SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan
: Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Populasi Penyakit Infeksi Campak
Sub Pokok Bahasan : Campak Hari/Tanggal
:
Waktu
: 40 menit
Tempat
: Gampong
Sasaran
: Seluruh Masyarakat Gampong
A. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di dunia, meskipun tersedia vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi. Selama tahun 2000 sampai 2013, imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di seluruh dunia (WHO, 2015). Sedangkan, menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012), Indonesia merupakan Negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit campak terbanyak dengan jumlah 15.489 kasus, urutan kedua terbanyak adalah Thailand dengan 5.197 kasus, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki jumlah lebih sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus. Menurut Kemenkes RI (2015), campak merupakan penyakit endemik di negara berkembang termasukIndonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
1
pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan klien/masyarkat dapat mengerti dan memahami tentang penyakit campak. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan ini audiens/masyarakat dapat : a. Menjelaskan pengertian campak dengan bahasa sederhana. b. Menjelaskan penyebab dari penyakit campak. c. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit campak. d. Menjelaskan jenis-jenis campak. e. Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit campak. f. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit campak.
C. Materi Penyuluhan 1. Pengertian Campak 2. Penyebab Campak 3. Tanda Dan Gejala Campak 4. Jenis-Jenis Campak 5. Cara Penularan Campak 6. Cara Pencegahan Campak
D. Metode Penyuluhan 1.
Ceramah
2
2.
Tanya Jawab
E. Media/Alat Bantu 1.
LCD
2.
Laptop
3.
Microsoft Power Point
F. Materi dan Proses Kegiatan Kegiatan NO
Tahap
Waktu Penyuluhan
1.
Pembukaan
3 menit
Sasaran
a. Mengucapkan salam
a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri
b. Menyimak dan
c. Menjelaskan tujuan 2.
Tahap Appersepsi
Menanyakan
2 menit
pengetahuan
memperhatikan audiens Mendengar,
dan
tentang penyakit campak meliputi menerima pengertian, penyebab, serta tanda dan gejala
3.
Tahap Informasi (Kegiatan Inti)
30 menit
Menjelaskan tentang:
Menyimak
a. Pengertian Campak
memperhatikan
dan
b. Penyebab Campak c. Tanda dan Gejala Campak d. Cara penularan Campak e. Cara pencegahan Campak Memberikan kesempatan bertanya dan a. Mendengarkan menjawab pertanyaan
dan memperhatikan
dd
b. Menjawab pertanyaan
3
3.
Penutup
5 menit
G. Evaluasi Jenis Evaluasi
a. Mengevaluasi tingkat pemahaman a. Menjawab audiens tentang materi yang telah pertanyaan diberikan b. Menyimpulkan materi tentang b. Mendengarkan penyakit campak dan menyimak c. Menutup acara dan mengucapkan c. Menjawab salam salam
: Pertanyaan Terbuka
Bentuk
: Lisan
Waktu
: Setelah dilakukan Penyuluhan
Soal
:
1. Jelaskan pengertian Campak? 2. Jelaskan penyebab Campak? 3. Sebutkan tanda dan gejala Campak? 4. Jelaskan cara penularan Campak ? 5. Jelaskan cara pencegahan Campak?
H. Daftar Pustaka Achmad, Rizki Azhari. 2015. Campak. https://www.academia.edu/18550100/Campak. Diakses pada 28 November 2018. Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Depkes RI. Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan 1. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC. WHO. 2015. Status Campak Dan Rubella Saat Ini Di Indonesia. Jakarta.
4
B. Santosa. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta: Prima Medika. Wilkinson.
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
5
Materi Penyuluhan
CAMPAK A. Pengertian Campak Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular, disebabkan oleh virus dengan gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala mata, diikuti erupsi makulopapula berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi kulit (Rizki Azhari Achmad, 2015). Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (Balita) akan tatapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini (Rizki Azhari Achmad, 2015). Penyakit campak sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang anakanak yang sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di negara di masa anak yang menderita kurang gizi sangat bayak, campak merupakan penyakit yang berakibat fatal (Rizki Azhari Achmad, 2015). Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali (Rizki Azhari Achmad, 2015).
B. Etiologi (Penyebab) Campak Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir (Nelson, 2000).
6
Virus ini berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks 5 nukleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin (Nelson, 2000).
C. Tanda dan Gejala Campak Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: 1. Panas badan 2. Nyeri tenggorokan 3. Hidung meler (coryza) 4. Batuk (cough) 5. Bercak koplik 6. Nyeri otot 7. Mata merah (conjunctivitis) Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni: 1. Stadium Kataral atau Prodormal Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi atau daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya
7
seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnosa pasti terhadap penyakit campak. 2. Stadium timbulnya Bercak (Erupsi) Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3-7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak. 3. Stadium konvalensi atau penyembuhan Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
D. Jenis-Jenis Campak 1. Campak Rubella Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapatkan saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguna pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa 8
hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi tarapeutik, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubella selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubella kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubella pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaucoma, mikrosefalus, dan kelinan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan system saraf pusat. Janin dengan CSR sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubella yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan. Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mngakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi anatar 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampit 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubeela pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasnya terdiri dari 2 bagian: viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut. Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan sehingga sulit untuk dilihat. Jiak tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus. Rubella biasnya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:
9
a. Demam ringan dengan suhu 38,9oC atau lebih rendah b. Sakit tenggorokan c. Ruam berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebab dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula. d. Pembengkakan kelenjar leher e. Sakit kepala f. Hidung tersumbat atau pilek g. Radang h. Mata merah 2. Campak Gondongan Gondong merupakan infeksi virus menular yang terutama terjadi di kalangan anak usia sekolah. Imunisasi dengan vaksin MMR mencegah penyakit ini. Penderita gondong harus menjauhi diri dari orang lain selama sembilan hari setelah pembengkakan mulai timbul. Virus gondong biasanya menyebabkan pembengkakan di kelenjar air liur (parotis), tepat di bawah telinga, memberikan penampilan seperti “wajah hamster.” Sebelum mendapatkan vaksin gondong, perlu diketahui bahwa gondong adalah penyebab paling sering dari meningitis viral (radang selaput otak dan selaput sumsum tulang belakang) dan tuli. Pada pria, gondongan dapat menginfeksi testis, yang dapat mempengaruhi kesuburan. Gejala umum gondong adalah demam, hilang nafsu makan, lelah dan sakit kepala diikuti dengan pembengkakan dan rasa sakit pada kelenjar liur. Satu atau lebih banyak kelenjar liur parotid (yang terletak dalam pipi, dekat garis rahang, di bawah telinga) paling sering terlibat. a. Hampir sepertiga dari orang yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala apapun. b. Gondong biasanya suatu penyakit yang lebih parah di kalangan penderita yang terinfeksi setelah akil balig.
10
c. Komplikasi dari gondong jarang terjadi dan dapat termasuk peradangan otak (ensefalitis), selaput otak dan tulang punggung (meningitis), buah pelir (orkitis), ovari (ooforitis), payudara (mastitis), keguguran spontan dan kehilangan pendengaran. Kemandulan (tidak mampu beranak) pada kaum pria amat jarang. Gondong ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus gondong yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke udara oleh seseorang yang dapat menularkan penyakit. Virus gondong juga ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. a. Penderita gondong dapat menularkan penyakit sampai tujuh hari sebelum dan sembilan hari setelah mulai pembengkakan kelenjar liur. Penularan maksimum terjadi antara 2 hari sebelum dan 4 hari setelah gejala timbul. b. Waktu dari saat eksposur pada virus ini dan jatuh sakit dapat berkisar antara 12 sampai 25 hari tetapi paling umum dari 16 sampai 18 hari.
E. Cara Penularan Campak Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau campak artinya, seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra sekolah dan anakanak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah : a. Bayi berumur lebih dari 1 tahun
11
b. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi c. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua (Nelson, 2000).
F. Cara Pencegahan Campak Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi/campuran dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps/gondongan, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Jika hanya mengandung campak, vaksin campak untuk bayi diberikan pada usia 9 bulan (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Kegiatan dalam pengkajian ini adalah pengumpulan data, untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Pengkajian pada pasien campak terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesa a. Identitas klien/status kesehatan umun Beisi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pendidiksn, pekerjaan, status, dan alamat. Campak dapat menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil. b. Keluhan utama Adanya demam, batuk, pilek, malaise, ruam, dan rasa gatal. c. Riwayat Penyakit sekarang
12
Biasanya pasien mengeluh demam yang meningkat secara bertahap sampai dengan hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya klien belum pernah mendapatkan imunisasi. Kaji adanya riwayat penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid dan antibiotik, gangguan autoimune, dan penyakit kronis seperti diabetes melitus. e. Riwayat kesehatan keluarga Kaji adanya riwayat penyakit keturunan, kecendrungan alergi dalam satu kelarga, dan kemungkinan penularan penyakit akibat kontak langsung droplet antar anggota keluarga. f. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Dapat diisi dengan faktor-faktor lingkungan yang meliputi beberapa aspek, yaitu : 1) sebagai sumber penularan, 2) adanya polusi udara, 3) pencemaran lingkungan yang lain, 4) perubahan iklim, 5) situasi dan kondisi klien yang menigkatkan trauma. Biasanya epidemi terjadi pada permulaan musim hujan, karena meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembaban yang relatif rendah. g. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan Dapat diisi dengan persepsi kilen/keluarga terhadap konsep sehat sahitdan upaya klien/keluarga dalam bnetuk pengetahuan, sikap gaya hdup klien/keluarga untuk mempertahankan kondisi sehat. 2) Pola nutrisi Pada klien dengan campak biasanya dinding posterior faring menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan. Kaji adanya penurunan nafsu makan akibat adanya mual dan muntah. 3) Pola eliminasi Kemungkinan terjadi komplikasi diare
13
4) Pola aktivitas Klien biasanya mengalami malaise. 5) Pola istirahat tidur 6) Pola persepsi sensori 7) Pola konsep diri Adanya ruam diseluruh tubuh, dapat mengakibatkan klien malu pada kondisi tubuhnya saat ini. 8) Pola peran berhubungan 9) Pola mekanisme koping 10) Pola seksual seksualitas 11) Pola nilai dan kepercayaan 2. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Berisi keadaan umum, tanda-tanda vital dengan monitor suhu tubuh yang bisa mencapai 40 derajat celcius b. Kepala 1) Rambut : warna, disrtibusi, kebersihan, kutu 2) Muka bengkak. Eritema timbul dibelakang telinga. Ruam menyebar keseluruh muka. Lesi pada muka yang cenderung bergabung 3) Mata : terdapat konjungtivitis. Selanjtnya gejala tersebut tertutup oleh peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan edema palpebra dan krunkla. Lakrimais meningkat dan fotofobia 4) Hidung : terdapat coryza (pilek). Tanda pertama berupa bersinbersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu, dan sekret mukopurulen yang lebih berat pada puncak stadium erupsi 5) Mulut : timbul enantema atau titik merah dipalatum durum dan paltum mole. Ditemukanya spesifik enanthema koplik’s spot pada mukosa pipi didepan molar 3 6) Telinga : Eritema timbul dibelakang telinga, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah
14
c. Leher : 1) Eritema di bagian atas lateral tengkuk 2) Ruam mulai timbul pada bagian samping atas leher, perbatasan rambut dikepala dan meluas ke dahi 3) Lesi pada leher yang cenderung bergabung 4) Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang d. Thorax (dada) 1) Inspeksi : Ruam pada daerah dada dan punggung 2) Palpasi 3) Perkusi 4) Auskultasi e. Abdomen 1) Inspeksi : Curiga black measles yaitu morbili yang disetari perdarahn pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. Ruam pada daerah perut 2) Palpasi 3) Perkusi 4) Auskultasi f. Tulang belakang g. Ekstremitas : 1) Kekuatan otot 2) Range of motion 3) Perabaan akral 4) Perubahan bnetuk tulang 5) CRT (< 3 detik) 6) Terdapat koplik’s spot kurang lebih 2 hari sebelum ruam muncul. Kopli’s spot berupa suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahannya didaoatkan noda berwarna putih keabua-abuan
15
7) Ruam menyebar ke ekstremitas atas, kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki pada hari ketiga. 8) Lesi lebih sedikit dari pada daerah dada, perut, dan punggung. 9) Pada hari keempat lesi berubah menjadi berwarna kecoklatan, kemudian timbul perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan h. Genitalia dan anus Kaji kebersihan genitalia dan anus i. Pemeriksaan neurologis 1) Pemeriksaan GCS 2) Pemeriksaan kesadaran kualitatif 3) Rangsangan meningeal 3. Pemeriksaa Penunjang a. Laboratorium 1) Adanya leukopeni dan limfositosis pada hapusan darah tepi 2) Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya multinucleated giant cell yang khas 3) Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 2-3 minggu kemudian. Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak dan kenaikan Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 2-4 minggu kemudian) 4. Terapi
16
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi. Obat simptomatik yang perlu di berikan antara lain ; a. Anti demam b. Anti batuk c. Vitamin A d. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai dengan komplikasi. Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerlukan rawat inap di RS
17
2. Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1
Gangguan citra tubuh
NOC
NIC
Definisi : Konfusi dalam gambaran mental a. Body Image
Body image enhancement
tentang diri-fisik individu
b. Self esteem
a. Kaji secara verbal dan non verbal
Batasan Karakteristik :
Kriteria Hasil
respon klien terhdap tubuhnya
a. Perilaku memantau individu
a. Body image positif
b. Monitor
b. Respon nonverbal terhadap perubahan b. Mampu mengidentifikasi kekuatan aktual pada tubuh (mis : penampilan, struktur, fungsi) c. Respon
personal c. Mendiskripsikan
nonverbal
terhadap
persepsi
faktual
perubahan fungsi tubuh
perubahan pada tubuh (mis : penampilan, d. Mempertahankan interaksi sosial struktur, fungsi) d. Mengungkapkan mencerminkan
mengkritik
tentang
pengobatan,
dirinya c. Jelaskan
secara
frekuensi
perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit d. Dorong
klien
mengungkapkan
perasaanya perasaan perubahan
yang
e. Identifikasi
pandangan
arti
pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
tentang tubuh individu (mis : penampilan,
f. Fasilitasi kontak dengan individu
struktur, fungsi)
lain dalam kelompok kecil
18
e. Mengungkapkan
persepsi
yang
mencerminkan perubahan individu dalam penampilan Objektif a. Perilaku mengenali tubuh individu b. Perilaku memantau tubuh individu c. Perubahan dalam keterlibatan sosial d. Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh e. Tidak menyentuh bagian tubuh f. Kehilangan bagian tubuh Subjektif a. Depersonalisasi bagian yang melalui kata ganti yang netral b. Penekanan pada kekuatan yang tersisa c. Ketakutan terhadap reaksi orang lain d. Fokus pada penampilan masa lalu e. Perasaan negatif tentang sesuatu f. Fokus pada perubahan
19
g. Fokus pada kehilangan h. Menolak memverifikasi perubahan aktual i. Mengungkapkan perubahan gaya hidup Faktor yang berhubungan : a. Biofisik, kognitif b. Budaya, tahap perkembangan c. Penyakit, cedera d. Perceptual, psikososial, spiritual e. Pembedahan, trauma f. Terapi penyakit
2
Kerusakan integritas kulit definisi : NOC Perubahan/ gangguan epidermis dan/ dermis Batasan Karakteristik :
NIC
a. Tissue Integrity : Skin and Pressure Management a. Anjurkan
Mocous
pasien
a. Kerusakan lapisan kulit (dermis)
b. Membranes
menggunakan
b. Gangguan permukaan kulit (epidermis)
c. Hemodyalis akses
longgar
c. Invasi struktur tubuh
Kriteria Hasil :
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
Faktor yang berhubungan
a. Integritas kulit yang baik bisa
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap
Eksternal
dipertahankan
20
(sensasi,
bersih dan kering
pakaian
untuk yang
a. Zat kimia, radiasi
elastisitas, temperatur, hidrasi,
b. Usia yang ekstrim
pigmentasi)
pasien) setiap 2 jam sekali
c. Kelembaban
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
d. Hipotermia,hipertermia
c. Perfusi jaringan baik
e. Faktor mekanik (mis, gaya gunting)
d. Menunjukan pemahaman dalam
f. Medikasi
proses
g. Lembab
mencegah
h. Imobilitas fisik
berulang
Internal
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi
perbaikan
e. Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan
kulit
terjadinya
dan secara
f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil ada daerah yang tertekan g. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
e. Mampu melindungi kulit dan
a. Perubahan status cairan
mempertahankan
kelembaban
b. Perubahan pigmentasi
kulit dan perawatan alami
h. Monitor status nutrisi pada pasien i. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
c. Perubahan turgor
Insition site care
d. Faktor perkembangan
a. Membersihkan,
memantau
dan
e. Kondisi ketidak seimbangan nutrisi
meningkatkan
f. Penurunan imunologis
penyembuhan pada luka yang
g. Penurunan sirkulasi
ditutup dengan jahitan klip atau
h. Kondisi gangguan metabolik
starples
i. Gangguan sensasi
proses
b. Monitor proses kesembuhan area
j. Tonjolan tulang
insisi
21
c. Monitor tanda dan gejala infeksi d. Bersihkan area sekitar jahitan pada area insisi e. Gunakan preparat antiseptik sesua program f. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
(tidak
dibalut)
sesuai
program
3
Ketidak
Efektifan
Bersihan
Jalan NOC
NIC
Napas definisi: ketidak mampuan untuk a.
Respiratory status :Ventilation
membersihkan sekresi atau obstruksi dari b.
Respiratory
saluran pernafasan untuk mempertahankan
patency
status
Airway Suction
:Airway a. Berikan O2 b. Identifikasi pada pasien perlunya
kebersihan jalan nafas.
Kriteria hasil :
memberikan alat bantu napas
Faktor faktor yang berhubungan dengan:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif c. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
a. Lingkungan
dan suara nafas yang bersih, tidak
b. Perokok pasif
ada sianosis dan dyspneu (mampu d. Posisikan
c. Mengisap asap
mengeluarkan sputum, bernafas
22
napas dalam pasien
memaksimalkan ventilasi
untuk
d. Merokok
dengan mudah, tidak ada pursed e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e. Obstruksi jalan nafas :
lips)
1) spasme jalan nafas
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
b. Menunjukkan jalan nafas yang
2) sekresi tertahan
paten
3) banyaknya mukus
tercekik, irama nafas, frekuensi
4) adanya jalan nafas buatan
pernafasan dalam rentang normal, h. Berikan bronkodilator
5) sekresi bronkus, adanya eksudat di
tidak ada suara nafas abnormal)
alveolus 6) adanya benda asing di jalan nafas.
(klien
tidak
suction
merasa g. Auskultasi
suara
nafas,
catat
adanya suara tambahan
i. Monitor status hemodinamik
c. Mampu mengidentifikasikan dan j. Berikan pelembab udara Kassa mencegah faktor yang penyebab.
basah NaCl Lembab
Batasan Karakteristik :
d. Saturasi O2 dalam batas normal
k. Berikan antibiotik
a. tidak ada batuk
e. Foto thorak dalam batas normal
l. Atur
b. tidak ada suara tambahan
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
c. dispneu
m. Monitor respirasi dan status O2
d. Penurunan suara nafas
n. Pertahankan hidrasi yang adekuat
e. Orthopneu
untuk bmengencerkan secret
f. Cyanosis
o. Jelaskan pada pasien dan keluarga
g. Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
tentang penggunaan peralatan : O2,
h. Kesulitan berbicara
Suction, Inhalasi
23
i. Batuk, tidak efektif atau tidak ada
p. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
produksi sputum
suctioning
j. Gelisah
q. Monitor status oksigen pasien
k. Perubahan frekuensi dan irama nafas
r. Buka jalan nafas dengan teknik head thin chin lift atau jaw thrustbila perlu s. Auskultasi suara nafas sebleum dilakukan suctioning t. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang sucktioning
4
Hipertermia definisi: peningkatan suhu NOC
NIC
tubuh diatas kisaran Normal
Thermoregulasi
Fever Treatment
Faktor faktor yang berhubungan dengan :
Kriteria hasil:
a. Monitor suhu sesering mungkin
a. Anestesia
a. Suhu dalam rentang Normal
b. Monitor warna dan suhu kulit
b. Medikasi
b. Nadi dan RR dalam rentang c. Monitor tekanan darah, nadi dan
c. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan lingkungan d. penyakit/ trauma
normal
RR
c. Tidak ada perubahan warna kulit d. Monitor dan tidak ada pusing
e. peningkatan metabolisme
penurunan
tingkat
kesadaran e. Monitor WBC, Hb, dan Hct
24
f. aktivitas yang berlebih
f. Monitor intake dan output
g. dehidrasi
g. Berikan anti piretik & Antibiotik
h. peningkatan suhu tubuh
h. Selimuti pasien
Batasan Karakteristik
i.
Berikan cairan intravena
j.
Kompres pasien pada lipat paha
a. Konvulsi
dan aksila
b. Takipnea
k. Tingkatkan sirkulasi udara
c. kenaikan suhu tubuh diatas rentang
l.
normal
Tingkatkan
intake
cairan
dan
nutrisi
d. serangan atau konvulsi (kejang)
m. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
e. kulit kemerahan
n. Catat adanya fluktuasi tekanan
f. pertambahan RR
darah
g. takikardi
o. Monitor hidrasi seperti turgor
h. Kulit teraba panas/ hangat
kulit,
kelembaban
membran
mukosa) p. Monitor tanda tanda hipertermi q. Lakukan tapid sponge r. Monitor IWL s. Monitor Wbc, Hb, Hct
25
t. Berikan obat mencegah terjadinya menggigil u. Auskultasi TD pada kedua lengan v. Monitor sianosis perifer w. Monitor adanya cushing triad x. Identifikasi perubahan VS
5
Nyeri akut definisi: pengalaman sensori dan NOC
NIC
emosional yang tidak menyenangkan yang
a. Pain Level
a. Pain Management
muncul akibat kerusakan jaringan yang
b. Pain control
aktual atau potensial atau digambarkan dalam
c. Comfort level
1) Lakukan
yang tiba tiba atau atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yangb dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan. Faktor yang berhubungan :
lokasi, Kriteria hasil:
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi bantuan)
26
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri
secara komprehensif termasuk
hal kerusakan sedemikian rupa (international assotiation for the study of pain ) : awitan
pengkajian
nyeri,
mencari
presipitasi 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Agen injuri (biologi, kimia,fisik, psikologis), kerusakan jaringan Batasan Karakteristik :
b. Tingkah laku berhati-hati c. Perubahan tekanan darah
f. Laporan isyarat
sulit
4) Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang dengan menggunakan
mempengaruhi nyeri seperti
manajemen nyeri
suhu ruangan, pencahayaan dan
(mata
atau
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri)
6) Kaji tipe dan sumber nyeri
f. Tidak mengalami gangguan tidur
relaksasi, distraksi, kompres
napas
dala,
hangat/ dingin
kacau,
8) Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
h.
Terfokus pada diri sendiri
i.
Fokus menyempit (penurunan persepsi kerusakan
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
menyeringai)
waktu,
untuk menentukan intervensi
e. Tanda vital dalam rentang normal sayu,tampak
gerakan
kebisingan
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri berkurang
e. Diaforesis
capek,
nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah
d. Perubahan frekuensi pernapasan
tidur
bahwa
c. Mampu mengenali nyeri (skala,
a. Sikap tubuh untuk melindungi
g. Gangguan
b. Melaporkan
proses
9) Tingkatkan istirahat 10) Berikan
berpikir,
informasi
tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
penurunan interaksi dengan orang dan
berapa
lingkungan)
lama
berkurang
dan
nyeri
akan
antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
27
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-
11) Monitor vital sign sebelum dan
jalan, menemui orang lain dan/atau
sesudah pemberian analgesik
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
pertama kali
k.
Respon autonom (seperti diaphoresis, b. Analgesik Administration
perubahan tekanan darah, perubahan
1) Tentukan lokasi, karakteristik,
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
kualitas
l. Perubahan autonomic dalam tonus otot
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
2) Cek instruksi dokter tentang
kaku)
jenis obat, dosis, dan frekwensi
m. Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah,
3) Cek riwayat alergi
merintih, menangis, waspada, iritabel,
4) Pilih analgesik yang diperlukan
nafas panjang/berkeluh kesah)
atau kombinasi nanalgesik lebih
n. Perubahan dalam nafsu makan dan
dari satu
minum
5) Tentukan analgesik tergantung beratnya nyeri 6) Pilih rute pemberian 7) Evaluasi efektivitas analgesik tanda dan gejala
28
8) Berikan analgesik tepat waktu
3. Discharge Planning Menurut NANDA 2015 sebagai berikut: a. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis b. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama. c. Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder d. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan karena dapat menyebabkan penyebaran virus ke kornea yang mengakibatkan kebutaan e. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes f. Banyak minum air putih g. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat mebuat daya tahan tubuh meningkat h. Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih i. Jika terjadi campak diupayakan untuk mengisolasi penderita untuk mencegah penularsan
29