Sejarah Awal Pembangkit Listrik Tenaga Gas.docx

  • Uploaded by: Dian
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejarah Awal Pembangkit Listrik Tenaga Gas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,992
  • Pages: 9
1. Sejarah Awal Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Teknologi transmisi dan distribusi jaringan listrik hampir tidak mengalami perubahan selama 100 tahun. Sementara teknologi lain seperti media digital pribadi dan energi yang terdistribusi sudah sangat berkembang, dan perkembangan tersebut gagal diikuti oleh teknologi jaringan listrik. Pada sisi transmisi, yang menjadi permasalahan adalah cukupkah transmisi yang ada untuk mengalirkan listrik yang bersumber dari energi terbarukan ke dalam jaringan transmisi dan distribusi. Karena banyak sumber energi terbarukan yang terletak di lokasi yang sangat jauh dari pusat beban. Untuk saat ini, ada beberapa teknologi jaringan listrik yang bisa dipertimbangkan para pengembang jaringan, yaitu HVDC dan kabel berteknologi nano. High Voltage Direct Current (HVDC), meski bukan merupakan konsep baru, tetapi di Amerika Serikat menjadi perhatian seiring dengan banyaknya energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan yang harus dikirimkan kepada beban. Sektor distribusi menghadapi masalah yang lain lagi, meteran dan laju beban yang bisa timbul dengan adanya pembangkit- pembangkit listrik energi terbarukan skala kecil. Artinya, dibutuhkan sistem jaringan listrik yang ”cerdas”. Untuk mengatur dan mengendalikan listrik masuk ke dalamnya, peralatan pengatur interaktif, pengawasan jaringan, fasilitas penyimpanan energi dan sistem yang bisa memberikan respon adanya permintaan perlu diterapkan. Meng-upgrade infrastruktur transmisi dan distribusi tidak murah dan tidak bisa dapat dilakukan dalam waktu dekat. Menurut Electric Power Research Institute, biaya yang diperlukan untuk upgrading jaringan dengan teknologi ”cerdas” sebesar US$ 100 milyar. Penyedia listrik dan jaringan akan membayar mahal untuk upgrading tersebut, sama halnya dengan para pelanggannya yang akan membayar lebih mahal. Tetapi, walau bagaimanapun, besarnya biaya yang dibutuhkan untuk upgrade sebanding dengan dampak ekonomi yang akan terjadi jika terjadi kegagalan jaringan listrik. Sebagai contoh, di tahun 2003 sebagian wilayah utara Amerika Serikat mengalami black out dan kerugian yang dialami sekitar US$ 6 milyar hanya untuk beberapa hari. Bersamaan dengan ini, akhirnya tenaga listrik dibangkitkan di pusat–pusat listrik (power station) dan menambah pembangkit PLTG, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegannya oleh transformator penaik tegangan yang berada di pusat listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). 2. Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah dua benda dengan satu poros yang sama. Jadi, jika turbin berputar, secara otomatis generator pun ikut berputar. Dan jika generator berputar, maka generator akan menghasilkan beda potensial pada medan magnetnya yang akan menghasilkan energi listrik. Skema PLTG

(Sumber: http://veronica.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54041/Pertemuan+8.pdf) 

Komponen Utama PLTG  Turbin Gas (Gas Turbine) Berfungsi untuk mengubah energi gerak gas menjadi energi mekanik  Kompresor (compressor) Berfungsi untuk meningkatkan temperatur dan teanan udara  Ruang Bakar (combustor) Berfungsi untuk membakar bahan bakar engan menghembuskan udara yang telah dinaikkan temperatur dan tekanannya di kompresor



Komponen Pendukung PLTG  Air Intake Berfungsi mensuplai udara bersih kedalam kompresor  Load Gear







Load Gear atau main Gear adalah roda gigi penurun kecepatan putaran yang dipasang diantara poros Turbin Compressor dengan poros Generator. Jaringan listrik di Indonesia. Memilii frekwensi 50 Hz, sehngga putaran tertinggi generator adalah 3000 RPM, sedangkan putaran turbin ada yang 4800 RPM atau lebih. Blow off valve Berfungsi mengurangi besarnya aliran udara yang masuk kedalamkompressor utama atau membuang sebagian udari dari tingkat tertentu untukmenghindari terjadi stall tekanan udara yang besar dan tiba-tiba terhadap suhukompresor yang menyebabkan patahnya suhu kompresor). VIGV (Variavle Inlet Guide Fan) Berfungsi penyalaan awal atau start up. Campuran bahan bakar dengan udara dapat menyala oleh percikan bunga api dari ignitor yangterpasang di dekat fuel nozzle burner dan campuran bahan bakar menggunakan bahan bakar propane atau LPG. Lube oil system Berfungsi memberikan pelumasan dan juga sebagai pendingin bearingbearing seperti beraring turbin, kompressor, generator. Memberikan minyak pelumas ke jacking oil system, memberikan suplai minyak pelumas ke power oilsystem. Sistem pelumas di dinginkan oleh pendingin siklus tertutup.









Hydraulic Rotor Varring Rotor bearing system terdiri dari : DC pump, ManualPump, Constant pressure valve, pilot valve, hydraulic piston rotor barring. Rotor barring beroperasi pada saat unit stand by dan unit shutdown (selesai operasi). Rotor barring on < 1 rpm. Akibat yang timbul apabila rotor barring bermasalah ialah rotor bengkok dan pada saat start up akan timbul vibrasi yang tinggi dan dapat menyebabkangas turbin trip. Exhaust fan oil vapour Berfungsi utama membuang gas-gas yang tidak terpakai yangterbawa oleh minyak pelumas setelah melumasi bearing-bearing turbin, kompressordan generator. Fungsi lain adalah membuat vaccum di lube oil tank yang tujuannyaagar proses minyak kembali lebih vepat dan untuk menjaga kerapatan minyak pelumasdi bearing-bearing (seal oil) sehingga tidak terjadi kebocoran minyak pelumas sisi bearing. Power Oil System Berfungsi mensuplai minyak pelumas ke:  Hydraulic piston untuk menggerakan VIGV  Control-control valve (CV untuk bahan bakar dan CV untuk air)  Protection dan safety system (trip valve staging valve) Terdiri dari 2 buah pompa yang digerakan oleh 2 motor AC. Jacking Oil System Berfungsi mensuplai minyak ke journal bearing saat unit shutdown atau standby dengan tekanan yang tinggi dan membentuk lapisan film di bearing. Terdiri dari 6 cylinder piston-piston yang mensuplai ke line-line:  Dua line mensuplai minyak pelumas ke journal bearing.  Dua line mensuplai minyak pelumas ke compressor journal bearing.  Satu line mensuplai minyak pelumas ke drive end generator journal bearing.  Satu line mensuplai minyak pelumas ke non drive end generator journal bearing.

3. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut. Mula-mula udara dimasukkan ke dalam kompresor dengan melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut. Pada kompresor, tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar. Disini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik. Turbin gas suatu PLTG berfungsi untuk mengubah energi yang terkandung di dalam bahan bakar menjadi mekanis. Fluida kerja untuk memutar Turbin Gas adalah gas panas yang diperoleh dari proses pembakaran. Proses pembakaran memerlukan tiga unsur utama yaitu : 1. Bahan Bakar 2. Udara 3. Panas

Dalam proses pembakaran ini bahan bakar disuplai oeh pompa bahan bakar (fuel oil pump) apabila digunakan bahan bakar minyak, atau oleh kompresor gas apabila menggunakan bahan bakar gas alam. Pada umumnya kompresor gas disediakan oleh pemasok gas tersebut. Udara untuk pembakaran diperoleh dari kompresor utama, sedangkan panas untuk awal pembakaran dihasilkan oleh ignitor (busi). Proses pembakaran dilaksanakan didalam Combustion Chamber (ruang bakar). Energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin gas digunakan untuk memutar generator listrik, sehingga diperoleh energi listrik. Tentu saja untuk dapat berjalannya operasi PLTG dengan baik perlu dilengkapi dengan alat-alat bantu, kontrol, instrumentasi, proteksi, dan sebagainya. 4. Siklus Termodinamika PLTG Siklus kerja dari PLTG biasa dsebut dengan siklus Brayton. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Skema Siklus Brayton (b) Diagram P-V Siklus Brayton (c) Diagram T-s Siklus Brayton

(Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brayton_cycle) Siklus Brayton melibatkan tiga komponen utama yakni kompresor, ruang bakar (combustion chamber), dan turbin. Media kerja udara atmosfer masuk melalui sisi inlet kompresor, melewati ruang bakar, dan keluar kembali ke atmosfer setelah melewati turbin. Fenomena-fenomena termodinamika yang terjadi pada siklus Brayton ideal adalah sebagai berikut: (1-2) Proses Kompresi Isentropik Udara atmosfer masuk ke dalam sistem turbin gas melalui sisi inlet kompresor. Oleh kompresor, udara dikompresikan sampai tekanan tertentu diikuti dengan volume ruang yang menyempit. Proses ini tidak diikuti dengan perubahan entropi, sehingga disebut proses isentropik. Proses ini ditunjukan dengan angka 1-2 pada kurva di atas. (2-3) Proses Pembakaran Isobarik Pada tahap 2-3, udara terkompresi masuk ke ruang bakar. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar, dan diikuti dengan proses pembakaran bahan bakar tersebut. Energi panas hasil pembakaran diserap oleh udara (qin), meningkatkan temperatur udara, dan menambah volume udara. Proses ini tidak mengalami kenaikan tekanan udara, karena udara hasil proses pembakaran bebas berekspansi ke sisi turbin. Karena tekanan yang konstan inilah maka proses ini disebut isobarik.

(3-4) Proses Ekspansi Isentropik Udara bertekanan yang telah menyerap panas hasil pembakaran, berekspansi melewati turbin. Sudu-sudu turbin yang merupakan nozzle-nozzle kecil berfungsi untuk mengkonversikan energi panas udara menjadi energi kinetik. Sebagian energi tersebut dikonversikan turbin untuk memutar kompresor. Pada sistem pembangkit listrik turbin gas, sebagian energi lagi dikonversikan turbin untuk memutar generator listrik. Sedangkan pada mesin turbojet, sebagian energi panas dikonversikan menjadi daya dorong pesawat oleh sebentuk nozzle besar pada ujung keluaran turbin gas. (4-1) Proses Pembuangan Panas Tahap selanjutnya adalah pembuangan udara kembali ke atmosfer. Pada siklus Brayton ideal, udara yang keluar dari turbin ini masih menyisakan sejumlah energi panas. Panas ini diserap oleh udara bebas, sehingga secara siklus udara tersebut siap untuk kembali masuk ke tahap 12 lagi.

Berdasarkan Siklusnya Turbin gas diklasifikasikan menjadi Siklus Bryton Terbuka dan Siklus Bryton Tertutup

(a) Siklus Bryton Terbuka (b) Siklus Bryton Tertutup (Sumber: http://catatan-teknik.blogspot.com/2018/03/efisiensi-siklus-brayton.html ) Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas siklus terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfir, sedangkan untuk siklus tertutup akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam proses awal.

Efisiensi Siklus Brayton Perhitungan energi panas / kalor masuk (qin): qin = h3 - h2 = cp ( T3 - T2 ) Perhitungan energi panas keluar (qout): qout = h4 - h1 = cp ( T4 - T1 )

Perhitungan efisiensi termal (η th): ηth=qin−qoutqin ηth=qinqin−qoutqin ηth=1−cp(T4−T1)cp(T3−T2) ηth=1−(T4−T1)(T3−T2) ηth=1−T1T2(T4T1−1)(T3T2−1)

.......(1)

Karena proses 1-2 dan 3-4 adalah isentropik, dan jika γ adalah rasio kapasitas kalor, maka: T1T2=(P1P2)(γ−1)γ dan T4T3=(P4P3)(γ−1)γ Dan seperti diketahui bahwa P2 = P3 serta P1 = P4, maka: T1T2=T4T3→T4T1=T3T2 Sehingga persamaan (1) menjadi: ηth=1−T1T2=1−(P1P2)(γ−1)γ dimana: η th T1 T2 P1 P2 γ

= efisiensi termal siklus Brayton = temperatur udara inlet kompresor (atmosfer) = temperatur udara outlet kompresor = tekanan udara inlet kompresor (atmosfer) = tekanan udara outlet kompresor = rasio kapasitas kalor (γ udara pada 20°C adalah 1,67)

5. Instrumentasi Dan Sistem Proteksi PLTG Sistem Intrumentasi PLTG

Blok Diagram Sistem Instrumentasi PLTG (Sumber: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SNTIKI/article/download/2868/1779) Keterangan: a. FCV b. PC c. TC

: Fuel Control Valve : Pressure Control : Temperature Control

d. e. f. g. h.

FI VC SC FD Exc

: Flow Indicator : Vibration Control : Speed Control : Flame Detector : Exciter

Penjelasan Blok Diagram : Proses dimulai dari bahan bakar solar atau High Speed Diesel (HSD) yang berada di Ruang Diesel, kemudian dialirkan dengan pompa dan dikontrol oleh Fuel Control Valve (FCV) menuju Ruang Bakar/Combustion. Bersamaan dengan itu, udara yang telah difilter untuk mendapatkan tekanan dan temperaturnya yang sangat tinggi `1digunakan Pressure Control, Temperature Conrol dan diindikasikan dengan Flow Indicator sebagai pendeteksi aliran. Di dalam Ruang Bakar/Combustion terjadi proses pengkabutan antara udara, HSD dan diberi pengapian ignition sehingga terjadi proses pembakaran, hasil pembakaran berupa gas bertekanan dan bersuhu tinggi yang dikontrol menggunakan Temperatur Control dan Pressure Control untuk memutar sudu-sudu turbin, turbin yang terhubung dengan generator menghasilkan energi listrik. Dan generator menghasilkan daya kemudian dikuatkan menggunakan Exciter untuk di distribusikan ke Gardu Induk (GI). Di dalam turbin terdapat pengontrolan vibrasi (getar), Speed Control (kontrol kecepatan) pada bearing-bearing turbin yang berfungsi menjaga agar putaran turbin konstan. Hasil gas untuk pemutar turbin tidak dimanfaatkan, tetapi di buang ke atmosfir atau yang disebut exhaust. Dimana di dalam exhaust terdapat beberapa instrument seperti Temperatur Control dan Pressure Control yang berfungsi sebagai pendeteksi sekaligus mengontrol temperatur dan tekanan yang keluar dari hasil putaran turbin untuk di buang ke udara. Sistem Proteksi PLTG Filosofi dasar dari sistem proteksi adalah bagaimana melindungi sistem tenaga listrik dari ekses gangguan yang terjadi pada sistem dengan cara memisahkan gangguan tersebut dari sistem lainnya dengan cepat dan tepat. Kualitas sistem proteksi yang diinginkan adalah yang cepat,sensitif,selektif dan andal. Cepat berarti, reaksi sistem proteksi tersebut harus secepat mungkin memisahkan daerah yang terganggu dari sistem lainnya, tanpa menimbulkan hal-hal lain yang menimbulkan bentuk gangguan baru pada sistem. Sensitif berarti, sistem proteksi tersebut bereaksi terhadap gangguan yang bagaimanapun kecilnya selama gangguan tersebut termasuk dalam tugasnya. Selektif berarti, sistem proteksi tersebut harus bereaksi dengan tepat, sehingga yang dipisahkan dari sistem hanya bagian yang terganggu, tanpa menyebabkan bagian lain yang tidak seharusnya terpisah dari sistem turut dipisahkan dari sistem. Andal berarti, sistem proteksi tersebut akan bekerja sesuai apa yang diharapkan, dimana keandalan dapat mengacu pada konsep”security”atau”dependability”. Keandalan dengan konsep security berarti, suatu kepastian bahwa sistem proteksi tidak akan salah operasi, yang berarti sistem proteksi tidak akan bereaksi terhadap gangguan yang bukan diperuntukkan kepadanya bagaimanapun besarnya gangguan tersebut, sedangkan keandalan dengan konsep dependability berarti suatu kepastian bahwa sistem proteksi pasti bereaksi untuk kondisi yang dirasakan sebagai kondisi gangguan. Dalam banyak sistem kedua hal di atas tidak mungkin kedua duanya dipenuhi 100%, sehingga banyak sistem yang merupakan sistem kompromi antar keduannya. Kesederhanaan, dimana digunakan peralatan dan rangkaian yang sederhana akan tetapi tujuan tercapai. Ekonomis, dimana dengan biaya yang minimum dapat dicapai fungsi proteksi yang maksimum.

5.1 Alat Sensor

Alat sensor berfungsi untuk mendeteksi perubahan parameter pada sistem dari peralatan yang diproteksi. Alat sensor ini berupa VT (voltage transformer) dan CT (current transformer). 5.2 Relay Proteksi Pada PLTG GE relay proteksi yang digunakan adalah relay numeric yang mana dikendalikan oleh sebuah microprocessor. Relay numeric atau relay digital yang digunakan adalah DGP System. DGP system adalah sebuah mikroprosesor yang dikombinasikan dengan relay digital di mana menggunakan sampling bentuk gelombang dari arus dan tegangan input untuk keperluan proteksi, control, dan memonitor generator. Sampling tadi digunakan untuk menghitung arus dan phasa tegangan yang mana digunakan untuk fungsi alogaritma proteksi. DGP System menggunakan interface MMI (Man Machine Interface) dan DGP LINK software komunikasi yang sesuai dengan GE digital relay system. Di bawah ini beberapa fungsi proteksi yang ada pada DGP System : 1. Stator Differential (87G) Fungsi ini menyediakan Proteksi dengan kecepatan tinggi selama terjadi gangguan phasaphasa, dan tiga phasa didalam stator generator. 2. Current Unbalance (46) Proteksi current unbalance dari DGP sistem menyediakan karakteristik waktu operasi yang cepat sesuai I2² T = K. Sebuah karakteristik linear yang dibuat kira-kira untuk pendinginan mesin sementara pada kondisi arus yang tidak terbatas ( unbalance current ). Didalamya ditambahkan 46T, DGP sistem juga memasukkan sebuah alarm unbalance current (46A) yang mana dioperasikan oleh komponen urutan negative (I2) disesuaikan dengan pick-up dan time delay. 3. Loss of Exicitation (40) Fungsi ini digunakan untuk mendeteksi kekurangan eksitasi pada mesin sinkron. DGP sistem memasukkan dua karakteristik mho, untuk mendeteksi mesin, tiap bagian disesuaikan jangkauan, waktu mati dan pewaktuan. Logika disediakan dalam DGP system untuk memblok fungsi ini dari adanya tegangan urutan negative ( dideteksi oleh sebuah Voltage transformer fuse failure condition) dan sebuah eksternal VTFF Digital input DI6. Eksitasi dapat hilang karena tripnya field breaker, rangkaian terbuka atau hubung singkat pada belitan medan, kerusakan pada regulator, atau hilangnya sumber untuk meyupplai belitan medan. Ketika sebuah generator sinkron kehilangan eksitasi, ini cenderung membuatnya menjadi sebuah generator induksi. Jika ini berlangsung pada kecepatan normal, beroperasi dengan daya yang berkurang, dan penerimaan daya reaktif (VARS) dari sistem. Impedansi ini dilihat oleh relay, relay melihat generator bukan sebagai gangguan tetapi merupakan karakteristik mesin. Aliran daya sebelumnya berkurang akibat eksitasi. Studi mengindikasi bahwa fungsi dari zona mho dapat diset untuk mendeteksi kasus kegagalan eksitasi dalam waktu yang singkat. Dan zona kedua dapat mendeteksi semua kasus kegagalan eksitasi. Setting waktu yang lama dibutuhkan oleh second zone (40-2) untuk keamanan selama kondisi ayunan daya untuk sistem stabil. 4. Antimotoring (32-1) Fungsi ini untuk mengatasi terjadinya aliran daya aktif dari sistem ke generator. Kondisi ini terjadi saat semua atau sebagian prime mover hilang daya putarnya, dan saat itu juga daya yang dibangkitkan kurang dari daya beban. 5. Time overcurrent with voltage restraint (51V) Sebuah sistem harus dapat dilindungi dari gangguan, untuk itu time overcurrent with voltage restraint yang terdapat pada DGP sistem berfungsi untuk sebagai back up protection. 6. Stator Ground (64G1)

Fungsi ini untuk mendeteksi adanya gangguan stator ground fault dengan sebuah impedansi ground yang tinggi pada generator. Pada keadaan normal netral dari belitan stator mempunyai potensial tertutup terhadap ground. 7. Ground Overcurrent ( 51 GN) Fungsi ini untuk mengatasi adanya arus lebih yang terjadi akibat adanya hubung singkat pada generator. Prinsip kerja dari Ground over current sama dengan prinsip kerja overcurrent relay. 8. Over exicitation (24) Fungsi ini untuk mengatasi arus eksitasi yang berlebih pada rotor, eksitasi yang lebih pada generator dapat menaikkan temperatur pada belitan stator akibat arus yang besar sehingga dapat merusak belitan rotor. 9. Overvoltage (59) Fungsi ini untuk mengatasi adanya tegangan lebih pada generator. Tegangan yang berlebih yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat menyebabkan kerusakan isolasi dari belitan stator dan berakibat pada hubung singkat antara belitan. Selain itu overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya overspeed dan merusak pengatur tegangan otomatis (AVR). 10. Undervoltager (27) Fungsi ini untuk mendeteksi mengatasi tegangan yang rendah pada output generator. Apabila generator bekerja pada tegangan yang rendah maka akibat pada beban. Tegangan yang rendah pada generator akan mengakibatkan daya yang dipasok ke beban berkurang sehingga merugikan. Apabila generator berada dalam interkoneksi maka akan mengakibatkan terjadinya aliran daya ke generator. 11. Over and Undefrequency (81) Fungsi ini untuk mendeteksi frekuensi generator, under frequensi dapat meyebabkan membukanya CB sehingga perlu dideteksi, untuk mengatasinya dengan dilakukan dengan menyeimbangkan beban dengan daya yang dibangkitkan. Over frequency dapat meyebabkan over speed, overvoltage sehingga dapat membahayakan generator. 12. Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF) Fungsi ini dapat operate untuk semua Partial loss dari tegangan AC yang disebabkan satu atau lebih blown fuses, jika tegangan AC hilang negative squence voltage detektor akan pickup dan positive squence detector akan akan drop out. 5.3 Circuit Breaker (CB) Circuit breaker berfungsi sebagai switch atau saklar yang memutuskan dan menghubungkan peralatan yang diproteksi dari sistem. Circuit breaker bekerja berdasarkan perintah dari relay. 5.4 Sumber DC Sumber DC yang digunakan pada sistem proteksi Generator PLTG GE berasal dari sebuah batterai dengan tegangan 125 volt. 5.5 Gangguan pada Generator Gangguan pada generator dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Gangguan Listrik (electric fault) 2. Gangguan Mekanis/Panas (mechanical thermal fault) 3. Gangguan Sistem (system fault)

Related Documents


More Documents from "Agus Sugiyono"

Servik.docx
June 2020 46
Cover Inter.docx
May 2020 67
Grafik Modul 1.docx
June 2020 57
Etb12-labfaskes.xlsx
November 2019 77
Kasus 7.docx
October 2019 36