Alternatif Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir di Kotamadya Denpasar, Bali : Transplantasi Karang *) )
Hakim Miftakhul Huda**
Abstrak Transplantasi karang merupakan salah satu model pengelolaan yang memberikan nilai ekonomi dan mendukung kelestarian ekologi khususnya terumbu karang. Transplantasi karang mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan finansial usaha transplantasi karang serta potensinya sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir dan telah dilakukan bulan Agustus 2006 di Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Metode yang digunakan adalah survai dipadu dengan studi pustaka. Analisis data kuantitatif dengan menghitung kelayakan usaha jangka pendek maupun panjang dan analisis kualitatif dengan memadukan hasil survai dengan studi pustaka. Hasil penghitungan analisis finansial usaha jangka pendek diperoleh nilai rentabilitas sebesar 17,25%; R/C ratio sebesar 1,20; BEP sales sebesar Rp. 296.907.369,; BEP unit sebanyak 29.215 unit. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis usaha jangka panjang diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 643.156.712,; Net B/C ratio sebesar 6,56; IRR sebesar 73,26 %; dan PP selama 1,98 tahun. Berdasarkan nilai – nilai tersebut maka usaha ini secara finansial dikatakan layak. Kegiatan transplantasi karang dapat memberikan kontribusi pendapatan rata – rata sebesar Rp. 5.780.448, per tahun per orang bagi 30 orang masyarakat pesisir. Dengan demikian kegiatan ini dapat berperan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk mengoptimalkan kegiatan usaha transplantasi karang yang sudah ada dan mengembangkannya di daerah lain.
Kata Kunci : Transplantasi Karang, Alternatif Mata Pencaharian, Masyarakat Pesisir, Kelestarian Terumbu Karang
*) **)
Makalah ini merupakan bagian dari tulisan ilmiah yang dilakukan penulis pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Universitas Brawijaya Malang Tahun 2006 Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260
Alternatif Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir di Kotamadya Denpasar, Bali : Transplantasi Karang
PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang Indonesia dengan luas lebih dari 50.000 km 2 tersebar hampir di dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya lebih dari 80.000 km (Tomascik et al., 1997). Sementara itu Coremap (2001) dalam Asriningrum (2004) menyebutkan luas terumbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000km 2 yang meliputi karang hidup, karang mati, lamun, dan pasir. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya laju degradasi terumbu karang di Indonesia. Kondisi terumbu karang di Indonesia saat ini terancam rusak dan sebagian besar bahkan sudah rusak karena operasi penangkapan ikan yang tidak berwawasan lingkungan, pemanenan yang berlebihan, Limbah cair, sampah, pengendapan lumpur dari sungai, budidaya pertanian, pertambangan dan polusi industri, aktivitas tourism, konstruksi pantai dan pemanasan global. Dewasa ini dalam kegiatan yang disebut sebagai perbaikan ekosistem terumbu karang, banyak dilakukan dengan cara transplantasi terumbu karang dan pembuatan terumbu buatan (artificial reef) (Mawardi, 2002). Transplantasi karang sendiri adalah mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu. Transplantasi karang tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan karena karang umumnya dapat memperoleh makanan melalui proses fotosintesa yang dilakukan oleh simbionnya (zooxanthellae). Dengan demikian hewan karang bersifat autotrophik dan tidak diperlukan pemberian makanan tambahan atau pakan buatan sebagaimana kebanyakan hewan budidaya lainnya, bahkan karang dapat berfungsi sebagai penyaring biologis (biofilters) pada lingkungan di sekitarnya, sehingga kegiatan budidaya karang dapat mengurangi pencemaran lingkungan laut di areal budidaya (Rachman dan Mudhita, 2002). Terumbu karang yang dihasilkan dari transplantasi bisa dijadikan hiasan yang diletakkan di dalam akuarium. Di Australia dan Amerika terumbu karang mendatangkan miliaran dolar bagi bisnis wisata dan para pencari ikan dalam hal ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pemasok terumbu karang di pasar internasional. Usaha transplantasi karang berpotensi menjadi
alternatif mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. Usaha ini diperkirakan mampu menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial serta berpotensi menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Dengan perkembangan usaha ini, tidak akan terjadi lagi aksi pengrusakan karang yang kabarnya saat ini, sekitar 61% dari areal terumbu karang Indonesia yang seluas 51.000 km 2 dalam kondisi rusak. Bahkan, 15% diantaranya sudah sangat kritis. Apabila tidak segera dilakukan rehabilitasi secara total, maka dikhawatirkan kepunahan terumbu karang Indonesia tidak akan terelakkan lagi (www.bppt.go.id, 2006). Transplantasi karang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor di negara Eropa, sekaligus sebagai upaya ikut melestarikan alam dan memperbaiki kerusakan terumbu karang dan ekonomi yang diderita masyarakat bakal semakin parah dan memprihatinkan. Karang hias sudah bisa dipanen dalam usia enam bulan. Karang hias biasanya tumbuh setinggi lima sentimeter sampai 10 sentimeter tergantung dari jenisnya. Harga karang hias yang berkualitas dengan tinggi mencapai 15 sentimeter bisa terjual seharga US$ 30 hingga US$ 150 per buahnya (www.bppt.go.id, 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial usaha transplantasi karang serta potensinya sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir, khususnya di Kotamadya Denpasar.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah survai dan studi literatur. Survai dilakukan pada bulan Agustus 2006 pada salah satu perusahaan transplantasi karang di Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Sedangkan studi literatur diperoleh dari internet dan perpustakaan berkaitan dengan topik penelitian atau pustaka tentang karang. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi kondisi umum lokasi penelitian, tahapan kegiatan transplantasi karang, manfaat transplantasi karang dan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan transplantasi karang. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha transplantasi karang dari aspek finansial baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun kelayakan usaha aspek finansial jangka pendek dilakukan dengan menghitung keuntungan, rentabilitas, Revenue/ Cost ratio dan Break Even Point. Sedangkan kelayakan aspek finansial jangka panjang dengan menghitung Net Present Value, Net Benefit/ Cost ratio, Internal
Rate Return dan Payback Periode. Adapun rumus perhitungan dalam analisis kelayakan finansial usaha jangka pendek dan jangka panjang disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Metode Analisis Finansial yang digunakan dalam Penelitian ini Analisis Jangka Pendek Keuntungan Rentabilitas Revenue/ Cost ratio Break Even Point
Analisis Jangka Panjang Net Present Value
Rumus
p = TRTC
Syarat Layak > 0
L (100 % ) M TR R / C ratio = TC FC BEP( Q ) = P - V FC BEP = vc 1 s
R=
> 0 % >1
< Q aktual < TR aktual
n
NPV =
n
å NBi ( 1 + r )
> 0
i =1
Internal Rate Return
NPV 1 æ ö ÷(i 2 - i 1 ) è NPV 1 - NPV 2 ø
IRR = i1 + ç
Net Benefit/ Cost ratio
> r
n
å NBi ( + ) Net B/C =
i =1 n
> 1
å NBi ( -) i =1
Payback Periode
biaya investasi PP = å PVGB t
< t
Sumber : Kasmir dan Jakfar, (2003); Primyastanto, (2005) dan Suratman, (2001) Daftar Singkatan : Π TR TC R L M FC P V Q VC s NBi
= Keuntungan = Total Revenue (Penerimaan) = Total Cost (Biaya Total) = Rentabilitas = Laba (selisih antara penerimaan dan pengeluaran) = Modal = biaya tetap = harga jual per unit = biaya variabel per unit = jumlah unit produk yang dijual = biaya variabel = volume penjualan = pendapatan bersih pada tahun kei
r = nilai discount factor n = tahun ken dari usaha i1 = nilai discount factor ketika NPV positif i2 = nilai discount factor ketika NPV negatif NPV1 = nilai NPV positif NPV2 = nilai NPV negatif Nbi(+) = pendapatan tahun kei Nbi() = pengeluaran tahun kei PVGB = pendapatan kotor yang telah didiscount factorkan t = lama umur proyek HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data statistik direktorat jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) di propinsi Bali pada tahun 2006 terdapat lima perusahaan yang bergerak di bidang usaha karang. Tetapi survai hanya dilakukan pada salah satu perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil survai diketahui bahwa perusahaan yang menjadi objek survai berperan ganda dalam usaha transplantasi karang, yaitu sebagai produsen dan distributor. Sedangkan penelitian ini dibatasi pada kegiatan perusahaan sebagai produsen. Dalam hal sebagai produsen, perusahaan melakukan kerjasama operasional bersama masyarakat pesisir. Dimana perusahaan menyediakan sarana dan prasarana produksi sedangkan masyarakat bertindak sebagai pemelihara karang transplantasi mulai dari bibit sampai panen. Kegiatan pemeliharaan oleh masyarakat biasanya dilakukan pada saat air laut surut yaitu pada pagi hari atau sore hari. Intensitas yang dilakukan masyarakat pesisir dalam memelihara karang transplantasi dalam satu bulan berkisar selama 12 hari. Sehingga pada waktu libur digunakan untuk kegiatan usaha lain seperti budidaya rumput laut. Masa pemeliharaan oleh masyarakat pesisir sampai dengan panen berkisar antara 6 sampai 8 bulan. Adapun daerah kerjasama operasional antara perusahaan dan nelayan yang menjadi objek penelitian adalah daerah Serangan dan Sanur yang berada di Kotamadya Denpasar dengan melibatkan masyarakat pesisir sebanyak 30 orang. Transplantasi Karang Usaha transplantasi karang dilakukan melalui tahap – tahap kegiatan sebagai berikut : a. Pemilihan Lokasi Lokasi untuk transplantasi karang diutamakan pada daerahdaerah terumbu karang yang telah mengalami kerusakan tetapi masih memenuhi syarat
bagi kehidupan karang. Kondisi oseanografis yang memenuhi syarat dalam melakukan transplantasi karang antara lain meliputi : suhu 2529 o C, salinitas 33 35 o /oo, pH 8,08,5, fosfat 0,020,06 ppm, nitrat 0,040,05 ppm, kedalaman 212 meter dengan dasar perairan terdiri dari pecahan karang (rubble) atau berpasir. b. Pelekatan stek Koloni karang yang dipersiapkan sebagai induk dipotongpotong dengan ukuran stek 35 cm. Stek karang hasil pemotongan koloni karang ditempatkan pada wadah yang telah berisi air laut. Masingmasing potongan tersebut kemudian ditempelkan dengan lem pada substrat buatan / tatakan (artificial base coral). Setiap tatakan diberi tagging yang berisi kode jenis karang, pemilik kuota, urutan turunan dari alam dan urutan penanaman. Pemberian tagging dapat mempermudah dalam pengontrolan baik terhadap pertumbuhan maupun keberadaan karang. Dalam waktu 1020 menit setelah penempelan, bibit karang kemudian ditempatkan pada meja budding yang berfungsi sebagai media sementara di dalam akuarium yang berisi air laut. c. Persemaian Bibit karang yang telah ditransplantasi dibawa ke laut dengan cara diletakkan pada rakrak besi yang telah ditanam di dasar laut. Penempatan bibit juga diatur berdekatan menurut populasi sejenis, populasi berlainan jenis tetapi bergenus sama dan populasi dari genus yang berlainan, tergantung dari bentuk interaksi yang terjadi pada species tersebut. Padat penebaran dalam satu rak besi ukuran 2 m x 1 m berkisar sekitar 300 bibit karang, tergantung species yang ditebar. d. Pembesaran dan Pemeliharaan Pada fase ini karang hasil transplantasi akan mengalami proses adaptasi lingkungan dan tahan dari pengaruh pemotongan. Bibit karang yang telah disemaikan pada rakrak besi didasar laut membutuhkan pemeliharaan yang intensif untuk mendapatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang baik. Keterlibatan manusia dalam fase ini hanya pada kegiatan pengontrolan seperti : pembersihan karang dari bio foulling, kompetitor dan kontrol terhadap predator dan gangguan lingkungan lainnya. Intensitas pembersihan bibit dilakukan tergantung menurut umur tanam, musim dan kondisi perairan. Pada kondisi perairan normal, pembersihan bibit dibawah 2 bulan dilakukan setiap dua minggu sekali dan setelah berumur 3 bulan ke atas dilakukan setiap sebulan sekali. Sementara itu pada musimmusim penghujan atau pada kondisi perairan
mengalami peningkatan kekeruhan serta pada musim dimana jenisjenis alga tertentu berkembang pesat di perairan, maka intensitas pembersihan dilakukan setiap minggu sekali untuk semua umur bibit yang disemaikan. Lama waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan karang transplantasi tergantung dari jenis, laju pertumbuhan karang, bentuk pertumbuhan, dan kondisi lingkungan lokasi pemeliharaan. Pertumbuhan karang transplantasi yang normal ditandai dengan pertumbuhan jaringan pada bagian dasar yang menyatu dengan substrat dan menutupi bagian permukaan dari substratnya dan adanya pertumbuhan tunastunas baru. e. Pemantauan Pemantauan terhadap bibit yang ditanam meliputi pengukuran pertumbuhan dan penghitungan karang yang mati. Parameter pertumbuhan yang diamati/ dipantau terhadap jenisjenis karang branching meliputi ukuran tinggi maksimum koloni, diameter maksimum koloni dan jumlah cabang. Sedangkan terhadap jenisjenis karang non branching diukur tinggi maksimum atau lebar maksimum koloni karang. Penghitungan kematian karang yang ditransplantasi dilakukan dengan cara mengumpulkan (menarik kembali) bibit yang telah mengalami kematian. Tandatanda bibit yang mengalami kematian antara lain seluruh koloni diselimuti alga, koloni berwarna pucat atau berubah warna menjadi gelap jika sudah mengalami kematian yang cukup lama. Penghitungan jumlah cabang terhadap jenisjenis karang branching dilakukan terhadap jumlah cabang primer, cabang sekunder dan cabang tersier. f. Pemanenan Karang hasil transplantasi setelah mencapai ukuran yang memenuhi syarat untuk restocking dan pemanfaatan lainnya selanjutnya ditangani dan dilakukan secara hatihati agar kondisi karang tetap sehat, segar, tidak cacat dan tidak stres. Lama waktu yang diperlukan untuk memelihara karang sampai dengan ukuran 12 cm – 15 cm (ukuran restocking) adalah 6 bulan kecuali untuk jenis Caulastrea sp dan Euphyllia sp diperlukan pemeliharaan selama 8 bulan. Karang tersebut selanjutnya dapat diekspor dan sebagian dijadikan indukan dan menghasilkan anakan baru. Sehingga penerapan teknologi transplantasi karang ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Persyaratan Perdagangan Karang Hias Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan potongan jenisjenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk karang hias yang akan diperdagangkan, dengan mengikuti prosedur sebagai berikut : a. Transplantasi karang untuk tujuan perdagangan karang hias hanya boleh dilakukan oleh pengusaha karang hias yang sudah mempunyai izin sebagai eksportir karang hias. b. Jenisjenis karang hias yang dibiakkan adalah jenisjenis karang hias yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium, dan tidak diperdagangkan sebagai karang mati. c. Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias merupakan bagian dari kuota karang hias yang telah memperoleh persetujuan d. Sebelum pembiakan dilakukan, pengusaha harus melaporkan kepada lembaga yang ditunjuk untuk menginformasikan kapan penanaman bibit karang hias itu dimulai, lokasi pembiakan, jumlah dan jenis karang hias yang akan ditanam (Warta Praja, 2008) Kelayakan Usaha Aspek Finansial Kelayakan Usaha Aspek Finansial kegiatan usaha transplantasi karang pada perusahaan yang menjadi objek penelitian diketahui dengan melakukan analisis kelayakan finansial jangka pendek (satu tahun) dan jangka panjang (10 tahun). Untuk melakukan analisis kelayakan usaha baik untuk jangka pendek maupun panjang maka komponen biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Dalam rangka kegiatan usaha transplantasi karang, modal investasi yang diperlukan pada tahun pertama investasi adalah sebesar Rp. 234.442.745,. Sedangkan modal kerja yang dibutuhkan dalam satu tahun adalah sebesar Rp.352.769.253,. Sedangkan karang yang ditransplantasi dalam satu tahun adalah sebesar 70.781 unit dan menghasilkan karang yang dapat dipanen sebanyak 49.547 unit. Banyaknya karang yang dapat dipanen terutama dipengaruhi oleh cara pemeliharaan oleh nelayan dan kondisi alam. Adapun rincian lengkap biaya investasi dan biaya tetap dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut.
Tabel 2. Biaya Investasi Transplantasi Karang Investasi Tanah Bangunan Alat Transportasi Alat Produksi Perlengkapan Selam Perlengkapan Lain Perlengkapan Kantor
Nilai (Rp)
Persentase (%)
59350000 60225000 81055000 17591945 7611400 266400 8343000
25.32 25.69 34.57 7.50 3.25 0.11 3.56
Jumlah 234442745 Sumber : Data Primer, diolah (2006)
100.00
Tabel 3. Biaya Tetap Transplantasi Karang Jenis Biaya
Jumlah
Sewa Tanah
5935000
Penyusutan Bangunan
6022500
Penyusutan Peralatan Produksi
3577094.5
Penyusutan Peralatan Kantor
1363600
Penyusutan Alat Transportasi
10211000
Penyusutan Perlengkapan Selam
2363640
Penyusutan Perlengkapan Lain Biaya Pemeliharaan Gaji Karyawan
252300 4753027.45 42491900
Telepon
3000000
Listrik
24000000
Legalisasi
691500
Alat Tulis Kantor
750000
Retribusi
525000
PBB
351215
TFC
106287777
Sumber : Data Primer, diolah (2006) Dalam komponen biaya variabel, ongkos pemeliharaan sebesar Rp. 173.413.450, menunjukkan upah yang diterima masyarakat pesisir yang memelihara karang transplantasi milik perusahaan. Dimana pada usaha ini melibatkan 30 orang masyarakat pesisir. Sehingga rata – rata pendapatan masyarakat sebesar Rp. 5.780.448, per tahun. Pendapatan masyarakat pesisir yang diperoleh dari upah memelihara karang transplantasi ditentukan oleh jumlah karang transplantasi yang dihasilkan. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan dalam satu tahun usaha transplantasi karang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. Biaya Variabel Transplantasi Karang Jenis Biaya
Banyak
Bensin
Satuan
Harga Satuan
Harga Total
2588.3
liter
4500
11647350
236
unit
157000
37042057
Tatakan
56625
unit
200
11324960
Tagging
56625
unit
195
11041875
Lem
353.905
kg
32000
11324960
Semen
353.905
kg
1000
353905
Rak Meja Besi
Pembelian Induk
24811081
Ongkos Pemeliharaan
49547
unit
3500
TVC
173413450 280959638
Sumber : Data Primer, diolah (2006) Produk yang dihasilkan dari panen transplantasi karang didominasi oleh jenis karang Acropora sp dan Montipora sp. Sedangkan harga masing – masing karang adalah sama yaitu sebesar Rp. 14.271, ( US$ 1,5) kecuali jenis Caulastrea sp dan Euphyllia sp yaitu sebesar Rp.19.028, (US$ 2). Setiap harga dinilai dengan US$ karena seluruh produk untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Adapun daftar hasil panen selama satu tahun disajikan pada tabel berikut. Tabel 5. Total Panen dan Penjualan Karang Transplantasi Selama Satu Tahun Species Acropora sp
Tanam
Panen
Jual
(Unit)
(Unit)
(Unit)
Harga per Unit (Rp)
Harga Total (Rp)
27290
19103
9552
14271
194727795
Blastomousa sp
267
187
84
14271
1714661
Echinophora sp
772
61
27
14271
4957745
87
448
202
14271
558710
Favites sp Galaxea sp
2190
386
174
14271
14064071
Hydnopora sp
640
9691
4361
14271
4110048
Merulina sp
551
55
25
14271
3538494 88905476
Montipora sp
13844
1278
575
14271
Pachyceris
78
2295
1033
14271
500912
Pavona sp
1825
1565
704
14271
11720059
Pocillopora
3279
3433
1545
14271
21057574
Porites
2236
1951
878
14271
14359480
Seriatophora sp
4904
526
237
14271
31493243
Stylophora sp
2787
397
179
14271
17897975
Tubipora sp
751
620
279
14271
4822884
Turbinaria sp
567
5480
2466
14271
3641246
Caulastrea sp Euphyllia sp Jumlah
885
540
243
19028
7577901
7828
1533
690
19028
67028033
70781
49547
23251
Sumber : Data Primer, diolah (2006)
492676306
Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan baik untuk jangka pendek (satu tahun) maupun jangka panjang (sepuluh tahun) usaha transplantasi karang adalah layak. Hal ini bisa diketahui dari nilai berbagai komponen analisis kelayakan finansial yang memenuhi syarat kelayakan finansial. Adapun nilai hasil analisis kelayakan finansial disajikan pada tabel berikut. Tabel 6. Hasil Analisis Finansial Jangka Pendek dan Jangka Panjang Transplantasi Karang Jangka Pendek Nilai Keuntungan Rp. 40.431.464,/ tahun Rentabilitas 17,25 % Revenue/ Cost ratio 1,10 Break Even Poin Rp. 296.907.369,/ tahun atau 29.215 unit/ tahun Jangka Panjang Net Present Value Rp. 643.156.712, Net Benefit/ Cost ratio 6,56 Internal Rate Return 73,26 % Payback Periode 1,98 tahun Sumber : Data Primer, diolah (2006) Keberadaan kegiatan usaha transplantasi karang telah memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Lapangan pekerjaan baru terbuka, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir atau nelayan. Pendapatan daerah dan perolehan devisa negara juga meningkat. Peran Transplantasi Karang dan Program Kelestarian Terumbu Karang Transplantasi atau penanaman terumbu karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan terumbu karang, (4). Untuk tujuan pariwisata (5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.) Untuk tujuan penelitian. Selama ini upaya transplantasi jarang dilakukan, selain keterbatasan sumberdaya sosialisasi terhadap upaya ini masih minim padahal transplantasi merupakan cara satusatunya untuk mempercepat pertumbuhan terumbu karang. Pahadal selain sederhana dan biayanya pun relatif murah. Dewasa ini pembangunan sektor perikanan dan kelautan selalu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Hal ini merupakan peluang bagi
usaha transplantasi karang. Dimana usaha transplantasi karang berkaitan erat dengan program pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem terumbu karang. Pengembangan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai institusi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu institusi yang mengembangkan program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang adalah COREMAP yang menyampaikan informasi mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia. Selain itu juga terdapat Yayasan Bahtera Nusantara yaitu sebuah LSM lokal Bali yang memiliki misi pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan berbasis masyarakat. Didirikan sejak tahun 2000 di Bali dengan fokus utama program yaitu reformasi penangkapan ikan dengan caracara merusak (destructive fishing reform), monitoring terumbu karang seBali (coral monitoring) dan pendidikan lingkungan hidup kelautan (marine conservation education). Selanjutnya ada The Nature Conservancy (TNC) yaitu salah satu lembaga konservasi terkemuka di dunia dengan misi melestarikan flora, fauna dan komunitas alami yang mewakili keanekaragaman di bumi dengan cara melindungi tanah dan air yang dibutuhkan untuk tetap hidup. TNC bekerja di 35 negara dan bekerja di Indonesia sejak tahun 1991. Program kelautan TNC Indonesia dibangun sejak tahun 2000 berkantor di Bali dengan nama Coral Triangle Center (CTC) yang membawahi kantor lapangan Komodo (NTT), Derawan (Kalimantan Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Raja Ampat (Papua Barat) dan Nusa Penida (Bali). Kemudian ada Conservation International Indonesia (CII) yaitu salah satu lembaga konservasi terkemuka di dunia dengan misi melestarikan keanekaragaman hayati di muka bumi sebagai warisan alam untuk kelangsungan hidup generasi mendatang secara spiritual, kultural dan ekonomi dan menunjukan bahwa manusia dapat hidup secara harmonis dengan alam. CI bekerja 40 negara dan bekerja di Indonesia sejak tahun 1997. Program kelautan CI dimulai tahun 2004 berkantor di Bali dengan fokus program kerja di bentang kepala burung (Raja Ampat dan Kaimana), Bentang laut Sulu Sulawesi (Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara), serta Nusa Penida dan Bali Selain organisasi tersebut masih ada beberapa organisasi lokal maupun internasional yang bergerak dalam pelestarian terumbu karang. Banyaknya institusi yang peduli terhadap pelestarian terumbu karang di Indonesia
merupakan modal berharga dalam pengelolaan wilayah ekosistem terumbu karang yang bertanggung jawab. Dengan mengoptimalkan kerjasama antara pengusaha transplantasi karang, masyarakat lokal, institusi atau organisasi pelestarian terumbu karang dan pemerintah lokal sehingga mampu menjadikan transplantasi karang sebagai bagian usaha pengelolaan terumbu karang yang efektif disamping sebagai pilihan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir.
KESIMPULAN DAN SARAN Transplantasi karang adalah mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian di ‘letakkan’ di tempat tertentu. Kegiatan transplantasi karang dimulai dengan pemilihan lokasi pembesaran, pelekatan stek, persemaian, pembesaran dan pemeliharaan, pemantauan dan pemanenan. Berdasarkan analisis finansial usaha baik jangka pendek (1 tahun) dan panjang (10 tahun) usaha transplantasi karang adalah layak dan menyerap tenaga kerja pada daerah pesisir. Kegiatan transplantasi karang dapat memberikan
kontribusi pendapatan rata – rata sebesar Rp. 5.780.448, per tahun per orang bagi 30 orang masyarakat pesisir. Dengan demikian kegiatan ini dapat berperan sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat pesisir. Selain memberikan manfaat ekonomi, transplantasi karang juga bisa dimanfaatkan dalam rangka upaya pelestarian sumberdaya perairan khususnya ekosistem terumbu karang. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan agar melakukan identifikasi lokasi dan studi kelayakan terhadap daerah yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi transplantasi karang usaha transplantasi karang. Sehingga dapat menjadi alternatif usaha masyarakat pesisir dan sebagai upaya pelestarian ekosistem terumbu karang. Kemudian perlu adanya kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan transplantasi karang, pengusaha lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Government Organitation (NGO) yang bergerak dalam pelestarian terumbu karang dalam menentukan upaya yang harus dilakukan. Disisi yang lain Pemerintah membuat regulasi yang mengatur keseimbangan penawaran dan permintaan jumlah karang yang dihasilkan untuk menjaga harga jual produk yang optimal dengan kelestarian terumbu karang tetap terjaga. Sedangkan LSM bersama masyarakat konsisten melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas usaha transplantasi.
DAFTAR PUSTAKA Asriningrum, W; A. Dault dan P. Arifin. 2004. Studi Identifikasi Karakteristik Terumbu Karang Untuk Pengelolaan Dan Penentuan Pulau Kecil Menggunakan Data Landsat. Makalah Diskusi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana, Program S3/TKL Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta. Mawardi, W. 2004. Ekosistem Terumbu Karang Peranan, Kondisi dan Konservasinya. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Primyastanto, M., dkk. 2005. Perencanaan Usaha (Bussines Plan) Sebagai Aplikasi Ekonomi Perikanan. Bahtera Press. Malang. Rachman, A dan Mudhita, M. (2002). Giant Clams Culture: a Model For Sustainable Seafarming Management. In: W. Kastoro, et al (Eds) Proceedings on Mariculture in Indonesia. LIPI–Norway Coorporation Programs. Mataram, Lombok. Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. J & J Learning. Yogyakarta. Tomascik, T. , A.J. Mah, A.Nontji, dan M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas. Periplus Editions. www.bppt.go.id, 2006 www.wartapraja.wordpress.com, 2008
Lampiran Tabel 7. Cashflow Usaha Transplantasi Karang Tahun ke Uraian
No
I
II
df = 0,13 Inflow Benefit Penjualan Nilai Sisa Gross Benefit (GB) PVGB Jumlah PVGB Outflow Benefit Investasi Awal Penambahan Investasi Biaya Operasional Biaya Perawatan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
t0
t1
t2
t3
t4
t5
t6
t7
t8
t9
0.8849558
0.7831467
0.6930502
0.6133187
0.5427599
0.4803185
0.4250606
0.3761599
0.3328848
0.29458835
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306
492676306 435996731
492676306 385837815
492676306 341449394
492676306 302167605
492676306 267404960
492676306 236641558
492676306 209417308
492676306 185325051
492676306 164004470
492676306 59657800 552334106 162711192 2690956083
1251012 310277353 4753027
6084014 310277353 4753027
2024416 310277353 4753027
6241018 310277353 4753027
31345020 310277353 4753027
6814422 310277353 4753027
1294024 310277353 4753027
6241026 310277353 4753027
2024428 310277353 4753027
233614375 310277353 4753027
1
234442745 145010
2015 t10
Gross Cost (GC)
234587755
316281392
321114394
317054796
321271398
346375400
321844802
316324404
321271406
317054808
548644755
PVGC Jumlah PVGC Net Benefit
234587755
279895037
251479673
219734878
197041765
187998690
154588021
134457055
120849408
105542737
(234587755)
176394914
171561912
175621510
171404908
146300906
170831504
176351902
171404900
175621498
161624352 2047799371 3689351
PVNB
(234587755)
156101694
134358142
121714516
105125840
79406270
82053536
74960253
64475643
58461733
1086840
NPV
643156712
Net B/C
6.56
IRR Estimate
0.13
IRR PP
0.7326 1.98
tahun