Teras Ramadhan Padek
Selamat Datang Ramadhan Oleh, H. Mas’oed Abidin Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai hudan (petunjuk) bagi manusia dan bayyinaat minal huda (penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk) itu dan furqan (pembeda antara yang hak dan yang bathil). “ Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa di bulan itu. Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 185) Setiap kali bulan Ramadhan datang, semasa hidupnya Baginda Rasullullah Shallahu 'Alaihi Wassallam, selalu beliau menyambut kedatangan bulan ini dengan perasaan haru, gembira dan penuh harap. Baginda Rasulullah, mengelu-elukan kedatangan bulan suci Ramadhan ini, dengan ucapan "Ahlan wa sahlan, wamarhaban yaa syahral mubarak". Artinya, selamat datang dengan penuh kegembiraan dan penuh harap kasih sayang, kami sambut kedatangan- mu, wahai bulan yang membawa keberkatan. Begitu kira-kira, Baginda Rasulullah mempersiap-kan diri dalam menerima bulan yang suci ini. Ketika Ramadhan akan masuk, Baginda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada manusia ... “Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malammalam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amalamalmu diterima dan do’a-do’amu di ijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membim-bingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitabnya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedakahlah kepada kaum fuqoro dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persau-daraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihani manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo’a pada waktu shalatmu, karena itulah saat-
saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab meraka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan do’a mereka ketika mereka ber-do’a kepadaNya. Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan bersujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul ‘alamin.” (HR.Khuzaiymah dan Ibnu Hibban dari Salman Al Farisi) Kebesaran bulan Ramadhan, terletak pada ibadah yang terkandung di dalamnya. Juga terletak kepada kemuliaan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas bulan itu. Yang paling istimewa adalah, bahwa Allah Ta’ala telah memberikan nama untuk bulan ini, yakni Ramadhan. Bukti itu terlihat dalam Wahyu Allah di Surah Al Baqarah, ayat 185, seperti tertera pada mukaddimah tulisan ini. Tidak ada penamaan urutan nama-nama bulan di dalam Al Qur'an, kecuali hanya untuk bulan ini. Yaitu Syahru Ramadhan, dalam bahasa Indonesia disebut bulan Ramadhan. Dalam rumpun bahasa Al Qur'an atau Arab, Ramadhan berakar dari kata Ramadhan artinya pembakaran. Baginda Rasulullah mengartikan, innama summiyya Ramadhan li annahu yarmidhu dzunuuba. Yang artinya, sungguh hanya dinamakan bulan Ramadhan karena di sana kesempatan membakar dosa. Membakar dosa berarti, bahwa di dalam bulan ini umat manusia, lebih khusus lagi orang beriman, berkesempatan menghapuskan dosa-dosanya melalui ibadah yang khusus pula ada di bulan Ramadhan ini. Ibadah khusus di bulan ini ialah shaum (puasa) wajib. Wajibnya terletak kepada dijadikan puasa ramadhan itu, merupakan satu arkaan atau rukun Islam. Seorang Muslim, belum lengkap sebagai muslim, jika dia meninggalkan shaum (puasa) Ramadhan ini. Wassalam, <
[email protected] >