Sastra Angkatan Tahun 2000.docx

  • Uploaded by: Delisti Putri Utami
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sastra Angkatan Tahun 2000.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,354
  • Pages: 7
SASTRA ANGKATAN TAHUN 2000

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Apip Kurniadin, S.Pd

Disusun oleh :

Ai Tini Rahayu Delisti Putri Utami Faisal Anwar Fera Irawati Leni Lestiani Lisma Yulianti

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 7 GARUT 2018

A. Pendahuluan Sastra Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, bahkan sebelum bahasa Indonesia diresmikan pada 28 Oktober 1928. Pada zaman dahulu, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa dalam sastra. Hasil karya sastra berbahasa Melayu yang tidak tertulis juga sudah ditemukan sejak abad ke19. Pada dasarnya sastra itu selalu berkembang, di mana pada setiap masanya

memiliki

kekhasannya

masing-masing.

Belakangan

ini

perkembangan sastra Indonesia mengalami perubahan, khususnya dalam hal kebebasan berekspresi. Sementara itu, pondasi pendirian karya sastra Indonesia baru tegak berdiri pada tahun 1920-an dengan munculnya Balai Pustaka. Sejak saat itu sastra berkembang sampai saat ini. Pembabakan (periodisasi) karya sastra Indonesia sejak permulaan abad ke-20 secara umum dapat dibedakan menjadi Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ’66, dan Angkatan 2000. Pembabakan tersebut didasarkan pada urutan waktu (lebih dari satu dekade), perbedaan situasi dan kondisi, serta ciri estetika.

B. Latar Belakang Sastra Angkatan 2000 Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya “Sastrawan Angkatan 2000” yang ditandai dengan terbitnya buku Leksikon Susastra Indonesia, sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, esis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany. Setelah terjadi reformasi, ruang gerak masyarakat yang pada awalnya mereka selalu dibekap dan terganjal oleh gaya pemerintah Orde

Baru yang refresif tiba-tiba memperoleh saluran kebebasan yang leluasa. Angkatan 2000 adalah nama yang diberikan Korrie Layun Rampan.

C. Tokoh Sastrawan Angkatan 2000 dan Hasil Karya Sastra 1. Ayu Utami Ayu Utami merupakan seorang aktivis jurnalis dan sastrawan yang lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 21 November 1968. Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Ayu Utami termasuk penulis yang cukup kontroversi dalam menghasilkan karya-karyanya yang tak jarang menuliskan hal-hal yang bersifat vulgar seperti dalam karyanya yang berjudul Saman (1998) dan Larung (2001) yang cenderung bernuansa seksualitas. Karya lai yang pernah dihasilkannya adalah Kumpulan Esai “Si Parasit Lajang” (2003), Bilang Fu (2008). 2. Djenar Maesa Ayu Djenar Maesa Ayu merupakan seorang penulis dan aktris pemeran yang lahir pada 14 Januari 1973 di Jakarta. Karyanya banyak mendapat kritik dan pujian karena kontroversi. Ciri karyanya adalah selalu menyangkut dunia perempuan dan seksualitas. Salah satu karyanya yang sangat fenomenal dan mendapat perhatian adalah yang berjudul Jangan MainMain Dengan Kelaminmu (2004). Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu ini merupakan kumpulan cerita pendek yang menyinggung hal-hal yang tidak biasa. Tak tanggung-tanggung ia menceritakan halhal yang vulgar dan bersifat seksualitas atau feminisme. Karya Djenar Maesa Ayu yang lainnya adalah Lintah (2002) yang bertema feminisme, Nayla (2005), 1 Perempuan dan 14 Laki-Laki (2011). 3. Dewi Lestari Dewi Lestari Simangunsong atau yang akrab dipanggil Dee merupakan seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia yang lahir pada 20 Januari 1976. Dewi Lestari ini termasuk penulis yang netral pada angkatannya. Karya yang dihasilkannya antara lain Supernova 1: Ksatria, Putri dan

Bintang Jatuh (2001), Supernova 2.1: Akar (2002), Filosofi Kopi (2003), Supernova 2.2: Petir (2004). 4. Helvy Tiana Rosa Helvy Tiana Rosa merupakan seorang sastrawan yang lahir di Medan, Sumatra Utara, pada 2 April 1970. Namanya dikenal melalui karyakaryanya berupa puisi, cerpen, novel, dan esai sastra yang dimuat di berbagai media masa. Helvy merupakan pendiri Forum Lingkar Pena, Teater Bening, dan turut membesarkan Majalah Annida. Helvy termasuk salah seorang penggagas sastra religi/islami. Sudah banyak karya sastra yang dihasilkannya, beberapa di antaranya adalah Ketika Mas Gagah Pergi (1997), Bukan di Negeri Dongeng : Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan (2003), Ketika Cinta Menemukanmu (2005), Lelaki Semesta (2004), Akira, Muslim Watashi Wa (2000), Di sini Ada Cinta (2004), dan sebagainya. 5. Habiburrahman El Shirazy Habiburrahman El Shirazy dikenal sebagai novelis, sutradara, dai, penyair, dan sastrawan. Habiburrahman juga termasuk penulis yang beraliran religi atau islami. Beberapa karya yang pernah dihasilkannya adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007).

D. Folemik Sastra Angkatan 2000 Reformasi di Indonesia ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto. Lahirnya reformasi menandakan kebebasan bagi para sastrawan yang selama ini selalu terkungkung dalam lembah kelam. Bagi mereka yang memiliki sifat revolusioner, kehadiran reformasi ini merupakan hal yang selalu diidam-idamkan. Akan tetapi kenyataannya malah membuat mereka semakin radikal. Ini ditandai dengan adanya karya yang menjadi perdebatan seperti munculnya novel karya Ayu Utami yang berjudul Saman. Novel tersebut mengungkapkan hal yang sangat tabu dibicarakan, seperti seks, perselingkuhan, percintaan secara terbuka, dan cenderung sangat vulgar,

sehingga tidak mengherankan jika banyak pemikir dan kritis sastra Indonesia yang menyebut sastra periode 2000 sebagai sastra selangkangan. Selain novel Saman, karya lain yang dianggap vulgar dan bersifat seksualitas atau feminisme yaitu Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu karya Djenar Maesa Ayu. Buku tersebut merupakan kumpulan cerpen. Ada 11 cerpen yang isu utamanya berkisar perempuan, seks, dan pengkhianatan. Tak tanggung – tanggung Djenar melukiskan ceritanya dengan sangat vulgar. Di samping karya sastra lendir/seks, muncul karya sastra religi yang jelas-jelas bertentangan dengan sastra lendir. Sastra religi ini digagas oleh penulis yang berada di bawah naungan Forum Lingkar Pena (FLP) yang cenderung islami dan penuh dakwah. Pencetus ide FLP sekaligus motor penggeraknya adalah Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Hampir semua novel yang dihasilkan penulis yang tergabung dalam FLP mengedepankan sisi dakwah dengan didampingi ayat-ayat suci sehingga terkesan menyampingkan persoalan estetika sastra. Banyak pihak yang menilai cara yang ditempuh oleh FLP kurang tepat karena menjadikan sastra sebagai alat dakwah yang kaku dan kehilangan sisi keindahannya. Karya sastra dengan genre religi seperti itu menjadi perbincangan hangat dalam berbagai forum diskusi sastra Indonesia. Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy menjadi novel fenomenal Indonesia yang mengawali munculnya diskusi hebat tersebut. Ayat-Ayat Cinta tampil dengan ciri sastra berbeda. Keberadaan sastra religi ini disandingkan dengan karya sastra yang berlatar belakang seksualitas yang jelas-jelas bersebrangan.

E. Sumbangsih Sastra Angkatan 2000 Karya sastra tidak terlepas dari perkembangan kultur sosial budaya yang ada dalam masyarakat. Banyak sastrawan yang mencatatnya dalam bentuk prosa atau pun puisi. Pada periode 2000-an muncul pengarang wanita yang umumnya menulis tentang pemikiran yang tajam dan bebas dengan ungkapan perasaan. Ada di antara mereka yang menampilkan

nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual. Seperti Ayu Utami dalam karyanya yang berjudul Saman dan Larung yang belakangan mendapat penghargaan serta Djenar Maesa Ayu dalam kumpulan cerpennya Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu, karya mereka tersebut terkenal karena unsur kevulgarannya yang sangat dominan. Sastra Angkatan 2000 sering disebut sebagai sastra mutakhir. Salah satu karya yang berani tampil beda pada periode ini adalah Saman karya Ayu Utami dan dijadikan sebagai tonggak pembaharuan sastra dalam sejarah sastra. Novel Saman (1998) ini melahirkan wawasan estetik baru karena mencirikan teknik khas yang tampak dari pola kolase. Periode 2000-an karya sastranya sudah memiliki corak baru dalam prosa, puisi, drama, dan perfilman. Perkembangan sastra periode 2000-an menampilkan bentuk pikiran karya sastra yang bermacam-macam dan tema beragam. Ini membuktikan karya sastra periode 2000-an mengalami perkembangan yang aktif dan positif. Seperti novel Ayat-Ayat Cinta (2004) karya Habiburrahman El Shirazy yang seakan memelopori munculnya novel-novel yang mengandung tema religius dan inspiratif. Selain itu dengan berkembangnya sastra yang bernuansa religi juga mampu memberikan pengalaman bersastra yang baru kepada pembaca dalam catatan sejarah Indonesia.

F. Penutup Wacana lahirnya “Sastrawan Angkatan 2000” dicetuskan oleh Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 yang ditandai dengan terbitnya buku berjudul Leksikon Susastra Indonesia. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, esis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000. Beberapa di antaranya adalah Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, Dewi Lestari, Helvy Tiana Rosa, dan Habiburrahman El Shirazy. Angkatan ini ditandai dengan lahirnya sastra lendir (sastra seks) dan sastra islami/religi/dakwah. Sastra angkatan ini diliputi banyak folemik, salah satunya adalah banyak munculnya sastra perkelaminan yang cenderung

merusak moral. Namun terlepas dari folemik yang mengiringinya, sastra Angkatan 2000 juga memiliki sumbagsih, satu di antaranya adalah memberikan corak baru dalam prosa, puisi, dan sebagainya, sehingga menampilkan bentuk pikiran sastra yang bermacam-macan dengan tema beragam.

Related Documents


More Documents from ""