Scoring_14589_b.docx

  • Uploaded by: Hadi Yudha Pakanane Sego
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Scoring_14589_b.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,170
  • Pages: 14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN UJI SCORING

Disusun oleh : Hadhi Yuda Ajisena 16/394350/PN/14589 Golongan B

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019

I. PENDAHULUAN Tinjauan Pustaka Pengujian atau evaluasi sensorik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Dalam pengujian sensorik dikenal 2 macam pengujian, yaitu pengujian pembedaan atau diference tests dan

pengujian pemilihan atau preference test (Meilgaard et al., 2007) Disamping kedua

pengujian tersebut, dikenal juga pengujian skalar dan pengujian deskriptif. Pengujian pembedaan dan pengujian pemilihan digunakan dalam penelitian,analisis proses, dan penilaian hasil akhir. Sedangkan pengujian skalar dan pengujian deskriptif banyak digunakan dalam pengawasan mutu (quality control). Menurut Soekarto (1985) selain keempat macam pengujian tersebut, masih terdapat banyak pengujian-pengujian lain dalam menilai kualitas sensorik, salah satunya adalah uji konsumen. Uji scoring artinya pemberian skor pada tiap atribut sensorik yang dinilai atas kesan mutu atau intensitas karakteristik sesuai skala numeric yang telah disediakan untuk masing-masing deskripsinya (Raharjo,1988). Sehingga diperlukan panelis yang memiliki pemahanan dan mengerti atribut mutu yang diminta. Uji skoring dalam bidang teknologi pangan digunakan untuk pemeriksaan mutu kualitas, pengendalian proses, dan pengembangan produk. Dalam sebuah evaluasi sensori, uji skoring termasuk dalam jenis uji skalar. Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik. Bentuk dari besaran skalar berupa garis lurus berarah dengan pembagian skala pada jarak yang sama atau pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah. Sedangakn skala numerik dinyatakan dengan angka yang mewakili skor dari atribut mutu yang diuji. Menurut Susiwi (2009) uji skoring merupakan jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik. Tujuan 1. Mengetahui prinsip pengujian scoring 2. Mengetahui hasil pengujian scoring Waktu dan Tempat

Praktikum Teknik Pengujian Mutu Hasil Perikanan acara Uji Scoring dilakukan pada hari Senin, 11 Maret 2019 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Ikan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

II. METODE PRAKTIKUM Alat dan Bahan 1. Alat a. Scoresheet SNI b. Laptop c. Alat tulis d. Wadah plastik 2. Bahan a. Abon ikan b. Air mineral

Cara Kerja Tiga produk abon disiapkan dan disajikan dalam piring plastik. Masing-masing piring plastik diberi kode yang terdiri dari 3 angka acak

Masing-masing panelis diberikan 3 piring plastik yang berisi abon beserta scoresheet

Masing-masing panelis diminta menentukan salah satu sempel yang berbeda dari kedua sempel yang lain

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL Tabel Hasil Pengujian Triangle No

Nama

Score 1

2

3

1

Nafis

3

4

5

2

Tara

3

4

6

3

Puspa

4

5

6

4

Aida

5

3

7

5

Arini

3

6

6

6

Naila

1

4

9

7

Dean

2

4

6

8

Dhian

6

4

8

9

Faisal

3

5

7

10

Novi

4

5

6

11

Sekar

4

3

6

12

Rani

2

4

8

13

Ais

4

5

6

14

Anas

7

3

5

15

April

3

4

6

1. Uji Normalitas H0 : Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor

df

.159

Sig. 45

Shapiro-Wilk Statistic

.006

.963

df

Sig. 45

.159

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov karena n < 50. Nilai signifikansi 0,006 yang kurang dari 0,05, jadi H0 ditolak sehingga data tidak berdistribusi normal

2. Uji Kruskal Walls H0 : tidak terdapat beda nyata antar sampel yang diujikan H1 : terdapat beda nyata antar sampel yang diujikan Test Statisticsa,b skor Chi-Square

24.212

df

2

Asymp. Sig.

.000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: sampel Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata antar sampel yang diuji

3. Uji Mann Whitney Sampel 128 vs 821 H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 821 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 821

Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

75.000 195.000 -1.615

Asymp. Sig. (2-tailed)

.106

Exact Sig. [2*(1-tailed

.126b

Sig.)] a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties.

Kesimpulan : nilai signifikansi 0,126 yang lebih dari 0,05 jadi H0 diterima sehingga tidak terdapat beda nyata pada sampel 128 dan 821

Sampel 128 vs 212 H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 212 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 212 Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

18.000 138.000 -3.991

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.000 .000b

a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties.

Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata pada sampel 128 dan 212

Sampel 821 vs 212

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 821 dan 212 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 821 dan 212 Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

10.000 130.000 -4.358

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.000 .000b

a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties. Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata pada sampel 821 dan 212

PEMBAHASAN Pengujian yang digunakan dalam praktikum ini adalah uji scoring. Uji scoring harus menggunakan panelis terlatih. Hal ini dikarenakan, hasil uji scoring antara panelis terlatih dan tidak terlatih akan berbeda, hasi uji scoring akan berbentuk angka dan mutlak. Tujuan dari uji ini adalah memberikan nilai (skor) tertentu terhadap suatu karakteristik mutu. Panelis yang menguji akan memberikan skor sesuai dengan kesan yang didapatkannya. Sampel yang digunakan pada praktikum adalah abon ikan. Menurut SNI 01-3707-1995 menyebutkan bahwa abon ikan adalah suatu jenis makanan kering yang berbentuk khas terbuat dari daging, direbus dan disayat serta dibumbui, digoreng dan dipres sehingga tidak mempunyai kadar air berlebih. Abon ikan merupakan salah satu olahan ikan dengan cara mencincang daging dan dikeringkan dengan ditambah bumbu-bumbu tertentu. Dibandingkan produk perikanan lainya, abon ikan mempunyai daya simpan yang relatif lebih lama. Menurut Ismail dan Putra (2017) setelah penyimpanan selama 50 hari pada suhu kamar, abon ikan masih layak untuk dikonsumsi. Parameter yang diuji dalam praktikum ini adalah warna. Warna pada sampel uji

scoring diuji dengan menggunakan warna pembanding. Warna pembanding yang digunakan adalah ikan daging putih rebus dan ikan goreng gosong. Pembanding digunakan untuk membantu panelis dalam memberikan nilai, apakah sampel abon lebih ke arah warna putih atau hitam atau mungkin diantara putih dan hitam. Cara pemasakan abon adalah dengan cara digoreng. Penggorengan merupakan proses pemasakan menggunakan minyak dan dipanaskan, minyak berfungsi sebagai penghantar panas (Muliawati et al., 2016). Proses penggorengan abon dapat mempengaruhi warna hasil olahan. Sifat fisik, kimia, dan sifat sensori abon akan berubah akibat proses penggorengan. Faktor yang sangat mempengaruhi warna abon adalah suhu dan waktu, jika suhu yang digunakan rendah dan waktu yang digunakan tidak sesuai makan proses pencoklatan pada abon tidak akan terjadi secara sempurna. Menurut Nurmalia et al., (2014) Penambahan asam askorbat dapat mempengaruhi warna pada abon dimana semakin banyak asam askorbat yang digunakan maka warna abon akan semakin coklat. Olah data hasil pengujian skoring dilakukan dengan mencari rata-rata nilai semua sampel. Setelah didapat rata-ratanya, ditentukan distribusi atau persebaran datanya menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan menggunakan software SPSS yang ada di laptop. Setelah diketahui jenis persebaran datanya, dilakukan uji hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka menggunakan ANOVA (one way) sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji kruskal wallis. Apabila hasil menunjukan adanya beda nyata maka dilakukan uji lanjut. Untuk ANOVA dapat dilakukan uji lanjut Duncan sedangkan untuk kruskall wallis dilakukan uji lanjut Man-Whitney. Berdasarkan hasil uji lanjut, ditentukan kesimpulan antar sampel. Pengolahan data pada praktikum ini menggunakan aplikasi SPSS dengan pengujian normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov, uji Kruskal-Wallis, dan uji Mann-Whitney. Uji normalitas berfungsi untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak (Apriyono & Taman, 2013). Uji Kruskal-Wallis berfungsi untuk membandingkan tiga kelompok data sempel atau lebih (Jayadiputra & Kuntardjo, 2013). Uji Mann-Whithney berfungsi untuk menguji kesamaan distribusi antara dua populasi yang tidak berhubungan (Yanti, 2007). Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan hasil statistik dari uji normalitas, uji KruskalWallis, dan uji Mann-Whitney. H0 uji normalitas adalah data yang digunakan berdistribusi

normal. Pada uji normalitas didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,006 yang berarti kurang dari alfa sebesar 0,05. Jadi H0 ditolak, sehingga data yang digunakan tidak berdistribusi normal. H0 uji Kruskal-Wallis adalah pada data tidak terdapat perbedaan yang berbeda nyata. Hasil dari uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti kurang dari alfa sebesar 0,05. Jadi H0 ditolak, sehingga data tersebut terdapat perbedaan yang berbeda nyata. Jika H0 pada pengujian Kruskal-Wallis ditolak maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji Mann-Whitney. H0 uji Mann-Whitney adalah tidak terdapat perbedaan antara sampel 128 dan 821. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,126 yang berarti lebih besar dari alfa sebesar 0,05. Jadi H0 diterima, sehingga tidak terdapat perbedaan antara sampel 128 dan 821. H0 uji Mann-Whitney adalah tidak terdapat perbedaan antara sampel 128 dan 212. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari alfa sebesar 0,05. Jadi H0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan antara sampel 128 dan 212. H0 uji Mann-Whitney adalah tidak terdapat perbedaan antara sampel 821 dan 212. Hasil uji MannWhitney didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari alfa sebesar 0,05. Jadi H0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan antara sampel 821 dan 212.

IV.

PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Prinsip pengujian uji scoring yaitu menilai penampilan sampel berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai menggunakan skala angka. Skala angka dan spesikasi tersebut dicantumkan dalam scoresheet. 2. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil bahwa nilai uji scoring tidak mengikuti distribusi normal. Pada uji kruskall wallis didapat nilai Asymp. Sig < Chi-Square sehingga H0 ditolak dan terdapat beda nyata. Uji lanjut Man-Whitney menunjukan bahwa sampel 128 beda nyata terhadap sampe 821 dan sampel 212. Sampel 821 berbeda nyata terhadap sampel 212.

B. Saran Sebaiknya dalam pelaksaanaan uji juga dilakukan penilaian parameter lain misalnya bau, warna, dan rasa agar panelis dapat meningkatkan kemampuannya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, Ari dan Taman, Abdullah. 2013. Analisis overreaction pada saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2005-2009. Jurnal Nomina. 2 (2). Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3707-1995. Abon Ikan. BSN : Jakarta Jayadiputra JV, Kuntadjo Y. 2013. Analisa perbedaan persepsi konsumen terhadap lingkungan fisik di restoran platimnum grill surabaya. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa. 1 (2) : 254-267 Meilgaard, Morten C., Gail Vance Civille and B. Thomas Carr. 2007. Sensory Evaluation Techniques: Fourth Edition. CRC Press. Florida. Muliawati M, Sukirno M, Dewita B. 2016. The effect of the temperature and frying time on the quality of spice shredded fish of little tuna (Euthynnus affinis). JOM Juni 2016. Nurmalia, Ira S, Syahrul. 2014. The Effect of absorbic acid on the quality changes of tilapia abon (Oreochromis niloticus) during room temperature storage. JOMFAPERIKA. Raharjo, Julia T. M., 1988. Uji Indrawi. Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Susiwi. 2009. Penilaian Organoleptik Regulasi Pangan. Jurusan Pendidikan Kimia.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta. Yanti T S. 2007. Uji Rank Mann-Whitney dua tahap. Statistika. 7 (1) : 55-60.

LAMPIRAN 1. Uji Normalitas H0 : Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor

df

.159

Sig. 45

Shapiro-Wilk Statistic

.006

.963

df

Sig. 45

.159

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov karena n < 50. Nilai signifikansi 0,006 yang kurang dari 0,05, jadi H0 ditolak sehingga data tidak berdistribusi normal

2. Uji Kruskal Walls H0 : tidak terdapat beda nyata antar sampel yang diujikan H1 : terdapat beda nyata antar sampel yang diujikan Test Statisticsa,b skor Chi-Square df Asymp. Sig.

24.212 2 .000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: sampel Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata antar sampel yang diuji

1. Uji Mann Whitney Sampel 128 vs 821 H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 821 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 821 Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

75.000 195.000 -1.615

Asymp. Sig. (2-tailed)

.106

Exact Sig. [2*(1-tailed

.126b

Sig.)] a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties.

Kesimpulan : nilai signifikansi 0,126 yang lebih dari 0,05 jadi H0 diterima sehingga tidak terdapat beda nyata pada sampel 128 dan 821

Sampel 128 vs 212 H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 212 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 128 dan 212 Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

18.000 138.000 -3.991

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties.

.000 .000b

Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata pada sampel 128 dan 212

Sampel 821 vs 212 H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel 821 dan 212 H1 : ada perbedaan yang signifikan antara sampel 821 dan 212 Test Statisticsa skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

10.000 130.000 -4.358

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.000 .000b

a. Grouping Variable: sampel b. Not corrected for ties. Kesimpulan : nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05 jadi H0 ditolak sehingga terdapat beda nyata pada sampel 821 dan 212

More Documents from "Hadi Yudha Pakanane Sego"

Scoring_14589_b.docx
June 2020 4
Triangle_14589_b.docx
June 2020 7
Analisis Kasus 2.docx
May 2020 12
Cover.docx
May 2020 51
Teak Furniture
June 2020 32