Sejarah Arsitektur Dunia Klasik Dan Neo Klasik.docx

  • Uploaded by: USMC MILITARY
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejarah Arsitektur Dunia Klasik Dan Neo Klasik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,840
  • Pages: 23
I. SEJARAH ARSITEKTUR NEO KLASIK Arsitektur neo-klasik kembali muncul di kerajaan-kerajaan vasal dalam sejarah panjangnya mempertahankan sikap adiluhung klasik saat masa renaisans kini melawan arsitektur barok dan rokoko. Peran paling berpengaruh masih dipegang oleh para borjuis (bukan bangsawan) yang memilki selera yang berbeda dengan para borjuis lain yang mengagungkan arsitektur barok dan arsitektur rokoko yakni selera karya arsitektur klasik. Selera kini menjadi bahan pertimbangan suatu hal ideal (mannerisme) tidak seperti budaya arsitektur klasik yang menjadikan keindahan sebagai sains dan bernilai kualitatif yang dibakukan bukan sekedar selera, namun hebatnya arsitektur ini mulai mendunia, bertahan lama, dan mampu memunahkan arsitektur gotik dan arsitektur rokoko. A. Arsitektur Prancis Prancis adalah kerajaan vasal yang banyak mengadaptasi peradaban Andalusia. Kerajaan inilah yang kemudian melahirkan era renaisans di Eropa ketika Andalusia semakin mengecil akibat adanya ekuisisi Spanyol. Sains dan seni kini mulai berpusat di Prancis. Dengan adanya reanisans muncul pulalah proto-kapitalisme dan sebagai tandingannya munculah kaum borjuis yang membawa proto-sosialisme ditandai dengan adanya arsitektur barok dan arsitektur rokoko. Prancis mulai mulai mengalami dilema ketika proto-sosialsime lahir karena masih banyak pula borjuis lain yang lebih menyukai proto-kapitalisme. Masalah ideologi dan selera desain menjadi isu hangat dan ketika arsitektur barok dan arsitektur rokoko membumi maka munculah arsitektur neo-klasik khas Prancis yang masih menginginkan idealisme renaisans-klasik. Arsitektur neo-klasik kali ini memang lahir untuk menandingi arsitektur barok dan rokoko, lebih layaknya masa renaisans yang lahir untuk menandingi arsitektur gotik. Arsitektur neo-klasik kembali mengambil kosakata arsitektur klasik yang dinilai lebih teratur dan tidak berlebihan. Arsitektur neo-klasik yang berkembang di Prancis murni perkembangan dari masa renaisans. Langgam yang nantinya menjadi arsitektur prancis ini memiliki 3 karakter yang berbeda dalam perkembangannya.

Classical revival style adalah arsitektur neo-klasik yang murni mengadopsi kosakata arsitektur klasik mulai dari bentuk, ornament, hingga fungsi

Gambar Jacques-Germain Soufflot - Paris Pantheon, Prancis

Gambar Claude Nicolas Ledoux - Royal Saltworks at Arc-et-Senans, Prancis

Arsitektur neo-klasik dalam kategori classical revival style di atas memeperlihatkan bahwa arsitektur ini mengembangkan arsitektur klasik, dapat dilihat dari elemen bangunan yang mirip meski berbeda cara penyajian gubahan massa hingga ornamen namun tetap sangat mirip dengan arsitektur klasik.

Geometrical style adalah permainan rasio yang lumrah di arsitektur klasik dan arsitektur neo-klasik yang satu ini tidak menelan mentah-mentah kosakata arsitektur klasik namun mempermainkan geomerti klasik dalam karya-karyanya

Gambar Claude Nicholas Ledoux - Rotonde de la Villette, Prancis

Gambar Claude Nicholas Ledoux - Château de Louveciennes, Prancis

Berikut sketsa karya arsitektural dengan langgam arsitektur neo-klasik geometrical style yang sudah hancur atau hanya angan-angan arsitek yang belum terbangun:

Gambar Claude Nicolas Ledoux - Hôtel de Mlle Guimard, Prancis (sudah hancur)

Gambar Claude Nicolas Ledoux - Pavillon de Mme du Barry, Prancis (sudah hancur)

Arsitektur neo-klasik dalam kategori geometrical style di atas memeperlihatkan bahwa arsitektur ini mengembangkan arsitektur klasik namun dengan cara yang berbeda, ada yang menggunakan elemen arsitektur klasik namun menghilangkannya sebagian (seperti menghilangkan kosa kata post linthel, dll.) atau menambahkanya dengan kosa kata arsitektur baru, atau bahkan tidak menggunakan elemen arsitektur sama sekali namun masih menggunakan golden section arsitektur klasik dalam pengukuran desain geometris karya arsitektur tersebut (seperti Chaux - Maison de Surveillants dan Cénotaphe à Newton).

Arsitektur di atas secara sengaja maupun tidak sengaja banyak yang telah hancur karena untuk keperluan lain maupun terkena imbas perang. Ada juga desain arsitektur yang belum sempat dibangun karena tertahan oleh teknologi yang belum bisa mendirikan karya tersebut seperti Cénotaphe à Newton karya Étienne-Louis Boulléeyang sangat idealis dengan bangunan dengan massa bola raksasa. Neo-palladian style adalah perkembangan dari gaya palladian di era klasik karya Andrea Palladio yakni bentuk bangunan mengikuti arsitektur klasik yang melebar bahkan memiliki 'sayap' dengan kepala bangunan di tengah tidak seperti bangunan klasik pada umumnya yang memanjang dengan kepala bangunan di depan dan arsitektur neo-klasik ini memakai bentuk palladian namun dibumbui dengan kosakata arsitektur baru sehingga menjadi langgam baru (neo-palladian)

Château de Bénouville, Prancis Gaya arsitektur neo klasik dengan neo-palladian tersebut mengukuti gaya palladian seperti dibawah ini:

Gambar desain Andrea Palladio mengenai palladian style

Berikut sketsa karya arsitektural dengan langgam arsitektur neo-klasik geometrical style yang sudah hancur:

Gambar Claude Nicolas Ledoux - Château de Mauperthuis, Prancis

Gambar Claude Nicolas Ledoux - Besançon Théâtre, Prancis

(sudah hancur)

(sudah hancur)

B. Arsitektur Inggris Inggris adalah kerajaan tetangga dari Prancis. Di era yang sama ketika Prancis memulai peradaban renaisans, Inggrispun berada di puncak dengan cara imperlialisme (penjajahan). Inggris banyak menjajah hingga hampir dari ¾ permukaan bumi. Dengan penjajahan Inggris memperkenalkan budaya barat (Eropa) khususnya budaya Inggris itu sendiri. Inggris memang sibuk dengan penjelajahannya dan tidak mengalami revolusi renaisans separah Prancis, namun bias itu tetap ada. Dalam segi arsitektur Inggris mulai mengembangkan arsitektur neo-klasik seperti Prancis namun tidak berlandaskan ideologi

atau selera desain, dengan berkembangnya arsitektur neo-klasik Inggris justru memadukan dengan arsitektur vernakularnya untuk memenuhi hasrat desain ideal yang mengintrepetasikan nilai lokal. Arsitektur Inggris dalam perkembangannya lebih tentram hingga memiliki idealitas tersendiri. Dalam perkembangannya ke dunia seni, lingkungan binaan disekitar karya arsitektur mulai ditata semenarik mungkin sehingga ideal untuk seni lukis (bangunan sebagai elemen dari objek lukisan). Seni lukis dan seni arsitektur ini dikenal dengan istilah english landscape garden. Arsitektur Inggris banyak berkembang dan melahirkan tipologi arsitektur neo-klasik lain seperti: Elizabethian style, adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat pemerintahan Ratu Elizabeth I, saat masa renaisans. Renaisans masuk dari Italia ke Inggris dengan membawa order geometri arsitektur klasik yang akhirnya dielaborasi dengan arsitektur vernakular inggris sehingga terciptalah elizabethian style. Meski tidak memakai kosa kata arsitektur klasik, arsitektur inggris yang satu ini merupakan arsitektur neo-klasik dikarenakan order yang digunakan. Ciri-ciri arsitekturelizabethian style adalah:menggunakan geometri arsitektur klasik - bentuk bangunan persegi dan simetri - wana bangunan warna tanah (kuning dan merah) - bangunan dan lingkungan (taman) saling terintegrasi untuk menciptakan english landscape garden - menggunakan beberapa kosa kata arsitektur gotik (jendela dan dekorasi)

Gambar Robert Smythson - Hardwick Hall, Inggris

Gambar Robert Adams and John Thorpe - Audley End House, Inggris

Jacobean style, adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat pemerintahan Raja James I Inggris/James VI Skotlandia, setelah pemerintahan Ratu Elizabeth I. Gaya arsitektur ini masih merupakan pengembangan dari gaya arsitektur elizabethian hanya saja lebih kaya akan ornamen. Ciri-ciri arsitektur jacobean style adalah: - adanya menara di kedua ujung bangunan - adanya kubah kecil dan segitiga yang dibentuk kurva sebagai ornamen

Gambar Robert Smythson - Wollaton Hall, Inggris

GambarJohn Thrope - Charlton House, Inggris

GambarRobert Lyminge - Blickling Hall, Inggris

Georgian stye adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat pemerintahan Raja George I hingga Raja George IV, setelah Raja James. Gaya arsitektur ini berbeda dengan arsitektur jacobean style, gaya arsitektur ini lebih menyederhanakan ornamen masih dengan gubahan masa yang sama (persegi). Gaya arsitektur ini akan berkembang menjadi colonial style di Amerika nantinya. Ciri-ciri arsitektur georgian style adalah: - material bangunan menggunakan bata merah - atap bangunan menggunakan sirap kayu dan berbentuk miring - terdapat jendela para ruang atap

Gambar Georgian House, Inggris

Gambar John Leverett and Benjamin Wadsworth - Massachusetts Hall, Harvard University, Amerika Serikrat

Victorian style adalah gaya arsitektur neo-klasik yang berkembang di Inggris saat pemerintahan Ratu Victoria. Sangat kontras dengan gaya arsitektur inggris sebelumnya, gaya arsitektur ini langsung mengacu pada arsitektur klasik yang akan menjadi murni arsitektur neo-klasik (seperti di Prancis) namun ada juga yang mengaju pada arsitektur gotik yang nantinya akan menjadi arsitektur neo-gotik, meskipun memang ada unsur dekoratif tersendiri yang membuatnya menjadi gaya arsitektur sendiri (arsitekturvictorian style). Arsitektur ini kelak akan berkembang jauh menjadi arsitetur queen ann style yang berkembang pesat khususnya di Amerika hingga arsitektur art and craft movment di era industri nanti.

Gambar Captain Francis Fowke and Major General Henry Y. D. - Royal Albert Hall, Inggris, mengelaborasi arsitektur neo-klasik prancis dengan dekorasi khas Inggris

Gambar Archibald_Simpson - North of Scotland Bank, Inggris, menggunakan elemen kolom korintian dari arsitektur klasik

C. Arsitektur Amerika Amerika utara adalah salah satu jajahan Inggris (dari suku Indian) yang sedang menjadi kerajaan adikuasa saat itu (karena imperialismenya yang ada dimana-mana). Amerika utara digunakan Inggris sebagai wilayah bagi tahanan dan buangan kerajaan. Setelah wilayah ini merdeka dari Inggris dalam waktu yang cukup lama wilayah ini hingga kini bernama Amerika Serikat. Amerika Serikat dalam pembentukan negaranya memiliki cita-cita yang sangat besar dan menentukan sikap negaranya hingga kini. Negara yang memakai sistem republik (bukan kerajaan) ini menjadikan negaranya sebagai poros dunia baru, negara adikuasa baru, bahkan imperium baru (neo-imperium) seperti Kekaisaran Romawi berabad-abad yang lalu. Arsitektur neo-klasik menjadi aroma yang segar ketika negara ini baru berdiri. Sesuai dengan cita-cita negara dengan neo-imperium Romawi, arsitektur neo-klasikpun merupakan perkembangan dari arsitektur klasik (Romawi), sehingga arsitektur neo-klasik mulai banyak digunakan dalam pembangunan negara. Bahkan salah satu presiden awal Amerika Serikat, Thomas Jafferson yang berkeprofesian awal arsitek banyak membangun karya neo-klasik dalam bangunan-bangunan negara dengan caranya sendiri. Cara neoklasik ala Amerika Serikat inilah yang kemudian dikenal dengan arsitektur amerika. Arsitektur neo-klasik di Amerika Serikat juga banyak berkembang menjadi banyak tipologi klasik baru seperti di Prancis dan Inggris. Tipologi klasik yang baru tersebut yakni: Jeffersonian style adalah arsitektur neo-klasik awal di Amerika yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat ke-2, Thomas Jefferson saat ia masih menjadi seorang arsitek. Karyanya sangat kental dengan mengadopsi arsitektur neo-klasik classical revival namun menjadi gaya arsitektur sendiri dengan ciri khasnya dan kelak akan banyak mempengaruhi gaya yang berkembang selanjutnya yakni federal style.

Thomas Jefferson - Monticello, Amerika Serikat

Thomas Jefferson - Poplar Forest, Amerika Serikat

Federal style layaknya arsitektur neo-klasik classical revival di Prancis karena banyak menggunakan order arsitektur klasik, namun order arsitektur klasik ini sebatas digunakan di fasad saja, fungsi dan gubahan ruang disesuaikan untuk bangunan federal (kenegaraan), kantor, bahkan bank yang lebih bersifat formal.

Charles Bulfinch - Old State House, Amerika Serikat

Samuel McIntire - Hamilton Hall, Amerika Serikat

Colonial revival pun merupakan perkembangan dari arsitektur inggris (karena memang Amerika Serikat bekas jajahan Inggris) ditandai dengan digunakannya kosakata arsitektur neo-klasik seperti di Inggris namun banyak menggunakan kayu sebagai material utama (langgam ini berkembang setelah adanyaChicago Expo).

Queen Ann style layaknya arsitektur neo-klasik gothic revival di Inggris karena banyak mengadopsi ornament-ornamen bahkan menara arsitektur gotik (biasanya didesain untuk rumah tinggal).

I. SEJARAH ARSITEKTUR KLASIK Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur rumah ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, pemerintahan,dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit. Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Arsitektur Klasik Saat Ini Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang. Salah satu alasan mengapa gaya arsitektur klasik masih digemari sampai sekarang adalah sifatnya abadi atau tidak lekang dimakan waktu. Dalam desain exterior bangunan, gaya ini menghadirkan kemewahan dalam hunian Anda. Dari sekian banyak elemen exterior yang dipakai, tidak dapat dipungkiri bahwa profil / ornamen-ornamen hiasan yang rumit khas romawi/yunani memegang peranan penting dalam menciptakan kemewahan tersebut. Banyaknya permainan ornamen arsitektur romawi maupun yunani seperti profil maupun patungpatung bergaya klasik yang menempel pada bangunan klasik, bentuk pilar yang besar, bentuk lengkung di atas pintu maupun kubah akan memperindah bangunan, menciptakan kesan gagah dan mewah. Meskipun hal tersebut justru membuat pengerjaan bangunan klasik lebih lama dari pada bangunan bergaya minimalis, selain itu biaya yang dikeluarkan juga jadi lebih banyak. Bagi sebagian orang yang senang dengan kemewahan dengan nuansa klasik tentunya bukan menjadi masalah yang berarti. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur rumah klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Kemegahan batu alam mulai di hadirkan dalam desain arsitektur klasik yang menambah kesan mewah bangunan. Dalam membangun bergaya klasik anda harus memahami dulu bentuk klasik yang dimau atau paling tidak anda punya beberapa reverensi banguanan klasik yang cocok dengan keinginan anda. Jika anda kurang memiliki pengetahuan arsitektur klasik lebih baik anda meminta bantuan konsultan arsitektur / konsultan exterior yang tentunya memiliki pengetahuan lebih baik dari anda, jangan memaksakan untuk mendesain sendiri bangunan anda, yang tentunya akan membuat hasilnya tidak maksimal.

A. ARSITEKTUR KLASIK EROPA Arsitektur klasik Eropa adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga fungsi:   

Sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal) Sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) Tempat berkumpul (fungsi balai kota, dsb)

Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit. Seiring waktu bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir. Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunanbangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.

TEORI ARSITEKTUR KLASIK Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan „first class‟. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan/pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebelum masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan gerakan Rationalism yang kuat). Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan „first class‟. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan/pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dan mencipta karya tersebut. Rentang waktu zaman ini adalah dari abad pertama sampai dengan abad ke-14 dengan hembusan angin Romantisism (sebelum masyarakat Eropa memasuki zaman Renaissance sampai dengan pesan dan gerakan Rationalism yang kuat). Predikat kata „Klasik‟ diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai

keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudankarya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pad bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Despositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survai lapangan ataupun pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan ATTIC yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx). Pendapat Isodore ini dapat merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseuruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis “Bird Eye View”. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx). Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Dan untuk meresapkan dan mengerti Arsitektur Gothic ini diperlukan gambaran suasana masyarakatnya pada saat itu dimana timbul spirit kejiwaan yang berusaha mencari hakekat sifat-sifat Tuhan yang ilahi. Spirit kejiwaan ini dituangkan dalam suatu tema “cahaya ke-Ilahian dalam ruang arsitektur” (Ven, 1991), Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-

bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya. Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan “ditancapkan dari atas langit” (Isodore dalam Varro,19xx). B.

Arsitektur yunani

Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudia suku-suku tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara kota) dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu

Gambar Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana peradaban Yunani dahulu

Gambar reruntuhan agora di Athena Yunani dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani sudah lumrah dalam membicarakan filsafat yang mengedepankan politik, sains, & seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu masyarakat Yunanipun memilki kepercayaan pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus (dewa langit), Poseidon (dewa laut), dan Hades (dewa bawah tanah). Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.) Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.

Dalam sejarah tidak diketahui siapa pembuat partheon dan arsitektur tradisional Yunani lainnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum ada dan pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh seorang pemuka masyarakat.

C. ARSITEKTUR YUNANI Romawi adalah bangsa yang bertetanggaan dengan Yunani. Kelak Yunani akan jatuh dan menjadi bagian dari Romawi ketika satu per satu wilayah Yunani dipindahtangankan oleh Romawi dan Kuda Trojan adalah saksi sejarah leburnya Yunani. Kelak Romawi dengan semangat helenismenya dalam menyebarkan kekuasaan akan membentuknya menjadi imperium (negara multimasional), etruska (negara multietnis), dan membina masyarakatnya berjiwa nasionalis dan patriotik. Romawi kedepannya banyak membawa nilai-nilai Yunani dari segi pemerintahannya, kepercayaannya, bahkan arsitekturnya. Romawi menjadi negara imperium dengan bentang yang lebar persatuan dari banyak polis di bawahnya. Memilki kepercayaan resmi pagan politheisme hasil adopsi dari kepercayaan Yunani (dewa langit, laut, dan bawah tanah) dengan nama yang berbeda, Zeus menjadi Jupiter, Poseidon menjadi Neptunus, dan Hades menjadi Pluto, meski kedepannya berubah menjadi Kristen iman Paulus. Helenisme, semangat patriotik masyarakat Romawi disebarluaskan dengan meluasnya daerah imperium dan dari pristiwa itulah nilai-nilai klasik Yunani yang kemudian diadaptasi menjadi nilai klasik Romawi tersebar di semenangjung Eropa Barat, dataran Afrika Utara, hingga padang Arab dan Persia, membentuk sebuah budaya metropolis, adikuasa, serta mutahir dalam segi teknologi. Helenisme Romawi sedikit mengurasi nilai rasionalisme Yunani. Budaya disebarluaskan begitu saja tanpa adanya pendalaman logika sehingga penerapannya dalam arsitektur fungsi-fungsinya lebih profan, urban, dan dengan estetika yang lebih ekletik dan merdeka.

Gambar Rudolf von Alt - Das Pantheon und die Piazza della Rotonda in Rom, menggambarkan suasana peradaban Romawi dahulu Arsitektur klasik Romawi berkembang dari arsitektur klasik Yunani dan beberapa arsitektur lain tetangga imperium ini seperti arsitektur Mesopotamia, sehingga lahir tipologi denah dan teknologi baru dalam arsitektur. Arsitektur klasik Romawi berupabasilika (pengembangan parthenon), pantheon (parthenon dengan tipologi denah lingkaran), benteng, aquaduct, kuburan, stadion, theater, sekolah, hypocaust(bagian servis pemandian), apodyterium (pemandian air hangat), frigidarium(pemandian air hangat), calidarium (pemandian air hangat).

Gambar Rome Pantheon, Italia

Related Documents


More Documents from "Fikri Rchmnfz"