SATUAN ACARA PENYULUHAN “CA LARING” DI RUANG 17 RS SAIFUL ANWAR MALANG
OLEH: PROFESI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG MALANG 2019
LEMBAR PENGESAHAN Satuan Acara Penyuluhan CA Laring Di Ruang 17 RS Saiful Anwar Malang
Telah Disetujui Pada Hari: Kamis Tanggal: 26 Maret 2019
Pembimbing Instansi
Pembimbing CI Lahan
.....................................
........................................
Kepala Ruangan 17
....................................
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Pembahasan
: CA Laringan
Sub pokok pembahasan
: Pencegahan CA Laring
Sasaran
: Semua pasien dan keluarga di Ruang 17 RSSA Malang
Hari/tanggal
: Jumat, 29 Maret 2019
Tempat
: Depan Ruang 17 RSSA Malang
Pukul
: 09:00 WIB sampai slesai
A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang CA Laring diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang cara pencegahan CA Laring. 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien mampu : a. Menjelaskan pengertian CA Laring b. Mengetahui penyebab CA Laring c. Mengetahui faktor risiko CA Laring d. Menyebutkan tanda dan gejala CA Laring e. Mengetahui cara pencegahan CA Laring B. Materi (terlampir) Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi : 1. pengertian CA Laring 2. penyebab CA Laring 3. Mengetahui faktor risiko CA Laring 4. Menyebutkan tanda dan gejala CA Laring 5. Mengetahui cara pencegahan CA Laring C. Media 1. LCD/Proyektor 2. Leaflet D. Metode Penyuluhan 1. Ceramah 2. Tanya jawab
E. Setting Tempat
: Moderator
: LCD/Proyektor
: Penyuluh
: Peserta
: Fasilitator
: Observer F. Pengorganisasi 1. Moderator : Avin 2. Penyuluh : Diah, Gilvia 3. Fasilitator : Ifa, Ovita 4. Observer : Eka, Nadia Pembagian Tugas 1. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir 2. Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan 3. Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya 4. Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan No 1
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Respon Peserta
Pembukaan
1. Memberi salam
1. Menjawab salam
(5 menit)
2. Memperkenalkan diri
2. Mendengarkan dan
3. Menggali
memperhatikan
pengetahuan
3. Menjawab pertanyaan
keluarga pasien
4. Mendengarkan dan
tentang CA Laring 4. Menjelaskan tujuan Penyuluhan
memperhatikan 5. Menyetujui kontrak waktu
5. Membuat kontrak waktu 2
Kegiatan Inti (20 menit)
1. Menjelaskan tentang
1. Mendengarkan dan
Pengertian CA
memperhatikan
Laring
penjelasan Penyuluh
Penyebab CA Laring Faktor resiko CA Laring Tanda dan gejala CA Laring Cara Pencegahan CA Laring 2. Memberikan
2. Aktif bertanya
kesempatan untuk bertanya 3. Menjawab
3. Mendengarkan
pertanyaan peserta 3
Penutup
1. Menyimpulkan
1. Mendengarkan dan
(5 menit)
materi yang
Memperhatikan
disampaikan oleh penyuluh 2. Mengevaluasi
2. Menjawab pertanyaan
peserta atas
yang diberikan
penjelasan yang disampaikan dan penyuluh menanyakan kembali mengenai materi penyuluhan 3. Salam Penutup
3. Menjawab salam
H. Evaluasi 1. Evaluasi Lisan a. Apa pengertian CA Laring? b. Apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya CA Laring ? c. Apa saja Faktor resiko CA Laring? d. Sebutkan tanda dan gejala CA Laring ? e. Bagaimana cara pencegahan CA Laring ? 2. Evaluasi struktur Struktur persiapan sarana dan prasarana keluarga pasien. 3. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan saat penyuluhan berlangsung apakah keluarga pasien mendengarkan dengan baik dan menfeedback. 4. Evaluasi akhir Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui keluarga pasien memahami dari penyuluhan yang telah disampaikan.
MATERI CA LARING A. Defenisi Kanker Laring Papiloma adalah salah satu tumor jinak laring. Tumor ini kecil, tumbuh seperti jengger yang diduga akibat virus. Papiloma dapat diangkat secara eksisi bedah maupun dengan laser. Ahli bedah harus berhati-hati karena bagian laring yang tidak ditumbuhi tumor harus dipertahankan untuk mempertahanka fungsi. Tumor jinak lain pada laring adalah nodul dan polip sering terjadi pada orang yang menggunakan suaranya secara berlebihan. Kanker laring diklasifikasikan dan diterapi berdasarkan lokasi anatomisnya. Kanker laring (kotak suara) dapat terjadi pada glotis (pita suara sejati), struktur supraglotis (di atas pita suara) atau struktur subglottis (di bawah pita suara). American Cancer Society memperkirakan 8.900 kasus baru kanker laring setiap tahun, kebanyakan terjadi pada pria. Akan tetapi insiden kanker laring pada wanita terus meningkat. Jika tidak diobati, kanker laring sangat fatal, 90% penderita yang tidak di terapi akan meninggal dalam 3 tahun. Kanker ini sangat mungkin dapat disembuhkan jika terdiagnosis dan diterapi lebih awal. B. Etiologi dan Faktor Resiko Agen etiologi primer kanker laring adalah merokok sigaret. Tiga dari 4 klien yang mengalami kanker laring adalah mantan perokok atau masih merokok. Alkohol juga bekerja sinergis dengan tembakau untuk meningkatkan resiko perkembangan tumor ganas pada saluran pernapasan atas. Faktor risiko tambahan meliputi paparan pekerjaan terhadap asbes, debu kayu, gas mustard, dan produk petroleum/minyak dan inhalasi asap beracun lain. Laringitis kronis dan penggunaan suara yang berlebihan juga dapat berkontribusi. Penelitian menunjukkan kaitan antara paparan tembakau dan mutasi gen p53 pada karsinoma sel skuamosa dari kepala dan leher. C. Manifestasi Klinis Tanda peringatan awal kanker laring bergantung pada lokasi tumor. Secara umum suara parau atau serat yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus dievaluasi. Serak terjadi ketika tumor menginvasi otot dan kartilago di sekitar laring, menyebabkan kekakuan pita suara. Kebanyakan klien menunggu sebelum mencari pertolongan karena diagnosis serak kronis.
Tumor pada glotis mencegah penutupan glotis selama berbicara yang akan menyebabkan suara serak atau perubahan suara. Tumor supraglotis dapat menyebabkan nyeri pada tenggorok (terutama saat menelan), aspirasi saat menelan, sensasi benda asing di tenggorok, massa leher, atau nyeri yang menjalar ke telinga melalui nervus vagus dan glosofaringeus. Tumor subglotis dapat tidak menunjukkan manifestasi klinis sampai lesi tumbuh dan mengonstruksi jalan napas. D. Penatalaksanaan Medis Kanker laring terjadi pada 2 sampai 3% keganasan. Perawatan klien dengan kanker laring memberikan tantangan unik pada perawat karena deformitas fungsional sering terjadi akibat gangguan ini dan terapinya. Tumor jinak dan ganas stadium dini dapat diterapi dengan bedah terbatas dan klien dapat sembuh dengan sedikit penurunan fungsi. Tumor lanjut membutuhkan terapi ekstensif, meliputi bedah, radiasi dan kemoterapi. Jika dibutuhkan laringektomi total, pascaoperasi klien tidak dapat berbicara, bernafas lewat mulut atau hidung dan makan secara normal. Pembuatan trakeostomi permanen akibat bedah akan menghasilkan efek yang buruk pada kemampuan fungsional klien dan kualitas hidupnya. E. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Diagnosa kanker laring dibuat dengan pemeriksaan visual pada laring dengan menggunakan laringoskopi direk/ langsung atau direk/tidak langsung. Nasofaring dan palatum molle posterior diinspeksi secara tidak langsung dengan kaca kecil atau instrumen menyerupai teleskop. Saat kaca kecil dimasukan, tekanan ringan diberikan pada lidah dan klien diminta mengucapkan "ei" lalu "i" yang akan mengangkat palatum molle. Instrumen sebaiknya tidak menekan lidah karena klien akan muntah. Nasofaring diinspeksi untuk melihat adanya cairan perdarahan, ulserasi, atau massa. Visualisasi langsung laring dapat dilakukan dengan penggunaan instrumen berbeda, kebanyakan perangkat ini adalah endoskopi dengan cahaya. Klien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan pemeriksa dengan perlahan menahan lidah dengan spon kassa lidah dan menariknya ke depan. Kaca laringeal atau endoskop telescopic diinsersikan ke orofaring; sekali lagi, hindari menekan kuat lidah. Klien diminta bernapas keluar masuk melalui mulut atau "terengah-engah seperti anak anjing". Terengah-engah menurunkan sensasi muntah akibat pemeriksaan. Selama pernapasan tenang, dasar lidah, epiglotis, dan pita suara diperiksa untuk melihat adanya infeksi atau tumor. Klien diinstruksikan untuk mengucapkan “I” bernada tinggi untuk menutup pita suara. Pemeriksa mengamati gerakan pita suara warna membran mukosa dan adanya lesi.
Sebelum terapi definitif untuk tumor perlu dilakukan panendoskopi dan biopsi untuk menentukan lokasi pasti, ukuran, dan penyebaran tumor primer. CT atau MRI digunakan untuk membantu proses ini. Analisis laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, penentuan kadar elektrolit serum meliputi kalsium, dan uji fungsi ginjal dan hati. Data ini membantu menentukan kesiapan klien secara fisik untuk menjalani pembedahan. Oleh karena jalan nafas akan terganggu setelah operasi, klien membutuhkan pengkajian menyeluruh pada paruh dengan analisis gas darah arterial untuk identifikasi gangguan paru yang akan mengganggu pernapasan. Klien yang menjalani laringektomi parsial harus memiliki cadangan paruh yang adekuat untuk menghasilkan batuk yang efektif pascaoperasi. Operasi juga berhubungan dengan peningkatan resiko aspirasi, dan klien harus dapat batuk untuk menghindari aspirasi pada saluran pernapasan. Untuk memastikan penyebaran tumor atau tumor primer lain, perlu dilakukan radiografi dada dan dengan kontras barium peroral atau esofagografi. Setelah tumor dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, tumor dapat ditentukan stadiumnya. Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi dan prognosis. Penting untuk menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang paling tepat. Penentuan stadium dapat dilakukan dengan (1) mengukur ukuran tumor primer, (2) menentukan adanya kelenjar getah bening yang membesar, (3) menetukan adanya metastasis jauh.