Satuan_acara_penyuluhan_tentang_pencegah (1).docx

  • Uploaded by: Ari Aprian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Satuan_acara_penyuluhan_tentang_pencegah (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,040
  • Pages: 12
A. LATAR BELAKANG Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya dan juga berpengaruh pada anggota keluarganya. Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya. Pencegahan jatuh pada lansia harus diperhatikan oleh semua pihak yaitu keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak yang menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai faktor risiko jatuh pada lansia (Maryam, 2009). Perawat dan pihak rumah sakit atau panti jompo harus menunjang fasilitas dengan pengawasan penuh akan aktivitas masingmasing lansia yang dirawat dan juga pemenuhan fasilitas yang aman di daerah yang memungkinkan untuk terjadinya kejadian jatuh. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada lansia nenek NM di ruang isolasi PSTW Wana Seraya Bali tanggal 16 Oktober 2017 bahwa mengalami patah tulang paha kanan akibat jatuh di halaman PSTW. Oleh karena itu, kelompok ingin memberikan penyuluha kepada lansia nenek NM. B. TUJUAN

1.

Tujuan Umum Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan lansia NM dapat mengerti dan memahami mengenai pencegahan jatuh.

2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan pendidikan kesehatan lansia NM dapat: 1. Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian Jatuh 2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab jatuh 3. Mengetahui dan mampu menyebutkan cara pencegahan jatuh. 4. Mengetahui dan mampu menjelaskan cara menolong lansia yang jatuh. C. RENCANA KEGIATAN 1. Nama Kegiatan

: Penyuluhan Pencegahan Jatuh Pada Lansia

2. Waktu dan tempat

: Pukul 08.30 WITA/ Ruang Isolasi PSTW

3. Pengorganisasian kelompok  Penyuluh

: Hapu Ammah Yohana Dewi



Fasilitator

: Maria Rambu K Longa



Observer

: Natalia Kahi Wonji

4. Sasaran

: Lansia Nenek NM

5. Alat dan Media

:

 Leaflet 6. Metode

: Ceramah dan dsikusi

7. Susunan Acara

:

a. Proses Kegiatan

N o 1.

Kegiatan Penyuluh

Kegiatan Audien

Pendahuluan: a. Menyampaikan salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan d. Menyampaikan kontrak waktu e. Apersepsi

a. Membalas salam b. Mendengarkan dengan aktif c. Mendengarkan dan memberikan respon

Waktu 2 menit

2.

3.

4.

Penjelasan Materi 1. Pengertian jatuh 2. Penyebab jatuh pada lansia 3. Pencegahan jatuh 4. Cara menolong lansia yang jatuh Evaluasi a. Mengevaluasi penerimaan informasi b. Memberikan pertanyaan lisan Penutup a. Menyimpulkan penyuluhan b. Memberikan salam Total Waktu

a. Mendengarkan, memperhatikan b. Menanyakan hal-hal yang belum jelas

10 menit

2 menit a. Menjawab pertanyaan b. Mendemonstrasikan kembali tentang cara pembuatan larutan jeruk nipis kecap 1 menit

hasil

a. Aktif bersama menyimpulkan. b. Membalas salam

dalam

15 menit

b. Setting Tempat Keterangan: Penyuluh dan peserta dalam penyuluhan duduk berhadapan. = Penyaji 8. Kriteria Evaluasi

= Lansia NM

a. Evaluasi Struktur  Persiapan Media Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap, disiapkan minimal 15 menit sebelum penyuluhan dan dapat digunakan dalam penyuluhan, yaitu : leaflet.  Persiapan Materi Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan disampaikan melalui leaflet . Materi dan media sudah disiapkan minimal dua hari sebelum penyuluhan.  Persiapan Peserta

Penyuluh sudah mengontrak waktu dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan sehari sebelum penyuluhan dilakukan.  Persiapan Tempat Tempat yang akan dipakai untuk melaksanakan penyuluhan sudah siap dengan baik minimal 15 menit sebelum penyuluhan dimulai.  Persiapan Pertanyaan Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada sasaran sudah dipersiapkan ketika penyusunan materi. b. Evaluasi Proses Lansia NM dapat menyimak penyuluhan sampai selesai. c. Evaluasi Hasil 1) Jangka Pendek 

Lansia NM mampu menjelaskan dengan benar cara pencegahan jatuh



Lansia NM mampu menyebutkan dengan benar 6 dari 9 cara mencegah jatuh pada lansia.



Lansia NM mampu menyebutkan dengan benar 3 dari 5 cara menolong lansia dari jatuh jika masih bisa bangun.



Lansia NM mampu menyebutkan dengan benar 3 dari 4 cara menolong lansia dari jatuh jika tidak bisa bangun.

Poin Pertanyaan -

Apa penyebab jatuh pada lansia?

-

Bagaimana cara menolong lansia yang jatuh jika masih bisa bangun?

-

Bagaimana cara menolong lansia yang jatuh jika tidak bisa bangun?

2) Jangka Panjang Meningkatnya pengetahuan lansia tentang pencegahan jatuh dan tidak ada kejadian jatuh.

Lampiran Materi 1. Defenisi Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996). Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan sebagainya.

Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas. Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al, 2001).

2. Faktor – Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan Kecelakaan pada Lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: a. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope yang sering meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. b. Faktor ekstrinsik

Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di lantai, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan bendabenda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. 3. Pencegahan Jatuh Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua: a. Latihan fisik Latihan fisik meningkatkan

diharapkan kekuatan

mengurangi tungkai

dan

resiko tangan,

jatuh

dengan

memperbaiki

keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan. Latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki. b. Managemen obat-obatan Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya: 1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat 2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan 3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers 4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat 5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan c. Modifikasi lingkungan. 1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu.

2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu. 3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi. 4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah. 5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. 6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga. 7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. 8) Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin. 9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. 10) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi. d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya: 1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. 2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. 3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai. 4) Hindari olahraga berlebihan. e. Alas Kaki 1) Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki: 2) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar 3) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan 4) Pakai sepatu yang antislip f. Alat Bantu Jalan 1) Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaan alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. 2) Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya satu ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane.

Pemilihan tipe cane yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi yang menunjang berat badan. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah fourwheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. g. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran. h. Hip protektor: terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis. i. Memelihara Kekuatan Tulang 1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat 2) 3) 4) 5)

terjatuh pada orang tua Berhenti merokok Hindari konsumsi alcohol Latihan fisik Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor

estrogen 6) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti. 4. Cara menolong lansia yang jatuh a. Cara bangun setelah jatuh tanpa penolong Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika masih bangun adalah  Mengangkat badan dengan bantuan siku  Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan   

lurus Pegang permukaan kursi atau benda untuk membantu berdiri Hadapkan tubuh ke kursi untuk berdiri Putar badan pelan pelan dan duduk di kursi

Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika lansia tidak bisa bangun adalah sebagai berikut: 

Menarik perhatian dengan memukul benda atau membunyikan alarm atau menelpon jika bisa.



Temukan bantal/guling/pakaian yang digulung dan letakkan dibawah kepala.



Untuk menjaga kehangatan, selimuti badan dengan pakaian, taplak atau kain yang ada di sekitar.



Untuk menjaga pergerakan, ubah posisi untuk menghindari tekanan pada luka, gerakkan sendi untuk menghindari kekakuan dan meningkatkan sirkulasi.

b. Cara bangun yang benar setelah jatuh dengan penolong 1) Tenangkan lansia dan biarkan lansia tetap berbaring sambal anda memeriksa apakah ada cedera. Tanyakan kepada lansia apakah bisa bergerak. 2) Tempatkan dua buah kursi yang saling berhadapan di dekat lansia. Jika lansia bisa bergerak, bantu lansia dengan lembut bergeser ke samping. 3) Bantu lansia berpegang pada kursi dihadapannya. Arahkan lansia untuk mengangkat badannya dengan bertopang pada lututnya. 4) Arahkan lansia untuk mengangkat badannya setengah berdiri bertopang pada kedua tangannya di kursi dihadapannya. Dekatkan kursi di belakang lansia kearahnya. 5) Persilahkan

lansia

untuk

duduk

dengan

tenang.

Jangan

meninggalkan lansia sebelum anda memastikan tidak ada cedera.

DAFTAR PUSTAKA Craven & Hinrle. 2000. Pain perception and Management Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott. Kozier & Erb. 2004. Pain Management Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall. Sani, P. A. 2016. Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK Unud. Taylor, Lillis, & Le Mone. 1997. Comfort Fundamentals of nursing: The art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"