Sap Terapi Bermain R Melati.docx

  • Uploaded by: Anonymous rWbe5GSH3
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Terapi Bermain R Melati.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,785
  • Pages: 21
SATUAN ACARA PENYULUHAN “Terapi Bermain Puzzle di Ruang Melati RSUD dr Soedono Madiun”

Oleh kelompok 1 :

Ardi Vianus

18650054

Nindar oktavian

18650059

Silvi Herawati

18650083

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2018

LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE RUANG PERAWATAN ANAK DELIMA RSUD DR SOEDONO MADIUN

Tanggal 6 Desember 2018 Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Siti Munawaroh, S.kep.,Ns., M.Kep

Pembimbing Lahan

sdggjhiol;/opioyuutgrewsgh

I.

PENDAHULUAN Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Selama proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan, hal ini akan berdampak negatif bagi anak. Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi bermain. Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana anak

mulai menyukai bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari oru yang artinya melipat, dan gami yang artinya kertas. Ketika dua kata itu bergabung menjadi origami yang artinya melipat kertas. Origami bermanfaat untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas, keterampilan serta ketekunan. Puzzle merupakan suatu bentuk permainan menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir. Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah yang positif. Sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara terapi bermain terhadap stres hospitalisasi. Begitu juga dengan penelitian mengenai terapi bermain dengan menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain menyusun puzzle, terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi bermain. II.

TUJUAN

1.

Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di ruang Delima RSUD dr.

Hardjono Ponorogo selama 60 menit, diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama dirawat di RS. 2.

Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:

a.

Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.

b.

Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.

c.

Melatih keterampilan anak.

d.

Melatih kemampuan kosentrasi anak.

e.

Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang yang sama.

III. MANFAAT TERAPI BERMAIN 1.

Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.

2.

Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.

3.

Memberi tempat distraksi dan relaksasi.

4.

Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.

5.

Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan.

6.

Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain.

7.

Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.

8.

Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

IV. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN 1.

2.

3.

Jenis Program Bermain a.

Menyusun puzzle

b.

Membentuk menara kubus

Karakteristik Bermain a.

Melatih kemampuan motorik halus

b.

Melatih kemampuan kosentrasi anak

Karakteristik Peserta dan Kriteria Inklusi Peserta a.

Usia 3-6 tahun

b.

Jumlah anak 5 orang dan didampingi orang tua

c.

Keadaan umum anak mulai membaik

d.

Anak dapat duduk

e.

Anak kooperatif

f.

Anak tidak menderita demam netropenia

g.

Anak yang sedang terpasang obat kemoterapi atau yang sedang menjalani transfusi boleh mengikuti terapi bermain

4.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan a.

Hari/tanggal

: Sabtu, 1 Desember 2018

b.

Waktu

: 10.00-11.00 WIB

c.

Tempat

: Ruang Melati RSUD dr. Soedono Madiun

5.

Metode Menyusun puzzle

6.

Alat yang Digunakan Puzzle

7.

Pengorganisasian - Leader : Nindar Oktavian - Co-Leader : Silvi Herawati - Fasilitator : Ardi Vianus - Observer : Pembimbing klinik dan Pembimbing Institusi Terapis

Waktu

Subjek Terapi

Persiapan (Pra Interaksi) Persiapan Pasien a. Anak dan orang tua diberitahu tujuan bermain. b. Melakukan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan. c. Mengecek kesiapan dan kondisi anak untuk bermain (anak tidak mengantuk, anak tidak rewel, kondisi anak memungkinkan untuk diajak bermain, keadaan umum anak membaik). d. Bermain dapat dilakukan di tempat tidur anak atau duduk/disesuaikan dengan kondisi anak. Persiapan Peralatan a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti puzzle. b. Mencek kembali kelengkapan peralatan yang akan dipergunakan. Pembukaan (Orientasi) a. Mengucapkan salam. b. Memperkenalkan diri. c. Memanggil anak dengan nama panggilan yang dia senangi. d. Menjelaskan tujuan dan langkahlangkah pelaksanaan kegiatan terapi

10 menit

Ruangan, alat-alat permainan, anak, dan keluarga sudah siap.

10 menit

Anak dan keluarga menjawab salam, anak saling berkenalan, anak, dan keluarga memperhatikan terapis.

bermain menyusun puzzle pada orang tua/anak. e. Memberi kesempatan pada anak dan orang tua untuk bertanya kalau ada hal yang belum jelas. f. Menanyakan kesiapan anak sebelum kegiatan dilakukan. g. Meminta persetujuan (informed consent) orang tua responden.  Menyusun Puzzle a. Memberi petunjuk pada anak tentang prosedur lomba menyusun puzzle. b. Memotivasi keterlibatan anak dan orang tua. c. Mempersilahkan anak untuk memilih tempat duduk yang disenangi. d. Anak mulai menyusun puzzle didampingi oleh orang tua anak. e. Mengobservasi emosi dan hubungan interpersonal anak. f. Menanyakan perasaan anak apakah sudah merasa bosan. g. Memberi pujian ketika anak berhasil menyusun puzzle dengan benar. h. Memberikan Reward kepada para pemenang. Terminasi a. Menanyakan perasaan anak setelah mewarnai. b. Menanyakan perasaan dan pendapat orang tua tentang bermain menyusun puzzle. c. Berpamitan dengan anak dan orang tua. d. Membereskan peralatan. e. Mengembalikan alat ke tempat semula. f. Mencuci tangan. g. Mencatat respon anak dan orang tua. 8. Evaluasi yang Diharapkan

30 menit

Anak dan keluarga memperhatikan penjelasan terapis, anak melakukan kegiatan yang diberikan oleh terapis, anak dan keluarga memberikan respon yang baik.

10 menit

Anak dan keluarga tampak senang, menjawab salam

a.

Evaluasi Struktur 1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. 2) Posisi tempat di lantai menggunakan tikar. 3) Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan. 4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.

b.

Evaluasi Proses 1) Leader mampu memimpin acara. 2) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

c.

Evaluasi Hasil 1) Anak mampu mencocokkan puzzel dengan arahan terapis dan orang tua 2) Anak mampu menyusun kubus dengan arahan terapis dan orang tua 3) Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain

Konsep Bermain

1. Definisi Bermain Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar berbagai hal. Bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Bermain bagi anak adalah salah satu hak anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan social (Prasetyono, 2007). Masa

anak-anak

sangat

identik

dengan

masa

bermain,

karena

perkembangan anak mulai diasah sesuai kebutuhannya disaat tumbuh kembang. Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak-anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz, 2005). Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar, karena dengan bermain anak-anak akan berkatakata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, sertasuara (Wong, 2000). Bagi anak-anak, bermain adalah “pekerjaan” mereka. Bermain membantu anak memahami ketegangan dan tekanan, mengembangkan kapasitas mereka, dan menguatkan pertahanan mereka, sehingga bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak baik sehat maupun sakit (Potter & Perry,2005). Bermain membantu anak menguasai kecemasan dan konflik sehingga ketegangan mengendur dan anak tersebut dapat menghadapi masalah kehidupan. Permainan memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan, yang meningkatkan kemampuan si anak untuk menghadapi masalah (Santrock, 2007) Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dunia anak adalah dunia bermain dan bermain adalah hak anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.

Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain, perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungan, perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang, marah, menang dan kalah dan perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya

dengan

teman

sebayanya,

menolong

dan

memperhatikan

kepentingan orang lain. 2. Fungsi Bermain Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorikmotorik, membantu perkembangan kognitif/intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995). a. Perkembangan Sensorik-Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensorikmotorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot, sehingga kemampuan penginderaan anak mulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi visual (penglihatan), stimulasi audio (pendengaran), stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.

b. Perkembangan Intelektual (Kognitif) Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Saat bermai, anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dengan kenyataan dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kongnitif selanjutnya.

c. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial ditandai dengan anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan

menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak mengembangkan hubungan sosial, belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Contoh pada anak-anak usia todler yang bermain dengan teman sebayanya dan bentuk permainannya adalah bermain peran seperti menjadi guru, menjadi ayah atau ibu, menjadi anak dan lain-lain. Ini merupakan tahap awal bagi anak usia todler dan prasekolah untuk meluaskan aktivitas sosialnya diluar lingkungankeluarga.

d. Perkembangan Kreativitas Bermain dapat meningkatkan kreativitas yaitu anak mulai menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya, misalnya dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

e. Perkembangan Kesadaran Diri Anak yang bermain akan Mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenali kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.

f. Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Anak yang melakukan aktivitas bermain, akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Bermain juga dapat membantu anak belajarmengenai nilai moral dan etika, belajar membedakan manayang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukannya.Permainan adalah media

yang

efektif

untukmengembangkan

nilai

moral

dibandingkan

denganmemberikan nasihat. Oleh karena itu, penting bagi orang tuauntuk

mengawasi anak saat anak melakukan aktivitasbermain dengan mengajarkan nilai moral, seperti baik atauburuk, benar atau salah.

g. Bermain Sebagai Terapi Bermain mempunyai nilai terapeutik, bermain dapatmenjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehinggaadanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingatbermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akanmengalami perasaan yang sangat tidak menyenangkan,seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Anak yangmelakukan kegiatan bermain akan terlepas dari ketegangandan stres yang dialaminya akibat dari efek dirawat di rumahsakit. Bermain dirumah sakit membuat normal sesuatu yangasing dan kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah danmemberi jalan untuk menurunkan tekanan.Bermain

membantu

untuk

memahami

ketegangandan

tekanan,

mengembangkan kapasitas mereka, danmenguatkan pertahanan mereka.

3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Ada lima faktor yang mempengaruhi aktivitas bermainpada anak (Supartini, 2004). Faktor-faktor tersebut adalahsebagai berikut: 1. Tahap Perkembangan Anak Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitusesuai dengan tahapan pertumbuhan danperkembangannya. Tentunya permainan anak usia bayitidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangananak usia prasekolah, demikian juga sebaliknya, karenapada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status Kesehatan Anak Aktivitas bermain memerlukan energi. Namun bukanberarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa, yang penting padasaat kondisi anak sedang menurun atau anak sedangterkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit,

orang tua danperawat harus jeli memilihkan permainan yang dapatdilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anakyang sedang dirawat di rumah sakit. 3. Jenis Kelamin Anak Dalam melakukan aktivitas bermain tidakmembedakan jenis kelamin lakilaki atau perempuan, semuaalat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atauanak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Ada pendapat lain yang menyakini bahwa permainanadalah salah satu alat untuk membantu anak mengenalidentitas diri sehingga sebagian alat permainan anakperempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak lakilaki.Hal ini dilatar belakangi oleh adanya alasan tuntutanperilaku yang berbeda antara lakilaki dan perempuan danhal ini dipelajari melalui media permainan.

4. Lingkungan yang Mendukung Fasilitas bermain lebih diutamakan yang dapatmenstimulasi imajinasi dan kreativitas

anak.

Keyakinankeluarga

tentang

moral

dan

budaya

juga

mempengaruhi bagaimana anak dididik melalui permainan, sementaralingkungan fisik sekitar rumah lebih banyak mempengaruhiruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik danmotorik.

5. Alat dan Jenis Permainan yang Cocok Alat dan jenis permainan dipilih yang sesuai dengantahapan tumbuh kembang anak. Label yang tertera padamainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya,apakah mainan tersebut aman dan sesuai dengan usiaanak. Alat permainan yang harus didorong, ditarik dandimanipulasi akan mengajarkan anak untukmengembangkan kemampuan koordinasi gerak.

4.

Klasifikasi Bermain Sifat bermain pada anak yang kita tahu ada dua yaitubersifat aktif dan

bersifat pasif. Sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anakberperan aktif dalam permainan, selalu memberikanrangsangan dan melaksanakannya, sedangkan bermain pasifadalah

anak memberikan respon secara pasif terhadappermainan dan orang atau lingkungan yang memberikan responsecara aktif. Melihat sifat tersebut, kita dapat mengenal macam-macamdari permainan. Ada beberapa jenis permainan, ditinjau dari isi permainandan karakter sosialnya. Berdasarkan isi permainan ada Socialaffective play, sense pleasure play, skill play, games,unoccupied behavior dan dramatic play. Ditinjau dari karakterpermainan, terdapat jenis social onlooker play, solitary play danparallel play (Aziz, 2005).

a. Berdasarkan Isi Permainan 1) Social Affective Play (Bermain Afektif Sosial) Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senangdalam berhubungan dengan orang lain. Sifat daribermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespon terhadap stimulasi sehingga akanmemberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.Permainan yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba”,berbicara

dan

memberi

tangan

untuk

digenggam

olehbayi

sambil

tersenyum/tertawa. Bayi akan mencobaberespon terhadap tingkah laku orang tuanya dengantersenyum, tertawa atau mengecoh.

2) Sense of Pleasure Play (Bermain Bersenang-Senang) Bermain ini hanya memberikan kesenangan padaanak melalui objek yang ada, sehingga anak merasasenang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah bergantung pada stimulasiyang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermainini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpamempedulikan aspek kehadiran orang lain, misalnyadengan menggunakan pasir,

anak

akan

membuatgunung-gunung

atau

benda

apa

saja

yang

dapatdibentuknya dengan pasir.

3) Skill Play (Bermain Keterampilan) Permainan ini akan meningkatkan keterampilananak khususnya motorik kasar

dan

halus,

misalnya

bayiakan

terampil

memegang

benda-benda

kecil,memindahkan benda dari satu tempat ketempat lain, dananak akan terampil naik sepeda. Keterampilan tersebut diperoleh dari pengulangankegiatan permainan yang dilakukan. Semakin seringmelakukan latihan, anak akan semakin terampil. Sifatpermainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selaluingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentuseperti bermain dalam bongkar pasang gambar.

4) Games atau Permainan Games atau permainan adalah jenis permainanyang menggunakan alat tertentu yang menggunakanperhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan teman sebayanya. Banyaksekali jenis permainan ini mulai dari yang tradisionalmaupun yang modern misalnya ular tangga, congklak,puzzle dan lain-lain.

5) Dramatic Play (Bermain Dramatik) Dramatic play dapat dilakukan anak denganmencoba melakukan berpurapura

dalam

berperilakuseperti

anak

memperankan

sebagai

seorang

dewasa,seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan Dramatic play ini adalah anakdituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainandramatik ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampuberkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial.Permainan ini penting untuk proses identifikasi terhadapperan orang tertentu.

6) Unoccupied Behavior Unoccupied behavior bukanlah permainan yangumumnya kita pahami. Pada saat tertentu, anak seringterlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, memainkankursi, meja atau apa saja yang ada disekelilingnya, Jadisebenarnya anak tidak memainkan alat permainantertentu. Situasi dan objek disekelilingnya yang digunakansebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira,dan asyik dengan situasi serta lingkungan tersebut.

b. Berdasarkan Karakter Sosial Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenispermainan, yaitu onlooker play, solitary play, parallel play,associative play dan cooperative play. 1) Onlooker play (Bermain Onlooker) Jenis permainan ini adalah dengan melihat apayang dilakukan oleh anak lain yang sedang bermaintetapi tidak berusaha untuk bermain. Anak tersebutbersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadappermainan yang sedang dilakukan temannya.

2) Solitary Play (Bermain Soliter/Mandiri) Solitary play merupakan jenis permainan yangdilakukan secara mandiri dan berpusat padapermainannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain.Pada permainan ini anak tampak berada dalamkelompok permainannya, tetapi anak bermain sendiridengan alat permainan yang dimilikinya, dan alatpermainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja samaataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.

3) Parallel Play (Bermain Pararel) Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alatpermainan yang sama, tetapi antara satu anak dengananak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehinggatidak ada sosialisasi satu sama lain. Sifat dari permainanini adalah anak aktif secara mandiri tetapi masih dalamsatu kelompok.

4) Associative Play (Bermain Asosiatif) Associative play melibatkan interaksi sosial dengansedikit atau tanpa pengaturan. Tipe permainan ini adalahanak-anak kelihatan lebih tertarik pada satu sama laindibanding pada permainan yang mereka mainkan.Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anakkarena stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belumdilatih dalam mengikuti paraturan dalam kelompok.Contohnya bermain boneka-bonekaan, hujan-hujanan,dan bermain masak-masakan.

5) Cooperative Play (Bermain Kooperatif)

Cooperative play merupakan bermain secarabersama dengan adanya aturan yang jelas sehinggaadanya perasaan dalam kebersamaan sehingga berbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Sifat daribermain ini adalah aktif, anak akan selalu menumbuhkan kreativitasnya dan melatih anak pada peraturankelompok sehingga anak dituntut selalu mengikutiperaturan. Contonhnya pada permainan sepak bola,ada anak yang memimpin permainan, aturan main harusdijalankan oleh anak dan mereka harus dapat

mencapaitujuan

bersama,

yaitu

memenangkan

permainan

dengan

memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

5.

Tahapan Perkembangan Bermain Tahapan perkembangan bermain terdiri dari tahapeksplorasi, tahap

permainan, tahap bermain dan tahapmelamun (Hurlock, 1999). 1. Tahap Eksplorasi Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainanmereka terutama terdiri atas melihat orang dan bendaserta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya.Bayi dapat mengendalikan tangan sehingga cukupmemungkinkan bagi mereka untuk mengambil,memegang, dan mempelajari benda kecil, setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apasaja yang berada dalam jarak jangkauannya.

2. Tahap Permainan Bermain barang mainan dimulai pada tahunpertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan6 tahun. Anak semula hanya mengeksplorasi mainannya.Usia antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkanbahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak,berbicara dan merasakan, dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagimenganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup danhal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minatdengan barang mainan ini adalah bahwa permainan inisifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkanteman. Tahapan usia masuk sekolah, kebanyakan anakmenganggap bermain barang mainan sebagai “permainanbayi”.

3. Tahap Bermain Tahapan usia masuk sekolah, jenis permainanmereka sangat beragam, semula mereka meneruskanbermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi dan bentuk permainan matang lainnya.

4. Tahap Melamun Mendekati masa puber, mereka mulai kehilanganminat dalam permainan yang sebelumnya disenangi danbanyak menghabiskan waktunya dengan melamun.Melamun yang merupakan ciri khas anak remajaadalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinyatidak diperlukan dengan baik dan tidak dimengerti olehsiapapun.

6.

Permainan Untuk Anak Usia Prasekolah Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masabermain, karena setiap

waktunya diisi dengan kegiatan bermain.Kegiatan bermain yang dimaksud disini adalah suatu kegiatanyang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan.Terdapat beberapa macam permainan anak usiaprasekolah menurut Yusuf (2002:172) yaitu sebagai berikut: a. Permainan fungsi (permainan gerak) seperti meloncat-loncat, naik turun tangga, berlari-larian, bermain tali, dan bermain bola. b. Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi seperti kuda ,main sekolahsekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan,dokter-dokteran, robot-robotan, tembak-tembakan dan masak-masakan. c. Permainan reseptif atau apresiatif, seperti mendengarkancerita atau dongeng, melihat gambar, membaca buku cerita, melihat orang melukis, menceritakan kisahnya. d. Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kuedari tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk, membentuk bangunan rumah-rumahan dari potongan kayu-kayu, puzzle.

e. Permainan prestasi seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan bola basket.

7.

Bermain Untuk Anak yang Dirawat Di Rumah Sakit Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yangdirawat di rumah sakit

adalah meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak. Perawat yang

member

kesempatan

aktivitasaktivitasyang lebihmenormalkan

pada

sesuai

lingkungan

anak

dengan anak.

untuk

tingkat Anak-anak

berpatisipasi

dalam

perkembangan

akan

perlu

bermain

untuk

mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres akibat sakit dan dirawat di rumah sakit. a. Manfaat Bermain di Rumah Sakit Adapun manfaat bermain di rumah sakit menurut Wong (2009: 804) yaitu sebagai berikut: 1. Memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi 2. Membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yangasing 3. Membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah 4. Alat untuk melepaskan ketegangan dan ungkapan perasaan 5. Meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain 6. Sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat 7. Sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik 8. Menempatkan anak pada peran aktif dan member kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan danmerasa mengendalikan. b. Prinsip permainan pada anak dirumah sakit Terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetapharus memperhatikan kondisi kesehatan anak (Supartini,2004). Beberapa prinsip permainan pada anak dirumah sakit yaitusebagai berikut: 1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yangdapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.

2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan. Walaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana supaya tidak melelahkan anak. 3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari-lari dan bergerak secara . 4. Melibatkan orang tua saat anak bermain merupakansatu hal yang harus diingat. Orang tua mempunyaikewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawatdi rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai

fasilitator

sehingga

apabila

permainan

diinisiasi

perawat,orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak.

oleh

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Wong. Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Related Documents


More Documents from "AYu Luphh Cozy Bfc"