Serly Herlina 170341615084.docx

  • Uploaded by: serly herlina
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Serly Herlina 170341615084.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,927
  • Pages: 12
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG Jalan Semarang 5, Malang 65145 Nama

: Silvi Dwi Pangestu

NIM

: 170341615015

Kelas

: B-2017

Anggota Kelompok

: 1. Silvi Dwi Pangestu 2. Serly Herlina 3. Rodliyah Fajrin

PERMASALAHAN 1 Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan lengkap dan jelas! 1. Menurut saudara fenomena apa yang terjadi pada wacana diatas? apa data yang mendukung fenomena tersebut? Bagaimana hubungan dari data dan fenomena tersebut? (Menggunakan Data untuk Mengembangkan Wawasan Kritis) Jawaban: fenomena yang terjadi pada wacana di atas adalah fenomena kebakaran hutan. Data yang mendukung fenomena tersebut adalah taman nasional Baluran merupakan miniature hutan Indonesia, karena hampir semua tipe hutan terdapat di taman nasional ini, memiliki iklim kering dan panas, suhunya mencapai 27-30 derajat selsius (Taman Nasional Baluran, 2018). Salah satu hutan yang terdapat di taman nasional Baluran yaitu hutan musim, dimana hutan musim ini memiliki musim kering yang lebih panjang (Webster et al. 1998; Ding and Chan 2005; Trenberth et al. 2006; Ding , 2007). Selain itu masyarakat yang berada di kawasan taman nasiaonal Baluran sering beraktivitas di sekitar kawasan konservasi, karena kebutuhan masyarakat yang berada dalam kawasan taman nasional. Hubungan dari data dan fenomena tersebut adalah karena hampir semua tipe hutan yang terdapat di taman nasional Baluran, memiliki iklim kering dan panas suhunya mencapai 27-30 derajat selsius. Salah satu hutan yang terdapat di taman nasional Baluran yaitu hutan musim, dimana hutan musim ini memiliki musim kering yang lebih panjang.

2. Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan, bagaimana hubungan fenomena tersebut dengan kelimpahan tumbuhan yang ada? Hubungkan dengan karakteristik struktur komunitas! (Menganalisis) Jawaban: Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan, hubungan fenomena tersebut dengan kelimpahan tumbuhan yang ada dan dengan karakteristik struktur komunitas adalah tumbuhan yang ada akan rusak dan mengganggu struktur komunitas. Dampak kebakaran hutan tersebut terhadap komunitas hutan adalah dampak buruk kebakaran hutan sangat banyak. Kerusakan dapat berkisar dari gangguan luka-luka bakar pada pangkal batang pohon/tanaman sampai hancurnya pepohonan secara keseluruhan berikut vegetasi lainnya. Dengan hancurnya vegetasi, yang paling dikhawatirkan adalah hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik pembawa sifat keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut. Selain itu kebakaran dapat melemahkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Batang pohon yang menderita luka bakar meskipun tidak mati, seringkali pada akhirnya terkena serangan penyakit/pembusukan. Menurut Komarek (1973) Chandler (1983) fakta menunjukkan bahwa kebakaran telah mempengaruhi vegetasi di seluruh dunia. Kebakaran hutan juga merupakan bagian dari suksesi tanaman yang mendorong tumbuhnya permudaan populasi tertentu dan membentuk mosaik komunitas tanaman yang berkembang dari waktu ke waktu pada tempat-tempat yang berbeda. Pengaruh api (kebakaran) terhadap vegetasi tergantung intensitas dan frekuensi kebakaran yang terjadi dan berkorelasi dengan jumlah bahan bakarnya termasuk umur dan sifat khusus dari pohon (Naveh, 1974 Chandler 1983; Oliver & Larson, 1990; Wibowo, 2003 dan Meijaard ., 2006).

3. Lakukan diskusi bersama kelompok saudara, faktor apa saja yang menyebabkan fenomena diatas terjadi serta apa dampaknya terhadap struktur komunitas hutan? (Sintesis) Jawaban: Di Indonesia, kebakaran hutan dan lahan hampir 99 % diakibatkan oleh manusia baik disengaja maupun tidak (unsur kelalaian). Diantara angka persentase tersebut, kegiatan konversi lahan menyumbang 34%, peladangan liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 14%, proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya 1 % yang disebabkan oleh alam. Faktor lain yang menjadi penyebab semakin hebatnya kebakaran hutan dan lahan sehingga menjadi pemicu kebakaran adalah iklim yang ekstrim, sumber energi berupa kayu, deposit batubara dan gambut. Hasil penelitian Suyanto dan

Applegate (2001) di wilayah Sumatera pada 4 (empat) wilayah provinsi yaitu Lampung, Jambi, Sumatera Selatan dan Riau menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadi karena: (1) penggunaan api untuk pembukaan lahan, (2) penggunaan api sebagai senjata dalam penyelesaian konflik tanah, (3) penyebaran api tidak sengaja, dan (4) ekstraksi sumberdaya alam dan degradasi hutan. Umumnya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi mempunyai banyak dampak terhadap biodiversitas biologi (flora dan fauna). Pada rona global, kebakaran hutan secara signifikan merupakan sumber emisi karbon serta berkontribusi terhadap pemanasan global yang berakibat terhadap menurunnya biodiversitas biologi. Selain itu, pada konteks lokal atau regional kebakaran hutan berpengaruh terhadap stok biomassa hutan, siklus hidrologi, aktivitas fisiologis tumbuhan (kematian dan penurunan aktivitas fotosintesis tumbuhan) dan hewan serta kesehatan manusia dan hewan (Nasi, 2002). Dampak kebakaran hutan tersebut terhadap komunitas hutan adalah dampak buruk kebakaran hutan sangat banyak. Kerusakan dapat berkisar dari gangguan luka-luka bakar pada pangkal batang pohon/tanaman sampai hancurnya pepohonan secara keseluruhan berikut vegetasi lainnya. Dengan hancurnya vegetasi, yang paling dikhawatirkan adalah hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik pembawa sifat keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut. Selain itu kebakaran dapat melemahkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Batang pohon yang menderita luka bakar meskipun tidak mati, seringkali pada akhirnya terkena serangan penyakit/pembusukan. Menurut Komarek (1973) Chandler (1983) fakta menunjukkan bahwa kebakaran telah mempengaruhi vegetasi di seluruh dunia. Hanya saja sejak kapan api mulai mempengaruhi vegetasi tidak diketahui secara pasti. Kebakaran hutan juga merupakan bagian dari suksesi tanaman yang mendorong tumbuhnya permudaan populasi tertentu dan membentuk mosaik komunitas tanaman yang berkembang dari waktu ke waktu pada tempat-tempat yang berbeda. Pengaruh api (kebakaran) terhadap vegetasi tergantung intensitas dan frekuensi kebakaran yang terjadi dan berkorelasi dengan jumlah bahan bakarnya termasuk umur dan sifat khusus dari pohon (Naveh, 1974 Chandler 1983; Oliver & Larson, 1990; Wibowo, 2003 dan Meijaard ., 2006). Beberapa bentuk dampak yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan terhadap vegetasi (Chandler ., 1983; Oliver & Larson, 1990; Nasi 2002; Wibowo, 2003; dan Meijaard 2006) : 

Intensitas kebakaran tinggi dapat mematikan semua anakan, liana, pohon muda dan pohon.



Menimbulkan luka dan pada pohon sehingga rawan terhadap serangan hama dan penyakit. Riap tegakan menurun karena banyak pohon yang mengalami atau tegakan menjadi jarang.



Luka pada pohon akibat kebakaran dapat menimbulkan cacat permanen sehingga kualitas kayu menurun.



Merusak peremajaan atau tanaman muda.



Diversitas tumbuhan berkurang,



Mempengaruhi pola suksesi vegetasi; setelah kebakaran regenerasi alam diawali dengan tumbuhan pionir (intoleran) kemudian tumbuhan semi toleran dan tumbuhan toleran selanjutnya menjadi hutan klimaks.



Membantu terjadinya permudaan alam setelah kebakaran (hutan pinus).



Meningkatkan produksi dan kualitas pakan ternak di dalam hutan.



Apabila banyak pohon yang mati maka fungsi hutan lainnya seperti fungsi tata air dan perlindungan tanah terganggu.

4. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, berikan beberapa solusi untuk mengatasi fenomena tersebut? (Menerapkan) Jawaban: Dari dampak yang ditimbulkan, ada beberapa solusi untuk mengatasi fenomena tersebut yaitu dengan cara melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan hidup di masa depan, menetapkan undang-undang terhadap pihak yang merusak kelestarian hutan, memperketat penjagaan dan pengawasan di hutan, terus memantau titik-titik yang sering terjadi kebakaran agar apabila terjadi kebakaran, bisa langsung diatasi dengan cepat. Pada aspek pencegahan, berbagai kebijakan yang sifatnya meminimalisir kemungkinan kebakaran harus diutamakan, termasuk penguatan sistem informasi manajemen kebakaran hutan, lahan, kebijakan-kebijakan yang menyertai konversi, dan pembukaan lahan. Sedangkan, untuk aspek pemantauan harus dikembangkan sistem peringatan dini dan tentu saja kapabilitas pemadam kebakarannya sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam aspek penanggulangan kebakaran.

5. Analisislah solusi yang paling sesuai dengan disertai teori atau rujukan yang mendukung! (Evaluasi) Jawaban: Solusi yang paling efektif adalah Pada aspek pencegahan, berbagai kebijakan yang sifatnya meminimalisir kemungkinan kebakaran harus diutamakan, termasuk penguatan sistem informasi manajemen kebakaran hutan, lahan, kebijakankebijakan yang menyertai konversi, dan pembukaan lahan. Sedangkan, untuk aspek pemantauan harus dikembangkan sistem peringatan dini dan tentu saja kapabilitas pemadam kebakarannya sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam aspek penanggulangan kebakaran.

PERMASALAHAN 2 Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan lengkap dan jelas! 1. Menurut saudara fenomena apa yang terjadi pada wacana diatas?apa data yang mendukung fenomena tersebut? Bagaimana hubungan dari data dan fenomena tersebut? (Menggunakan Data untuk Mengembangkan Wawasan Kritis) Jawaban: Fenomena yang terjadi pada wacana adalah ancaman kelestarian dan keutuhan kawasan taman nasional akibat konflik ruang dengan pemukiman dan pertanian masyarakat sekitar. Data yang mendukung fenomena tersebut adalah Bisa dikatakan tidak ada Kawasan Taman Nasional di Indonesa yang bebas sekali dari konflik ruang dengan pemukiman dan pertanian. Areal pemukiman dan pertanian bersinggungan dan bahkan terletak di dalam kawasan konservasi sering dipandang sebagai sumber ancaman bagi kelestarian dan keutuhan kawasan. Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, areal pemukiman dan pertanian dipandang sebagai tindak perambahan atau okupasi ilegal atas kawasan hutan negara. Sementara masyarakat setempat mempunyai banyak alasan mengapa mereka bermukim dan bertani dalam kawasan. Alasan tersebut umumnya berkisar dari terbatasnya lahan yang dikuasai, sumber daya hutan yang diakses merupakan kelola adat, hingga persoalan konflik batas kawasan hutan. Setiap kawasan Taman Nasional dan kehidupan masyarakat di sekirtarnya mempunyai riwayat ekologi, sejarah, sosial, ekonomi, kependudukan dan pemukiman yang berbeda-beda. Konflik ruang yang timbul di kawasan konservasi umumnya bersifat spesifik-lokasi dan cenderung merupakan muara konflik berkepanjangan penguasaan sumber agraia antara masyarakat setempat dan negara. Dan hubungan fenomena dan data yang ada yaitu fenomena yang terjadi adalah akibat dari alas an masyarakat mengapa mereka bermukim dan bertani dalam kawasan konservasi. Alasan tersebut umumnya berkisar dari terbatasnya lahan yang dikuasai, sumber daya hutan yang diakses merupakan kelola adat, hingga persoalan konflik batas kawasan hutan. Setiap kawasan Taman Nasional dan kehidupan masyarakat di sekirtarnya mempunyai riwayat ekologi, sejarah, sosial, ekonomi, kependudukan dan pemukiman yang berbeda-beda. Apalagi sebagian masyarakat masih mempunyai persepsi bahwa hutan adalah milik nenek moyang mereka. Gangguan dan ancaman itu berupa pengambilan sumberdaya alam hayati secara tidak terkendali, perambahan lahan hutan untuk dipergunakan sebagai lahan pertanian, pencurian

kayu pertukangan dan kayu bakar untuk keperluan seharihari, perburuan, pengambilan sumberdaya alam non hayati di dalam kawasan.

2. Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan, bagaimana hubungan fenomena tersebut dengan kelimpahan tumbuhan yang ada? Hubungkan dengan karakteristik struktur komunitas! (Menganalisis) Jawaban: Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan, hubungan fenomena dengan kelimpahan tumbuhan yang ada yaitu, jika terjadi fenomena tersebut, kemungkinan struktur komunitas akan rusak dan keadaan ekosistem tidak seimbang. Karena akan sangat memungkinkan terjadinya kebakaran hutan yang akan berakibat rusaknya struktur komunitas di hutan tersebut. Tidak hanya itu, penebangan dan eksploitasi secara besar-besaran yang dilakukan masyarakat juga akan berdampak pada kepunahan spesies tanaman tertentu.

3. Lakukan diskusi bersama kelompok saudara, faktor apa saja yang menyebabkan fenomena diatas terjadi serta apa dampaknya terhadap struktur komunitas hutan? (Sintesis) Jawaban: Factor yang menyebabkan fenomena tersebut yaitu Sebagai kawasan pelestarian alam yang pengelolaannya diarahkan untuk mencapai tiga tujuan pokok antara lain sebagai perlindungan proses ekologis, sebagai penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta pemanfaatan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem sering mengalami berbagai masalah. Salah satunya adalah gangguan dari masyarakat khususnya di sekitar kawasan. Masyarakat memiliki alasan antara lain, terbatasnya lahan yang dikuasai, sumber daya hutan yang diakses merupakan kelola adat, hingga persoalan konflik batas kawasan hutan. Setiap kawasan Taman Nasional dan kehidupan masyarakat di sekirtarnya mempunyai riwayat ekologi, sejarah, sosial, ekonomi, kependudukan dan pemukiman yang berbeda-beda. Timbulnya masalah gangguan tersebut pada dasarnya dapat dimaklumi mengingat sejak awal masyarakat sangat tergantung kepada sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak terhadap struktur komunitas hutan yaitu apabila tidak diantisipasi akan berdampak negatif terhadap keutuhan dan kelestarian sumberdaya alam/hutan yang pada gilirannya akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan

lingkungan hidup. Perlindungan proses ekologis akan terganggu, tidak dapat mempertahankan keanekaragaman jenis flora dan fauna.

4. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, berikan beberapa solusi untuk mengatasi fenomena tersebut? (Menerapkan) Jawaban: Dari dampak yang ditimbulkan, solusi yang diberikan harus mengacu pada penyebabnya terlebih dahulu, kita harus tahu bagaimana akar permasalahan tersebut dapat terjadi sehingga kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi fenomena atau permasalahan tersebut. Salah satunya adalah menyediakan lahan pemukiman dan pertanian untuk masyarakat agar tidak lagi terjadi konflik ruang di sekitar taman nasional. Memberikan sosialisasi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian keanekaragaman flora dan fauna untuk kehidupan yang akan datang.

5. Analisislah solusi yang paling sesuai dengan disertai teori atau rujukan yang mendukung! (Evaluasi) Jawaban: Solusi yang paling sesuai adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi bagaimana pentingnya menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan hidup di masa yang akan dating, mengingat tumbuhan adalah produse di dalam rantai makanan yang pastinya kita sebagai manusia pasti sangat bergantung kepada tumbuhanyang juga menyediakan oksigen untuk proses respirasi.

PERMASALAHAN 3 Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan lengkap dan jelas! 1. Menurut saudara fenomena apa yang terjadi pada wacana diatas?apa data yang mendukung fenomena tersebut? Bagaimana hubungan dari data dan fenomena tersebut? (Menggunakan Data untuk Mengembangkan Wawasan Kritis) Jawaban: Fenomena yang terjadi pada wacana tersebut adalah ada tumbuhan hutan musim yang Lulus hidup paska kebakaran di Resort Batangan, Taman Nasional Baluran. Data yang mendukung fenomena tersebut adalah Hasil penelitian menunjukkan luas area yang mengalami kebakaran 6.426 m2 pada kawasan yang baru terbakar dan kawasan yang lama terbakar 5.146 m2. Tumbuhan yang mampu melakukan regenerasi setelah satu bulan kebakaran di kawasan Batangan HM 36 TN Baluran terdiri dari 7 spesies tumbuhan berkayu dan 24 spesies tumbuhan herba. Struktur vegetasi di lahan yang baru terbakar didominasi oleh pohon Cordia obliqua dan herba Abutilon indicium. Lokasi lama terbakar didominasi oleh Caesalpinia crista, herba Capparis sepiaria dan anakan Acacia tomentosa. Lokasi yang tidak terbakar didominasi oleh Schoutenia ovata, Muntingia calabura, dan herba Apluda mutica. Berdasarkan indeks Naturalness dan Hemeroby diketahui bahwa lokasi yang baru terbakar sangat terdegradasi, kemudian disusul oleh lokasi telah lama terbakar dan lokasi tidak terbakar. Hal ini menjadikan struktur komunitas tumbuhan di ketiga lokasi tersebut tidak sama. Struktur komunitas tumbuhan berkayu di tiga lokasi memiliki kesamaan ≤ 0,29, sedangkan kesamaan struktur komunitas herba di tiga lokasi ≤ 0,37. Hubungan antara fenomena dan data tersebut yaitu Tumbuhan yang mampu melakukan regenerasi setelah satu bulan kebakaran di kawasan Batangan HM 36 TN Baluran terdiri 7 spesies tumbuhan berkayu dan 24 spesies tumbuhan herba. Struktur komunitas tumbuhan di lahan yang baru terbakar didominasi oleh Cordia obliqua dan herba Abutilon indicium. Lokasi lama terbakar didominasi oleh Caesalpinia crista, herba Capparis sepiaria dan anakan Acacia tomentosa. Lokasi yang tidak terbakar didominasi oleh Schoutenia ovata, Muntingia calabura, dan herba Apluda mutica. Berdasarkan indeks Naturalness dan Hemeroby diketahui bahwa lokasi yang baru terbakar sangat terdegradasi, kemudian disusul oleh lokasi telah lama terbakar dan lokasi tidak terbakar.

2. Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan, bagaimana hubungan fenomena tersebut dengan kelimpahan tumbuhan yang ada? Hubungkan dengan karakteristik struktur komunitas! (Menganalisis) Jawaban: Hubungan fenomena tersebut dengan kelimpahan tumbuhan yang ada dan hubungannya dengan karakteristik struktur komunitas yaitu Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran terhadap vegetasi dapat menyebabkan terjadinya suksesi dalam areal bekas terbakar. Suksesi yang terjadi merupakan upaya ekosistem tersebut dalam memulihkan kondisi lingkungan baik komponen biotik maupun komponen abiotik. Perubahan suksesi dapat dilihat dari komposisi dan struktur vegetasi hutan tersebut. Dampak kebakaran hutan tersebut terhadap komunitas hutan adalah dampak buruk kebakaran hutan sangat banyak. Kerusakan dapat berkisar dari gangguan lukaluka bakar pada pangkal batang pohon/tanaman sampai hancurnya pepohonan secara keseluruhan berikut vegetasi lainnya. Dengan hancurnya vegetasi, yang paling dikhawatirkan adalah hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik pembawa sifat keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut. Selain itu kebakaran dapat melemahkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Batang pohon yang menderita luka bakar meskipun tidak mati, seringkali pada akhirnya terkena serangan penyakit/pembusukan. Menurut Komarek (1973) Chandler (1983) fakta menunjukkan bahwa kebakaran telah mempengaruhi vegetasi di seluruh dunia. Kebakaran hutan juga merupakan bagian dari suksesi tanaman yang mendorong tumbuhnya permudaan populasi tertentu dan membentuk mosaik komunitas tanaman yang berkembang dari waktu ke waktu pada tempat-tempat yang berbeda. Pengaruh api (kebakaran) terhadap vegetasi tergantung intensitas dan frekuensi kebakaran yang terjadi dan berkorelasi dengan jumlah bahan bakarnya termasuk umur dan sifat khusus dari pohon (Naveh, 1974 Chandler 1983; Oliver & Larson, 1990; Wibowo, 2003 dan Meijaard ., 2006).

3. Lakukan diskusi bersama kelompok saudara, faktor apa saja yang menyebabkan fenomena diatas terjadi serta apa dampaknya terhadap struktur komunitas hutan? (Sintesis) Jawaban: Penyebab kebakaran hutan di TNB saat ini terjadi karena adanya unsur kesengajaan baik dari pihak petugas TNB untuk menjaga kelestarian ekosistem maupun

oleh masyarakat sekitar sebagai modus operandi beberapa pelanggaran hutan seperti perburuan satwa liar baik herbivor, burung dan satwa lainnya. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran terhadap vegetasi dapat menyebabkan terjadinya suksesi dalam areal bekas terbakar. Suksesi yang terjadi merupakan upaya ekosistem tersebut dalam memulihkan kondisi lingkungan baik komponen biotik maupun komponen abiotik. Perubahan suksesi dapat dilihat dari komposisi dan struktur vegetasi hutan tersebut.

4. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, berikan beberapa solusi untuk mengatasi fenomena tersebut? (Menerapkan) Jawaban: Dari dampak yang ditimbulkan, ada beberapa solusi untuk mengatasi fenomena tersebut yaitu dengan cara melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan hidup di masa depan, menetapkan undang-undang terhadap pihak yang merusak kelestarian hutan, memperketat penjagaan dan pengawasan di hutan, terus memantau titik-titik yang sering terjadi kebakaran agar apabila terjadi kebakaran, bisa langsung diatasi dengan cepat. Pada aspek pencegahan, berbagai kebijakan yang sifatnya meminimalisir kemungkinan kebakaran harus diutamakan, termasuk penguatan sistem informasi manajemen kebakaran hutan, lahan, kebijakan-kebijakan yang menyertai konversi, dan pembukaan lahan. Sedangkan, untuk aspek pemantauan harus dikembangkan sistem peringatan dini dan tentu saja kapabilitas pemadam kebakarannya sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam aspek penanggulangan kebakaran.

5. Analisislah solusi yang paling sesuai dengan disertai teori atau rujukan yang mendukung! (Evaluasi) Jawaban: Solusi yang paling efektif adalah Pada aspek pencegahan, berbagai kebijakan yang sifatnya meminimalisir kemungkinan kebakaran harus diutamakan, termasuk penguatan sistem informasi manajemen kebakaran hutan, lahan, kebijakankebijakan yang menyertai konversi, dan pembukaan lahan. Sedangkan, untuk aspek pemantauan harus dikembangkan sistem peringatan dini dan tentu saja kapabilitas pemadam kebakarannya sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam aspek penanggulangan kebakaran.

DAFTAR RUJUKAN Chandler, C., Cheney, P., Trabaud, L & Williams, D. 1983. . Fire in Forestry Vol I.AWilleyInterscience Publication. NewYork. Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., Setyawati, T., Lammertink, M., Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T, Stanley, S., Gunawan dan Brien, TO. 2005. Life After Logging, Reconciling Wildlife Conservation and Production Forestry in Indonesian Borneo. CIFOR. Bogor. Hal. 29-52. Nasi, R., Dennis, R., Meijaard, E., Applegate, G and Moore, P. 2002. . Unasylva 209, Vol. 53. Roma. Oliver, CD and Larson, B.C. 1990. . McGraw-Hill, Inc. NewYork Wibowo, A. 2003. Permasalahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia. Review Hasil Litbang. Puslitbang Hutan dan KonservasiAlam. Bogor.

Related Documents


More Documents from "Indah Saputri"