SATUAN ACARA KEGIATAN “TERAPI BERMAIN MEMBACA BUKU CERITA” PADA KLIEN An. N umur 12 Tahun DENGAN PENYAKIT ANEMIA APLASTIK DI RUANG HEMATO – ONKOLOGI ANAK RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 16 Maret 2019
Oleh:
Muryani, S. Kep NIM. 1830913320027
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2019
LEMBAR PENGESAHAN NAMA
: Muryani, S.Kep
NIM
: 1830913320027
TOPIK
: Satuan Acara Kegiatan “Terapi Bermain Membaca Buku Cerita” Pada Klien An. N umur 12 Tahun Dengan Penyakit Anemia Aplastik Di Ruang Hemato–Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin
Banjarmasin, 16 Maret 2019 Mengetahui, Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
Eka Santi, Ns.,M.Kep NIP. 19780615 200812 2 001
Ayu Susanti, S.Kep, Ns NIP. 19800930 200312 2 005
TERAPI BERMAIN
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara. Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. (Wholey and wong, 1991).Bermaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Terapi bermain adalah salah satu terapi yang menggunakan segala kemampuan bermain dan alat permainan, anak bebas memilih permainan yang ia sukai dan perawat ikut serta dalam permainan tersebut. Dan berusaha agar anak
bebas mengungkapkan perasaannya sehingga ia merasa aman, puas dan dihargai (Fortinash and Warrel, 1995). Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan
bermaindirumah
melanjutkan fase
sakit pada
pertumbuhan
dan
prinsipnya
adalah
perkembangan
agar anak secara
dapat
optimal,
mengembangkan kreativitas anak, dan anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Aktifitas
bermain
dirumah
sakit
ini
disebut "Play
Therapy
Program" (Program Terapi Bermain).. Anak masuk rumah sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal dan dependensi. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa mengukur suhu, mengukur tekanan darah, mendengarkan suara napas dan prosedur lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan. Jika hal ini berlanjut maka tindakan keperwatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga masalah anak tidak teratasi. Oleh karena itu,
pentingnya
kegiatan terapi bermain terhadap
tumbuh
kembang
anak
dapat mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi. Mewarnai merupakan proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
Tujuan Terapi Bermain 1. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak. 2. Tujuan Khusus: a. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak b. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna dalam
mewarnai gambar. c. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga
anak tidak kehilangan waktu bermain. Fungsi Bermain 1. Fungsi perkembangan sensori motor. a.
Meperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b.
Meningkatkan perkembangan semua indera
c.
Mendorong eksplorasi sifat fisik dunia
d.
Memberikan pelampiasan kelebihan energy
2. Fungsi perkembangan intelektual a. Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran. b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna. c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak. d. Kesempatan
untuk
mempraktikkan
dan
memperluas
keterampilan
berbahasa. e. Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru.
f.
Membantu anak memahami di dunia mana mereka hidup dan membedakan fantasi dan relita.
3. Fungsi perkembangan sosialisasi dan moral a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk peran seks. b. Memberi kesempatan untuk menguji hubungan c. Mengembangkan keterampilan social d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang
lain. e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral.
4. Fungsi Kreativitas a. Memberikan saluran ekspresif untuk minat dan ide yang kreatif b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri a. Memudahkan perkembangan identitas diri. b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri c. Memungkinkan pengujian terhadap kemampuan sendiri (kehlian sendiri) d. Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan keampuan orang
lain. e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri
dapat mempengaruhi orang lain. 6. Nilai terapeutik a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara social dapat diterima. c.
Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak lansung dan nonverbal tentang
kebutuhan, rasa takut dan keinginan. Manfaat Bermain Membaca Buku Cerita a. Memberikan kesempatan pada anak untuk membaca buku di rumah sakit, sejak sekian lama dirawat tidak membaca buku pelajaran. b. Dengan bereksplorasi menggunakan buku cerita anak dapat mengembangkan kognitif. c. Membantu anak mengatasi kebosanan akibat hospitaslisasi d. Memodifikasi kegiatan anak di rumah sakit, sehingga anak tidak hanya memainkan handphone. e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negatif. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bermain a.
Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b.
Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c.
Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
d.
Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
Karekteristik permainan sesuai dengan tumbuh kembang 1.
Usia 0 – 12 bulan Tujuan : a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. b. Melatih kerjasama mata dan tangan. c. Melatih kerjasama mata dan telinga. d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan. e. Melatih mengenal sumber asal suara. f. Melatih kepekaan perabaan. g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang Alat permainan yang dianjurkan : a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang. b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang. d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara. e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan Tujuan : a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara. b. Memperkenalkan sumber suara. c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik. d. Melatih imajinasi
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan: a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik. c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balokbalok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoretcoret, krayon/pensil berwarna. 3. Usia 25 – 36 bulan Tujuan : a.
Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b.
Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c.
Melatih motorik halus dan kasar.
d.
Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).
e.
Melatih kerjasama mata dan tangan.
f.
Melatih daya imajinansi.
g.
Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda..
Alat permainan yang dianjurkan : a. Alat-alat untuk menggambar. b.
Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana. d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda. f. Bola. 4. Usia 37 – 72 bulan Tujuan : a.
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa. c.
Mengembangkan
pengertian
tentang
berhitung,
menambah,
mengurangi. d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara). e.
Membedakan benda dengan permukaan.
f.
Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri. h. Mengembangkan kreativitas. i.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j.
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya. l.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll. b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah. 5.
Usia Prasekolah Alat permainan yang dianjurkan : a. Alat olah raga. b. Alat masak c. Alat menghitung d. Sepeda roda tiga e. Benda berbagai macam ukuran. f. Boneka tangan. g. Mobil. h. Kapal terbang. i. Kapal laut
6. Usia sekolah Jenis permainan yang dianjurkan : a. Pada anak laki-laki : mekanik. b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu. c. Usia Praremaja Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah. 7. Usia remaja Jenis permainan : permainan keahlian, video, computer
Prinsip Dalam Aktivitas Bermain a.
Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat
b.
Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
c.
Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
d.
Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
e.
Melibatkan orang tua
Faktor yang Memepengaruhi Aktivitas Bermain Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu : a.
Tahap perkembangan anak Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit,
bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit. c.
Jenis kelamin anak Ada bebarapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
d. Lingkungan yang mendukung Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik
dan motorik. Lingkungan
rumah yang
cukup luas untuk bermain
memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya. e.
Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang lain. Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersamasama, tetapi yang harus diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak memilihkan mainan yang aman.
Rencana Terapi Bermain
1. Waktu a. Hari : b. Tanggal : c. Jam : d. Tempat : Banjarmasin e. Sasaran : f. Metode : g. Media :
Sabtu 16 Maret 2019 14.00 – 14.30 Wita Ruang Bermain Hemato – Onkologi Anak RSUD Ulin Klien An. N ( 12 Tahun) Bermain Individu Membaca Buku Cerita
Kegiatan Terapi Bermain
Tahap
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Subjek Terapi
Kegiatan Pra Interaksi
5 menit
Persiapan 1.
Ruangan, alat-
Anak dan orang tua diberi tahu tujuan bermain.
2.
Melakukan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan.
3.
Mengecek kesiapan dan kondisi
anak
untuk
bermain
(anak
tidak
mengantuk, rewel,
anak
kondisi
memungkinkan
tidak anak untuk
diajak bermain, keadaan umum anak membaik). 4.
Bermain dapat dilakukan di tempat tidur anak atau duduk/disesuaikan dengan kondisi anak.
alat permainan, anak dan keluarga sudah siap
Persiapan Peralatan Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti buku cerita Pembukaan/ 5 menit
a.
Mengucapkan salam.
Anak dan
Orientasi
b.
Memperkenalkan diri.
keluarga
c.
Anak yang akan bermain menjawab salam, saling berkenalan.
d.
anak saling
Memanggil anak dengan berkenalan, anak, nama panggilan yang dia dan keluarga senangi.
e.
memperhatikan
Menjelaskan tujuan dan terapis langkah-langkah pelaksanaan terapi
kegiatan
bermain
bercerita
pada
dengan orang
tua/anak. f.
Memberi kesempatan pada anak dan orang tua untuk bertanya kalau ada hal yang belum jelas.
g.
Menanyakan
kesiapan
anak
kegiatan
sebelum
dilakukan. h.
Meminta
persetujuan
(informed consent) orang tua responden.
Tahap Kerja 10 menit
a.
Memberi petunjuk pada Anak dan anak
tentang
bermain.
prosedur keluarga memperhatikan
b.
Memotivasi
keterlibatan penjelasan
anak dan orang tua. c.
terapis, anak
Mempersilahkan untuk
memilih
anak melakukan tempat kegiatan yang
duduk yang disenangi. d.
Anak
dapat
diberikan oleh
membaca terapis, anak dan
cerita sampai anak dapat keluarga menemukan isi ceritanya e.
Mengobservasi emosi dan respon yang baik. hubungan
interpersonal
anak. f.
Menanyakan
perasaan
anak apakah sudah merasa bosan. g.
Memberi pujian ketika anak
berhasil
menyelesaikan buku
bacaan
dan
dapat
menceritakan
isi
ceritanya. h.
Memberikan
Reward
kepada anak. i.
memberikan
Mengakhiri kegiatan
Terminasi
5 menit
a.
b.
c.
Menanyakan perasaan
Anak dan
anak setelah bermain
keluarga tampak
Berpamitan dengan anak
senang,
dan orang tua.
menjawab salam
Memberikan kontrak yang akan datang bahwa terapis akan datang lagi menanyakan isi ceritanya dan anak dapat menceritakan isi buku cerita yang sudah dibacanya.
d.
Membereskan peralatan.
e.
Mengembalikan alat ke tempat semula.
f.
Mencuci tangan.
g.
Mencatat respon anak dan orang tua.
Evaluasi a.
Evaluasi Struktur Telah melakukan kontrak sebelumnya, media telah disediakan berupa buku cerita.
b.
Evaluasi Proses Pelaksaaan terapi bermain dimulai dari pra interaksi, orientasi, tahap kerja dan terminasi. Klien dan keluarga menyimak dan mengikuti proses terapi bermain sampai selesai
c.
Evaluasi Hasil Klien An. N dan keluarga mau dan mampu mengikuti kegiatan terapi bermain dan An. N mampu memahami dan menceritakan kembali isi buku cerita.
d.
Tidak ditemukan kendala dalam melakukan terapi bermain, anak merasa senang saat diajak bermain.
e.
Kelebihan permainan ini adalah anak
Anak dapat mengeskpresikan perasaannya untuk bercerita tentang yang dibacanya.
Memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosional anak, dalam hal hospitalisasi.
Mengurangi kebosanan anak tentang lamanya waktu rawat yang dihadapi nya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta 2. L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi
4. EGC : Jakarta www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015 3. Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta 4. Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta 5. Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth
Edition. Mosby Year Book. Toronto Canada 6. Munandar, Utami, 2004, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta