MAKALAH ILMU LINGKUNGAN SOLID WASTE
Oleh : Alfiah Assya’adha D.
K3316002
Devia Mentari Putri
K3316013
Enggar Fitrias Pratiwi
K3316017
Ilma Nuryl Fahma
K3316025
Khamilatun Fadilah
K3316030
Maulida Kurniawati
K3316036
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN KIMIA 2018 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ 1 DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2 BAB I ......................................................................................................................................... 3 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 4 BAB II ....................................................................................................................................... 5 A. Definisi limbah padat.................................................................................................... 5 B. Sumber-sumber limbah padat ..................................................................................... 5 C. Jenis-jenis limbah padat ............................................................................................... 6 D. Dampak positif dan dampak negatif limbah padat ................................................... 6 E. Peraturan pemerintah tentang limbah padat ............................................................ 8 F. Pengolahan limbah padat secara umum ..................................................................... 8 G.
Kondisi limbah padat di TPA Cempo Mojosongo ................................................. 11
H. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat di TPA Cempo Mojosongo ............ 12 BAB III.................................................................................................................................... 16 A. Kesimpulan .................................................................................................................. 16 B. Saran ............................................................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan bertambah jumlah penduduk serta pesatnya pertumbuhan ekonomi, bertambah pula volume sampah yang dihasilkan. Sampah menjadi permasalahan yang serius dalam kehidupan masyarakat di dunia khususnya di Indonesia. Sampah merupakan bahan yang dibuang atau tidak dibutuhkan lagi oleh manusia, maupun proses alam yang berbentuk padat maupun semipadat yang bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi. Sampah bisa berasal dari pemukiman ataupun yang berasal dari pertanian maupun perkebunan, sampah juga bisa berasal dari industri. Salah satu jenis sampah adalah sampah padat, sampah padat sendiri merupakan segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine, dan sampah cair. Volume sampah padat diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya. Padahal sampah padat sendiri memiliki banyak dampak negatif daripada dampak positifnya. Sampah padat bukan hanya berdampak pada manusia misalnya menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang diderita olah masyarakat yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) maupun Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), tetapi sampah padat juga bisa berdampak pada lingkungan misalnya bila banyak masyarakat yang membuang sampah padat di sungai, dimana hal tersebut akan membuat sungai menjadi kotor dan bau serta bisa merusak ekosistem yang ada di sungai. Dengan begitu pengolahan sampah padat menjadi sesuatu yang bermanfaat sangat dibutuhkan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari tahun ke tahun. Sudah banyak pengolahan sampah padat yang bisa dilakukan, mulai dari 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), pengomposan, maupun yang berskala besar, yang mana manfaatnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas, yaitu dengan memanfaatkan sampah padat menjadi suber tenaga listrik atau biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan menggunakan metode pembakaran (insinerasi). Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ini telah dilakukan oleh TPA Putri Cempo yang terletak di Mojosongo, Surakarta. Karena pada saat ini sampah di TPA Putri Cempo sudah melebihi kapasitas yang diperkirakan. Hal tersebut dikarenakan sampah padat Kota Surakarta yang diangkut ke TPA Putri Cempo setiap tahunnya mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 3
sampah padat yang diangkut di TPA Putri Cempo setiap harinya mencapai 289 ton. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta memanfaatkan sampah padat yang telah menggunung tersebut dengan menjadikannya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi limbah padat? 2. Darimana saja limbah padat dihasilkan? 3. Apa saja jenis-jenis limbah padat? 4. Apa dampak positif dan dampak negatif limbah padat? 5. Apa peraturan pemerintah yang mengatur tentang limbah padat di Indonesia? 6. Bagaimana pengolahan limbah padat secara umum? 7. Bagaimana kondisi limbah padat di TPA Putri Cempo Mojosongo? 8. Bagimana pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat di TPA Putri Cempo Mojosongo?
C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui definisi dari limbah padat 2. Mengetahui sumber-sumber limbah padat 3. Mengetahui jenis-jenis limbah padat 4. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif limbah padat 5. Mengetahui peraturan pemerintah yang mengatur tentang limbah padat di Indonesia 6. Mengetahui cara pengolahan limbah secara umum 7. Mengetahui kondisi limbah padat di TPA Putri Cempo Mojosongo 8. Mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat di TPA Putri Cempo Mojosongo
4
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi limbah padat Dewasa ini seiring meningkatnya populasi manusia semakin bertambah pula jumlah limbah yang di hasilkan baik dari industri maupun rumah tangga, salah satunya ialah limbah padat. Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri maupun rumah tangga yang tidak terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur. Limbah padat lebih dikenal dengan istilah sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996). B. Sumber-sumber limbah padat Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah-sampah tersebut dihasilkan dari : 1. Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu saat atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. 2. Tempat umum dan perdangangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. 3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (mis, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat liburan, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. 4. Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. 5. Pertanian Sampah di hasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk.
5
C. Jenis-jenis limbah padat Sampah padat dibedakkan menjadi beberapa jenis,antara lain : 1. Kandungan zat kimia Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalam sampah di bedakkan 2 jenis,yaitu :
Sampah In-organik
Sampah organic
2. Mudah/Sukarnya Terbakar Berdasarkan dapat tidaknya dibakar,dibedakkan menjadi :
Sampah yang mudah terbakar
Sampah yang sukar terbakar
Mudah/sukarnya Membusuk
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk,dibedakan menjadi :
Sampah yang sukar membusuk
Sampah yang mudah membusuk
D. Dampak positif dan dampak negatif limbah padat 1. Dampak Positif
Sebagai Pupuk Organik Untuk Tanaman Limbah dari sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanaman dengan menyulap sampah menjadi kompos. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah, dengan meningkatkan kandungan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air dalam tanah
Sumber Humus Sampah orgnaik yang tenah membusuk seperti dapat menjadi humus yang dibutuhkan untuk tanah untuk menjaga kesuburan tanah. serta menjadi sumber makanan yang baik bagi tumbuh-tumbuhan, meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, mencegah pengerukan tanah, menaikkan aerasi tanah, menaikkan foto kimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik racun.
Sampah Dapat Didaur Ulang Limbah sampah dari plastik dan kertas dapat didaur ulang menjadi berbagai barang yang bermanfaat seperti menjadi produk furnitur yang cantik. atau didaur ulang kembali menjadi bahan baku pembuatan produk plastik atau kertas. 6
Dijadikan Bahan Bakar Alternatif Pembusukan sampah dapat menghasilkan gas yang bernama gas metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kebutuhan rumah tangga atau industri kecil.
Menjadi Sumber Listrik Secara tidak langsung sampah dapat dijadikan sumber listrik alternatif dengan cara merubah sampah agar menghasilkan gas metana, dimana gas ini dapat dijadikan bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik.
2. Dampak Negatif
Dampak Terhadap Kesehatan Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
Dampak Terhadap Lingkungan a. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan 3 (CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob. b. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing.
7
c. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah. d. Kerusakan permukaan tanah.
E. Peraturan pemerintah tentang limbah padat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah , pasal 22 tentang Pengelolaan, Penanganan Sampah: 1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. 3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. 4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. 5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. F. Pengolahan limbah padat secara umum Secara umum dalam pengolahan sampah padat di Indonesia terdapat tiga metode. Menurut Jujungbandung (2012) tiga metode tersebut sebagai berikut : 1. Pengolahan limbah agar lebih memudahkan dalam pengelolaannya, atau agar mengurangi dampak negatif bila diolah lebih lanjut, seperti: a. Penghalusan (shredding) b. Pemadatan timbunan c. Solidifikasi/pengkapsulan 2. Pengolahan limbah agar dihasilkan sebuah produk yang bermanfaat, seperti: a. Pengomposan (dihasilkan humus) Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah yang biodegradabel (dapat diuraikan oleh mikroorganisme). Fungsi kompos adalah selain sebagai pupuk organik, akan berfungsi pula untuk memperbaiki struktur 8
tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air serta zat hara yang lain. Menurut prosesnya, pengomposan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pengomposan secara aerobik dan secara anaerobik. Pengomposan yang sering dilakukan adalah secara aerobik (tersedia oksigen dalam prosesnya), karena berbagai kelebihan, seperti: tidak menimbulkan bau, waktu lebih cepat, temperatur tinggi, sehingga dapat membunuh bakteri patogen an telur cacing. Proses pengomposan (composting) adalah dekomposisi materi organik limbah secara biologis dibawah kontrol kondisi proses yang berlangsung. Dalam produk akhir, materi organik belumlah dapat dikatakan stabil, namun dapat disebut stabil sementara secara biologis, karena disini dibedakan dengan cara kimia-fisik seperti insinerasi dan pirolisis. Penggunaan kata ‘kontrol’ disini untuk membedakan dengan dekomposisi yang terjadi secara alamiah, seperti dalam sebuah landfill. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak enak. Pengomposan sampah kota dalam hal ini bersasaran ganda, yaitu menangani sampah kota dan sekaligus memperoleh bahan untuk menunjang pertanian.
b. Insinerasi/pembakaran (dihasilkan enersi panas)
Sasaran dari sebuah insinerator adalah bagaimana mengurangi volume limbah dengan gas yang terbuang dan residu yang tak berbahaya. Suatu insinerator yang baik akan dapat mengurangi volume limbah sampai 80-95 %, sedang pengurangan berat dapat mencapai 70-80 %, yang semuanya tergantung pada kualitas dan tipe tungku yang digunakan. Untuk itu dibutuhkan suatu pembakaran yang sempurna. Guna menjamin pembakaran sempurna perlu diperhatikan tiga hal yaitu waktu kontak, kehomogenan dan temperatur. Komponen-komponen ini saling bergantung, tetapi masing- m asing dapat dipertimbangkan secara individual guna mengevaluasi pengaruhnya terhadap pembakaran. Sebuah insinerator biasanya terdiri dari elemen-elemen dasar, seperti: ruang pembakaran (tungku)
9
dan suplai udara, sistem cerobong gas, sistem pembuangan abu, pengontrol pencemaran udara dan sistem penangkap panas yang dihasilkan (recovery) c. Metanisasi (dihasilkan gasbio)
3. Pembuangan limbah ke suatu tempat guna menghindari kontak dengan manusia, seperti lahan-urug (landfill). Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pengolahan sampah padat yang sering dilakukan di Indonesia adalah pemanfaatan menjadi bahan guna yang memiliki harga jual yang tinggi. Hal tersebut banyak dilakukan warga Indonesia dengan tujuan dapat menciptakan lowongan pekerjaan di samping hanya memikirkan untuk mengurangi sampah padat. Contoh pemanfaatan sampah padat menjadi barang guna yang memiliki nilai jual yaitu sampah plastik yang diolah menjadi berbagai macam kerajinan, misalnya tas, sepatu, baju dan lain sebagainya. Prinsip 3R (Reduce, Reused, Recycle) yaitu Reduce merupakan prinsip pengelolaan sampah pada hirarki yang paling tinggi. Dalam menerapkan prinsip reduce peran teknologi sangat dominan, yaitu dalam mencari dan menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan yang minim sisa yang akan tidak digunakan. Reused merupakan usaha dalam mencegah terjadinya sampah dengan cara menggunakan kembali satu jenis produk secara berulang. Recycle merupakan hirarki terendah dalam upaya mengurangi sampah. Recycle banyak dilakukan pada posisi “pipe-end” dari barang produk atau dengan kata lain dilakukan setelah produk menjadi sampah. Limbah dari satu kegiatan baik itu industri maupun perorangan belum tentu merupakan “limbah” bagi kegiatan atau orang lain. Sebagai contoh barang yang kita anggap sudah menjadi sampah dan kita buang masih merupakan barang berharga bagi orang lain, yaitu pemulung (Herlambang, 2007). Namun penerapan tersebut kurang efektif di Indonesia sebab prinsip tersebut memerlukan biaya yang cukup banyak dalam mendukung teknologi yang digunakan. Menurut Wahyono (2004) pengolahan sampah padat di negara Singapura menggunakan prinsip 3R yang didukung dengan biaya dan teknologi yang tinggi. Sehingga hal tersebut dapat menuntaskan permasalahan sampah padat di Singapura dan mendapatkan julukan sebagai metropolitan yang bersih di dunia. Bersamaan dengan itu 10
masyarakat Singapura juga giat dalam melakukan gerakan penghijauan dengan penanaman dan perawatan tanaman disetiap penjuru kota.
G. Kondisi limbah padat di TPA Cempo Mojosongo Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan jumlah sampah padat semakin meningkat. Hasil analisis aspek teknis dari segi lokasi berdasarkan SNI No.03-3241-1994, lokasi TPA Putri Cempo layak digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Dari segi umur ekonomis, umur ekonomis TPA telah habis sehingga tidak layak lagi dipergunakan sebagai TPA. Oleh sebab itu, diperlukan penggantian lokasi TPA yang baru atau diadakan perluasan lahan atau upaya-upaya lain untuk memperpanjang usia pakai TPA. Dari segi jumlah truk (26 dump truck dan 9 armroll truck) telah layak dan kapasitas pengangkutan sampah sekarang ini yaitu 223.000 kg, mampu menampung perkiraan timbulan sampah untuk tahun 2009-2015. Dari segi jumlah peralatan pengolahan sampah, jumlah bulldozer dan wheel loader telah layak yaitu masing-masing satu buah. Sedangkan jumlah excavator tidak layak dari segi kapasitas dan perlu dilakukan penambahan jumlah excavator sebanyak satu buah,sehingga berjumlah dua buah. Dari tinjauan kelayakan aspek lingkungan, pengolahan leachate oleh DKP telah memenuhi kelayakan. Sedangkan penanganan gas methane dan lalat tidak memenuhi kelayakan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan pemasangan pipa-pipa udara ke atas sebanyak 52 buah
pipa
dengan
panjang
masing-masing
pipa
12
meter
dan
dilakukan
pengasapan/pengkabutan (fogging) menggunakan insektisida secara periodik. Dari segi aspek finansial, agar besarnya pengeluaran pemerintah sebanding dengan besarnya pendapatan yang diterima dari retribusi masyarakat, maka digunakan metode titik impas/Break Even Point (BEP). Dari hasil perhitungan diperoleh biaya satuan pengelolaan sampah untuk tahun 2010 adalah Rp.394/kg, tahun 2011 adalah Rp.264/kg, tahun 2012 adalah Rp.298/kg, tahun 2013 adalah Rp.341/kg, tahun 2014 adalah Rp.394/kg, tahun 2015 adalah Rp.459/kg.
11
Jumlah sampah yang dibuang di TPA Putri Cempo: No
Tahun
SampahDomestik SampahPasar
SampahUmum
Volume
Jumlah
(Ribu ton)
(ribu ton)
Sampah
(ribu ton)
(ribu ton)
(ribu ton) 1
2008
67445
10956
2091
80493
160985
2
2009
72060
9309
1667
83036
166072
3
2010
72286
9971
3344
91602
177203
4
2011
74725
9543
3770
88012
176056
5
2012
75132
10170
3352
88656
177310
367648
49949
14224
431799
862620
Jumlah
H. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat di TPA Cempo Mojosongo Penangan limbah padat sangat penting dilakukan, mengingat dampak negative yang ditimbulkan dari limbah tersebut jika terus diabaikan penanganannya. Seperti pada TPA Putri Cempo, yang terletak di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Jumlah TPS yang ada di Solo pada awalnya 55 bangunan, kini tersisa 10 bangunan. Jumlah 10 bangunan tersebut akan dihapus 3 bangunan lagi. Sehingga hanya ada 7 TPS yang berfunggsi, sebagai konsekuensi penutupan bangunan TPS, DKP memberikan tambahan mobil sampah guna mengangkut sampah dari rumah warga lansung menuju TPA Putri Cempo. (okezone.com, 2016) Di area TPA Putri Cempo berdiri gubuk gubuk kecil yang dibangun pemerintah untuk hunian pemulung yang bekerja di sana. Pemulung mengumpulkan sampah anorganik yang selanjutkannya dibawa ke penumpul untuk ditaksir harganya. Semakin banyak sampah yang mereka cari, tentunya dengan harga perjenis sampah yang besar, keuntungan yang diperoleh bisa maksimal. Sampah yang mereka cari seperti, gelas minum bekas, kardus besar, tempat makan atau minum, dan lain-lain yang sekiranya bernilai ekonomis. Selain itu, warga desa sekitar memelihara sapi yang diternakan disekitar TPA, sehingga sapi sapi tersebut dibiarkan memakan sampah organic yang ada di TPA. Sedikit membahayakan kesehatan sapi, tapi menurut WHO susu sapi tidak mengandung ataupun tercemar logam berat. (Rokhman, 2011) Selain penjelasan diatas, sampah-sampah yang berada di TPA Putri Cempo dimanfaatkan untuk PLTSa. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) adalah pembangkit listrik termal dengan uap dan berbahan bakar sampah. PLTSa didefinisikan sebagai “pemusnah
12
sampah” (incinerator) modern yang dilengkapi peralatan kendali pembakaran serta sistem monitor emisi gas buang yang kontinyu dan dapat menghasilkan energi listrik. Prinsip sederhana dari PLTS adalah: o Membakar sampah yang kemudian menghasilkan panas o Panas yang timbul digunakan untuk memanaskan air o Uap air yang muncul digunakan untuk menggerakan turbin o Turbin menghasilkan listrik. Metode yang digunakan untuk pembakaran sampah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Surakarta adalah metode Insinerasi. Pembakaran (Insinerasi) adalah pengolahan sampah dengan cara dibakar dan berada pada temperatur tinggi. Proses insenerasi sampah berlangsung secara bertahap. Urutan proses insinerasi antara lain: 1. Tahap Pengeringan Sampah Sebelum bahan baku sampah diolah atau dibakar pada incinerator, sampah harus dipilah sesuai kriteria yang dibutuhkan PLTSa. Kemudian sampah disimpan dahulu pada bunker dan dicacah selama 6 hari sampai kandungan air dalam sampah berkisar 40 – 50% dan mempunyai nilai kalor 800 – 1400 kkal/kg. 2. Tahap Pembakaran Sampah Tahapan proses pembakaran sampah pada PLTSa meliputi : a. Pada awal pengoperasian akan digunakan bahan bakar minyak. Hal tersebut bertujuan untuk menaikkan suhu pada tungku PLTSa. b. Setelah suhu mencapai 850oC – 900oC, sampah yang berada pada bunker dimasukkan dalam tungku pembakaran (Furnace) menggunakan grabber yang terpasang pada overhead traveling crane. c. Hasil dari pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas buangan yang mengandung CO, CO2, O2, NOX dan SOX. Hanya saja dalam proses tersebut juga terjadi penurunan kadar O2. Penurunan kadar O2 pada tungku pembakaran menyebabkan panas terbawa keluar dan menjadi berkurang. Hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi pembangkit listrik.
13
3. Tahap Pemanasan Boiler Panas yang dipakai dalam memanaskan boiler berasal dari pembakaran sampah. Panas ini akan memanaskan boiler dan mengubah air didalam boiler menjadi uap. 4. Tahap Penggerakan Turbin dan Generator Uap yang dihasilkan dari pemanasan boiler akan disalurkan ke turbin. Hal tersebut bertujuan untuk memutar turbin. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar generator juga akan ikut berputar. Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang akan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN. 5. Tahap Pengolahan lindi dan bau Lindi akan ditampung untuk kemudian diolah sampai pada tingkat tertentu yang memenuhi syarat untuk dibuang atau dilepaskan ke lingkungan. Sedangkan bau (NH3N dan H2S) dan gas methan yang dihasilkan dari proses pembusukan selama sampah ditiriskan akan disalurkan ke dalam ruang bakar (Burner), sehingga gas akan terbakar dan terurai. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir bau yang akan dilepaskan ke udara. 6. Tahap Pengolahan abu, debu terbang dan gas buang Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang sebesar 20% dari berat atau 5% dari volume akan diuji kandungan bahan berbahaya dan beracunnya (B3) di laboratorium. Jika dari hasil uji diketahui aman dan bisa dimanfaatkan, maka abu akan digunakan sebagai material untuk membuat jalan dan debu terbang akan dimanfaatkan sebagai bahan campuran bagi material bangunan. Sedangkan sebaliknya, jika hasil uji laboratorium diketahui tidak aman untuk dimanfaatkan, maka abu dan debu terbang akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk penempatan sementara akan dibuat TPS untuk limbah B3. 7. Waktu tinggal Pada proses pembakaran membutuhkan waktu tinggal yang cukup yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya percampuran yang sempurna antara udara dan bahan bakar agar dapat bereaksisecarasempurna dan menghasilkan energi. Dari pihak investor memperkirakan untuk 450 ton sampah yang akan diolah di TPA Putri Cempo nantinya membutuhkan waktu 24 jam untuk menghasilkan energi listrik.
14
Ilustrasi pengolahan sampah dengan teknologi insinerasi
Keterangan Gambar : 1) Pengeringan Sampah dalam Bunker 2) Pembakaran Sampah dalam Ruang Bakar 3) Pemanasan Boiler 4) Penggerakan Turbin dan Generator 5) Pengolahan Abu, Debu dan Gas Buang 6) Pembuangan Abu Berat melalu Cerobong
Hasil produksi dari proses pembakaran sampah yang dilakukan oleh PLTSa adalah sumber energi listrik. Untuk 1 (satu) ton sampah yang dibakar akan menghasilkan enegi listrik sebesar 15 kW. Sedangkan sampah yang akan diolah di TPA Putri Cempo sebanyak 450 ton. Maka dari itu pembakaran sampah di TPA Putri Cempo akan menghasilkan energi listrik sebesar 6.750 kWh atau 6,75 MW.
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Limbah padat atau yang lebih dikenal dengan istilah sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah dapat berasal atau bersumber dari berbagai macam lingkungan. Sampah sering dianggap sebagai hal yang kotor dan tidak berguna. Agar sampah tidak menjadi barang yang tidak berguna maka diperlukan penanganan dan pengolahan yang tepat. Selain menjadi barang yang dapat berdaya guna sampah juga bisa menjadi barang yang berdaya jual apabila diolah kembali dengan cara yang tepat.
B. Saran Sejatinya, sampah (terutamanya sampah padat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Tapi alangkah lebih baiknya apabila masyarakat dan juga pemerintah dapat menyikapi “sampah” dengan baik, seperti: 1. Semua masyarakat dapat membuang sampah pada tempatnya 2. Hendaknya pemerintah membuat ajakan maupun anjuran kepada masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya dan juga memgajarkan masyarakat agar dapat mengolah sampah agar bernilai guna 3. Seluruh komponen masyarakat dapat memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan dengan cara mengolahnya kembali menjadi barang yang berdaya guna 4. Pemerintah juga hendaknya membuat tempat penampungan sampah yang jauh dari pemukiman warga agar tidak mengganggu kenyamanan warga disekitarnya
16
DAFTAR PUSTAKA Azarini, Bionita. (2017). Studi Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik dengan Metode Inseneria di TPA Putri Cendono. Universitas Sebelas Maret: Surakarta Handoko, Y. (2009). Analisis ulang Kelayakan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo Solo (Doctoral dissertation, UAJY). Kafiar, F. P., Setyono, P., & Ramelan, A. H. (2013). Analisis Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Sapi Potong di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo Surakarta. Ekosains, 5(2). Okezone.com.(2016). Kembangkan Pengelolaan Sampah TPS, 3 TPS di Solo Akan Ditutup. Diakses pada tanggal 13/10/2018 pukul 15.23 WIB Rokhman, Alfi Noor. (2011). Putri Cempo , Sebuah Sinergi Unik Muncul Di Tempat Pembuangan Sampah. Alman Lights, http://alman_light.blog.uns.ac.id/2011/03/20/putricempo/. diakses pada 11/10/18, pukul 15.10 WIB
17