Satuan Acara Penyuluhan 1.docx

  • Uploaded by: Dewi Sinta Rahman
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Satuan Acara Penyuluhan 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,016
  • Pages: 10
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Tema

: Posyandu

Sub tema

: Peran posyandu dalam penanganan stunting

Hari/ tanggal

: Senin, 18 Maret 2019

Tempat

: Dinas Kesehatan Tanah Bumbu

Sasaran

: Masyarakat

1. Tujuan 1.1 Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta mampu memahami betapa pentingnya posyandu dalam penanganan stunting 1.2 Tujuan Khusus 1. Peserta mampu menjelaskan apa itu posyandu 2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya posyandu 3. Peserta mampu menjelaskan hubungan posyandu dan terjadinya stunting

2. Metode Ceramah dan tanya jawab

3. Media promosi LCD dan Leptop

4. Rincian kegiatan No 1

Kegiatan Pembukaan

Waktu

Metode

Media yang digunakan

3 Menit

Ceramah

Power point

15 menit

ceramah

Power point

a. Salam b. Perkenalan c. Menjelaskan tujuan dari pertemuan 2

Penyampaian materi a. Menjelaskan pengertian posyandu b. Menjelaskan manfaat posyandu

c. Menjelaskan isi pelayanan dalam posyandu d. Menjelaskan hubungan posyandu dengan terjadinya stunting e. Memberi kesempatan pada peserta untuk bertanya/ sebaliknya 3

Evaluasi

5 menit

Tanya jawab

Power point

2 menit

ceramah

Power point

a. Apakah yang dimaksud dengan posyandu? b. Apa pentingnya posyandu untuk masyarakat? c. Bagaimana

bias

posyandu

berhubungan dengan stunting? 4

Penutup a. Menyimpulkan

materi

bahasan

yang telah disampaikan b. Memberikan motifasi peserta untuk memberikan gizi seimbang

5. Analisa materi Posyandu merupakan sebuah wadah yang didirikan untuk melayani kesehatan masyarakat khususnya balita. Salah satu tujuan didirikannya posyandu adalah untuk memantau status gizi balita, agar terhindar dari masalah gizi kurang. Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran (adisasmito, 2008). Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Gizi balita menjadi suatu hal penting untuk diperhatikan. Prevalensi status gizi balita dapat digunakan sebagai indicator kemakmuran suatau bangsa bahkan dapat menggambarkan mortalitas serta morbiditas di Negara tersebut. Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 didapatkan peningkatan jumlah balita yang tidak ditimbang dalam enam bulan terakhir. Pada tahun 2007 jumlah balita yang

tidak ditimbang sebesar 25,5 persen sedangkan pada tahun 2013 menjadi 34,3 persen. Berdasarkan data menunjukkan bahwa kurang dari 40 persen ibu yang sadar akan pentingnya kegiatan posyandu bagi tumbuh kembang anak. Hal ini tentu saja memberikan dampak pada prefalensi status gizi balita, prevalensi balita dengan berat kurang di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah balita yang mengalami berat badan kurang berdasarkan berat badan/ umur (BB/U) adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang, prevalensi balita gizi kurang mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar 18,4% menjadi 17,9% pada tahun 2010. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yang mengalami peningkatan sebesar 0,8% dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun 2010 prevalensi gizi buruk sebesar 4,9% sedangkan tahun 2013 meningkat menjadi 5,7%. Pemerintah ingin mencapai target Millenium Depelopment Goals (MDG’s) yaitu sebesar 15,5% pada tahun 2015 maka jumlah ini harus diturunkan sebesar 4,1% dalam waktu dua tahun (kemenkes, 2013).

6. Evaluasi a.

b.

Proses 

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai jadwal yg telah ditentukan



Peserta terlihat antusias dalam mengikuti penyuluhan



Peserta kooperatif dalam mengikuti penyuluhan

Hasil 

Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu menjelaskan apa itu posyandu



Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu menjelaskan pentingnya posyandu



Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu menjelaskan hubungan posyandu dan terjadinya stunting

7. Materi

POSYANDU

A. Sejarah posyandu Dalam rangka menjalankan amanat yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yakni kesejahteraan umu, Depar Temen Kesehatan RI pada tahun 1975 menetapkan kebijakan pembangunan kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) ialah stategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prnsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan secara lintas program dan lintas sector terkait. Kebijakan PKMD pertama kali diujicobakan pada tahun 1976 di kabupaten karanganyar, Jawa Tengah. Pencanangan posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara masal untuk pertama kali oleh Presiden Repoblik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu, yang menandakan kepada seluruh kepala daerah untuk meningkatkan pengelolaan mutu posyandu. Pengelolaan posyandu dialakukan oleh satu kelompok kerja Oprasional (pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (pemda). Sejak dicanangkannya posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telaah berhasil diturunkan secara umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat cukup signifikan.

B. Pengertian posyandu Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader (Meilani, dkk, 2009). Kementria Kesehatan Repoblik Indonesia (2011) mendefinisikan posyandu sebagai salah satu bentuk upaya kesehtan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan,

guna

memberdayakan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

C. Tujuan dibentuknya posyandu Tujuan dibentuknya posyandu adalah untuk menunjang percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian anak balita (AKABA) di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non insttruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi maslah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Sementara kader kesehatan atau kader posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Kemenkes RI, 2011). Sedangkan sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan menyusui, pasangan usia subur.

D. Langkah-langkah pelaksanaan posyandu sistem 5 meja + 3 meja  Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil dan ibu menyusui 1. Bila anak sudah punya KMS maka KMSnya diminta lalu namanya diminta pada secarik kertas dan diselipka pada KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju ketempat penimbangan.

2. Bila anak belum punya KMS berarti ia baru mengikuti penimbangan bulan ini, maka ambil KMS baru dan kolomnya diisi secara lengkap. Nama anak dicatat pada secarik kertas lalu diselipkan pada KMS. 3. Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil dan jika tidak membawa ballita langsung menuju meja 4 untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas dimeja 5. 4. Ibu yang belum menjadi peserta keluarga berencana dicatata namanya pada sevarik kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas dimeja 5.  Meja 2 Penimbangan balita 1. Jika dacin sudah siap, kemudian anak ditimbang. 2. Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas selanjutnya kedalam KMS. 3. Selesai ditimbang ibu dan anak dipersilahkan menuju ke meja 3.  Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan 1. Buka KMS balita yang bersangkutan. 2. Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya. 3. Kader menyerahkan KMS kepada ibu dan kemudian menuju ke meja 4.  Meja 4 Penyuluhan hasil penimbangan, pelayanan gizi kepada ibu balita dan ibu hamil 1.

Kader dimeja 4 menerima KMS anak dari ibunya. Kader membaca dan menjelaskan data KMS tersebut.

2.

Kader memberikan penyuluhan pada ibu, baik dengan mengacu pada data KMS maupun pada hasil pengamatan terhadap anaknya.

3.

Apabila tidak ada petugas kesehatan dimeja 5, kader dapat melakukan rujukan ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB (petugas lapangan keluarga berencana), atau Puskesmas, apabila ditemukan masalah pada balita, ibu hamil atau ibu menyusui.

4.

Selain itu, kader juga memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar misalnya pemberian makanan tambahan (PMT), tablet tambah darah atau pil besi, vitamin A, oralit dan sebagainya.

 Meja 5 Pelayanan kesehatan dan KB Khusus dimeja 5 hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, bidan atau PLKB yang memberikan layanan antar lain: imunisasi, KB, pemberian tablet tambah darah, vitamin A, dan obat-obatan lainya.  Meja 6 Keaneka ragaman pangan Setiap ibu yang sudah menyelesaikan pelayanan sampai meja 5 bisa dilanjutka ke meja 6 untuk mendapatkan pengetahuan tambahan guna memndapatkan keanega ragaman pangan dalam rumah tangga yang bisa diperoleh dengan cara membuat kebun dihalaman rumah sendiri.  Meja 7 Peningkatan ekonomi keluarga Dimeja 7 ini digunakan sebagai meja peningkatan ekonomi keluarga yaitu setiap ibu-ibu yang berangkat dalam posyandu dapat membawa apa saja yang bisa dijual di meja 7 posyandu, seperti halnya ibu yang sudah memiliki kebun dihalaman rumah sendiri selain bias dimanfaatkan sendiri bias juga dibawa keposyandu untuk dijual di meja 7.  Meja 8 Meja informasi Dimeja 8 ini kita bias mendapatkan informasi seputar kesehatan dan lainnya, seperti pembuatan KIA, pembuatan BPJS, pembuatan akte kelahiran bayi baru, dsb.

E. Klasifikasi strata posyandu Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu, yang dikenal dengan nama telaah kemandirian posyandu, tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu yang secra umum dibedakan atas 4 tingkat (strata) sebagai berikut: 1. Posyandu pratama Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya

kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta manambah jumlah kader. 2. Posyandu madya Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan menikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu. 3. Posyandu purnama Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. 4. Posyandu mandiri Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang digunakan bersifat pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin

kesinambungannya.

Selain

itu

dapat

dilakukan

intervensi

memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing.

F. Hubungan posyandu dengan teerjadinya stunting Posyandu mempunyai

manfaat terhadap

masyarakat antara lain

pertumbuhan balita terpantau sehingga tidak menderita kurang gizi yang pada

akhirnya dapat menjadi stunting, bayi dan anak balita mendapatkan vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, stimulasi tumbuh kembang balita dengan menggunakan alat permainan edukatif di posyandu, mendeteksi dini tumbuh kembang, memperoleh penyuluhan kesehatan tentang ibu dan anak serta berfungsi untuk membagi pengetahuan ibu dan anak. Keaktifan ibu mengikuti posyandu mampu untuk mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan anaknya. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak adalah stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Masalah kurang gizi kronis ini akan memberikan dampak pendek dan panjang. Terganggunya perkembangan otak, membuat anak tidak cerdas, gangguan pertumbuhan fisik lebih pendek disbandingkan denagn teman sebayanya merupakan dampak pendek. Sedangkan dampak jangka panjang menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh. Permasalahan gagal tumbuh ini dapat diketahui dengan segera jika rajin posyandu. Sayangnya banyak ibu yang berhenti posyandu saat anak sudah selesai imunisasi dasar. Padahal hasil dari pengukuran tubuh anak bias menentukan status gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta

Hasan.,N.,A.,O. (2013) Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu di kelurahan kayu merah kecamatan limboto kabupaten gorontalo. http://www.google.com/kim.ung.a.c.id/index.php/KIMFIKK/article/download

Hidayat.,T.,S,Jahari., AB.(2011) Perilaku pemanfaatan posyandu hubungannya dengan status gizi dan morbiditas balita. http://e-journal.litbang.depkes.go.id/index

http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html

Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu sebagai sarana oeran serta masyarakat dalam UPKM. http://www.library.usu.ac.id.

Meilani, dkk. 2009. Kebidanan komunitas. Yogyakarta: fitramaya

Utami.,W.,R.,Y, Fitriasih.,H.,S, Siswanti., S (2012) peranan keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu dengan status gizi balita untuk menunjang system informasi perkembangan balit. http://journal.sinus.ac.id/jkp/article/view/79/43

Widiastuti. Pemanfaatan penimbangan balita di posyandu. http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id.

Related Documents


More Documents from "Elsy Sastri"

Cover.docx
May 2020 13
Sap Anemia.docx
May 2020 10
Daftar Pustaka.docx
May 2020 7
Leaflet Kek.docx
May 2020 15