Tugas 1 (Seismik Stratigrafi)
Oleh Ahfasy Kautsar Imam 1615051040
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2019
SOAL 1. Carilah contoh penampang seismic dengan noise berupa a. Multiple b. Bowtie c. Long period multiple dan short period multiple d. Ground Roll e. Pull Up Effect 2. Jelaskan cara menenkan noise pada saat a. Akuisisi b. Brocessing 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pit fall dan bagaimana cara mengatasinya
JAWAB 1. a. Multiple Multipel adalah noise koheren dimana event seismik mengalami lebih dari satu kali refleksi dari posisi reflektor primernya.
b. Bowtie Bowtie adalah reflektor semu yang diakibatkan oleh gelombang seismik yang terdifraksi. Struktur sinklin atau lembah dasar laut yang cukup ‘sempit’ sering kali menyebabkan efek dasi ’bowtie’.
c. Long period multiple dan short period multiple
d. Ground roll Ground roll merupakan noise koheren pada survey seismic darat dan dicirikan dengan frekuensi rendah dan amplitude tinggi.
e. Pull up effect Efek ini bisa menjadi sangat "halus". Hal ini biasanya diakibatkan oleh peningkatan lokal kolom gas yang tebal. kecepatan pull-up ialah ketika suatu lapisan dangkal atau fitur dengan kecepatan seismik yang tinggi (e.g., kubah garam atau reef carbonate) dikelilingi oleh batuan dengan kecepatan seismik yang lebih rendah membentuk apa yang tampak sebagai structural high di bawahnya.
2. a. Akuisisi untuk menekan noise pada data seismik saat akuisisi dapat dilakukan dengan beberapa menentukan parameter yang akan digunakan. Diantaranya adalah 1. Offset Terjauh (Far Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor penerima/receiver terjauh, yang didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling dalam. 2. Offset Terdekat (Near Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor penerima terdekat, didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling dangkal.
3. Group Interval; jarak antara satu kelompok sensor penerima/receiver dengan kelompok penerima berikutnya, dimana satu kelompok memberikan satu trace seismik sebagai stack/superposisi beberapa sensor penerima. 4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size); sumber seismik umumnya menggunakan peledak/dinamit atau vibroseis truck (untuk survey darat), atau air gun (untuk survey laut). Ukuran sumber seismik menyatakan ukuran energi yang dilepaskan oleh sumber seismik, yang disesuaikan dengan kedalaman target dan kualitas data yang baik yang dapat dipertahankan. 5. Kedalaman Sumber (Charge Depth); sumber seismik sebaiknya ditempatkan di bawah lapisan lapuk, sehingga energi sumber seismik dapat ditransfer secara optimal ke dalam sistem pelapisan medium di bawahnya. 6. Kelipatan Cakupan (Fold Coverage); merupakan jumlah suatu titik di bawah permukaan yang terekam oleh perekam di permukaan. Semakin besar kelipatannya, maka kualitas data akan semakin baik. 7. Laju pencuplikan (Sampling Rate); laju pencuplikan akan menentukan batas frekuensi maksimum seismik yang masih dapat direkam dan direkontruksi dengan baik sebagai data, dimana frekuensi yang lebih besar dari batas akan menimbulkan aliasing. 8. Tapis Potong Bawah (Low-Pass Filter); merupakan filter pada instrumen perekam untuk memotong amplitudo frekuensi gelombang seismik/trace yang rendah. 9. Frekuensi Perekam; merupakan karakteristik instrumen perekam dalam merespon suatu gelombang seismik. 10. Panjang Perekaman (Record Length); merupakan lamanya waktu perekaman gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman sasaran. 11. Rangkaian Penerima (Receiver Group); merupakan suatu kumpulan instrumen sensor penerima/receiver yang disusun sedemikian hingga, sehingga noise dapat diredam seminimal mungkin. 12. Panjang Lintasan; panjang lintasan survey ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di bawah permukaan terhadap panjang lintasan survey di permukaan. 13. Larikan Bentang Penerima (Receiver Array); bentang penerima menentukan informasi kedalaman rambatan gelombang seismik, nilai kelipatan cakupan, dan alternatif skenario peledakan sumber seismik, seperti ketika lintasan melalui sungai yang lebar. 14. Arah Lintasan; ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan terhadap target.
15. Spasi Antar Lintasan; jarak antar satu lintasan ke terhadap lintasan yang lain. Dengan parameter-parameter tersebut data yang didapat akan lebih akurat sehingga noise yang didapat akan lebih sedikit. b. processing pada tahap pengolahan data (processing) banyak metode yang dapat digunakan untuk menekan atau mengurangi noise, penggunaan metode tersebut tergantung noise yang ada pada data. Analisis noise dalam data seismik menyebabkan perlunya dilakukan muting atau killing dalam suatu trace gather. Killing adalah menghilangkan atau membuang trace-trace yang rusak/mati dan trace yang mempunyai noise yang tinggi dengan cara memberikan nilai nol pada matrik trace tersebut sementara muting adalah proses memotong atau menghilangkan sebagian suatu trace seismik yang mengandung noise merusak data. 3. Pitfall Pitfall adalah kesalahan pada interpretasi DHI (Direct Hydrocarbon Indicator) a. Pitfalls : Kesalahan interpretasi pada Bright Spot Pada eksplorasi seismik untuk hidrokarbon, “bright spot” biasanya dijadikan DHI (Direct Hydrocarbon Indicator) yang pertama dicari. Namun terdapat berbagai kasus dimana anomali bright-spot yang sudah dibor tetapi tidak mendapat hasilnya. Beberapa kesalahan tersebut antara lain : Intrusi volkanik dan lapisan debu volkanik Pasir yang tersemenkan sangat tinggi, biasanya semen calcite pada zona pinch-out Pasir berbutir heterogen dengan porositas rendah Overpressured sands/shales Lapisan batubara Bagian top dari salt diapirs Hanya tiga terakhir dari daftar diatas yang menyebabkan polaritas yang sama dengan gas sand. Tiga yang lainnya akan menyebabkan apa yang disebut dengan amplitudo “hard-kick”. Untuk anomali “hard-kick” ini, kita dapat memisahkannya denngan bright spot yang berasosiasi dengan hidrokarbon jika mengetahui polaritas dari data tersebut. Analisis AVO dapat digunakan untuk memisahkan hidrokarbon dari batubara, garam, atau overpressured sands/shales. Atribut ampitudo yang sangat umum digunakan adalah intensitas refleksi, yaitu RMS Amplitude yang dihitung melebihi time window yang diberikan. Atribut ini tidak membedakan antara amplitudo negatif dan positif. Oleh karena itu interpretasi geologi dari atribut ini harus dilakukan dengan hatihati. b. Pitfalls : Kesalahan interpretasi pada Flat Spot Salah satu DHI yang paling sering digunakan adalah flat spot, kontak antara gas dengan air, gas dengan minyak, atau minyak dengan air. Namun, beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya flat spot, yaitu : Ocean bottom multiples Flat stratigraphy. Bagian dasar dari sand lobes cenderung datar. Paleo-contacts, berhubungan dengan diagenesis atau saturasi hidrokarbon residual.
Volcanic sills.
Analisis flat spot yang teliti harus memasukkan analisis fisika batuan yang detil dan forward seismic modelling, serta analisis AVO pada data real.