SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG DEMAM TYPOID
A. Topik penyuluhan : Demam Typoid B. Sasaran
: Pasien dan keluarga pasien
C. Waktu dan tempat Penyuluhan ini dilaksanakan pada : Hari/tanggal
: Jumat 05 April 2019
Pukul
: 09.00 - Selesai
D. Tempat
: Poli Anak
E. Pemateri
: A. Ayub Awu Abdullah, S.Kep
F. Tujuan Umum : Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit, pasien mampu memahami konsep penyakit demam Typoid G. Tujuan Khusus Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit, pasien mampu menjelaskan : a. Agar pasien dapat mengetahui apa itu Demam Typoid b. Agar pasien dapat mengetahui penyebab Demam Typoid c. Agar pasien dapat mengetahui tanda dan gejala Demam Typoid d. Agar pasien dapat mengetahui Komplikasi Demam Typoid e. Agar pasien dapat mengetahui Penanganan Non Farmakologis Demam Typoid f. Agar pasien dapat mengetahui pencegahan Demam Typoid g. Agar pasien mengetahui obat tradisional dalam mengobati Demam Typoid H. Pokok bahasan a. Pengertian Demam Typoid b. Penyebab Demam Typoid c. Tanda Dan Gejala Demam Typoid d. Komplikasi Demam Typoid e. Penatalaksanaan Demam Typoid f. Pencegahan Demam Typoid
I. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab J. Media Penyuluhan a. Poster b. Leaflet K. Materi penyuluhan LAMPIRAN L. Kegiatan penyuluhan No
WAKTU
KEGIATAN PENYULUH
KEGIATAN PESERTA
. 1.
(±1-5
Pembukaan:
menit)
a. Membuka kegiatan dengan
a. Menjawab salam.
mengucapkan salam. b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan dari
b. Mendengarkan. c. Memperhatikan.
penyuluhan. d. Menyebutkan materi yang
d. Memperhatikan.
akan diberikan. 2.
(±10 menit)
Pelaksanaan:
a. Menjelaskan
Pengertian
a.
Memperhatikan.
Penyebab
b.
Memperhatikan.
c. Menjelaskan Tanda Dan
c.
Memperhatikan.
d.
Memperhatikan.
e.
Memperhatikan.
Demam Typoid b. Menjelaskan Demam Typoid
Gejala Demam Typoid d. Menjelaskan
Komplikasi
Demam Typoid e. Menjelaskan Penatalaksanaan
Demam
Typoid f. Menjelaskan
f.
Memperhatikan.
g.
Bertanya dan
Pencegahan
Demam Typoid
menjawab
g. Memberi kesempatan
3.
(±1-5 menit)
kepada keluarga maupun
pertanyaan yang
pasien untuk bertanya
diajukan.
Penutup:
a. Mengucapkan terima
a.
Mendengarkan.
b.
Menjawab salam
kasih atas peran serta pasien b. Mengucapkan salam penutup
M. Evaluasi Diharapkan sasaran mampu : a. Sebutkan penyebab Demam Typoid (min. 2) ! b. Sebutkan tanda dan gejala Demam Typoid (min 2) ! c. Sebutkan Pencegahan dari Demam Typoid ! d. Menyebutkan Pengobatan Tradisional Demam Typoid !
LAMPIRAN 1. Pengertian Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Marendra, 2010). Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali diselaput lendir usus dan jika tidak diobati secara progresif menyerbu jaringan diseluruh tubuh (Marendra, 2010). 2. Penyebab Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari ologoskarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015). 3. Patofisiologi Proses infeksi diawali dengan masuknya kuman salmonella thypimelalui makanan dan minuman yangsudah tercemar. Setelah sampai di lambung, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian kuman yang masih bertahan hidup melintasi sawar lambung mencapai
usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque payeri yang mengalami hipertrofi, setelah mengadakan multiplikasi di usus halus.Salmonella thypiyang sudah mengadakan multiplikasi mengakibatkan inflamasi pada daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi mukosa usus.Peningkatan pristaltik ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat, sehingga diruang usus terisi udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat terjadi peningkatan asam lambung dan mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang (Nigsih.W, 2017) 4. Tanda dan Gejala a. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari e. Nyeri kepala, nyeri perut f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi g. Pusing, bradikardi, nyeri otot h. Batuk i. Epiktaksis j. Lidah yang berselaput k. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus l. Gangguan mental berupa somnolen m. Delirium atau psikosis n. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda : Minggu
Keluhan
Minggu 1
Panas
Gejala berlangsung
insidious, tipe panas stepladder
Patologi
Gangguan saluran
Bakteremia
cerna
yang
mencapai 39-40º c, menggigil,
nyeri
kepala Minggu 2
Rash, nyeri abdomen,
Rose
sport,
Vaskulitis,
diare atau konstipasi,
splenomegali,
hiperplasi
delirium
hepatomegali
pada peyer’s patches, nodul typhoid pada
limpa
dan hati Minggu 3
Komplikasi
:
perdarahan
saluran
cerna, perforasi dan
Melena,
ilius,
Ulserasi pada
ketegangan
payer’s
abdomen, koma
patches,
syok
nodul
tifoid
pada
limpa
dan hati Minggu 4
Keluhan relaps, berat badan
(Nurarif & Kusuma, 2015)
menurun, penurunan
Tampak sakit berat,
Kolelitiasis,
kakeksia
carrier kronik
5. Komplikasi a. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan d. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu
meningitis,
kolesistisis,
ensefalopati,
dan
lain-
lain (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013). 6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah perifer lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus. c. Pemeriksaan uji widal Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum demam tifoid, juga pada orang yang pemah ketularan Salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam tifoid. Peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 (Cita, 2011).
d. Kultur Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga e. Anti salmonella typhi igM Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi, karena antibody igM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif & Kusuma, 2015) 7. Penatalaksanaan a. Non farmakologis 1) Bed rest 2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat b. Farmakologis 1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau IV selama 14 hari 2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari 3) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari 4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
8. Pencegahan a. Makanan dan minuman 1)
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang dijual dipinggir jalan, Tidak dilindungi oleh penutup
2)
Gemar mengkonsumsi makanan setengah matang atau bahkan mentah misalnya jenis yang dibakar dan dipanggang
3)
Makanan yang sudah melewati masa produk atau darluarsa dan makanan bekas kemarin (basi)
4)
Menghindari makanan buah dan sayur untuk sementara waktu untuk mencegah penumpukan gas diusus sehingga luka yang telah ada pada usus akibat serangan bakteri salmonella dapat segera disembuhkan. Untuk alternatifnya pasien akan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung protein dan kalori tinggi.
5)
Menghindari sementara minuman yang mengandung soda, Kafein termasuk kopi dan teh agar kondisi luka pada saluran cerna, Usus atau jaringan lain akibat bakteri salmonella mudah disembuhkan.
b. Menjaga kebersihan secara individu 1)
Tidak membiasakan diri mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau melakukan aktivitas sehari hari
2)
Malas mandi atau jarang mandi dan tidak mengganti baju
3)
Buang air besar atau kencing disembarang tempat tanpa mau membersihkan tempatnya
4)
Tidak membersihkan alat kelamin dengan baik dan benar setelah buang air besar dan kecil
5)
Membuang sampah sembarangan, membuang bangkai hewan tidak pada tempatnya misalnya tikus
9. Pengobatan Tradisional a. Madu asli
Madu asli adalah cairan kental berwarna cokelat dan manis yang berasal dari sarang lebah dan memiliki senyawa istimewa yaitu asam fenolet, Enzim glukosa oksidae dan flavonoid yang mampu memblokir pergerakan dan perkembangaan bakteri serta mengurangi infeksi yang ada di dalam usus akibat perlubangan (usus berlubang atau bocor akibat serangan bakteri salmonella typhi) Madu bisa diminum langsung atau ditambahkan air hangat matang dalam ukuran gelas kecil/sedang yang bisa dikonsumsii 3 kali sehari secara rutin. Pengobatan dengan menggunakan madu sangat disukai anak anak dan relatif mempercepat penyembuhan demam tifoid atau penyakit tifus. b. Buah mentimun Buah mentimun memiliki zat yang bersifat menenangkan jaringan tubuh yang menderita luka dan mengalami infeksi akibat virus atau bakteri termasuk salmonella thypi. Mentimun juga bertindak sebagai pendingin jaringan yang luka dan mempercepat penurunan suhu tubuh akibat demam tifoid. Bauh mentimun dapat diparut lalu diperas sarinya untuk kemudian diminum 3 kali sehari. Ramuan sederhana ini dapat diminum segala usia yang mengalami demam tifoid atau penyakit tifus. c. Pepaya Buah pepaya muda memiliki nutrisi yang mampu menurunkan panas tubuh akibta demam tifoid yang menyerang anak anak. Buah pepaya muda dapat diparut lalu peraslah airnya lalu dikonsumsi tanpa penambahan gula atau madu 2 kali sehari. (Hallo Sehat, 2015)