatikan dan pelajari Gambar 1.15-1.18.
16
z P2 A2
B2
P3 B3A3
A
B o
x
A1
B1 P1
y Gambar 1.15 Stereometri garis AB
z P3
P2 B3A3
y
A2
B2
o
x
A1
B1 P1
y
Gambar 1.16 Stereometri garis AB
17
Gambar 1.17 Proyeksi garis CD
z D2
D3
C2
C3 y
o
x D1 C1
y Gambar 1.18 Proyeksi garis CD
Latihan Soal : 1. Diketahui garis BC dengan koordinat titik B (1,2,3,). Garis BC panjangnya 5 cm dan sejajar dengan sumbu o-y Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya!
18
2. Diketahui garis CD dengan koordinat titik C (2,2,1). Garis CD = 6 cm yang semula sejajar dengan sumbu o-z, kemudian diputar kekanan hingga membentuk sudut 450 dengan sumbu o-x Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya! 3. Gambar Proyeksi Sebuah Bidang Sebuah bidang dibentuk oleh tiga buah garis atau lebih. Oleh karena itu, untuk membuat gambar proyeksi sebuah bidang sama dengan memproyeksi beberapa buah garis. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada proyeksi garis dapat berlaku juga pada proyeksi bidang. Perhatikan dan pelajari Gambar 1.19. Gambar Proyeksi
z
z
D2 C3D3 C3D3 D
y
B3A3 B3A3 A
D2
o
y
C
A2 A2 o
D1A1 y
C2 C2 B2
B2
B
x x
C1B1 D1A1
C1B1
Gambar 1.19 Stereometri bidang ABCD
Penjelasan Gambar 1.19 Bidang ABCD gambar proyeksinya pada bidang P1 berupa sebuah garis yang sama panjang dengan sisi AB, sejajar sumbu o-x atau tegak lurus sumbu o-y. Proyeksi bidang ABCD pada bidang P2 berupa bidang yang sama besar dengan bidang asalnya, bidang tersebut sejajar dengan bidang P2 dan tegak lurus dengan bidang P1 dan P3. Proyeksi bidang ABCD pada bidang P3 berupa sebuah garis yang sama panjang dengan sisi BC, sejajar sumbu o-z dan tegak lurus sumbu o-y.
19
Tugas: Gambarlah bidang proyeksinya
Gambar 1.20 Proyeksi bidang EFG
z G3
y
E3
G2
F3
E2 o
G1
E1 y Gambar 1.21 Proyeksi bidang EFG
20
F3
F1
x
Penjelasan gambar Gambar Proyeksi pada bidang P1, P2 dan P3 berupa bidang segitiga. Ketiga segitiga pada masing-masing bidang proyeksi tidak ada yang ukuranya dengan segitiga asalnya yaitu segitiga EFG, ini disebabkan karena letak dari segitiga EFG tidak sejajar dan tidak tegak lurus dengan bidang-bidang proyeksinya. Latihan Soal : 1. Diketahui bidang berbentuk ‘T’ (Gambar 1.22) dengan koordinat titik A (3,2,1,). Garis AB // dengan sumbu o-x dan garis BC // dengan sumbu o-z Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya 8 cm 2 cm 2 cm
2 cm
D
C 6 cm
A
4 cm
B
Gambar 1.22 Bidang T
2. Diketahui Bidang segi-empat ABCD dengan koordinat titik A (2,2,1). Garis AB = 6 cm // dengan sumbu o-y dan garis BC = 7 cm // sumbu o-z. Bidang ABCD semula sejajar dengan bidang P3, kemudian diputar ke kanan dengan garis AB sebagai sumbu putar hingga membentuk sudut 450 dengan bidang P1. Cari dan buat gambar stereometri serta gambar proyeksinya! 4. Gambar Proyeksi Sebuah Benda Tiga Dimensi Memproyeksikan sebuah benda tiga dimensi seperti kubus, balok, limas dan sebagainya sama artinya memproyeksikan beberapa buah bidang. Kemungkinan gambar proyeksinya pada bidang P1, P2 dan P3 berupa sebuah bidang. Perhatikan Gambar 1.23 dan pelajarilah.
21
z P2 H2E2 F3E3
G2F2
E
F D2A2
P3
B3A3
G3H3
H
C2B2
A
B
o E1A1
C3D3
F1B1
D
C
H1D1 Y
P1
G1C1
Gambar 1.23 Stereometri benda 3 dimensi
Gambar Proyeksi Balok
G3H3
C3D3
z
F3E3
B3A3
y
H2E1
G2F2
D2A2
C2B2
x x
o E1A1
F1B1
H1D1
G1C1
Gambar 1.24 Proyeksi benda 3 dimensi
y
22
X
G
Ketentuan gambar proyeksi balok pada Gambar 1.24 adalah sebagai berikut: Ditentukan proyeksi balok
EFGH dengan kordinat titik A (1,1,1), Garis AB ABCD
panjangnya 5 cm sejajar dengan sumbu o-x dan tegak lurus sumbu o-y. Garis BC panjangnya 4 cm sejajar sumbu o-y dan tegak lurus sumbu o-x. Alas balok adalah bidang ABCD sejajar dengan bidang P1. Tinggi balok 2,5 cm. Latihan Soal: 1. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.25 dengan ketentuan sebagai berikut : Titik A terletak pada koordinat (3,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah gambar proyeksinya ! F E
G H
3 cm
5 cm
B
2 cm
C
A
D 6 cm
5 cm
2 cm
Gambar 1.25 Contoh Bangun 1
23
Ketentuan garis : Garis tepi
: 0,8mm tinta hitam
Garis sumbu
: 0,6mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi
: 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi
: 0,1 mm tinta merah
2. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.26 dengan ketentuan sebagai berikut : Titik A terletak pada koordinat (2,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah gambar proyeksinya dan diarsir rapi dengan pensil tipis!
E
F
H
G
3 cm 1,5 cm 2,5 cm
4 cm A
B
D
C 3,5 cm
1cm 4 cm
0,5cm
Gambar 1.26 Contoh Bangun 2
Ketentuan garis : Garis tepi
24
: 0,8 mm tinta hitam
6 cm
Garis sumbu
: 0,6 mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi
: 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi
: 0,1 mm tinta merah
3. Diketahui bentuk bangun pada Gambar 1.27 dengan ketentuan sebagai berikut : Titik A terletak pada koordinat (1,2,1), garis AB sejajar dengan sumbu o-x dan bidang alas bangun (bidang ABCD) sejajar dengan bidang P1. Buatlah gambar proyeksinya dan diarsir rapi dengan pensil tipis!
1 cm
E
F H
1,5 cm
G
5,5 cm
A 1 cm 1 cm
B
2 cm
A 4 cm 1 cm
D 1 cm 1 cm
C 2 cm
2,5 cm 2 cm
1 cm
1 cm
Gambar 1.27 Contoh Bangun 3
25
Ketentuan garis : Garis tepi
: 0,8 mm tinta hitam
Garis sumbu
: 0,6 mm tinta hitam
Garis gambar proyeksi
: 0,8 mm tinta hitam
Garis konstruksi
: 0,1 mm tinta merah
1.5.3 Proyeksi pandangan Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal dengan proyeksi sudut pertama). Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar. Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung (Gambar 1.28).
Gambar 1.28 Proyeksi Eropa
1. Proyeksi Eropa Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini
26
merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya (lihat Gambar 1.29). P.A P.Be
P.Ka P.Ki
P.D P.Ba
(P. bawah)
(P. kanan)
(P. depan)
(P. Kiri) (P. Belakang)
(P. atas) Gambar 1.29 Proyeksi Eropa
Keterangan : P.A
= Pandangan Atas
P.Ki
= Pandangan Kiri
P.Ka
= Pandangan Kanan
P.Ba
= Pandangan Bawah
P.Be
= Pandangan Belakang
27
2. Proyeksi Amerika Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya (lihat gambar 1.30). P.A P.Be
P.Ka P.Ki
P.D P.Ba
(P. atas)
(P. kiri)
(P. depan)
(P. kanan)
(P. bawah) Gambar 1.30 Proyeksi Amerika
Keterangan : P.A
28
= Pandangan Atas
(P. Belakang)
P.Ki
= Pandangan Kiri
P.Ka
= Pandangan Kanan
P.Ba
= Pandangan Bawah
P.Be
= Pandangan Belakang
1.6 Menggambar Potongan Penggunaan potongan sering kali ditemukan pada penggambaran bendabenda yang memiliki rongga di dalamnya. Untuk menggambarkan bagian benda yang tidak tampak dari luar dapat digunakan garis putus-putus. Tetapi jika bagian yang tersembunyi tersebut mempunyai bentuk yang rumit, maka akan didapat gambar yang rumit pula dan sulit dimengerti. Untuk mengatasi hal ini, maka dapat digunakan
cara
potongan
atau
penampang
(cross-section).
Gambar
penampang/potongan dibayangkan sebagai potongan yang diambil melalui sebuah benda untuk memperlihatkan bentuk atau susunan bagian dalam. Beberapa contoh gambar potongan ada pada Gambar 1.31.
Gambar 1.31 Contoh gambar potongan
29
Jenis-jenis potongan : 1. Potongan penuh (full section) Terjadi ketika bidang pemotong melalui benda seutuhnya seperti Gambar 1.32.
Gambar 1.32 Gambar potongan penuh
2. Potongan separoh (half section)
Gambar 1.33 Gambar potongan separuh
30
Dibuat dengan menggunakan pemotongan separoh pada benda. Kemudian, separoh digambar sebagai potongan dan separoh lainnya digambar dengan pandangan luar (outside). Biasanya, garis yang tidak tampak (tersembunyi) tidak digambar karena detail bagian dalam telah tampak pada bagian yang terpotong. Adapaun contoh gambar potongan separuh ada pada Gambar 1.33. 3. Potongan meloncat Potongan meloncat atau potongan penuh dengan bidang offset dimana bidang pemotong di-offset pada bagian lain untuk menunjukan beberapa detail yang terlewatkan. Adapun contoh gambar potongan meloncat ada pada Gambar 1.34.
Gambar 1.34 Gambar potongan meloncat
31
4. Potongan yang diputar (Rotated Section) Bagian-bagian benda tertentu seperti : ruji-ruji roda, kait, tuas, rusuk penguat, dan sebagainya, dapat ditampilkan hasil potongannya setelah lebih dahulu diputar 90°. Penggambarannya dapat di tempat potongan atau di tempat lain. Adapun contoh gambar potongan ada pada Gambar 1.35.
Gambar 1.35 Gambar potongan putar
5. Potongan sobekan (Broken-Out Section)
Gambar 1.36 Gambar potongan sobekan
Tipe potongan ini hanya beberapa bagian saja yang dipotong. Bidang pemotong melalui sebagian benda. Bagian depan benda pada bidang dirobek dan dibuang sehingga menunjukan detail bagian dalam area ini. Garis tak beraturan digunakan untuk menunjukan robekan. Adapun contoh gambar potongan sobekan ada pada Gambar 1.36.
32
6. Potongan Berurutan (Removed Section) Tipe pemotongan ini hampir sama dengan potongan yang diputar namun potongannya digambarkan di luar benda. Potongan – potongan berurutan dapat disusun. Hal ini diperlukan untuk memberi ukuran atau alasan lain. Adapun contoh gambar potongan berurutan ada pada Gambar 1.37.
Gambar 1.37 Gambar potongan berurutan
7. Potongan penampang tipis Penampang tipis adalah benda-benda yang terbuat dari plat dan profil dapat digambar dengan garis tebal atau seluruhnya dihitamkan. Jika bagian-bagian terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan berwarna putih. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.38.
33
Gambar 1.38 Potongan penampang tipis
Latihan Soal: 1. Apa yang anda ketahui tentang gambar proyeksi, sebutkan jenisnya 2. Sebuah kubus dengan ukuran panjang sisi 5x5, Buatlah gambar : a. Proyeksi Isometri b. proyeksi dimetrinya. 3. Dari gambar dibawah ini buatlah gambar Proyeksi Amerika (Minimal 3 Pandangan), Jika arah anak panah menjadi pandangan depan.
4. Dari gambar dibawah ini buatlah gambar Proyeksi Eropa (Minimal 3 Pandangan), Jika arah anak panah menjadi pandangan depan.
34
5. Buatlah gambar dengan mengikuti petunjuk dibawah ini: a. Sebuah bidang EFGH dengan ukuran 3x3 cm, terletak pada poin (6,7,9) dititik E: Buatlah gambar stereometri dan proyeksinya b. Jika diputar 45O searah jarum jam dari arah depan pada titik E, gambarlah stereometri dan proyeksinya
35
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti materi
ini diharapkan
mampu mengenali alat-alat gambar teknik dan fungsinya, serta mampu menggunakannya dengan benar. Sub pokok Bahasan : 1. Alat dan Bahan Konvensional 2. Pensil dan Pena ( Rapido ) 3. Jangka 4. Macam-Macam Penggaris 5. Alat-Alat Lain dan Software Pendukung 6. Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya Deskripsi Singkat
: Pengenalan alat-alat gambar teknik merupakan hal penting untuk bisa menggunakan alat tersebut sesuai dengan fungsinya dan penggunaan elemen–elemen gambar teknik akan akan menambah nilai dan seni daripada gambar tersebut.
Pertanyaaan Kunci : - Apa saja alat-alat gambar teknik dan bagaimana cara menggunakannya? -
Bagaimana
cara
menggunakan
elemen-elemen
gambar teknik?
36
BAB II ALAT GAMBAR DAN ELEMEN GAMBAR TEKNIK 2.1 Alat dan Bahan Konvensional Macam-macam bahan yang digunakan dalam menggambar adalah a) Kertas gambar putih (manila/padalarang), kertas sketsa dan kertas milimeter : digunakan untuk gambar tata letak yang digambar dengan pensil. b) Kertas kalkir : digunakan untuk gambar asli, yang kemudian dapat dibuat gambar cetak biru (blue print) atau cetak kontak (contact print). c) Film gambar : digunakan untuk mendokumentasikan gambar yang teliti dan keawetannya sangat diperlukan, serta tidak boleh memuai atau menyusut. Tabel 2.1 Lambang dan ukuran kertas gambar
Kertas gambar yang dipergunakan mempunyai ukuran-ukuran yang telah dinormalisir. Ukuran yang paling banyak dipergunakan adalah dari seri A. Seri A ini mempunyai ukuran standar yang dinyatakan dengan membubuhkan 0 (nol) di belakang huruf A, dan ukuran-ukuran yang lebih kecil dengan membubuhkan angka 1 sampai dengan 4. Ukuran standar, yaitu A0, mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan panjang terhadap lebar sebagai. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi dua ukuran yang mendahuluinya. Misalnya ukuran A3
37
mempunyai setengah ukuran A2, dan sebagainya. Untuk jelasnya ukuran kertas gambar dari seri A ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada umunya kertas gambar diletakkan dengan sisi yang panjang mendatar, kecuali untuk kertas ukuran A4, yang sisi panjangnya diletakkan vertikal. Pada Tabel 1 diberikan juga ukuran garis tepi dari masing-masing ukuran kertas.
2.2 Pensil dan Pena (Rapido)
Gambar 2.1 Pensil Mekanik dengan Isian
Gambar 2.2 Pena Teknik
Pensil mekanik dengan isian digunakan untuk menggambar dengan pensil. Ada beberapa tingkat kekerasan. Penggunaannya didasarkan atas permukaan dan jenis kertas gambar. Jenis isian pensil gambar terdapat dari 9H (sangat keras) sampai 8B (sangat lunak). Menggambar sebaiknya digunakan tingkat kekerasan berikut: a) Garis bantu
= 2H
b) Garis
=F
c) Tulisan, garis penuh tebal = HB Isian halus pada pensil mekanik dengan ketebalan 0,3 mm dan 0,5 mm sangat cocok untuk penggambaran diatas kertas atau kertas kalkir. Dengan isian ini maka tidak perlu meraut atau meruncingkan pensil. Ketebalan garis yang sama juga dicapai (Gambar 2.1). Pena gambar: untuk gambar kerja dapat digunakan ketebalan : 0,25 putih, 0,35 kuning, 0,50 coklat dan 0,70 biru (Gambar 2.2).
38
2.3 Jangka Ada tiga macam jangka yang digunakan untuk menggambar, tergantung besar kecilnya lingkaran yang akan digambar. Jangka besar untuk menggambar lingkaran dengan diameter 100 – 200 mm, jangka menengah untuk lingkaran dari 20 – 100 mm, dan jangka kecil untuk lingkaran 5 – 30 mm. Disamping itu terdapat sebuah jangka untuk membuat lingkaran dengan jari-jari kecil, seperti misalnya untuk pembulatan. Ada dua macam jangka yaitu jangka orleon dan jangka pegas (Gambar 2.3). Dengan alat penyambung dapat dihasilkan lingkaran dengan jari-jari 250 mm.
Gambar 2.3 Macam-Macam Jangka
2.4 Macam-Macam Penggaris
Gambar 2.3. Macam-Macam Penggaris
a) Penggaris –T Sebuah penggaris – T terdiri dari sebuah kepala dan sebuah daun. Garis-garis horizontal ditarik dengan penggaris –T ini, dengan menekankan kepalanya pada tepi kiri dari meja gambar, dan menggesernya keatas atau ke
39
bawah. Supaya hasil dari garis-garis dapat sejajar benar, kepala dari penggaris ini harus betul-betul diikat pada daunnya. Contohnya pada Gambar 2.3(a). b) Penggaris Segi-Tiga Sepasang segitiga terdiri dari segitiga siku sama kaki dan sebuah segitiga siku 600. Ukuran segitiga ini ditentukan oleh panjang 1, dan berkisar antara 100 sampai 300 mm. Contoh penggaris segitiga ada pada Gambar 2.3(b).
Gambar 2.4 Macam-macam Mal (Sablon)
c) Sablon ( mal )
40
Sablon atau yang digunakan untuk teknik elektro antara lain: mal lengkungan, mal bentuk, mal huruf dan mal untuk symbol simbol elektro dan elektronika. Gambar 2.4 menunjukkan malmal tersebut.
2.5 Alat-Alat Lain dan Software Pendukung Berbagai macam alat dipergunakan untuk menggambar,disamping alat-alat yang telah dibahas sebelumnya. a) Mistar Skala : Untuk gambar mesin dipergunakan mistar skala dari bambu atau plastik, yang panjangnya pada umumnya adalah 300 mm. Disamping ini terdapat pula mistar skala dengan penampang segi tiga dengan ukuran yang diperkecil. (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Mistar Skala
b) Busur derajat : busur derajat dibuat dari logam, yaitu aluminium, atau plastik. Biasanya busur derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari 0 sampai dengan 1800 (Gambar 2.6). Dengan alat ini dapat diukur sudut atau membagi sudut.
Gambar 2.6 Busur Derajat
c) Penghapus : Untuk membuang garis yang salah dipergunakan penghapus dengan mutu yang baik. Ada penghapus yang dibuat dari karet, dan ada yang
41
dibuat dari plastik. Penghapus yang baik harus dapat menghilangkan garis atau gambar yang tidak diinginkan, dan tidak merusak kertasnya. Untuk menghilangkan garis atau gambar dengan tinta, harus dipakai penghapus yang khusus. d) Pelindung penghapus: Pelindung penghapus ini dipakai bila kita ingin menghilangkan garis yang berdekatan. Dengan alat ini garis-garis yang perlu dapat terlindung dari penghapusan. Hanya garis, atau bagian garis yang salah dapat dihapus. Seperti tampak pada Gambar 2.7, pelindung tersebut mempunyai berbagai bentuk lubang. Dengan demikian bagian yang diperlukan dapat dilindungi dan bagian yang hanya harus dibuang tampil pada lubang.
Gambar 2.7 Pelindung Penghapus
e) Pita Gambar : Untuk menempelkan kertas gambar diatas papan gambar tidak lagi dipergunakan paku payung, karena ini akan merusak papan gambar, dan akan mengganggu pergerakan penggaris. Sekarang terdapat pita gambar yang akan menempelkan pita gambar pada papan gambar. Jangan menggunakan pita rekat (cellotape), karena daya rekatnya yang terlalu kuat akan merusak kertas gambar bila ingin melepas kertas gambar dari meja gambar. Pita gambar mempunyai daya lekat yang cukup untuk menempelkan kertas gambar, dan tidak merusak kertasnya jika dibuka. f) Alas kertas gambar : Jika kertas gambar diletakkan langsung diatas papan gambar, akan terdapat berkas-berkas garis dan tusukan jarum dari jangka. Hal
42
ini kadang-kadang akan mengganggu pada saat kita menggambar. Untuk menghindarkan hal ini dipasaran terdapat alas kertas gambar dari kertas lunak. Ada juga yang dibuat dari karet magnetik. Untuk menempelkan kertas gambarnya tidak dipakai pita gambar, melainkan pita tipis dari baja tahan karat. Yang terakhir ini sangat ini sangat mudah penggunaannya. g) Papan Gambar dan Meja Gambar : Papan gambar harus mempunyai permukaan yang rata dan tepi yang lurus, dimana kepala dari penggaris –T digeser. Papan gambar dibuat dari pohon cemara, kayu pohon linde, kayu lapis (plywood) atau hardboard. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran kertas, misalnya untuk ukuran kertas A0 mempunyai ukuran 1.200 mm x 900 mm, kertas ukuran A1 mempunyai ukuran 600 mm x 450 mm. Belakangan ini terdapat papan gambar yang telah dilapisi dengan alas kertas gambar. Papan gambar ini dapat diletakkan diatas standar yang dibuat khusus untuk tujuan ini. Standar ini dapat diubah-ubah kedudukannya. Gambar 2.8 tampak sebuah standar papan gambar yang sederhana, yang hanya dapat merubah kemiringannya, sedangkan Gambar 2.9 menunjukkan sebuah standar papan gambar yang dapat diatur ketinggiannya maupun kemiringannya. Papan gambar khusus yang dipasang diatas sebuah standar disebut juga meja gambar. Papan gambar sederhana dapat diletakkan diatas meja biasa.
Gambar 2.8 Meja Gambar
43
h) Mesin Gambar Mesin gambar adalah sebuah alat, yang dapat menggantikan alat-alat gambar lainnya, seperti busur derajat, penggaris –T, segi tiga dan ukuran. Sebuah mesin gambar dilengkapi dengan mekanisme gerak sejajar yang terdiri dari 4 batang penghubung ( link ) seperti tampak pada Gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9 Mekanisme Batang dari Sebuah Mesin Gambar.
Sepasang batang penghubung dipasang secara tetap pada sebuah alat, yang dapat dipasang pula pada papan gambar. Pada pasangan yang lain ditempatkan sepasang penggaris tegak lurus, dan dapat diputar pada sudut yang dikehendaki.. Dengan alat ini dapat ditarik garis-garis sejajar, dan garis-garis tegak lurus dengan mudah. Disamping mesin gambar jenis mekanisme batang ini terdapat mesin gambar yang tidak menggunakan batang penghubung. Sebagai penggantinya dipakai roda-roda dan pita baja. Mesin gambar jenis ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Mesin Gambar Pita
Pada Tabel 2.2 terdapat jenis-jenis mesin gambar yang ada di negeri Jepang, yang telah diperinci oleh standar Jepang JIS. Penggaris yang dipasang pada mesin gambar ini dapat dilepas dan diganti dengan penggaris yang
44
mempunyai ukuran dengan bermacam-macam skala. Misalnya : 2 : 1, 1 : 2,5, 1 : 5, dan sebagainya. Bahan yang dipakai dapat berupa kayu yang dilapisi dengan sejenis plastik, dimana terdapat goresan-goresan pembagi ukuran, atau seluruhnya dibuat dari plastik tembus cahaya dengan goresan-goresan yang sama. Yang terakhir ini dapat juga dipakai untuk menarik garis dengan tinta, sedangkan penggaris dari kayu mempunyai penggaris khusus untuk ini. Belakangan ini terdapat mesin gambar kereta, yang dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Mesin Gambar Kereta Tabel 2.2 Jenis-jenis mesin gambar
Pada mesin ini pasangan penggaris dan alat putarnya ditempatkan pada sebuah kereta vertikal, dimana penggarisnya dapat digerakkan secara vertikal, dan seluruhnya ini dapat digerakkan secara horizontal pada kereta horizontal. Mesin gambar jenis pita dan jenis batang disebut juga jenis lengan, berbeda dengan jenis kereta. Jenis yang terakhir ini mempunyai konstruksi yang lebih kuat dan kekar di
45
bandingkan dengan jenis lengan. Disamping ini kedudukan penggaris dapat dikunci pada kereta vertikal, sehingga memudahkan penggambaran bagian-bagian yang simetris. Mesin gambar kereta ini memerlukan luas yang lebih kecil dibandingkan dengan mesin gambar jenis lengan, karena bagian-bagiannya menonjol keluar dari bidang papan gambar. Oleh karena itu mesin jenis ini makin banyak dipakai, terutama dalam ruang gambar dengan jumlah mesin gambar yang banyak. i) Computer Aided Design (CAD) Computer Aided Design adalah pembuatan design gambar yang menggunakan computer dengan memasukkan data. Bagian yang sudah digambar dapat diCopy, dipantulkan, diputar dan sebagainya untuk dipindahkan pada pekerjaan berikutnya. Program CAD menyimpan geometri bagian-bagian, maka secara otomatis ukuran dapat ditampilkan. Pada perubahan bagian yang kemudian ditiadakan, ukuran akan mengikuti dengan sendirinya. Setelah itu gambar dapat dicetak pada sebuah printer.
Gambar 2.12 Computer Aided Design
Bekerja dengan komputer memiliki banyak keuntungan. Bagian-bagian gambar yang sudah satu kali dikerjakan, dapat disisipkan pada gambar lain.
Gambar 2.13 Unit CAD dan Kelengkapannya
46
2.6 Gambar Teknik dan Elemen Pelengkapnya Menggambar merupakan salah satu cara komunikasi antara seseorang dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipahami karena dengan melihat suatu gambar maka seseorang akan dapat mengerti arti gambar itu, atau mengerti maksud si pembuat gambar sehingga terjadi komunikasi antara si penggambar dengan orang yang melihat gambar tersebut. Namur, arti suatu gambar bagi seseorang dapat berbeda dengan yang lainnya (tidak eksak). Contohnya sebuah gambar pemandangan. Orang yang melihatnya tidak bisa menentukan secara pasti/eksak, misalnya tingginya berapa meter, lebarnya, jauhnya, lebar jalan, dan lain-lain tidak dengan ukuran yang eksak. Gambar teknik juga merupakan suatu alat komunikasi, tetapi gambar teknik tidak akan menimbulkan tafsiran yang berbeda bagi orang yang melihatnya. Oleh karena itu, perlu ada tandatanda/patokan tertentu sebagai suatu perjanjian bersama. Patokan-patokan tersebut biasanya terdapat dalam suatu standar atau normalisasi. Standar ini penting untuk dipahami oleh orang teknik, atau orang yang akan memahami /membuat gambar teknik. Jadi, di dalam gambar teknik harus memakai tanda-tanda gambar standa dan seragam, selengkap mungkin agar dapat memberikan pengertian yang lengkap dan dimengerti oleh orang lain. 2.6.1 Huruf Teknik
Gambar 2.14 Huruf Teknik
47
Di dalam gambar teknik juga harus ada keseragaman bentuk huruf, yaitu huruf teknik, yang berupa huruf besar cetak, sederhana, tidak diblok/tebal tanpa tambahan variasi apa pun. Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada Gambar 2.14. 2.6.2 Normalisasi Ukuran Kertas Adapun ukuran kertas yang biasa digunakan dalam gambar teknik tertera pada Tabel 2.3. Untuk membuat gambar yang membutuhkan beberapa kertas sekaligus, dianjurkan memakai kertas dengan ukuran yang sama. Untuk menentukan ukuran-ukuran tersebut dalam tabel, dipakai patokan/ukuran standar, yaitu A0, yang luasnya adalah 1 m2 dengan perbandingan panjang : lebar = 2 : 1. Ukuran-ukuran selanjutnya A1, A2, A3, A4, di mana luas ukuran A1 = 1/2 luas A0, luas A2 = 1/2 luas A1 dan seterusnya. Perbandingan panjang dan lebar tetap sehingga ukuran-ukuran tersebut dapat dicari seperti pada tabel di atas. Selain ukuran A, ada juga ukuran kertas B dan C, namun dalam modul ini tidak ditinjau. Tabel 2.3 Macam-macam ukuran kertas
Nama
Ukuran
Garis Tepi
2 x Ao
1189 x 1682
10
Ao
841 x 1189
10
Al
594 x 841
10
A2
420 x 594
10
A3
297 x 420
10
A4
210 x 297
5
A5
148 x 210
5
2.6.3 Jenis Garis dan Tebal Garis Macam-macam garis yang biasa dipakai dalam gambar teknik adalah sebagai berikut: a. Garis kontinu Ada dua macam ketebalan yangbiasa digunakan. Yang pertama 0,2 - 0,3 mm atau 0,4 - 0,8 mm. Fungsinya untuk melukis bagian-bagian benda yang terlihat dan untuk garis tepi kertas gambar
48
b. Garis strip-strip Ketebalannya 0,1 - 0,15 mm, kira-kira 1/2 tebal garis gambar. Berfungsi untuk melukis bagian-bagian yang tidak terlihat, di belakang irisan ataupun apabila penglihatan terhalang. c. Garis strip-titik Kira-kira ketebalannya 1/2 tebal garis gambar. Merupakan garis irisan atau potongan. Fungsinya: garis-garis sumbu tempat irisan (ditambah) huruf-huruf pada ujung dan pangkal garis ini membatasi lukisan bila sebagian benda yang dilukis dibuang bagian-bagian yang terletak di bagian muka irisan d. Garis tipis Ketebalannya kira-kira 0,1 mm atau kira-kira 1/2 tebal garis gambar. Berfungsi untuk garis ukuran, garis pembantu dan arsiran. e. Garis titik-titik Berfungsi untuk menyatakan bagian bangunan yang akan dibongkar. Tabel 2.4 Referensi menggambar dengan software bantuan gambar teknik Tabel 2.4 Referensi Software Gambar Teknik
49
2.6.4. Membuat dan Menata Gambar (Gambar 2.14) Beberapa petunjuk untuk membuat gambar adalah sebagai berikut: 1. Apa yang akan digambar serta ketentuan-ketentuan yang perlu pada gambar tersebut harus benar-benar dipahami terlebih dahulu. 2. Pergunakan skala. 3. Pilih ukuran kertas yang akan digunakan. 4. Pembuatan gambar: a. Gambar pada kertas harus ditempatkan sedemikian rupa agar gambar-gambar dapat tersusun secara teratur. b. Garis-garis sumbu dan garis-garis luar harus ditarik. c. Garis-garis yang tidak diperlukan harus dihapus agar tidak mengganggu. d. Gambar harus diselesaikan. e. Ukuran-ukuran yang dipergunakan harus benar-benar lengkap. f. Kotak nama harus dibuat dan diisi. Hal-hal yang perlu dipahami adalah letak gambar; kotak nama; dan melipat kertas gambar. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam menata gambar adalah: simetris dan teratur.
Gambar 2.14 Membuat dan Menata Gambar
50
2.6.5 Kop Gambar Kop gambar atau kotak nama digambarkan pada bagian bawah sebelah kanan kertas gambar dan berisi keterangan gambar selengkapnya baik mengenai diri si penggambar, pemeriksa, judul gambar, ukuran, dan lain-lain. Biasanya dipakai pada ukuran kertas gambar yang kecil (AZ, A3, A) di mans dalam 1 lembar kertas gambar tidak terlalu banyakyang digambar sehingga keterangannya juga tidak perlu kertas besar (A2, Al, Ao, 2AO). Bentuk kotak searah vertical atas ke bawah digambar di sebelah kanan kertas gambar (tepi kanan). Di sini dapat juga diisi pada catatan, perhitungan ringan yang perlu disertakan, misalnya perhitungan tangga, bersangkut paut dengan peil lantai atas dan bawah. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Contoh Kop Gambar
2.6.5 Melipat Gambar Untuk menyajikan gambar secara resmi, kertas gambar harus dilipat (tidak boleh digulung) sedemikian rupa sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil dan mudah ditumpuk. Ukuran setelah dilipat menjadi sebesar A4 atau folio baik tidur maupun berdiri. Hal yang menjadi catatan adalah:
Nama harus selalu ada pada bagian depan.
Ukuran lipatan A, atau folio.
Standar di sini adalah BS 1192: 1969.
Bila dibukukan, yaitu bila gambar harus dijadikan satu dengan uraian tertulis atau perhitungan struktur, berupa buku maka harus dilipat seperti gambar berikut (bagian kanan). Ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 2.16.
51
Gambar 2.16 Ilustrasi Cara Melipat Kertas
Latihan Soal 1. Sebutkan jenis dan kegunaan kertas gambar untuk menggambar teknik ! 2. Sebutkan beberapa peralatan gambar menurut jenis dan kegunaannya ! 3. Apa alasannya membuat gambar lingkaran untuk teknik elektro dan elektronika lebih praktis menggunakan sablon/mal lingkaran dari pada jangka ? 4. Apa keuntungan penggunaan mesin gambar dibanding dengan meja gambar konvensional ? 5. Software apa saja yang diaplikasikan untuk menggambar teknik elektro ? 6. Sebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk mendesain gambar teknik berbasis komputer ! 7. Mengapa huruf dan angka pada gambar teknik perlu standar. 8. Ada berapa macam bentuk skala yang ada, beserta contoh penerapannya. 9. Mengapa dalam menggambar teknik diperlukan berbagai macam jenis pensil yang ada ?
52
10. Untuk keperluan yang sama, apa keuntungan penggunaan mesin gambar dibanding dengan alat yang lain ? 11. Mengapa pembuatan gambar lingkaran untuk teknik elektro dan elektronika lebih efektif menggunakan sablon / mal lingkaran dari pada jangka
53
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi ini diharapkan mampu menerapkan metode pemberian ukuran pada obyek dan penggunaan skala serta arsiran. Sub pokok Bahasan : 1.Ukuran 2. Skala 3. Arsiran Deskripsi Singkat
: Penggunaan ukuran dan skala dalam gambar teknik sangat mutlak diperlukan untuk mengidentifikasikan karakteristik benda.
Pertanyaaan Kunci : -
Bagaimana metode pemberian ukuran, Skala dan arsiran?
54
BAB III UKURAN, SKALA DAN ARSIRAN 3.1 Pedoman pemberian ukuran Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu dibuatlah aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang menentukan cara-caranya dalam memberi ukuran. 1. Garis Ukur dan Garis Bantu Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu melalui batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus, hal ini ada pengecualiannya pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan mata panahnya, menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik dengan garis tipis. Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di beberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit, untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu. 2. Tinggi dan Arah Angka Ukur Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar aslinya maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir ini dibuat microfilm dari gambar, dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun demikian angka-angka atau huruf-huruf tetap harus dapat dibaca dengan jelas. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus digambar sebesar mungkin. Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk angka-angka dan hurufhuruf. Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-tengah dan sedikit di atas garis ukur.
55
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal atau vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertical harus terletak di sebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit. Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini garis ukur vertical diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. Dengan demikian semua angka dapat dibaca dari bawah kertas gambar. Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis sesuai dengan garis ukurnya. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di letakkan didaerah yang diarsir. Ukuran Standar (Normal) seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Contoh ukuran normal
Gambar 3.2 Contoh ukuran sudut
Ukuran sudut, garis ukurnya berupa garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis ukur.
56
3. Ujung dan Pangkal Garis Ukur Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur mulai dan berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan anak panah tertutup, garis miring dan titik. Cara dengan garis miring banyak dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada bidang permesinan cara ini tidak dipergunakan. Bentuk anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus dihitamkan. Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anak panah. Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran beruntun.
Gambar 3.3 Ujung dan pangkal garis ukur
4. Ukuran dan toleransinya Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan dalam gambar juga. a. Ukuran
dengan
Toleransinya,
yang
ditentukan
dalam
ISO
2768
“Penyimpangan Ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa penentuan toleransinya”. b. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier. c. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai ISO/R286 “Sistim ISO tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi dan penyimpangan” d. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 1101/I “Toleransi bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam gambar”
57
Toleransi posisi harus diterapkan pada posisi yang sebenarnya, yang telah ditentukan ukurannya. e. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan informasi, hal ini disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi produksi atau pemeriksaan. Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilainilai yang tercantum dalam gambar atau gambar-gambar yang mempunyai hubungan. 5. Dimensi fungsional, non-fungsional dan tambahan
Gambar 3.4 Ukuran fungsional
Gambar 3.4 memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda dengan sebuah pen. Sesuai fungsi dari susunan tersebut, ukuranukurannya dibagi dalam golongan-golongan: ukuran-ukuran fungsional F, ukuran-ukuran bukan (non) funsional NF dan ukuran- ukuran tambahan Aux. a. Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian atau komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dan lain sebagainya. b. Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi fungsi secara prinsipil. c. Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada bagian sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi, hanya sebagai bahan informasi.
58
3.1.1. Cara-cara memberi ukuran Sesuai dengan aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas di atas, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus. 1) Dimensi Linear
Gambar 3.5 Tempat pemberian ukuran yang sempit
Gambar 3.6 Contoh pemberian ukuran
Pada dasarnya ukuran-ukuran linear haris diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan angka ukur. Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak panah dapat diganti dengan titik pada Gambar 3.5. Contoh-contoh dan cara-cara memberi ukuran dapat dilihat pada Gambar 3.6.
59
2) Ukuran dengan koordinat (Gambar 3.7)
Gambar 3.7 Pemberian ukuran koordinat
3) Ukuran diameter (Gambar 3.8)
Gambar 3.8 Pemberian ukuran diameter
4) Ukuran Benda Spherical (Gambar 3.9) Lambang S digunakan dalam memberi ukuran pada bonda berbentuk bola, lalu diikuti keterangan yang menunjukkan radius maupun diameter. Ilustrasi pada Gambar 3.9.
60
Gambar 3.9 Pemberian ukuran bola
5) Ukuran radius (Gambar 3.10)
Gambar 3.10 Pemberian ukuran radius
6) Ukuran bentuk-bentuk tertentu (kurva) (Gambar 3.11)
Gambar 3.11 Pemberian ukuran pada kurva
61
7) Ukuran tirus (Gambar 3.12)
Gambar 3.12 Pemberian ukuran tirus
8) Ukuran Chamfer (Gambar 3.13)
Gambar 3.13 Pemberian ukuran chamfer
9) Ukuran dengan catatan
Gambar 3.14 Pemberian Ukuran dengan Catatan
62
3.2 Ukuran Skala Pada Gambar Definisi skala pada gambar adalah perbandingan paling sederhana antara jarak pada gambar dengan jarak pada objek sebenarnya yang menggunakan satuan jarak pada gambar. Contohnya jika diketahui jarak antara dua titik pada gambar 10 cm sedangkan jarak sebenarnya adalah 10 m. Jika kedua jarak tersebut menggunakan satuan yang jarak pada gambar yaitu cm, maka jarak pada gambar adalah 10 cm dan jarak sebenarnya adalah 1.000 cm. Perbadingan jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya adalah 10:1000, dan perbandingan paling sederhana adalah 1:100. 3.3.1 Langkah-Langkah Menentukan Skala pada Gambar Untuk menentukan skala pada gambar gunakan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1: Tentukan jarak pada gambar Langkah 2: Tentukan jarak sebenarnya Langkah 3: Samakan satuan jarak dengan cara mengubah satuan jarak sebenarnya ke satuan jarak pada gambar Langkah 4: Nyatakan skala dalam bentuk perbandingan (jarak pada gambar):(jarak sebenarnya) Langkah 5: Nyatakan skala dalam bentuk perbandingan yang paling sederhana 3.3.2 Cara Mengubah Satuan Jarak Tabel 3.1 Konversi Satuan Jarak
63
Satuan jarak dalam sistem metrik didasarkan pada satuan dasar “meter” contohnyacentimeter, meter, kilometer, dan lain sebagainya. Hubungan antara satuan-satuan tersebut didasarkan pada faktor koversi sebagai berikut: 1 meter (m)
= 100 cm
1 kilometer (km)
= 1.000 m
1 kilometer
= 100.000 cm
Faktor konversi satuan jarak lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Contoh Cara Menentukan Skala pada Gambar 1. Soal: Diketahui jarak antara kota A dan kota B pada peta adalah 13 cm padahal jarak sebenarnya antara kota A dan kota B adalah 260 kilometer. Tentukan skala gambar peta tersebut. Jawab: Langkah 1: jarak pada gambar = 13 cm Langkah 2: Jarak sebenarnya = 260 km Langkah 3: Samakan satuan ke dalam cm, maka jarak sebenarnya = 260 x 100.000 = 26.000.000 cm Langkah 4: Membuat skala yaitu 13:26.000.000 Langkah 5: Menyederhanakan skala yaitu 1:2.000.000 2. Soal: Diketahui lebar sebuah rumah pada gambar denah adalah 3 cm, sedangkan jarak sebenarnya lebar rumah tersebut adalah 9 meter. Berapa skala gambar denah rumah tersebut? Jawab: Langkah 1: jarak pada gambar =3 cm Langkah 2: Jarak sebenarnya = 9 m Langkah 3: Samakan satuan ke dalam cm, maka jarak sebenarnya = 9 x 100 = 900 cm Langkah 4: Membuat skala yaitu 3:900 Langkah 5: Menyederhanakan skala yaitu 1:300
64
3.3 Arsiran pada Obyek Arsiran berfungs untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan, dipergunakan arsir, yaitu garis-garis tipis miring. Kemiringan garis arsir adalah 45° terhadap garis sumbu, atau terhadap garis gambar, beberapa teknik gambar arsir dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Pedoman umum garis arsir
Gambar 3.16 Garis arsir miring 45o
Gambar 3.17 Garis arsir berdampingan
65
Seperti ditunjukan pada Gambar 3.16 jarak garis-garis arsir disesuaikan dengan besarnya gambar. Bagian-bagian potongan yang terpisah diarsir dengan sudut yang sama. Arsiran dari bagian-bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya, agar jelas perbedaannya, penampang-penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas, yaitu hanya pada kelilingnya saja, dapat dilihat pada Gambar 3.17. Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama, yang terdapat pada potongan meloncat diarsir serupa, tetapi dapat juga digeser jika dipandang perlu, lihat Gambar 3.18. Garis-garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka, jika hal ini tidak dapat dilakukan di luar daerah arsir Gambar 3.19.
Gambar 3.18 Arsir pada potongan sejajar
Gambar 3.19 Arsir dan angka
Lambang garis-garis arsir Gambar 3.20 juga telah digunakan untuk menandakan bahan yang spesifik. Lambang ini menyajikan jenis bahan yang umum saja, seperti besi cor, kuningan dan baja. Akan tetapi, karena sekarang sudah ada banyak jenis bahan dan masing-masing memiliki banyak sub jenis,
66
maka nama atau lambang umum saja tidak cukup. Misalnya, terdapat ratusan jenis baja. Selama spesifikasi rinci bahan harus dituliskan dalam bentuk catatan atau blok judul, garis arsir umum (besi cor) dapat saja digunakan untuk semua bahan pada gambar rinciannya (elemen mesin tunggal). Lambang garis arsir dapat digunakan dalam gambar rakitan apabila kita ingin menandai bahan yang berbeda: jika tidak, lambang umum digunakan untuk semua elemen mesinnya.
Gambar 3.20 Lambang garis arsir
Gambar 3.21 Metode penggunaan pensil
67
Metode penggambaran garis arsir yang benar ditunjukkan pada Gambar 3.21. Gambar garis-garis arsir dengan pencil runcing, dengan kekerasan-sedang (H atau 2H) dengan ujung yang berbentuk kerucut (konis). Dalam menarik garis harus selalu pada 45° dengan bidang datar seperti yang ditunjukkan, kecuali jika ada beberapa keunggulan menggunakan sudut yang berbeda. Pisahkan garis arsir semerata mungkin dengan bantuan mata dari kira-kira 1,5 mm (1/16 ") hingga 3 mm (1/8") atau lebih, yang tergantung pada ukuran gambar atau luas potongan.
Gambar 3.22 Contoh Gambar Arsir
Untuk sebagian besar gambar, pisahkan garis arsir kira-kira 2,5 mm (3/32 ") atau kurang sedikit. Sebagai kaidah, pisahkan garis arsir ini sejauh mungkin tetapi masih cukup dekat untuk menonjolkan secara jelas luasan potongan tersebut. Setelah beberapa garis pertama telah ditarik, lihat berulang-ulang ke jarak semula untuk menghindari jarak yang secara perlahan-lahan menjauh atau mendekat (Gambar 3.22(b)). Para pemula hampir menarik garis arsir ini terlalu rapat (Gambar 3.22(c)). Hal ini sangat menjemukan karena dengan jarak yang dekat ketidakpastian yang kurang dalam pemberian jarak akan nyata. Garis arsir haruslah tipis dan seragam, tidak pernah berbeda-beda tebalnya, seperti pada Gambar 3.22(d). Harus ada kontras yang nyata di antara tebal garis gambar yang tampak dan garis arsir. Garis arsir tidak boleh terlalu tebal. seperti pada Gambar 3.22(e) Hindari menarik garis arsir melewati atau tidak sampai ke garis tampak, seperti pada Gambar 3.22(f). Jika garis arsir yang digambar dengan sudut 45° dengan garis datar akan sejajar atau tegak lurus terhadap garis gambar yang tampak, sudutnya harus diubah menjadi 30°, 60°, atau dengan sudut lainnya (Gambar 3.23).
68
Gambar 3.23 Arah garis arsir
Ukuran harus dibuat di luar luasan yang dipotong, tetapi jika hal ini tidak dapat dihindari, garis arsir harus dihilangkan di tempat pencantuman angka ukuran tersebut (lihat gambar 3.24) Garis arsir dapat ditarik berdekatan dengan batas luasan potongan (garis gambar potongan), asalkan kejelasan tidak dikorbankan.
Gambar 3.24 Dimensi dan garis arsir
Gambar 3.25 Garis arsiran berselang
Luasan yang berarsir selalu dibatasi seluruhnya oleh garis tepi yang tampak, tidak pemah dibatasi oleh garis tak tampak, seperti pada Gambar 3.25,
69
karena dalam setiap hal permukaan yang dipotong dan garis-garis batasnya akan selalu tampak. Juga, garis tampak tidak dapat memotong luasan yang berarsir. Pada pandangan potongan suatu benda, tersendiri atau rakitan, garis-garis arsir pada luasan yang dipotong harus sejajar, tidak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.22(f). Penggunaan garis arsir dalam arah yang berlawanan merupakan pertanda bagian yang berbeda, seperti ketika dua elemen mesin atau lebih bersebelahan dalam gambar rakitan. Beberapa contoh garis arsir ada pada Gambar 3.25.
Gambar 3.25 Menvisualkan potongan
Gambar 3.26 Gambar potongan lengkap
70
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi ini diharapkan mampu menggambar lambang komponen elektronika dan listrik untuk keperluan gambar teknik dan mampu menggunakan aplikasi protel untuk disain PCB. Mahasiswa juga mampu merencanakan isntalasi listrik Sub pokok Bahasan : 1. Penggunaan software aplikasi protel 99 untuk disain PCB dan simulasi. 2. Perencanaan instalasi listrik rumah, perhitungan beban sampai dengan penentuan penampang kabel. Deskripsi Singkat
: Pemahaman komponen elektronika dan listrik sangat membantu meningkatkan pemahaman cara kerja sebuah rangkaian yang disimulasikan.
Pertanyaaan Kunci : -
Bagaimana cara menggambar dan mendisain PCB dengan Software protel 99?
-
Bagaimana tahapan instalasi listrik dirumah?
71
BAB IV KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN LISTRIK DALAM GAMBAR TEKNIK 4.1 Komponen Elektronika Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa jenis komponen elektronika dan masing-masing komponen elektronika tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah rangkaian elektronika. Seiring dengan perkembangan teknologi, komponen-komponen elektronika makin bervariasi dan jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan elektronika seperti Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, Induktor dan IC masih tetap digunakan hingga saat ini. Adapun symbol dan nama komponen dapat dilihat pada Gambar 4.1.
72
73
74
Gambar 4.1 Gambar dan simbol komponen elektronika Tabel 4.1 Simbol dan fungsi komponen
Simbol Komponen Resistor Resistor Resistor Potensio Meter Potensio Meter Variable Resistor Variable Resistor Condensator Bipolar Condensator Nonpolar
Fungsi Komponen Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus yang mengalir dalam rangkaian listrik
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat diatur
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat diatur
Berfungsi untuk menyimpan arus listrik sementara waktu
75
Condensator Bipolar
Electrolytic Condensator (ELCO)
Kapasitor berpolar
Electrolytic Condensator (ELCO)
Kapasitor Variable
Condensator yang nilai kapasitansinya dapat diatur
Dioda
Berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengalirkan arus listrik satu arah (forward bias)
Simbol Komponen Dioda
76
Fungsi Komponen Dioda
Dioda Zener
Penyetabil Tegangan DC (Searah)
Dioda Schottky
Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya terdapat dalam IC logika
Dioda Varactor
Gabungan Dioda dan Kapasitor
Dioda Tunnel
Dioda Tunnel
LED (Light Emitting Diode)
Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik DC satu arah
Photo Dioda
Menhasilkan arus listrik ketika mendapat cahaya
Transistor NPN
Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis (B) diberi positif
Transistor PNP
Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis (B) diberi negatif
Transistor Darlington
Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk meningkatkan penguatan
Transistor JFET-N
Field Effect Transistor kanal N
Transistor JFET-P
Field Effect Transistor kanal P
Transistor NMOS
Transistor MOSFET kanal N
Transistor PMOS
Transistor MOSFET kanal P
Komponen
Fungsi
Motor
Motor Listrik
Trafo, Transformer, Transformator
Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak Balik)
Bel Listrik
Berbunyi ketika dialiri arus listrik
Buzzer
Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik
Fuse, Sikring Fuse, Sikring
Pengaman. Akan putus ketika melebihi kapasitas arus
Bus Bus
Terdiri dari banyak jalur data atau jalur address
Bus
77
Opto Coupler
Sebagi isolasi antar dua rangkaian yang berbeda. Dihubungkan oleh cahaya
Loudspeaker
Mengubah signal listrik menjadi suara
Mic, Microphone
Mengubah signal suara menjadi arus listrik
Op-Amp, Operational Amplifier
Penguat signal input
Schmitt Trigger
Dapat mengurangi noise
ADC, Analog to Digital
Mengubah signal analog menjadi data digital
DAC, Digital to Analog
Mengubah data digital menjadi signal analog
Crystal, Ocsilator
Penghasil pulsa
Fungsi simbol-simbol komponen elektronika yaitu untuk mempermudah dan mengetahui karakteristik komponen dalam sebuah rangkaian elektronika. Belajar elektronika haruslah memahami dan mengetahui, simbol-simbol komponen yang digunakan dalam sebuah rangkaian elektronika. Seperti halnya jika kita ingin memperbaiki peralatan elektronika, perusahaan pembuat peralatan akan menggambar rangkaian yang di produksinya pada skema rangkaian sehingga para pengguna/ teknisi akan mudah melacak kerusakan pada peralatan tersebut. Pada gambar berikut adalah koleksi simbol-simbol komponen elektronika yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronika. Beberapa simbol dan fungsi komponen dapat dicermati pada Tabel 4.1.
78
4.2
Gambar Skematik Rangkaian Elektronika Skema rangkaian elektronika merupakan blueprint dari model peratalan
elektronik yang ingin dibangun. Apapun jenis alat yang ingin dibuat harus terlebih dahulu dibuatkan skemanya. Karena dengan adanya skema dapat diketahui apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun alat tersebut. Hal tersebut dapat menjadi patokan apakah bahan-bahan/ komponen pembangunnya telah tersedia, serta memperkirakan kemampuan dalam merangkai komponen tersebut menjadi alat yang diinginkan. Untuk membuat, membaca dan mengerti mengenai skema rangkaian elektronika harus memiliki ilmu elektronika dasar. Dengan ilmu tersebut dapat diperoleh pengetahuan mengenai bahan-bahan pembangun peralatan elektronika serta kemampuan untuk merangkai bahan tersebut menjadi suatu rangkaian menjadi alat elektronik. Bahan pembangun itu disebut dengan komponen yang terdiri dari berbagai jenis, bentuk serta kegunaan yang beranekaragam dan terus berkembang sesuai kemajuan zaman. Sangat penting untuk mengetahui keseluruhan komponen yang ada sekarang ini, karena komponen yang beraneka ragam inilah nantinya yang akan menentukan bagaimana kerja dan fungsinya suatu alat elektronik setelah dirangkai nanti. Contoh-contoh rangkaian dibawah ini merupakan salah satu rangkaian power suplay disertakan juga cara kerjanya. a. Penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (dioda bridge) Pada dioda bridge, hanya ada 2 dioda saja yang menghantarkan arus untuk setiap siklus tegangan AC sedangkan 2 dioda lainnya bersifat sebagai isolator pada saat siklus yang sama. Untuk memahami cara kerja dioda bridge, perhatikanlah Gambar 4.2 dan 4.3. Saat siklus positif tegangan AC, arus mengalir melalui dioda B menuju beban dan kembali melalui dioda C. Pada saat yang bersamaan pula, dioda A dan D mengalami reverse bias sehingga tidak ada arus yg mengalir atau kedua dioda tersebut bersifat sebagai isolator. Sedangkan pada saat siklus negatif tegangan AC, arus mengalir melalui dioda D menuju beban dan kembali melalui dioda A.
79
Karena dioda B dan C mengalami reverse bias maka arus tidak dapat mengalir pada kedua dioda ini.
Gambar 4.2 siklus positif tegangan AC
Gambar 4.3 Siklus Negatif tegangan AC
Kedua hal ini terjadi berulang secara terus menerus hingga didapatkan tegangan beban yang berbentuk gelombang penuh yang sudah disearahkan (tegangan DC). Grafik sinyal dari penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (dioda bridge) ditunjukkan seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Tampilan sinusoidal beberapa siklus
Jembatan dioda (dioda bridge) tersedia dalam bentuk 1 komponen saja atau pun bisa dibuat dengan menggunakan 4 dioda yang sama karakteristiknya.
80
Yang harus diperhatikan adalah besarus yang dilewatkan oleh dioda harus lebih besar dari besar arus yang dilewatkan pada rangkaian. Penyearah
gelombang
penuh
dengan
sistem
jembatan
ini
bisa
menggunakan sembarang trafo baik yang CT maupun yang biasa, atau bahkan bisa juga tanpa menggunakan trafo. Rangkaian dasarnya adalah seperti pada Gambar 4.5. Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan dapat dijelaskan melalui gambar dibawah. Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan bagian positip dari siklus sinyal ac : D1 dan D3 hidup (ON), karena mendapat bias maju D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur Sehingga arus I1 mengalir melalui D1, RL, dan D3. Sedangkan apabila jembatan memperoleh bagian siklus negatip, maka D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat bias maju D1 dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur sehingga arus I2 mengalir melalui D2, RL, dan D4. Penyearah (Rectifier) Gelombang Penuh Sistem Jembatan (Bridge)
Gambar 4.5 Skematik penyearah gelombang penuh
Arah arus I1 dan I2 yang melewati RL sebagaimana terlihat pada Gambar 4.6 adalah sama, yaitu dari ujung atas R L menuju ground. Dengan demikian arus yang mengalir ke beban (IL) merupakan penjumlahan dari dua arus I1 dan I2, dengan menempati paruh waktu masing-masing. Besarnya arus rata-rata pada beban adalah sama seperti penyearah gelombang penuh dengan trafo CT, yaitu: Idc = 2Im/p = 0.636 Im. Untuk harga Vdc dengan memperhitungkan harga Vγ adalah: Vdc=0,6363 (V_{m}-2V\gamma ) Harga 2Vγ ini diperoleh karena pada setiap siklus terdapat dua buah dioda yang berhubungan secara seri. Disamping harga 2Vγ ini, perbedaan lainnya dibanding dengan trafo CT adalah harga PIV.
81
Pada penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan ini PIV masingmasing dioda adalah: PIV=V_{m}
Gambar 4.6 Proses Penyearahan gelombang penuh sistem jembatan
4.3
Disain PCB dengan Protel 99 Protel 99 merupakan program yang dikeluarkan oleh perusahaan perangkat
lunak terkenal protel technology Inc. fitur program ini memudahkan pengguna untuk menggambar dan mendisain PCB (Printer Circuit Board) dengan cepat.hal ini didukung oleh penampilan yang user friendly dan sejumlah komponen elektronika (library) dan pattern pad (kaki/pin komponen elektronika) dari sejumlah pabrik dan standar komponen seperti TTL, seperti CMOS, National, Intel, Zilog, analog device dan lain-lain. Adapun kelebihan lain dari protel 99 diantaranya: 1) Dijalankan menggunakan Sistem Operasi Windows yang banyak dipakai oleh pengguna komputer di dunia 2) Bisa digunakan merancang PCB (Printer Circuit Board) dengan multilayer (beberapa lapisan), sehingga mampu menangani pembuatan PCB (Printer Circuit Board) yang sangat kompleks (rumit) 3) Mudah dalam penggunaannya karena menu utamanya sudah diwakili dengan menggunakan button (tombol) 4) Terdapat fasilitas Auto Route, yakni suatu fasilitas yang secara otomatis akan membuat jalur layout PCB (Printer Circuit Board).
82
5) Terdapat fitur untuk mensimulasikan rangkaian elektronika sehingga hasil simulasi dapat diketahui atau dirunning sebelum produk dibuat. Secara garis besar pembuatan disain PCB meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Membuat dokumen schematic 2. Membuat dokumen PCB (Printer Circuit Board) 3. Mencetak dokumen PCB (Printer Circuit Board) 4.3.1 Pembuatan data base Setelah software protel terinstall pada komputer langkah selanjutnya adalah pembuatan data base pada konfigurasi explorer software protel 99. Dalam satu data base terdapat minimal satu rangkaian atau lebih. Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam hal sinkronisasi antara schematic dan document PCB. Sehingga ketika footnet dibuat akan terjadi kesamaan pada proses create Netlis, loadnet dan Routing all. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut: 1. Klik dobel pada shortcut atau icon protel 99 2. Setelah terbuka akan tampil layar seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Tampilan awal Protel 99
3. Selanjutnya Untuk memulai aplikasi, anda pilih menu File New (yang ada di kiri atas) (lalu akan tampil New Design Database) (Gambar 4.8) 4. Browse (Untuk memilih lokasi File atau membuat folder baru khusus Protel) (Gambar 4.9)
83
Gambar 4.8 Tampilan awal memulai pembuatan data base
Gambar 4.9 Tampilan Browse untuk penempatan data base
5. Rubah File name (misal Power Suplay), SAVE (Saat menyimpan, pastikan SAVE as type adalah Design Files (*.Ddb), SAVE OK (Pada New Design Database). Lihat Gambar 4.10)
Gambar 4.10 Tampilan pembuatan data base dan penempatan data base
6. Isikan password untuk keperluan akses yang terbatas 7. Langkah tersebut kemudian dilanjutkan dengan masuk ke dalam folder Document, setelah didalam folder ini, lalu pilih File > New, lalu pilih Schematic document, pilih simbol seperti Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Tampilan pembuatan dokumen schematik
84
8. Lalu Rename Sheet1.Sch (ini menjadi seperti Power Suplay) Enter. Untuk mempermudah tahap desain, anda dapat mengulangi perintah diatas kembali, dengan mengklik menu PCB Document. Lihat simbol pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Tampilan Pembuatan Dokumen PCB
9. Dari Gambar 4.12 tampilan pembuatan dokumen PCB dapat dirubah juga menjadi nama power suplai, sehingga ketika dilihat dalam folder document maka tampilannnya akan seperti Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Tampilan Dokumen PCB dan Schematic pada Data Base Power Supply
4.3.2 Pembuatan dokumen schematic Klik 2 kali untuk membuka schematic document (Schema Power Suplai). Dalam Schematic Doc akan dibuat gambar rangkaian yang nantinya akan dipindahkan ke PCB Doc.
Gambar 4.14 Tampilan awal pembuatan dokumen schematic
Untuk meletakkan komponen yang
ada di Library Miscellaneous
Devices.lib, caranya adalah : pilih salah satu Part Type (lihat Gambar 4.15),
85
pilih Place atau klik 2 kali. Klik Kiri untuk meletakan komponen dan Klik Kanan untuk “melepas” lalu baru bisa memilih komponen yang
lain.
Gambar 4.15 Tampilan pencarian dan penempatan komponen pada lembar schematic
Setelah semua komponen diletakkan pada lembaran schematic selanjutnya komponen tersebut harus dihubungkan dengan simbol Place Wire (biasanya terletak di kiri atas) atau klik kanan Place Wire (Lihat Gambar 4.16).
Gambar 4.16 Place wire untuk menghubungkan antar komponen
Sentuhkan ke ujung kaki komponen yang satu dengan yang lain sampai ada tanda bulatan hitam (lihat Gambar 4.17), klik kiri untuk
86
menyambungkannya dan klik kanan untuk melepasnya dan klik kanan sekali lagi untuk menonaktifkannya.
Gambar 4.17 Cara menyambungkan komponen dengan place wire
4.3.3 Pembuatan designator
Gambar 4.18 Pembuatan Footprint dan designator
Setelahsemua komponen rangkaian tersambung sekarang tinggal memberi nama dan nilai atau tipe untuk komponennya. Caranya adalah dengan mengklik 2 kali pada komponen, lalu akan tampil seperti Gambar 4.18. Rubah Designator seperti R1, R2, Q1, atau C1 dan lain-lain. (dalam pengetikan Designator ini tidak boleh menggunakan spasi dan jangan sampai ada komponen yang nama Designator yang sama kecuali untuk komponen –
87
komponen tertentu seperti IC). Part Type-nya adalah nilai atau type komponen tersebut, seperti 100K, 47uF, BD140, dll (Part Type ini tidak mutlak harus diisi tetapi untuk memudahkan
pemasangan
komponen disarankan untuk
mengisinya). Footprint (ini adalah bagian yang penting, jangan sampai salah membuat/mengetik nama Footprint) adalah suatu nama yang diberikan untuk komponen
yang dibuat
di Schematic.doc
agar nanti pada
saat
mengatur letak - letak komponen pada Pcb.doc ukurannya sama persis dengan komponen yang sebenarnya. Untuk mencari contoh nama – nama Footprint caranya adalah masuk ke Pcb.doc lalu klik
(Gambar 4.9) biasanya terletak
dibawah toolbar Help, setelah itu akan tampil seperti pada Tabel 4.2.
Gambar 4.19 Pencarian daftar footprint Tabel 4.2 Daftar Komponen dan Footprint
Nama Komponen
88
Footprint
RESISTOR
AXIAL0.3 , AXIAL0.4 , AXIAL0.5 ,.....
TRANSISTOR PNP
TO-5 , TO-18 , TO-39 , TO-46 , ......
TRANSISTOR NPN
TO-5 , TO-18 , TO-39 , TO-46 , ......
KAPASITOR POLAR
RB.2/.4 , RB.3/.6 , .........
KAPASITOR NON POLAR
RAD0.2 , RAD0.3 ,........
BATERE
SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
MOTOR
SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
DIODE
DIODE0.4 , DIODE0.7 (Akan Error )
LED
RAD0.2 ( Akan Error )
LAMPU
SIP2 ( UNTUK PIN CONNECTOR )
IC
DIP8, DIP14
LDR (Tidak ada )
RAD0.2 ( Standarnya )
Setelah
selesai
memberi
nama
Designator,
Footprint-nya, simpan pekerjaan ini dengan meng-KLIK
Part
Type
dan
(gambar Disket)
atau Klik File SAVE atau SAVE All. Sekarang klik Design – Creat Netlist (lihat Gambar 4.20). Setelah meng-Klik Create Netlist akan muncul seperti Gambar 4.21, klik OK.
Gambar 4.20 Menggunakan Create Netlist
Gambar 4.21 Persetujuan Create Netlist
Lalu akan tercipta file baru yang bernama Sche Power suplay.net, file ini tidak perlu disunting, langsung saja buka file Power Suplay.Pcb yang telah dibuat. Sekarang pindah ke PCB.Doc. Pilih Design Load Nets (lihat Gambar 4.22).
89
Gambar 4.22 Mengaktifkan Load Nets pad PCB.Doc
Setelah tahap ini maka akan muncul tampilan seperti Gambar 4.23.
Gambar 4.23 Kotak dialog untuk mencari file power suplay.net
90
Pilih Browse, lalu cari File dengan nama Schema Power suplay.net yang berada di dalam folder Document, klik OK. Ketika pilihan Execute diklik maka akan diketahui tahap selanjutnya yaitu proses berhasil dan tidaknya footprint yang diketik pada masing-masing komponen. Beberapa contoh hasil create net list yang error ada pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24 Create Net List Error
Error Pada Protel biasanya disebabkan karena : 1. Salah pengetikan nama Footprint 2. Belum mengisi nama pada Footprint 3. Menggunakan Spasi Pada pengetikan nama Designator 4. Ada nama Designator yang sama tetapi Part Type-nya berbeda dalam satu Sheet. Contoh : R1 untuk Resistor kemudian R1 untuk Transistor. 5. Footprint yang tidak sesuai dengan Part Type. Contoh: Transistor menggunakan Footprint komponen yang dua kaki, seperti SIP2. Transistor mempunyai tiga kaki sedangkan SIP2 hanya mempunyai dua kaki. Tetapi bila menggunakan komponen yang hanya dua kaki lalu digunakan Footprint yang tiga kaki atau lebih, tidak akan muncul Error. Jika tidak ingin ada Error dalam pembuatan Protel ini, hal – hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jangan menggunakan Spasi pada pengetikan Designator. 2. Jangan sampai ada dua komponen yang nama Designator-nya sama ( kecuali untuk IC )
91
3. Pastikan Number dan Designator sudah sama. ( Designator yang dimaksud disini bukan Designator untuk pemberian nama komponen, melainkan untuk Pad ). 4. Jangan menggunakan Footprint yang Pad-nya lebih sedikit daripada jumlah kaki pada komponennya. Contohnya : HEADER 3 ( 3 kaki ) menggunakan Footprint SIP2 (2 Pad ). Lihat Gambar 4.25. ( HEADER 3 )
( SIP2 ).
Gambar 4.25 Header 3 dan SIP 2
4.3.4 Pembuatan footprint 1. Masuk ke PCB Doc 2. Pilih Design _ Browse Component _ Edit. 3. Setelah Pilih Edit, akan masuk ke dalam PCB footprint.lib 4. Pilih Add 5. Akan muncul tampilan baru, yaitu Welcome To PCB Component Wizard. Klik Next saja hingga Finish. Lalu hapus (Ctrl + Delete) komponen ini, caranya: blok semua gambar komponen, seperti memblok tulisan pada Microsoft Word. Perhatikan Pad yang bernama A1, Pad ini terletak di koordinat X:0mil Y:0mil (terletak di sebelah kiri bawah) jika tidak terlihat, klik View _ Status Bar. Dalam pembuatan footprint, Pad utama suatu komponen harus berada pada koordinat 0,0 ini agar saat mengatur letak komponen tidak kesulitan. 6. Klik simbol
lalu klik di koordinat 0,0 dan satu lagi di sebelah kanannya,
lalu rubah layer menjadi TopOverlay yang ada di bagian bawah layar. 7. Buat jarak antar Pad adalah 3 mm (untuk merubah satuan dari ke mil ke mm, tekan Q Pada keyboard), untuk mengukur jarak antar Pad gunakan Place Dimension. 8. Setelah jarak antar Pad = 3 mm, buat lingkaran yang sesuai dengan diameter LED yaitu 5.5 mm. Jika sudah selesai membuat lingkaran, beri tanda Pada + atau terserah anda untuk menandakan itu adalah Anoda, misal kita beri tanda + untuk Pad sebelah kiri.
92
9. Untuk membuat garis, gunakan simbol
atau Place Line untuk
membuat tanda +. 10. Jika sudah selesai nanti bentuknya akan seperti Gambar 4.26.
Gambar 4.26 Hasil Footprint 1
11. Namun pada Footprint ini masih ada kekurangan yaitu, diameter Pad masih kurang besar karena hanya sebesar 1.524 mm, untuk merubah diameternya, klik 2 kali pada bagian Pad. Lalu akan muncul tampilan seperti Gambar 4.27. Lalu rubah Pad pada bagian yang diberi tanda + menjadi seperti berikut.
Gambar 4.27 Pad
Keterangan Gambar 4.27: X-Size _ untuk menentukan diameter anjang Pad Y-Size _ untuk menetukan diameter lebar Pad Designator _ untuk menentukan nama dari Pad (ini yang harus diingat). bila di Miscellaneous Devices.lib, Number-nya 1 maka Designator di PCB footprint.lib .lib –nya juga 1. Bila Number-nya A maka Designator di PCB footprint.lib .lib -nya juga A
93
Hole Size _ untuk menentukan ukuran lubang untuk mengebor (sesuaikan
dengan
bor
yang
dipakai
atau
dengan
ukuran
kaki
komponennya). 12. Setelah selesai mengubah – ubah ukuran kedua Pad tersebut komponen dapat di -rename (ubah nama sama dengan nama footprint-nya). Setelah itu PCB dapat disimpan atau diperbarui (Update PCB itu hanya merubah bentuk Footprint saat itu saja, maksudnya bila File PCB Footprint.Lib ditutup dan tidak disimpan maka bila saat dibuka kembali File-nya, bentuknya akan kembali seperti semula). 13. Jika sudah selesai menyunting, nanti bentuknya menjadi seperti Gambar 4.28. Memang disini tanda + tidak terlihat karena tertutup Pad, tapi bila di preview pasti akan terlihat.
Gambar 4.28 Hasil Footprint 2
14. Setelah selesai merubah kedua Pad tersebut menjadi A dan K, seperti Gambar 4.28. Sekarang number pada Miscellaneous Devices.lib dan designator pada PCB footprint.lib untuk LED sudah selesai dan sama (lihat Gambar 4.29).
Gambar 4.29 Pin dan Pad
Lalu rename Footprint ini, misal : LED. Setelah diganti nama menjadi LED, simpan. Kembali ke Schematic.doc, ketik LED pada Footprint komponen LED1.
94
15. Setelah semuanya sudah sama dan selesai diberi Footprint semua dan tidak ada Error maupun Warning lihat bagian Status, jika sudah ada tulisan All Macross Validated, pilih Execute. Sekarang temukan komponen yang dibuat di Schematic Doc. Sebaiknya cek juga untuk komponen potensiometer, NPN dan PNP, pasti di situ terdapat kesalahan. Untuk Footprint semua jenis komponen aktif seperti Transistor, FET, JFET, UJT, SCR, dll sebaiknya diberi tanda dimana E C B-nya pada Transistor, atau A KG pada SCR, juga untuk yang lainnya. 16. Sebaiknya semua Footprint yang terdapat pada Miscellaneous Devices.lib maupun PCB footprint.lib sebaiknya diperbaiki semua, dan sebelum membuat Footprint juga sebaiknya memiliki komponen tersebut seperti relay. Relay yang bertipe SPDT terdiri dari 5 kaki (2 untuk POWER, 1 untuk COMMON, 1 untuk NO, dan 1 untuk NC) dan dalam pembuatan Footprint ini semua komponen harus di lihat dari ATAS, karena PCB.doc sebenarnya adalah tampak atasnya proyek yang kita buat. 4.3.5 Pengaturan Komponen Pada PCB Documen 1. Bila setelah di-Execute ditemukan komponennya terkumpul menjadi satu dan berwarna hijau terang, blok semuanya, lalu klik
lalu klik
atau
ketik E _ E _ A. Setelah itu atur letak komponen – komponen ini (sebaiknya peletakan komponen dilakukan berdasarkan schematic, agar jalurnya tidak terlalu panjang dan tidak ada yang bertabrakan). 2. Setelah selesai pengaturan komponennya, kemudian layer dirubah menjadi Keep Out Layer (ungu) terletak dibagian bawah, lalu klik simbol
buat
bentuk sembarang yang mengelilingi komponen – komponen ini namun jangan terlalu kecil. 3. Sekarang pilih Design _ Rules atau ketik D _ R, ada 4 “aturan” yang harus dirubah (Gambar 4.30). Keterangan Gambar 4.30:
Clearence Constraint = untuk membuat jarak antara Pad dan jalur, biasanya min 0.35 mm. Atau tergantung pemakaian. Klik bagian Properties....
95
Routing Layer = untuk membuat single layer atau double layer.karena yang kita buat adalah single layer jadi yang harus dirubah adalah : Toplayer _ Not Used dan Bottomlayer _ any atau 45up ( biasanya....... ) Klik bagian Properties....
Widht Constraint = untuk mengatur lebar jalur, kalau bisa min. 0.5mm
0.5 mm juga tapi coba saja dengan 0.8 mm, nanti bila banyak jalur yang
“tabrakan” tinggal dikurangi. Max widht harus lebih besar dari Preferred Widht .Klik bagian Properties...
Sekarang pindah kategori yang tadinya Routing menjadi High Speed ( lihat gambar sebelumnya), pilih Parallel Segment Constraint = untuk mengatur jarak antar jalur, biasanya 0.35mm. Klik bagian Add....
Gambar 4.30 Design Rules
4. Pilih CLOSE, ketik A _ A _ R atau Autoroute _ All _ Route All . Bila saat routing jalurnya memakan waktu lama ketik A _ T ( Autoroute _Stop ). 5. Jika sudah ada tampilan Design Explorer Information, pilih OK. Setelah itu jika tidak ada jalur yang berwarna hijau terang, berarti selesai. Namun jika ada, ketik T _U _ A ( tool
unroute
all ) , atur kembali komponen yang
bersangkutan, lalu ketik A _ A_ R atau klik Autoroute _ All _ Route All .
96
6. Untuk membuat nama dan NPM, gunakan simbol (String) dengan layer Bottom Layer (biru), dengan spesifikasi : Height = min. 2 mm dan Widht = min.0.4 mm. jangan lupa checklist Mirror. 7. Hapus garis KeepOutLayer (ungu) yang berantakan tadi ketik E _ D, lalu klik kiri untuk hapus garis itu dan klik kanan untuk nonaktifkan. Buat kembali garis yang lebih rapi (biasanya bentuknya kotak) dan simpan. 4.3.6 Cetak Jalur dan Letak Komponen 1. Klik gambar Printer, sekarang kita berada di Print/Preview. Klik Browse PCBprint (di sebelah kiri, dekat Explorer). Klik kanan Pada Multilayer Composite Print _ Properties (Gambar 4.32).
Gambar 4.32 Printout Properties
2. Centang mirror, show holes, black and white lalu OK. (Gambar 4.32) _ Move Up untuk menggeser layer ke atas.
97
_ Move Down untuk menggeser layer ke bawah. _ Add untuk menambahkan layer. _Remove untuk menghapus layer. _Edit untuk merubah layer. 3. Sehingga nanti akan menjadi seperti Gambar 4.33.
Gambar 4.33 Layer PCB
4. Klik Edit>Insert Printout lalu Edit TopLayer tersebut menjadi TopOverlay lalu klik OK, lalu tambahkan satu lagi Layer yaitu KeepOutlayer setelah itu Check black & white sehingga nanti akan menjadi seperti Gambar 4.34.
Gambar 4.34 Printout Properties
98
5. Pilih File>Setup Printer ganti printer yang sudah di-install, kemudian Print. Atau bisa juga langsung Print All. Gambar 4.35 digunakan untuk memasang komponen pada PCB.
Gambar 4.35 Komponen PCB
4.4 Komponen Listrik Tabel 4.2 Komponen Listrik
SIMBOL
NAMA KOMPONEN
KETERANGAN
Simbol Sambungan Kabel/ Wire Listrik
Kabel penghubung (konduktor)
Koneksi kabel
Terhubung
Kabel tidak koneksi
Terputus (tidak terhubung)
Simbol Saklar (Switch) dan Simbol Relay Toggle Switch SPST
Terputus dalam kondisi open
Toggle Switch SPDT
Memilih dua terminal koneksi
99
Saklar Push-Button (NO)
Terhubung ketika ditekan
Saklar Push-Button (NC)
Terputus ketika ditekan
DIP Switch
Multiswitch(Saklar banyak)
Relay SPST Koneksi (Open dan Close) digerakan oleh elektromagnetik. Relay SPDT
Jumper
Koneksi dengan pemasangan jumper
Solder Bridge
Koneksi dengan cara disolder Simbol Ground
Earth Ground
Referensi 0 sebuah sumber listrik
Chassis Ground
Ground yang dihubungkan pada body sebuah rangkaian listrik
Common/ Digital Ground Simbol Power Supply
100
Sumber tegangan DC
Menghasilkan tegangan searah tetap (konstan)
Sumber Arus
Menghasilkan sumber arus tetap
Sumber tegangan AC
Sumber teganga bolak-balik seperti dari PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Generator
Penghasil tegangan listrik bolah-balik seperti pembangkit listrik di PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Battery
Menghasilkan tegangan searah tetap
Battery lebih dari satu Cell
Menghasilkan tegagan searah tetap
Sumber tegangan yang dapat diatur
Sumber tegangan yang berasal dari rangkaian listrik lain
Sumber arus yang dapat diatur
Sumber arus yang berasal dari rangkaian listrik lain
Simbol Meter (Alat Ukur) Volt Meter
Mengukur tegangan listrik dengan satuan Volt
Ampere Meter
Mengukur arus listrik dengan satuan Ampere
Ohm Meter
Mengukur resistansi dengan satuan Ohm
Watt Metter
Mengukur daya listrik dengan satuan Watt Simbol Lampu
Lampu
Lampu
Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik
Lampu Simbol Komponen Lain
101
Motor
Motor Listrik
Trafo, Transformer, Transformator
Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak Balik)
Bel Listrik
Berbunyi ketika dialiri arus listrik
Buzzer
Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik
Fuse, Sikring Pengaman. Akan putus ketika melebihi kapasitas arus Fuse, Sikring
Bus
Bus
Terdiri dari banyak jalur data atau jalur address
Bus
Crystal, Ocsilator
4.5
Penghasil pulsa
Gambar Instalasi Listrik Banyak orang yang menyerahkan urusan pemasangan instalasi listrik
mereka kepada jasa instalatir dengan biaya yang cukup besar. Jika ingin sedikit memangkas biaya pengeluaran pemasangan listrik maka dapat memasang sendiri di rumah dengan mempelajari tekhnik pemasangan instalasi, uraian pada modul ini adalah salah satu cuntoh sederhana, untuk pengembangannya disesuaikan dengan bentuk rumah yang dibangun, perlu diketahui bahwa pemasangan instalasi
102
listrik ini dipasang setelah sebuah rumah telah terpasang KWH dan MCB oleh pihak PLN. Tahap-tahap pemasangan instalasi listrik adalah sebagai berikut: 1. Membuat gambar perencanaan untuk jalur listrik, untuk rumah baru yang dibangunn dari awal, rencanakanlah posisi sakelar, stopkontak dan fitting lampu sebelum rumah dibangun karena tahapan awal pemasangan listrik dilakukan setelah pemasangan bata dan sebelum pemasangan plesteran tembok, saat itulah dipasang pipa-pipa untuk kabel listrik pada dinding yang belum diplester. 2. Pemasangan pipa untuk kabel listrik, pasanglah pipa kabel di dinding yang belum diplester berikut tedusnya, tedus ini adalah tempat untuk meletakkan sakelar atau stop kontak agar menempel kuat di dinding tembok. Untuk dinding yang belum diplester maka untuk pemasangan pipa ini plesterannya harus dilepas dulu dengan cara dilubangi menggunakan pahat, ukurlah ketinggian tedus yang sesuai dengan kebutuhan. 3. Pemasangan kabel jalur utama, pemasangan jalur utama ini di pasang mulai dari tempat keluarnya kabel dari MCB sampai ujung stopkontak yang terakhir, jalur ini dipasang pada kayu plapon melewati pipa listrik yang keluar dari tembok. 4. Penyambungan kabel lampu, sakelar dan stopkontak. Sambunglah semua kabel dengan benar dan aman, ukurlah panjang kabel seoptimal mungkin, jangan sampai setelah dipasang ternyata tidak mampu menjangkau sekrup terminal pada fitting lampu, sakelar atau stopkontak, gunakanlah kabel yang sesuai dengan peruntukannya. 5. Pemasangan sakelar, dan stopkontak, pemasangan ini dilakukan setelah pipa listrik sudah ditutup oles plesteran dan tembok sudah rapi dicat, tutuplah setiap sambungan yang terbuka menggunakan isolasi khusus untuk kabel listrik, pasanglah setiap ujung kabel yang terpasang pada setiap sekrup terminal dengan kuat untuk menghindari peerubahan letak yang mengakibatkan konsleting dan tidak terkoneksinya arus listrik. 6. Pemasangan fitting lampu beserta lampunya, pasanglah fitting lampu dengan kuat menempel di plapon karena fitting ini akan menahan beban sebuah lampu,
103
pakailah fitting yang sesuai dengan jenis lampu yang akan dipasang karena setiap lampu mempunyai panas yang berbeda-beda, fitting lampu yang terbuat dari bahan plastik yang tipis mudah sekali meleleh oleh panas lampu. 7. Proses uji coba, cobalah nyalakan MCB diikuti menyalakan seluruh lampu dan memasukkan steker alat elektronik ke setiap stopkontak, pemasangan dianggap berhasil bila semua lampu dapat dinyalakan dan dimatikan oleh sakelar secara normal dan semua stopkontak dapat menyalakan/dipakai alat elektronik. 4.5.1 Instalasi Listrik Secara Umum Instalasi listrik terbagi menjadi dua macam yaitu instalasi listrik penerangan dan instalasi listrik tenaga. Instalasi listrik penerangan merupakan instalasi listrik yang bebannya berupa lampu-lampu penerangan yang banyak dipasang pada rumah tinggal, gedung perkantoran dan gedung-gedung lainnya. Sedangkan instalasi listrik tenaga merupakan instalasi listrik yang bebannya berupa motor-motor listrik sebagai penggerak mesin-mesin yang banyak dipasang pada bengkel, pabrik dan industri lainnya. Instalasi Listrik Penerangan pada dasarnya terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu : (1) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Kawat Rentang (2) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Kabel Berselubung (NYM) (3) Instalasi Listrik Penerangan Sistem Dalam Pipa PVC atau Galvanis. Instalasi Listrik Penerangan yang akan dibahas dalam modul berisi tentang persyaratan umum instalasi listrik Tahun 2000 (PUIL-2000), pengawatan instalasi listrik rumah tinggal dan gedung bertingkat, komponen-komponen dan bahanbahan listrik yang diperlukan dalam pemasangan instalasi listrik penerangan rumah tinggal dan gedung bertingkat. Adapun yang diharapakan setelah membaca dan mempraktekkan modul ini adalah: 1. Memahami peraturan dan persyaratan yang direkomendasikan oleh PUIL untuk pemasangan instalasi listrik penerangan rumah dan gedung. 2. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan di dalam instalasi listrik penerangan rumah dan gedung. 3. Memahami fungsi-fungsi berbagai macam hubungan-hubungan listrik pada instalasi listrik penerangan rumah dan gedung.
104
4. Dapat melakukan pemasangan instalasi listrik penerangan rumah dan gedung secara aman dan benar. 5. Dapat memeriksa atau memperbaiki instalasi listrik penarangan rumah dan gedung secara aman dan benar. 4.5.2 Sejarah Singkat PUIL Peraturan instalasi listrik (PIL) digunakan pertama kali sebagai pedoman beberapa instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik, yaitu AVE (Algemene Voorschriften Voor Electrische Sterkstroom Instalaties). AVE diterbitkan oleh dewan normalisasi pemerintah Hindia Belanda, sebagai Norma N 2004. AVE N 2004 diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai norma indonesia N16 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1964). PUIL pertama kali diterbitkan tahun 1964 dan disempurnakan pada penerbitan kedua pada tahun 1977 (PUIL 1977) dan penerbitan ketiga pada tahun 1987 (PUIL 1987). Istilah “Peraturan” pada PUIL 1964, 1977, dan 1987, berubah menjadi “Persyaratan” pada PUIL 2000, dengan maksud selain isinya mengandung kewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya, juga mengandung rekomendasi atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan dan pemeliharaan instalasi listrik. 4.5.3 Substansi Isi PUIL 2000 1. Bagian 1 dan bagian 2 (Pendahuluan dan Persyaratan Dasar); 2. Bagian 3 tentang: Protection for Safety, berisi: berbagai sistem proteksi yang bertujuan untuk menjamin/terjaminnya keselamatan umum; 3. Bagian 4 tentang: Assessment of general characteristics, berisi: perancangan instalasi listrik, mulai dari konstruksi sampai dengan sistem proteksinya; 4. Bagian 5 tentang: Selection and erection of electrical equipment, berisi: perlengkapan/peralatan listrik,mulai dari berbagai jenis perlengkapan yang dipakai sampai dengan perawatannya; 5. Bagian 6 pengembangan bab 6 PUIL 1987 dengan ditambah unsur-unsur perlengkapan hubung bagi dan kendali serta komponennya;
105
6. Bagian 7 hampir sama dengan PUIL 1987 bab 7, berisi: Penghantar dan Pemasangannya; 7. Bagian 8 tentang: Requirements for special installations or locations, berisi: ketentuan untuk berbagai ruang dan instalasi khusus; 8. Bagian 9 tentang: Perancangan,
Verification, berisi:
Pembangunan,
Pengusahaan instalasi
Pemasangan,
Pelayanan,
listrik
Pemeliharaan,
Pemeriksaan, Pengujian instalasi listrik serta proteksinya. Sesuai dengan maksud dan tujuan PUIL, instalasi penerangan harus direncanakan, dipasang, dan diperiksa, agar: a. Instalasi Listrik dapat dioperasikan dengan baik; b. Terjamin keselamatan manusia; c. Terjamin keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya; d. Terjamin keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik; e. Tercapainya tujuan dari pencahayaan yaitu terwujudnya interior yang efisien dan nyaman. 4.5.4 Ketentuan Umum a. Setiap instalasi harus ada rencana instalasi yang disetujui; b. Instalasi listrik harus dirancang, dipasang, dan dipelihara sedemikian sehingga tidak menimbulkan bahaya kebakaran dan mencegah penjalaran kebakaran; c. Peralatan dan perlengkapan listrik yang dipasang pada instalasi harus; Memenuhi ketentuan standar yaitu harus tercantum dengan jelas tanda kesesuaian standar dan tanda pengenalnya: nama dan logo pembuat, tegangan, daya dan/arus pengenal. Data teknis lain yang disahkan SNI Memenuhi ketentuan PUIL 2000 yaitu harus baik dan dalam keadaan berfungsi, dipilih sesuai penggunaan dan tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya. d. Instalasi listrik harus dilengkapi proteksi untuk keselamatan proteksi dari kejut listrik yaitu proteksi dari efek termal, arus lebih dan tegangan. e. Instalasi listrik yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus diperiksa, diuji dan bila perlu dicoba sebelum dioperasikan. Jika memenuhi ketentuan PUIL 2000 akan diberi sertifikat.
106
f. Perencana, pemasang, dan pemeriksa instalasi listrik harus memiliki izin dan harus menggunakan tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan. 1000
1000 145
155
250 190
Lorong 3
335 490
340 150 2000
660
R. Keluarga 490
Lorong 1
2000
2000
Kamar Mandi 2
300
2000
330
490
R. Kerja Lorong 4
Kamar 3
Kamar 1
Kamar 4
490
R. Tamu
R. Fitnes 480
Kamar 2
300
Kamar Mandi
300
470
Dapur
Gudang
Lorong 2
500
Garasi
500
500
492
Lorong 5
240
100
400
160
500
330
Teras
480 1000
(a)
390
590 1000
(b)
Gambar 4.36 (a) Lantai 1 Tampak Atas dan (b) Lantai 2 Tampak Atas
Perencanaan instalasi rumah 2 lantai berikut merupakan contoh tugas aplikasi komputer 2 dengan aplikasi AutoCad 2009 sebagai software pendukung. Adapun tahapannya dimulai dari : 1. Langkah pertama mendisain rumah a. Lantai 1 (Gambar 4.36(a)) b. Lantai 2 (Gambar 4.36(b))
107
Catatan : Disain rumah diatas akan dijadikan contoh perhitungan kebutuhan lampu dan perhitungan luas penampang kabel 2. Perhitungan kebutuhan lampu Perhitungan kebutuhan lampu setiap ruangan berbeda-beda, tergantung kegunaan atau fungsi suatu ruangan. Suatu ruangan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dalam fungsinya (Seperti ruangan gambar, tempat kerja jahit, ruangan ukir dan lain-lain) membutuhkan pencahayaan buatan dengan lumenitas yang tinggi pula. Tabel 4.4 menunjukkan kebutuhan pencahayaan pada setiap ruangan sesuai standar SNI 03-6197-2000. Tabel 4.4 Kebutuhan cahaya berbagai macam ruangan
108
Tabel 4.5 memberikan gambaran umum kuat pencahayaan berbagai macam produk lampu yang beredar di pasaran. Adapun formula untuk mencari kebutuhan cahaya suatu ruangan dinyatakan pada (4.1). Untuk tabel Coefficients Of Utilization ada pada Tabel 4.6 dan 4.7. Tabel 4.5 Kuat pencahayaan berbagai macam lampu
(4.1) Dimana: N
= Jumlah titik lampu
E
= Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)
L
= Panjang ruangan (meter)
W = Lebar ruangan (meter)
= Total lumen lampu / Lamp luminous flux
LLF = light loss factor/ factor cahaya rugi (0,7 -0,8) CU = Coeffisien of Utilization/ Faktor pemanfaatan (50%-60%) N
= Jumlah lampu dalam satu titik
109
Tabel 4.6 Coefficients Of Utilization (untuk pencahayaan langsung)
Pattern
Room Type
Incandescent Downlight
Smaller (Low Ceiling) Larger (Low Ceiling) Larger (High Ceiling) Smaller (Low Ceiling) Larger (Low Ceiling) Larger (High Ceiling) Smaller (Low Ceiling) Larger (Low Ceiling) Larger (High Ceiling)
Fluorecent (Prismatic Lens)
Fluorescent (Parabolic Louver)
High Reflectance Room Finishes 0,70-0,80
Low Reflectance Room Finishes 0,60-0,70
0,85-0,90
0,80-0,85
0,90-0,95
0,85-0,90
0,35-0,45
0,30-0,40
0,50-0,60
0,45-0,50
0,60-0,70
0,55-0,60
0,30-0,45
0,25-0,35
0,55-0,65
0,45-0,55
0,65-0,75
0,55-0,65
Tabel 4.7 Coefficients Of Utilization (untuk pencahayaan tidak langsung)
Pattern
Room Type
Fluorescent (Indirect Luminaires)
Smaller (Low Ceiling)
Hid (Indirect Luminaires)
Larger (Low Ceiling) Larger (High Ceiling) Smaller (Low Ceiling) Larger (Low Ceiling) Larger (High Ceiling)
High Reflectance Room Finishes 0,35-0,50
Low Reflectance Room Finishes 0,15-0,20
0,40-0,65
0,20-0,30
0,50-0,75
0,30-0,40
0,28-0,38
0,05-0,15
0,40-0,55
0,10-0,20
0,50-0,65
0,10-0,25
Untuk mempermudah penerapan rumus pencarian kebutuhan cahaya pada setiap ruangan, berikut contoh penggunaannya, dimana disain rumah sudah ditentukan ukuran maupun tata letak ruangannya. a. Lantai 1
110
Teras Keterangan : E
=
60
L
=
3,3 M
W =
4,8 M
Ø
1420
=
LLF =
0,9
CU =
0,65
n
1
=
*N =
× , × ,
=
∅
× , × ,
×
=1,14(1 Titik Lampu) * Jumlah W/M2
×
=
=
×
,
,
= 1,45 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2) Ruang Tamu Keterangan :
E
=
150
L
=
4,9 M
W
=
5,8 M
Ø
=
1420
LLF
=
0,95
CU
=
0,65
n
=
1
* N =
=
∅
= 4,86 (5 Titik Lampu) * Jumlah W/M2 = =
×
×
× , × ,
× ,
=
× ,
,
×
,
4,04 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)
111
Garasi Keterangan :E
=
60
L
=
5M
W
=
5M
Ø
=
1900
LLF =
0,85
CU =
0,65
n
1
=
*N =
=
∅
× ,
×
×
× ,
×
= 1,43 (1 Titik Lampu) * Jumlah W/M2
=
×
=
×
= 0,84 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2) Kamar 1 dan 2 Keterangan :E
=
120
L
=
4,9 M
W =
4,0 M
Ø
=
1100
LLF =
0,95
CU =
0,65
n
=
1
*N
=
=
∅
= 3,46 (4 Titik Lampu) * Jumlah W/M2 =
×
×
× , ×
× ,
=
× , ,
×
= 3,67 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)
112
Gudang Keterangan :E
=
150
L
=
3,3 M
W =
4,0 M
Ø
=
1100
LLF =
0,85
CU =
0,65
n
1
=
*N=
× , ×
=
∅
× ,
× ,
×
= 3,30 (3 Titik Lampu) * Jumlah W/M2
=
×
=
×
,
= 3,13 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2) Kamar Mandi Keterangan :E
=
250
L
=
3M
W =
3M
Ø
1420
=
LLF =
0,9
CU =
0,65
n
1
=
*N =
×
=
∅
×
× , × ,
×
= 2,70(3 Titik Lampu) * Jumlah W/M2
=
×
×
=
= 7,67 W/M2(Tidak melebihi 10W/M2)
113
Dapur Keterangan : E
=
250
L
=
4,7 M
W =
3,2 M
Ø
1900
=
LLF =
0,9
CU =
0,65
n
1
=
*N =
× , × ,
=
∅
× , × ,
×
= 3,38 (3 Titik Lampu) * Jumlah W/M2
=
×
=
×
,
= 4,19 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2) Lorong 1 Keterangan :E
=
120
L
=
3,5 M
W =
1,5 M
Ø
=
1420
LLF =
0,95
CU =
0,65
n
1
=
*N =
=
=
∅
× , × ,
× ,
× ,
×
0,70(1 Titik Lampu)
* Jumlah W/M2 =
×
×
=
,
,
= 4,50 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)
114
Lorong 2 Keterangan : E =
120
L =
3,3 M
W =
4,0 M
Ø
=
1900
LLF =
0,95
CU =
0,65
n
1
=
*N =
× , ×
=
∅
× ,
= 1,37(1 Titik Lampu) * Jumlah W/M2 =
×
×
× ,
=
2
×
,
= 1,57 W/M (Tidak melebihi 10W/M2) Lorong 3 Keterangan : E = L
120
=
8,1 M
W =
2,6 M
Ø
=
1900
LLF =
0,95
CU =
0,65
n
1
=
*N =
=
∅
× , × ,
× ,
× ,
×
= 2,15 (2 Titik Lampu) * Jumlah W/M2 =
×
×
=
,
,
= 1,99 W/M2 (Tidak melebihi 10W/M2)
115
Catatan : Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dicari kebutuhan penerangan lantai 2, sehingga didapatkan kebutuhan pencahayaan lantai 1 dan lantai 2. 3. Perhitungan kebutuhan AC Sebelum memasang sebuah pendingin ruangan atau AC perlu diketahui terlebih dahulu dimensi ruangan yang akan dipasang sebuah AC. Dari dimensi ruangan tadi jumlah BTU (dalam hal ini jumlah energi untuk mendinginkan ruangan) yang dibutuhkan oleh ruangan dapat dihitung, setelah itu dapat ditentukan kapasitas AC yang cocok untuk ruangan tersebut berdasarkan data kapasitas AC yang telah ditentukan (Tabel 4.8). Rumus menghitung kebutuhan AC ada di persamaan (4.2). Kebutuhan AC
= =
×
BTU
×
(4.2)
× 500
Keterangan: P
= Panjang Ruangan (Meter)
L
= Lebar Ruangan (Meter)
T
= Tinggi Ruangan (Meter)
3
= Koefisien standar panas setiap volume 1m3
500
= Asumsi standar panas/1m3, yaitu 500 BTU/Jam
Tipe AC
116
Tabel 4.8 Data Kapasitas AC Sharp
Kapasitas AC
BTU/Jam
Daya
AH – A5NCY
½ PK
5000
600 Watt
AH – A7NCY
¾ PK
7000
785 Watt
AH – A9PEY
1 PK
9000
900 Watt
AH – A12NCY
1,5 PK
12000
1290 Watt
AH – A18MEY
2 PK
18000
1740 Watt
Perhitungan Lantai 1
Kamar 1 dan 2 Keterangan: P
=
4,9 M
L
=
4,0 M
T
=
4,0 M
* Kebutuhan AC =
×
×
× 500 =
, × , × ,
= 13067 BTU
× 500
* Maka AC yang dibutuhkan adalah: -
1 AC 1 PK =
9000 BTU
= 900 Watt
-
1 AC ½ PK = 5000 BTU
= 600 Watt
Total
= 14000 BTU = 1500 Watt
Catatan: 14000 BTU mendekati angka 13067 BTU Lantai 2 Kamar 3 dan 4 Keterangan:
P =
4,9 M
L =
3,9 M
T =
4,0 M
* Kebutuhan AC =
×
×
× 500 =
, × , × ,
= 12740 BTU
× 500
* Maka AC yang dibutuhkan adalah: - 1 AC 1 PK =
9000 BTU
= 900 Watt
- 1 AC ½ PK =
5000 BTU
= 600 Watt
Total
= 14000 BTU
= 1500 Watt
Catatan: 14000 BTU mendekati angka 13067BTU Ruang Kerja Keterangan: P
=
4,8 M
L
=
3,0 M
T
=
4,0 M
117
* Kebutuhan AC =
×
=
×
× 500 =
, × , × ,
9600 BTU
× 500
* Maka AC yang dibutuhkan adalah: - 1 AC 1 PK = Total
9000 BTU = 900 Watt
=
9000 BTU
= 900 Watt
Catatan: 9000 BTU mendekati angka 9600 BTU Ruang Fitnes Keterangan:
P =
2,5 M
L =
4,9 M
T =
4,0 M
* Kebutuhan AC =
×
×
= 8167 BTU
× 500 =
, × , × ,
× 500
* Maka AC yang dibutuhkan adalah: - 1 AC 1 PK = Total
=
9000 BTU
= 900 Watt
9000 BTU
= 900 Watt
Catatan: 9000 BTU mendekati angka 8167 BTU 4. Data kebutuhan beban Setelah desain rumah ditentukan, dapat dimulai menentukan jumlah beban yang akan dipasang pada tiap – tiap ruangan, dimana diawali dengan perhitungan kebutuhan cahaya, kebutuhan AC dan beban-beban yang lain. Hal ini sangat penting, karena akan berhubungan dengan daya total yang akan dipasang pada rumah tersebut dan untuk menghitung estimasi biaya yang diperlukan. Yang dimaksud beban meliputi, elektronik (TV, Kipas Angin, Rice cooker) dan lampu penerangan (Lampu hemat energi atau bohlam). Data beban juga dapat menentukan pengaman beban lebih (MCB) yang sesuai dengan daya total rumah tersebut. Adapun beban yang didapat dari rumah dua lantai tersebut terdapat pada Tabel 4.9.
118
Tabel 4.9 Data beban rumah dua lantai
Nama Beban
Daya
Jumlah
Jumlah Daya
PC Komputer
250 Watt
4
1000 Watt
TV LED 32 inch
80 Watt
3
240 Watt
TV LED 49 inch
90 Watt
1
90 Watt
TV LED 22 inch
50 Watt
1
50 Watt
Kulkas
130 Watt
3
390 Watt
Rice Cooker
350 Watt
1
350 Watt
Mesin Cuci
300 Watt
1
300 Watt
Kipas Angin
90 Watt
3
270 Watt
Exhaust Fan
40 Watt
1
40 Watt
18 Watt
14
252Watt
23 Watt
19
437 Watt
Lampu Philip TL 14W
14 Watt
3
42 Watt
Lampu Philip TL 21W
21 Watt
14
294 Watt
AC Sharp 1 PK
900 Watt
6
5400 Watt
AC Sharp1/2 PK
600 Watt
4
2400 Watt
Stopkontak
20 Watt
19
380 Watt
2976 Watt
98
11935 Watt
Lampu Philip Essential 18W Lampu Philip Essential 23W
Total
5. Perhitungan Luas Penampang Kabel Perhitungan luas penampang kabel dimaksudkan untuk menghindari pemilihan luas penampang kabel yang tidak sesuai dengan beban. Pemilihan penmapang kabel yang terlalu besar menyebabkan keborosan energi listrik, karena akan terbuang diseluruh penghantar. Sedangkan pemilihan penampamg kabel yang kecil (tidak sesuai) akan menyebabkan panasnya penghantar yang bias berakibat kebakaran. Beberapa produsen kabel biasanya menyertakan data teknik
119
kabel penghantar yang beredar dipasaran. Tabel 4.10 memperlihatkan data teknik kabel penghantar salah satu produsen yang ada di Indonesia. Tabel 4.10 Data Teknik kabel penghantar 1 fasa Cu/PVC/PVC 300/500 V (NYM) (PT. Kabelindo)
Selanjutnya untuk mempermudah menentukan penampang kabel yang dinginkan berikut contoh perhitungan dengan beban 893 Watt : P
= 893 (0.893 kW)
cos φ
= 0.8 (Asumsi)
Susut tegangan yang diinginkan
=2%
Panjang kabel yang dinginkan
= 75 meter (0,075 km)
* Nilai susut tegangan didapatkan dengan persamaan (4.3) ∆ %= maka
∆ =
100% % 100%
=
(4.3)
2% 220 = 4,4 100%
* Nilai arus didapatkan dengan persamaan (4.4) =
cos ∅ 0.893 = = 5,1 220 0.8
120
(4.4) (I perhitungan)
Nilai yang didapatkan diatas belum termasuk nilai spare atau cadangan sehingga untuk nilai arus cadangan perluasan kabel tembaganya dinyatakan dalam persamaan (4.5). =
= 5,42
ℎ
(4.5)
1,25
1,25 = 6,37
Untuk mendapatkan nilai resistansi DC maka digunakan persamaan (4.6). =
=
∆
(4.6)
4,4 = 9,21 Ω 6,37 0.075
Dengan mempertimbangkan nilai susut tegangan sebesar 2% maka nilai resistansi 9,21 pada Tabel 4.11. Table 4.11 NYM 2 x (1.5 - 35) mm² 300/500 V (PT. Kabelindo dan PT. KMI)
Nilai yang mendekati adalah 7,41 dengan luas penampang 2,5 didapatkan jenis kabel NYM 2 x (1.5 - 35) mm² 300/500 V pada nilai resistansi 7,41 selanjutnya dievaluasi berapa besar susut tegangan dengan menggunakan persamaan (4.7) dan (4.3). Δ =
(
= 6,37
∆ %=
cos
+
0,075
100%
=
sin ) 3,54
(4.7)
7,41 Ω = 3,45
220
100%
= 1,61% (
ℎ
ℎ 2%)
121
Tabel 4.12 Data teknik kabel 3 fasa Cu/PVC/PVC 0.6/1 kV (NYY) (PT. Kabelindo)
Lantai 1 Beban
= 5543 Watt
P
= 5543 (5.543 kW)
Cos φ
= 0.8 (Asumsi)
Susut tegangan yang diinginkan
=2%
Panjang kabel yang dinginkan
= 50 meter (0,05 km)
Nilai susut tegangan yang didapatkan (Persamaan 4.3) : ΔV%
=
ΔV
=
%
% %
%
=
%
= 7,6
Nilai arus yang didapatkan (Persamaan 4.8): I Perhitungan = =
√ √
(4.8) ,
= 10.54
Nilai yang didapatkan diatas belum termasuk nilai spare atau cadangan sehingga untuk nilai arus cadangan perluasan kabel tembaganya dicari dengan persamaan (4.5).
122
= 10,54
1,25 = 13,17
Untuk mendapatkan nilai resistansi DC maka digunakan persamaan (4.9). =
=
ΔV ,
(4.9)
√3
,
,
√
= 6,67 Ω
Dengan mempertimbangkan nilai susut tegangan sebesar 2% maka nilai resistansi 4,76 . Pada Tabel 4.12 didapatkan kabel Cu/PVC/PVC 0.6/1 kV (NYY) pada nilai resistansi 4,61 . Selanjutnya dievaluasi berapa besar susut tegangan dengan persamaan (4.10) dan (4.3). Δ =
√3(
= 13,17 Δ %=
cos
+
0,05
sin )
√3 4,61 Ω = 5,25 Volt
5,25 100% = 1,38% ( 380
ℎ
ℎ 2%)
Sehingga gambar pengawatan tunggal untuk disain rumah diatas adalah seperti Gambar 4.37 untuk pengawatan tunggal lantai 1 dan Gambar 4.38 untuk pengawatan tunggal lantai 1.
123
1000
KA TV 22
TL 21
335
TL 21 TL 21 MC
ES 18
ES 18
ES 23
AC 1/2
2000
ES 23
PC ST
ES 23
TV 32
ES 18
ESKA ST 23 ES 23
490
AC 1
ES 18
ST TV 49
ES 18
490
ES 18
ES 23
ES 23
RST N
500
ST ST
ES 23
500
480 1000
Gambar 4.37 Hasil Pengawatan Tunggal Lantai 1
124
330
TL 21
2000
2000
330
TL 21
AC 1
490
ST PC
ES 18
ES 23
300
ES 18
ES 23
ST ST TL 21
TV 32
AC 1/2
TL 14ST
470
TL 14
TL 21
TL 14
EF
155
RC
145
KK
240
100
400
1000 240
145
155
100
400
TL 21 TL 21
470
335
TL 14
TL 21
TL 14
TL 21
TL 14
ES 23
ES 23
ES 23
ES 23
ES 18
490
ES 18
2000
ES 23
330
TL 21
ES 18
2000
ES 18
ES 23
300
TL 21
ES 18
490
ES 18
ES 23 ES 18
490
ES 18
ES 23
TL 21 ES 23
500
330
RSTN
500
ES 23
480 1000
Gambar 4.38 Hasil Pengawatan Ganda Lantai 1
Adapun komponen yang dipakai pada disain rumah instalasi diatas ada pada Tabel 4.13.
125
AC 1/2
TV 22
TV 49
RC
KA
KK
Tabel 4.13 Daftar Komponen yang Digunakan dalam Pengawatan
No.
1/2
TV 22 1
C
KA 2
C1
AC
MC ES 18 Sakelar tunggal/kutub tunggal
TV 49
TV 32 AC 1/2
ES23 ES18KK
ES 23 EF
18
23 EF TL 21 ES Keterangan
Simbol
AC 1
AC 1/2
ST
ST PC
TV 22
Stop kontak kecil (tanpa kutub TV 22 ground)
TV 49
RC
KK RC KA 23TV 49 TV 22 Sakelar AC 1/2 3 TVES AC TVSeri/Kutub 49 STganda MC ES22 PC 23TL1/2 ESTL 2314 EF 21 ES 18 KK ES RC ES 23 KA 18 KK energi RC KA MC ES 23 Lampu hemat PC ES 18 - ES 18 = Philip Essential 18 Watt TVES32 ST 4 23 ES TL 21 18 EF ST ES 18 23 1/2 TL 21 ESAC EF - ES 23 TV = Philip 23 Watt 22EssentialTV 49 TV 32 AC 1 MC23 PC ES ES 18 PC 1/2 TV 22 ES 18 TV 49 MC Lampu tabung (TL) KK
TV 22
RC
TL 21 ES 23 EF
AC 1
5
ES TV 3218
RC
KA 18 ES
1 22TV 32 TL2AC 1 TV TV AC491/2TL 23 49 TL 21 ESTV 14 EF KK KA ACKK1/2 TL1TV TV 49 4 22 MC
- TL 14 = 14 Watt - TL 21 = 21 Watt
ST
ST TNN R SN
RSTN RSTN
RSTN
AC 1 KKKipas ES 18 angin PC 6 RC KA ST 21 ES 23 ES 23 EF ST 3 EF RC ES 18KA AC 1 KKST TV 32 ES TL 2321PC TL 217 MC EF PC Komputer TL 21 ESMC 18 PC ST TL 21ESES EF TL 14 23 23 PC TL 14 MC ES 18 TV 32 TV LED 49 inch 8 18 ESTV ACAC 1/21 TV 2232 TV 49 PC ES 18 TL 21MC TVAC 321/2 AC 1 TL 21 TV 22 TV 49 TV LED 32 inch 9 RC TVKK 32 ACKA 1 TL 14 TL 21 14 RC TL KK KA ST 21 ES 23 10EF TV LED AC 1/2 TL 14 TV TV 4922 inch ST 23 TL22 21 ES EF MC PC ES 18 RC KAES 18 KK MC PC AC 1 126 TV 32 TL 21 ES TL23 21 EFAC 1 ST TV 32 KA
KA
TL 21 TL 14 MC
PC
MC
TV 3
AC 1/2
TV 22
TV 49
RSTN
KK RC KA ACT 1/2 TV 22 TV 49 L 21 S 11 23 ST Exhaust Fan ES 23 TL EE21 EF AC 1/2 TV 22 TV 49 T L 1 4 S 18 KK RC KA1/2 AC TV 22 TV 49 MC PC ES 18 Rice Cooker 12 KK RC KA ST TL 21 ES 23 EF KK RC KA AC 1 TLTV ST ES 23 MesinEF 21 32 Cuci 13 MC PC 1822TL TV AC 1/2 ESTV 49 ST 21 ES 23 EF MC PC ES 18 TV 32 AC14KA 1 Kulkas KK RC MC PC ES 18 TL 21 TV 32 AC 1 14 ST1 TL 21 ES 23T L15EF AC 1 PK TV 32 AC AC 1
MC
PC
AC 1/2
16
TV 32 17
½ PK TVAC22 TV 49
KA ES 23 23 18EF TLES2118 ES ES
KK
MC
PC
RC R ES ST N 23
Sumber Arus 3 Fasa R,S,T dan Netral
ES ES1823 ES 18 AC 1
ST
TV ES 32
23 ES 18
TL 21 TL 14
RSTN
RSTN
ES 18
TL 21 TL 14
TL 21
127
Kompetensi Dasar : Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan pada materi ini diharapkan menggunakan aplikasi software autoCad 2014 untuk berbagai keperluan gambar rangkaian pengendali motor. Sub pokok Bahasan : 1. Pengendalian motor 2. AutoCad 2014 3. Drawing dalam AutoCAD 2014 4. Penskalaan Gambar Deskripsi Singkat
: AuotoCad merupakan salah satu software aplikasi untuk gambar teknik dengan berbagai fitur yang menunjang dalam menggambar 2 dimensi ataupun 3 dimensi.
Pertanyaaan Kunci : Butuh berapa lama untuk bisa menguasai AutoCad 2014?
128
BAB V INSTALASI MOTOR LISTRIK 5.1 Pengendalian Langsung (Direct On Line) Pengendalian hubungan langsung dikenal dengan istilah Direct On Line (DOL) dipakai untuk mengontrol motor induksi dengan kontaktor Q1. Rangkaian daya Gambar 5.1 memperlihatkan ada lima kawat penghantar, yaitu L1, L2, L3, N dan PE, ada tiga buah fuse F1 yang gunanya sebagai pengaman hubung singkat jika ada gangguan pada rangkaian daya. Sebuah kontaktor memiliki enam kontak, sisi supply terminal 1, 3 dan 5, sedangkan disisi beban terhubung ke motor terminal 2, 4 dan 6. Notasi ini tidak boleh dibolakbalikkan
Gambar 5.1 Pengendalian Motor Direct On Line (DOL)
Jika tombol Normally Open S1 di ON kan listrik dari jala-jala L akan mengalir melewati fuse F2, S1, S2 melewati terminal koil A1A2 dari koil Q1 ke netral N. Akibatnya koil kontaktor Q1 akan energized dan mengaktifkan kontak Normally Open Q1 terminal 13,14 akan ON dan berfungsi sebagai pengunci. Sehingga ketika salah satu tombol S1 posisi OFF aliran listrik ke koil Q1 tetap energized dan motor induksi berputar.
129
Posisi mematikan atau OFF Tombol tekan Normally Close S2 ditekan, maka loop tertutup dari rangkaian akan terbuka, hilangnya aliran listrik pada koil kontaktor Q1 akan deenergized. Akibatnya koil kontaktor OFF maka kontak-kontak daya memutuskan aliran listrik ke motor. Prinsip Kerja Pada saat push button ON ditekan, maka koil kontaktor akan bekerja. Motor dapat bekerja terus sebab kontak K1 anak kontak 13-14 menutup (selfholding). Motor dapat dihentikan dengan menekan push button OFF. Pada saat terjadi beban lebih (over load), maka akan memutus anak kontak
5.2 Pengendalian Motor Dengan 2 Tombol Pengendalian motor dengan 2 tombol (Gambar 5.2) biasa digunakan untuk mengendalikan sistem kontrol yang membutuhkan dengan kedua tangan operator sebagai konsekuensi pengamanan. Salah satu contoh penggunaan sistem kontrol ini adalah untuk mesin press vertical sebagai perlindungan tangan terhadap resiko tangan tergencet mesin press. L MCB OL
95 96
STOP
97 98
START1 K1
START2
OL BUZZER
K1 N
Gambar 5.2 Pengendalian Motor dengan dua tombol
130
Prinsip Kerja Pada saat tombol Start 1 dan 2 ditekan, maka koil kontaktor akan bekerja danmotor running. Motor dapat bekerja terus, sebab kontak K1 pada anakkontak 13-14 menutup (self-holding). Apabila push button stop 1 ditekan,maka akan memutus aliran listrik ke K1, sehingga motor berhenti bekerja. Motor tidak akan bekerja jika hanya salah satu dari tombol start yang ditekan, harus kedua tombol ditekan bersamaan agar motor dapat bekerja.
5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan
Gambar 5.3 Pengendalian Motor Secara Berurutan
131
Dalam proses diperlukan kerja dua atau beberapa motor induksi bekerja secara berurutan sesuai kebutuhan (Gambar 5.3). Motor akan bekerja dengan ketentuan motor 1 hidup kemudian baru motor kedua atau sesudahnya dapat dihidupkan. Pengendalian motor secara berurutan dapat dilakukan dengan manual ataupun dengan menggunakan timer (automatic). Prinsip Kerja Pada saat push button Start 1 ditekan, maka koil kontaktor K1 bekerja danmotor 1 running yang disebabkan karena kontak K1 /13-14 memutus (selfholding). Setelah motor 1 running, maka barulah motor 2 dapat running dengan menekan push button start 2 yang mendapat arus dari K1/13-14.Motor 2 dapat running terus sebab K2/13-14 memutus (self-holding). Bilapush button stop 1 ditekan pada saat kedua motor running, maka keduanyalangsung berhenti karena memutuskan aliran listrik ke koil K1 dan K2/13-14 menjadi terbuka kembali. Pada saat terjadi beban lebih (over load) pada motor 1, maka kontak overload 1/95-96 akan putus mematikan seluruh sistem dan akan menutupover load 1/97-98 dan menyalakan lampu indikator 1. Motor 1 dan 2 akanberhenti sebab aliran arus terputus. Tetapi pada saat motor 2 over load,maka hanya motor 2 saja yang berhenti (over load/95-96 membuka) danover load 97-98 juga menutup dan menyalakan lampu indikator untukmematikan seluruh sistem dengan menekan push button stop 1. Selain tiga penegendalian motor diatas masih banyak lagi pengendalianpengendalian motor 3 fasa yang harus dikuasai. Sebagai tugas pengembangan dalam pemahaman pengendalian motor, berikut beberapa pengendalian yang dapat digunakan sebagai latihan untuk menggambar rangkaiannya: 1. Pengendalian motor secara berurutan dengan timer 2. Pengendalian motor secara bergantian 3. Pengendalian motor membalik putaran 4. Pengendalian motor start delta
5.4 Menggambar dengan AutoCad 2014 Menggunakan meja gambar untuk menggambar teknik mempunyai
132
kerugian dari segi waktu dan tempat. Ada beberapa software yang mendukung pekerjaan gambar teknik. Tentu dengan menggunakan software diharapkan dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tempat. Software AutoCad merupakan salah satu software yang dapat digunakan menggambar teknik. Beberapa keuntungan menggunakan software dalam menggambar teknik adalah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan menggambar yang singkat Jika menggambar dengan menggunakan meja gambar, waktu akan terpakai untuk mengambil kertas gambar dan menempelkan ke meja gambar, serta meluruskan sesuai arah ruler atau bidang meja gambar, kemudian menjaga atau mengikatnya agar tidak berubah posisinya terhadap bidang meja gambar. Sedangkan jika menggambar dengan AutoCAD tinggal menjalankan program AutoCAD yang terpasang pada sistem komputer kita. 2. Presisi atau Akurasi tinggi Dapatkah mata manusia membedakan 0.1mm dan 0.05mm, dengan penggaris skala di meja gambar? Dengan AutoCAD, alih-alih 0.05mm, 0.005mm pun masih terdeteksi. Bahkan unit pada AutoCAD dapat mengukur hingga 13 angka dibelakang koma. Menggambar dengan AutoCAD jauh lebih presisi jika dibandingkan dengan menggambar di meja gambar. 3. Hasil gambar design mudah di dokumentasikan Jika menggambar dengan meja gambar, hasil gambarnya langsung berupa kertas gambar. Ini butuh ruang penyimpanan, kontrol record, untuk tempat penyimpanan gambar. Namun jika menggambar dengan menggunakan AutoCAD, selain bisa langsung dicetak atau istilahnya “plotting”, gambar design tersebut dapat disimpan pada folder di komputer sesuai nama pelanggan, nama proyek, nama item, nama proses, sehingga dokumen gambar yang berupa file ini bisa dengan mudah diatur penyimpanannya serta mudah dalam mengontrolnya. 4. Waktu penggambaran relatif cepat Dibanding dengan menggambar menggunakan meja gambar, menggambar dengan AutoCAD tentu saja jauh lebih cepat. Contoh: menggambar sebuah
133
lingkaran di meja gambar, dengan menggunakan pensil, perlu 10 detik. Tapi AutoCAD mampu menggambar seratus lingkaran dengan waktu yang sama. 5. Mudah disunting. Jika salah dalam menggambar sebuah entity atau sebuah fitur, atau bagian dari gambar, tentunya perlu untuk menghapus dan menggambar kembali bagian yang salah tersebut. Ini akan terjadi jika menggambar dengan meja gambar manual. Tetapi bila dengan AutoCAD, semua objek gambar bisa dengan mudah disunting, seperti Move, Copy, Erase, Break, Trim, Extend, Offset, Mirror, Array, Rotate, dan perintah modify lainnya. 6. Ruang gambar yang luas Tentu tak dapat dibandingkan area kerja gambar antara meja gambar manual dengan ruang gambar pada AutoCAD. Pada AutoCAD, area gambar yag tersedia bisa tak terbatas, sedangkan dengan jika menggunakan meja gambar, area gambar akan terbatas terhadap luas meja serta luas kertas. Area gambar yang sangat luas pada AutoCAD ini juga didukung oleh area gambar untuk proses pencetakkan atau plotting. 7. Rapi dan bersih Karena obyek gambar pada AutoCAD adalah obyek virtual yang bisa di hapus atau disunting tanpa meninggalkan bekas penghapus seperti halnya jika menggambar dengan meja gambar, maka hasil gambar akan selalu bersih dan rapi. 8. Penskalaan gambar yang luwes Jika menggambar di meja gambar, skala gambar kita tentukan terlebih dulu. Ini bersifat statis. Sedangkan dalam AutoCAD cukup menggambar dengan skala 1 : 1, baru pada mode layout dapat dibuat skala gambar yang berbeda antara viewport tanpa harus menggambar lagi untuk setiap pandangan. 9. Didukung oleh system pertukaran data Hasil sebuah gambar pada AutoCAD dapat di-export untuk dimanipulasi di software lain. Misalnya software-software image editor. 10. Efek visual
134
Pada CAD-Model, terutama Solid Model, dapat ditambahkan “Material” dan Efek cahaya pada saat Rendering untuk mendapatkan efek visual yang menarik. Selanjutnya dapat digunakan untuk presentasi.
5.5 Tutorial AutoCad Dasar AutoCad adalah aplikasi yang digunakan untuk perancang bangunan (Arsitektur). Memulai Program AutoCAD 2014 Ikuti langkah-langkah berikut: 1. Klik tombol Start pada taskbar. 2. Pilih All Programs > Autodesk > AutoCAD 2014 , kemudian klik AutoCAD 2014 Pada saat pertama kali aplikasi AutoCAD 2014 dijalankan, akan tampil halaman AutoCAD 2014 New Feature Workshop (Gambar 5.4).
Gambar 5.4 Tampilan awal AutoCAD 2014
Dalam dialog AutoCAD 2014 New Feature Workshop terdapat animasi interaktif, tutorial, dan deskripsi singkat yang membantu dalam memahami komponen-komponen baru yang terdapat dalam AutoCAD 2014. 5.5.1 Ruang Lingkup AutoCAD 2014 Sekarang tutup halaman AutoCAD 2014 New Feature Workshop dengan memilih pilihan “maybe later” , dan kemudian tekan tombol “ OK” . Akan tampak tampilan halaman ruang kerja AutoCAD 2014 (Gambar 5.5) dengan
135
setting default.
Gambar 5.5 Halaman ruang kerja AutoCAD 2014
a. Nama File Gambar. Menampilkan nama file dengan ekstension .DWG b. Pull Down Menu. Terdiri dari menu-menu perintah dalam AutoCAD 2014. Standard Toolbar. Berisi icon standar perintah-perintah umum dalam AutoCAD 2014. c. Object Properties Toolbar. Berfungsi untuk manajemen layer, warna, dan Modify Toolbar. Terdiri dari icon-icon untuk memodifikasi gambar. Diantaranya adalah erase, copy object, mirror, move, rotate dan array. d. Draw Toolbar. Terdiri dari icon-icon untuk membuat gambar. Antara lain line circle, rectangle, point, arc dan hatch. e. User Coordinate System (UCS) Icon. Menampilkan arah sumbu koordinat di dalam ruang kerja. Akan sangat berguna pada saat pengerjaan gambar 3D. Command Prompt. Tempat untuk menuliskan perintah dalam AutoCAD 2014. terdiri dari dua bagian yaitu: Command Prompt itu sendiri dan Command History . f. Status Bar. Menunjukkan posisi koordinat dari kursor. Selain itu terdapat juga tombol snap, grid, ortho, polar, osnap, otrack, lwt , dan model . g. Scrool Bars. Berfungsi untuk menggulung atau menggeser layar. Selain toolbar seperti yang disebutkan diatas, masih ada banyak toolbar yang lain. Yang dapat
136
ditampilkan dengan cara sebagai berikut (Gambar 5.6): 1) Klik menu View > Toolbar 2) Pada layer Costumize pilih toolbar yang akan ditampilkan dengan memberi tanda cek pada kotak kosong di sebelah kiri. Jika sudah, klik tombol close.
Gambar 5.6 Customize Toolbar
5.5.2 Drawing dalam AutoCAD 2014 Di dalam AutoCAD 2014 terdapat dua koordinat, pertama adalah koordinat kartesian (Gambar 5.7(a)) dan yang kedua adalah koordinat polar (Gambar 5.7(b)). Dalam koordinat kartesian terdapat tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, y, dan z. Posisi suatu titik ditentukan dengan nilai ketiga sumbu tersebut, dan ditulis (x, y, z). Sedangkan dalam koordinat polar hanya terdapat 2 nilai, yaitu r sebagai representasi dari jarak, dan sebagai sudut.
(a)
(b) Gambar 5.7 Dua Jenis Koordinat
a. Memulai Gambar Jalankan aplikasi AutoCAD 2014
137
1) Klik tombol Start > All Programs > AutoCAD 2014 , kemudian klik AutoCAD 2014 . 2) Ketika muncul AutoCAD 2014 New Feature Workshop pilih Maybe later kemudian tekan OK . 3) Sekarang anda berada di layer utama AutoCAD 2014. b. Draw Toolbar Disini akan diuraikan secara singkat perintah-perintah yang ada dalam Draw Toolbar. 1) Line Icon
Group
Command
Keterangan Draw Toolbar
LINE; L
Untuk
membuat garis. Diatas telah dijelaskan bahwa ada dua koordinat dalam AutoCAD 2014. Sehingga ada dua macam cara juga dalam membuat gambar dalam AutoCAD. Yang pertama adalah dengan menggunakan koordinat kartesian. Contoh: Command: LINE Specify first point: 0,0 t.1 Specify next point or [Undo]:
100,250 t.2
Specify next point or [Undo]:
(enter)
Atau bisa juga menggunakan koordinat absolute. Contoh: Command: LINE Specify first point: 0,0 t.1 Specify next point or [Undo]:
@100,250 t.2
Specify next point or [Undo]:
(enter)
Sedangkan cara membuat garis dengan menggunakan koordinat polar adalah sebagai berikut. Contoh: Command: LINE Specify first point: (klik sembarang tempat t.1) Specify next point or [Undo]:
138
@25<60
Specify next point or [Undo]:
(enter)
Selain cara-cara di atas, masih ada satu cara lagi. Yaitu dengan menggambar secara bebas. Namun hal ini tidak menghasilkan gambar dengan ukuran yang akurat. Contoh: (klik icon line) Command: _line Specify first point:
(klik t.1)
Specify next point or [Undo]:
(klik t.2)
Specify next point or [Undo]:
(klik t.3)
Specify next point or [Close/Undo]:
(klik t.4)
Specify next point or [Close/Undo]:
(klik t.5)
Specify next point or [Close/Undo]:
(enter)
Construction line digunakan untuk membuat garis dengan panjang yang tak terbatas. Digunakan sebagai garis konstruksi pada gambar. 2) Membuat garis konstruksi horisontal Command: XLINE Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Hor Specify through point: (klik sembarang titik t.1) Specify through point: (enter) 3) Membuat garis konstruksi vertical Command: XLINE Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]:
Ver
Specify through point: (klik t.1) Specify through point: (enter) 4) Membuat garis konstruksi dengan sudut tertentu Command: XLINE Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Ang Enter angle of xline (0) or [Reference]: (sudut yang diinginkan exp. 30 ) Specify through point: (klik t.1) Specify through point: (enter) 5) Membuat garis konstruksi sejajar dengan garis lain
139
Command: XLINE Specify a point or [Hor/Ver/Ang/Bisect/Offset]: Offset Specify offset distance or [Through] <10.0000>: 10 (jarak antar garis) Select a line object: (klik t.1) Specify side to offset: (klik t.2) Select a line object: (enter) 6) Metode Start-Center-Angle . Membuat busur dengan cara menentukan titik awal (yang melalui busur), titik pusat busur, dan sudut busur. Command: ARC Specify start point of arc or [Center]:
(klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: C Specify center point of arc: (klik t.2) Specify end point of arc or [Angle/chord Length]: A 7) Metode Start-Center-Length . Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik pusat, dan panjang tali busur. Command: ARC Specify start point of arc or [Center]:
(klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: C Specify center point of arc: (klik t.2) Specify end point of arc or [Angle/chord Length]: L Specify length of chord: ( masukkan panjang tali busur) tali busur 8) Metode Start-End-Angle . Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik akhir, dan sudur busur. Command: ARC Specify start point of arc or [Center]:
(klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: E Specify end point of arc: (klik t.2) Specify center point of arc or [Angle/Direction/Radius]: A
140
Specify included angle: (masukkan besar sudut exp. 60° ) 9) Metode Start-End-Direction . Membuat busur dengan cara menentukan titik awal, titik akhir dan arah tangensial dari titik awal busur. Command: ARC Specify start point of arc or [Center]:
(klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]: E Specify end point of arc: (klik t.2) Specify center point of arc or [Angle/Direction/Radius]: D Specify tangent direction for the start point of arc: (masukkan nilai arah tangensial exp. 60) 10) Metode Start-End-Radius . Membuat busur cara menentukan titik awal, titik akhir dan radius busur. Command: ARC Specify start point of arc or [Center]:
(klik t.1)
Specify second point of arc or [Center/End]:
E
5.5.2 Menggambar 3D Sebelum memulai menggambar object 3D, sebaiknya kemampuan untuk menggambar object 2D diperdalam dahulu. Selain itu koordinat kartesian 3D (sumbu x, y, dan z) juga harus dipahami secara seksama. Inti menggambar 3D adalah kemampuan untuk berkhayal di dalam pikiran yang kemudian dituangkan dalam sebuah lembar kerja. Dalam menggambar object 3D user dituntut untuk mampu menggunakan perintah vpoint atau view, yaitu perintah untuk melihat object dari beberapa sudut. Tanpa perintah ini user akan kesulitan untuk menggambar. Selain itu object 3D yang telah jadi akan hanya tampak 2D jika tidak dilihat dari beberapa sudut. a. Surface Modelling Object 3D yang terjadi merupakan object 3D yang memiliki ketebalan tertentu. Mengganti ketebalan object 2D Buat object 2D Kemudian ikuti perintah berikut
141
Command: vpoint Current view direction: VIEWDIR=0.0000,0.0000,1.0000 Specify a view point or [Rotate] : R Enter angle in XY plane from X axis <270>: 30 30
Enter angle from XY plane <90>: Regenerating model. Command: CHANGE Select objects: (seleksi object) Select objects: (enter)
P
Specify change point or [Properties]:
Enter property to change [Color /Elev /Layer /LType /ltScale /LWeight/Thickness]: T Specify new thickness <0.0000>:
150
Enter property to change [Color /Elev /Layer /LType /ltScale /LWeight/Thickness]: (enter) Command: Specify opposite corner: Command: SHADEMODE Current mode: 3D wireframe Enter option [2D wireframe /3Dwireframe /Hidden /Flat /Gouraud /fLat+edges/gOuraud+edges] <3D wireframe>:
H
b. 3D Mesh Icon Group Command Keterangan Surfaces Toolbar
3DMESH Untuk membuat object polymesh dengan
menentukan per titik. Contoh: Command: 3DMESH Enter size of mesh in M direction:
3
Enter size of mesh in N direction:
3
Specify location for vertex (0, 0):
1,1,0
Specify location for vertex (0, 1):
2,1,0
Specify location for vertex (0, 2):
3,1,0
Specify location for vertex (1, 0):
1,2,1
142
Specify location for vertex (1, 1):
2,2,1
Specify location for vertex (1, 2):
3,2,1
Specify location for vertex (2, 0):
1,3,0
Specify location for vertex (2, 1):
2,3,0
Specify location for vertex (2, 2):
3,3,0
Kemudian rubah sudut pandangnya c. Revolved Surface Icon Group Command Keterangan Surfaces Toolbar REVSURF Untuk membuat object polymesh dengan memutar object 2D. Contoh: Command: SURFTAB1 Enter new value for SURFTAB1 <6>:
100
Command: SURFTAB2 Enter new value for SURFTAB2 <6>:
100
Command: REVSURF Current wire frame density: SURFTAB1=100 SURFTAB2=100 Select object to revolve: (seleksi object yang diputar) Select object that defines the axis of revolution: (seleksi sumbu putar) Specify start angle <0>: (klik t.1) Specify second point: (klik t.2) Specify included angle (+=ccw, -=cw) <360>:
(enter)
d. Tabulated Surface Icon Group Command Keterangan Surfaces Toolbar TABSURF. Untuk membuat object polymesh dengan path. e. Etup Drawing Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLDRAW. Untuk membuat profil dari potongan dalam viewport yang dibuat oleh perintah solview. Command SOLDRAW harus dilakukan di dalam tampilan Layout . Contoh: Command: SOLDRAW Select viewports to draw (seleksi viewport yang dibuat oleh perintah
143
solview). Hasil yang terjadi adalah gambar profil 2D yang terdiri dari 4 layer yang berinisial VIS, HID, dan DIM. f. Setup View Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLVIEW. Untuk membuat viewport yang berisi tampilan tegak lurus dengan potongan dari object 3D yang telah ditentukan. Command SOLVIEW harus dilakukan di dalam tampilan Layout. Solview akan membuat 3 layer yang kemudian akan dipakai oleh perintah Soldraw. Berikut layer-layer tersebut: Nama view – VIS berisi garis-garis terlihat Nama view – HID berisi garis-garis tersembunyi Nama view – DIM berisi dimensi Contoh: Command: SOLVIEW Enter an option [Ucs/Ortho/Auxiliary/Section]: O (pilih salah satu disini dimisalkan dipilih Ortho) Specify side of viewport to project: (klik sisi acuan) Specify view center: (klik tempat untuk viewport baru) Specify view center <specify viewport>:
(enter)
Specify first corner of viewport: (klik titik awal viewport -> missal pojok kiri atas) Specify opposite corner of viewport: (klik titik akhir viewport -> misal pojok kanan bawah) Enter view name: (masukkan nama viewport baru yang terbentuk) g. Setup Profile Icon Group Command Keterangan Solids Toolbar SOLPROF. Untuk membuat profil dari solid 3D tanpa merubah kondisi solid 3D aslinya. Untuk perintah SOLPROF harus dilakukan di dalam layout dengan tab model aktif (tab model terdapat pada status bar). Contoh: Command: SOLPROF
144
Select objects: 1 found Select objects: Display hidden profile lines on separate layer? [Yes/No] : Project profile lines onto a plane? [Yes/No] : Delete tangential edges? [Yes/No] :
5.6 Penskalaan Gambar Teknik penggambaran menggunakan skala pada AutoCAD sedikit berbeda dengan penggambaran secara manual. Pada penggambaran secara manual, awalnya harus dibagi ukuran sebenarnya dengan skala yang telah ditentukan kemudian hasil bagi itulah yang digambar pada kertas. Sedangkan pada AutoCAD hanya perlu memasukkan ukuran gambar asli, sebagai contoh ukuran asli dari sebuah balok adalah 10 x 20 m. Angka inilah yang perlu dimasukkan dalam gambar. Penskalaan gambar pada AutoCAD baru diterapkan dalam batas gambar nantinya. Batas gambar (limit) itu sendiri dalam AutoCAD adalah batas dimana penggambaran dilakukan didalamnya dan gambar yang berada didalam limit gambar tersebut dapat dilakukan pencetakan. Di pasaran banyak tersedia ukuran kertas yang telah disesuaikan secara internasional contohnya A0, A2, A4, dll. Masing-masing dari kertas tersebut tentunya mempunyai ukuran standar masing-masing. Misal kertas A3 mempunyai ukuran kertas 420 x 297 mm. Namun dalam pencetakannya nanti juga harus menentukan margin kertas. Margin kertas tersebut selain dapat berfungsi sebagai tempat pencengkeraman plotter, namun dapat pula untuk memperindah tampilan cetak nantinya. Berikut ini daftar ukuran kertas dan margin kertas standar yang banyak terdapat di pasaran: A0 1189 841 1154 821 A1 841 594 806 574 A2 594 420 559 400 A3 420 297 385 277 A4 210 297 175 277 a. Zoom Scale
145
Icon Group Command Keterangan Zoom Toolbar Zoom. Memperbesar atau memperkecil tampilan dari object. Perintah ZOOM ini juga bisa dipergunakan untuk mengatur skala untuk keperluan cetak. Untuk hal ini, setiap langah dilakukan dalam tampilan Layout. Contoh: (Tekan tombol ) Command: '_zoom Specify corner of window, enter a scale factor (nX or nXP), or [All/Center/Dynamic/Extents/Previous/Scale/Window/Object] : _s Enter a scale factor (nX or nXP): (masukkan skala kemudian pilihan X atau XP -> missal 5XP) b. Perbedaan X dengan XP: Untuk X, zoom dilakukan secara relative gambar yang tampil saat itu. Sedangkan XP , merupakan zoom absolute atau zoom dengan acuan ukuran yang sebenarnya. Misalnya jika 0.5 XP brarti setengah dari ukuran object yang sebenarnya.
146
DAFTAR PUSTAKA Baer, Charles J & Ottaway John R. (1980), Electrical and Electronics Drawing Fourth Edition. Mc Graw-Hill Company.
Harten, P. Van & E. Setiawan (1991). Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Binacipta. http://nenkudo.blogspot.com/2013/04/simbol-dan-fungsi-komponenelektronika.html#ixzz3gTlVB9w5
http://teknikelektronika.com/jenis-jenis-komponen-elektronika-beserta-fungsidan-simbolnya/
Koch, Robert. (1997). Perencanaan Instalasi Listrik. Angkasa. Bandung. Slamet
Mulyono
&
Djihar
Pasaribu
(1978).
Menggambar
Teknik
Listrik2.Depdikbud.
Suryatmo, F. (1993). Teknik Listrik Instalasi Penerangan. Rineka Cipta. Jakarta.
Takeshi Sato & N. Sugiarto. (1986). Menggambar Mesin Menurut Standar ISO. Pradnya Paramita. Jakarta.
__________, Laporan Tugas Aplikasi Komputer II, Teknik Elektro D III, UNISMA, Bekasi, Angkatan 2014.
147