KUTIPAN 1. Kutipan langsung Kutipan yang dilakukan terhadap suatu kalimat yang sesuai dengan aslinya tanpa diubah sedikitpun. Terdapat tanda (“…”) Hari Poerwanto (2010:139) menyatakan,”Perubahan suatu lingkungan dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.” Seorang ahli antropologi menyatakan,”Perubahan suatu lingkungan dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.” (Poerwanto 2010:139) 2. Kutipan tidak langsung Kutipan yang dikemukakan penulis melalui bahasa penulis. Tidak terdapat tanda (“…”) Hari Poerwanto (2010:235) menyatakan bahwa gejala pertumbuhan dan perkembangan kota yang amat cepat menyebabkan timbulnya berbagai masalah benturan sitem nilai budaya.
Gejala pertumbuhan dan perkembangan kota yang amat cepat menyebabkan timbulnya berbagai masalah benturan sitem nilai budaya. Hari (Poerwanto, 2010:235)
CATATAN KAKI 1. Jenis-jemis catatan kaki a. Catatan kaki yang bersumber dari buku. 1
Ade Iwan Setiawan, Penghijauan dengan Tanaman Potensial, Penebaran Swadaya, Depok, 2001, hlm. 14. b. Catatan kaki bersumber majalah. 4
Mochtar Naim, “Mengapa Orang Minang Merantau?” Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36
c. Catatan kaki bersumber internet 4
Richard Whitle, “High See Piracy: Crisis in Aden”, Aviation Today, diakses dari https://www.aviationtoday.com//rw/military/attack/Hig h-See-Piracy-Crisis-inAiden32500html, pada tanggal 21 Mei 2013 pukul 10.47
MAJAS 1. Majas perbandingan a. Perumpamaan(SIMILE) Majas perumpamaan yang menggunakan kata seperti,umoama,sebagai,dll “Bicaranya seperti tong kosong” b. Metafora Majas yang membandingkan dua benda berbeda, tetapi memiliki sifat yang sama. “Si jago merah melahap pertokohan itu” “laki-laki itu diseret ke meja hijau karena kasus pencurian” c. Personifikasi Benda mati yang seolaholah hidup seperti manusia. “Pensil itu menari-nari diatas kertas” “Daun itu melambai memanggil namaku” 2. Majas pertentangan a. Hiperbola Dilebih-lebihkan. “Harga sepatu itu mencekik leher” “hatiku remuk saat melihat nilaiku” b. Litotes Melukiskan keadaan dengan kata-kata merendah.
“Silahkan nikmati hidangan ala kadarnya” “Silahkan mampir ke gubuk saya” c. Ironi Majas yang menggunakan sindiran halus. “Bersih sekali lantaimu, padahal sudah seminggu tidak disapu” 3. Majas pertautan a. Metonimia Menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan merek dagang. “kakak ke pasar naik Honda” b. Sinekdok pars prototo Menyebutkan sebagian untuk menggantikan keseluruhan. “Inda baru terlihat batang hidungnya tadi sore” c. Sinekdok totem pro parte Menyebutkan keseluruhan untuk menggantikan sebagian. “Indonesia menang dalam pertandingan bulu tangkis bulan lalu” d. Alusio Ungkapan,peribahasa,per istiwa, atau yang umum digunakan. “Tiara selalu berdoa agar tidak menjadi seperti Malin Kundang”
e. Eufimisme Menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan kesopanan atau kata yang lebih halus. “Anak anda sedikit tertinggal dalam belajar” “orang tersebut tuna netra”
KATA ULANG 1. Berdasarkan jenisnya a. Dwilingga , tidak mengalami perubahan (meja-meja, kursi-kursi, bukubuku) b. Dwilingga salin suara, berganti suara di akhir atau di awal kata. (mondar-mandir, sayur-mayur) c. Dwipurna, terjadi akibat adanya pengulangan suku awal kata (tetamu,lelaki,tetangga) d. Berimbuhan, yang memiliki imbuhan (bermain-main, menari-nari) e. Semu, digunakan sebagai nama suatu benda. (lumba-lumba, gado-gado, kurakura)
2. Berdasarkan maknanya
a. Serba, (putih-putih, bulubulu) b. Intensitas, -
Kuanlitatif (pandaipandai, kuat-kuat) - Kuantitatif (bukubuku,mobil-mobil) - Variatif (buah-buahan, sayur-sayuran) - Frekuentatif (memanggilmanggil, memukul-mukul) c. Menyerupai, (mobil-mobilan, orang-orangan) d. Menyatakan sesuatu hal, (masak-memasak) e. Agak, (kemerahmerahan,kekuning-kuningan) f. Saling, (bersalam-salaman, pukul-memukul)
FRASA 1. Bentuk makna a. Frasa endosentrik - Setara, frasa yang memiliki kesetaraan (Bendera Merah Putih berkibar) - Bertingkat, (Kakek membeli sepatu batu di pasar; dapat ditulis Kakek membeli sepatu. Karena sepatu dapat berdiri sendiri sedangkan baru tidak bias) b. Frasa eksosentrik
Merupakan frasa ynag bergantung dengan pasanganya dan tidak dapat berdiri sendiri. Frasa ini biasanya didahului dengan kata depan, seperti ke, di, dari (Ibu membeli jeruk di pasar; karena di tidak dapat berdiri sendiri tanpa pasar dan sebaliknya pasar tidak dapat berdiri sendiri tanpa di) 2. Jenis kata a. Frasa nominal, memiliki unsur inti berupa kata benda. (rumah besar, inti yang diterangkan adalah rumah) b. Frasa verba, memiliki unsur inti kata kerja. (sedang makan. Inti yang diterangkan adalah makan) c. Frasa adjektiva, memiliki unsur inti kata sifat (sangat cantik, inti yang diterangkan adalah cantik) d. Frasa adverbial, tidak mempunyai inti hanya gabungan dua kata keterangan. (tadi sore, sudah akan) e. Frasa preposisi, didahului kata depan tanpa mempunyai inti (ke kantor, ke terminal) f. Frasa numeral, menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu (dua ekor, lima ekor) 3. Makna
a. Frasa ambiguitas, frasa yang memiliki lebih dari satu makna. (lukisan ayah dipajang di dinding. Frasa tersebut memiliki tiga makna 1. Lukisan milik ayah, 2. Lukisan gambar ayah, 3. Lukisan buatan ayah.) b. Frasa idiomatic, frasa yang bermakna konotasi (tangan panjang, bunga desa, meja hijau, banting tulang)