SEKOLAH TAK HANYA SOAL JUARA Oleh : HAMDANIF AIQ, S.Pd.SD Guru SDN 07 Kototinggi Kab. Lima Puluh Kota Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan seseorang dapat menjadi manusia yang berkualitas, berwawasan yang luas dan jauh dari kebodohan. Untuk mendapatkan pendidikan, pada umumnya masyarakat Indonesia menempuh jalur pendidikan formal di bangku sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga ke perguruan tinggi. Sekolah merupakan tempat mengembangkan potensi seorang anak menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik, ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Namun, pada kenyataannya sekolah lebih banyak dipandang sebagai tempat mencari ilmu pengetahuan saja, sehingga aspek pembentukan sikap dan karakter sering diabaikan. Hal ini dapat kita lihat dari kecendrungan masyarakat Indonesia yang lebih memandang pentingnya memiliki anak dengan nilai pengetahuan yang tinggi, daripada nilai sikap yang baik. Para orang tua biasanya merasa bangga jika anak-anaknya pulang dengan nilai yang tinggi, dan orang tua akan merasa kecewa jika melihat nilai pengetahuan anaknya rendah meskipun gurunya telah menyampaikan bahwa si anak telah bersikap baik di sekolah. Saat ini, sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang tua untuk berlomba-lomba saling membanggakan nilai yang diperoleh anak-anak mereka di sekolah. Bahkan wujud dari kebanggaan ini menjadi tren ajang pamer prestasi anak melalui media sosial. Orang tua yang memiliki anak dengan nilai yang tinggi, dengan penuh kebanggaan akan memposting nilai tersebut di akun media sosial masing-masing, dan memberi caption semenarik mungkin. Apa sebenarnya tujuan dari semua ini ? Tak dapat dipungkiri, salah satu tujuannya adalah agar orang lain dapat mengetahui bahwa mereka memiliki anak yang hebat, meskipun dibalik itu mungkin terselip rasa syukur atas karunia yang diberikan Tuhan. Jarang orang tua yang dengan bangga, memposting nilai anaknya yang rendah dan memberikan dukungan bahwa baginya angka-angka yang tertulis di laporan hasil belajar itu, tak lebih penting dari sikap dan karakter anaknya yang baik. Padahal tidak ada gunya seorang anak memiliki nilai pengetahuan yang bagus jika tidak diikuti dengan sikap dan karakter yang baik. Tak hanya orang tua, para guru sebagai pilar pendidikan pun masih banyak yang lebih mengutamakan nilai pengetahuan daripada aspek sikap dan karakter seorang anak. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu saja hal ini tidak lepas dari sistem perangkingan yang masih dilaksanakan antar sekolah baik di tingkat gugus, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi bahkan di tingkat nasional. Perangkingan yang dilakukan, biasanya hanya merangking nilai
pengetahuan yang jelas standar pengukurnya. Sedangkan nilai sikap tidak pernah dilakukan perangkingan, sebab untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sikap tidaklah semudah mengukur nilai pengetahuan. Sebagai contoh, perangkingan nilai pengetahuan yang selalu dilakukan adalah nilai UN atau UASBN, yang setiap tahun selalu menjadi momok dan beban bagi guru dan sekolah. Guru bahkan sekolah akan merasa malu jika pada saat perangkingan dilaksanakan, siswanya berada pada peringkat yang rendah. Sehingga para guru akan berusaha sekuat tenaga agar nilai pengetahuan siswanya bagus, dan mendapat peringkat terbaik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah yang mendapat peringkat nilai tertinggi, akan merasa bangga, sehingga akan dipandang sebagai sekolah yang berkualitas, bahkan tak jarang peringkat nilai ini menjadi ajang bagi guru-guru dan sekolah untuk pamer kehebatan masing-masing. Sementara sekolah yang mendapat nilai rendah, akan merasa malu dan tak jarang akan dipandang sebelah mata. Padahal sekolah tak hanya soal siapa yang juara dan siapa yang kalah, melainkan siapa yang mampu menciptakan generasi yang dapat bersaing di segala bidang baik ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga mampu mewujudkan bangsa yang maju di masa yang akan datang. Kita dapat bercermin dari semua kejadian yang terjadi di bangsa ini, banyak orang-orang hebat dengan ilmu pengetahuan yang tinggi, namun gagal dalam sikap dan karakter sehingga tak mampu menahan diri untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari aturan, dan harus berhadapan dengan hukum. Kita memang membutuhkan generasi muda yang pintar dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas, namun ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas harus diikuti dengan sikap dan karakter yang baik, agar tercipta generasi yang tangguh dan mampu mewujudkan Indonesia yang maju dan bermartabat. Sudah saatnya orang tua dan guru memperbaiki pandangan mengenai seorang anak. Seorang anak tidak dikatakan hebat hanya saat ia menjadi juara dengan angka-angka tinggi yang tertulis di laporan sekolahnya, namun seorang anak seharusnya lebih dihargai jika ia dapat menjalankan perintah agama sejak dini, mampu bersikap jujur, bisa bergaul dengan teman-teman dan lingkungannya dengan penuh toleransi dan rasa percaya diri, serta mampu menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari penjelasan tujuan pendidikan nasional pada undang-undang tersebut dapat dipahami, bahwasanya tujuan utama pendidikan tidak berorientasi kepada nilai yang tinggi ataupun
juara kelas saja, namun juga mengutamakan pembentukan sikap dan karakter. Seorang anak yang memiliki sikap dan karakter yang baik, biasanya akan mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, sehingga untuk memperoleh nilai yang tinggi pada aspek pengetahuan akan terwujud dengan lebih mudah. Itulah sebabnya mengapa setiap sekolah, guru, dan orang tua harus mulai menyadari bahwa pendidikan yang baik itu adalah pendidikan yang mengajarkan nilai sikap dan karakter serta penanaman konsep pengetahuan yang seimbang dan saling melengkapi. Hal ini bertujuan agar generasi hasil pendidikan dapat menjadi generasi yang cerdas akal dan pikiran serta memiliki budi pekerti yang luhur. Tanggung jawab kita bersama untuk menjadikan sekolah sebagai tempat mendidik seorang anak menjadi jiwa yang terdidik, bukan sebagai tempat yang menjadi ajang kompetisi mencari siapa yang terhebat dan terdepan. Karena sekolah tak sekedar mencari angka-angka, melainkan menjadikan manusia sebagai pribadi bertaqwa dan berilmu yang siap menghadapi tantangan dunia.